BAB II
PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN
A. Konsep Dasar
1. Manajemen Keperawatan
Manajemen berasal dari kata manus yang artinya tangan, maka
diartikan secara singkat sebagai proses menyelesaikan pekerjaan melalui
tangan orang lain. Manajemen mendefinisikan manajemen keperawatan
sebagai proses pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui upaya staff
keperawatan untuk memberikan Asuhan Keperawatan, pengobatan dan rasa
aman kepada pasien, keluarga, kelompok dan masyarakat (Gillies, 1989).
Manajemen keperawatan mempunyai lingkup manajemen
operasional yang merencanakan, mengatur, dan menggerakkan para
karyawannya untuk memberikan pelayanan keperawatan yang
sebaik-baiknya kepada pasien melalui manajemen Asuhan Keperawatan. Agar
dapat memberikan pelayanan keperawatan dengan sebaik-baiknya, maka
diperlukan suatu Standard Asuhan Keperawatan (SAK) yang akan
digunakan sebagai target maupun alat kontrol pelayanan tersebut.
Menurut Muninjaya (1999), manajemen mengandung tiga prinsip
pokok yang menjadi ciri utama penerapannya yaitu efisiensi dalam
pemanfaatan sumber daya, efektif dalam memilih alternatif kegiatan untuk
mencapai tujuan organisasi, dan rasional dalam pengambilan keputusan
Seluruh aktivitas manajemen, kognitif, afektif dan psikomotor
berada dalam satu atau lebih dari fungsi-fungsi utama yang bergerak
mengarah pada satu tujuan. Sehingga selanjutnya, bagian akhir dalam proses
manajemen keperawatan adalah perawatan yang efektif dan ekonomis bagi
semua kelompok.
2. Fungsi Manajemen
Manajemen keperawatan memiliki beberapa elemen utama
berdasarkan fungsinya yaitu planning (perencanaan), organizing
(pengorganisasian), staffing (kepegawaian), directing (pengarahan) dan
controlling ( pengendalian/evaluasi).
2.1 Planning (Perencanaan)
Fungsi perencanaan adalah fungsi terpenting dalam manajemen
karena perencanaan merupakan tuntunan terhadap proses pencapaian tujuan
secara efektif dan efisien. Menurut Swanburg (2000), planing adalah
memutuskan seberapa luas akan dilakukan, bagaimana melakukannya dan
siapa yang melakukannya.
Dalam proses keperawatan perencanaan membantu untuk
menjamin bahwa klien atau pasien akan menerima pelayanan kesehatan
yang mereka butuhkan serta pelayanan ini diberikan oleh pekerja
1) Tujuan Perencanaan
1. Untuk menimbulkan keberhasilan dalam mencapai sasaran dan
tujuan.
2. Agar penggunaan personel dan fasilitas yang tersedia efektif.
3. Membantu dalam koping terhadap situasi krisis.
4. Efektif dalam hal biaya.
5. Membantu menurunkan elemen perubahan, karena perencanaan
berdasarkan masa lalu dan akan datang.
6. Dapat digunakan untuk menemukan kebutuhan untuk berubah.
2) Tahapan dalam Perencanaan
1. Menetapkan tujuan.
2. Merumuskan keadaan sekarang.
3. Mengidentifikasi kemudahan dan hambatan.
4. Mengembangkan serangkaian kegiatan.
3) Jenis Perencanaan
1. Perencanaan Strategi
Perencanaan yang sifatnya jangka panjang yang ditetapkan oleh
pemimpin dan merupakan arahan umum suatu organisasi. Digunakan untuk
mendapatkan dan mengembangkan pelayanan keperawatan yang diberikan
kepada pasien, juga digunakan untuk merevisi pelayanan yang sudah tidak
2. Perencanaan Operasional
Menguraikan aktivitas dan prosedur yang akan digunakan serta
menyusun jadwal waktu pencapaian tujuan, menentukan siapa orang-orang
yang bertanggung jawab untuk setiap aktivitas dan prosedur serta
menggambarkan cara menyiapkan orang-orang untuk bekerja dan prosedur
untuk mengevaluasi perawatan pasien.
4) Manfaat Perencanaan
1. Membantu proses manajemen dalam menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan lingkungan.
2. Memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran operasi
lebih jelas
3. Membantu penetapan tanggung jawab lebih tepat.
4. Memberikan cara pemberian perintah yang tepat untuk pelaksanaan.
5. Memudahkan koordinasi.
6. Membuat tujuan lebih khusus, lebih terperinci dan lebih mudah
dipahami.
7. Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti.
8. Menghemat waktu dan dana.
5) Keuntungan Perencanaan
1. Meningkatkan peluang sukses.
2. Membutuhkan pemikiran analitas.
3. Mengarahkan orang ketindakan.
6) Kelemahan Perencanaan
1. Kemungkinan perkerjaan yang tercakup dalam perencanaan
berlebihan pada konstribusi nyata.
2. Cenderung menunda kegiatan.
3. Terkadang kemungkinan membatasi inovasi dan inisiatif.
4. Kadang-kadang hasil yang lebih baik didapatkan oleh penyelesaian
situasional individual dan penanganan suatu masalah pada saat
masalah itu terjadi.
5. Terdapat rencana yang diikuti oleh/atau dengan rencana yang tiadak
konsisten.
2.2 Organizing (Pengorganisasian)
Pengorganisasian adalah suatu langkah untuk menetapkan,
mengelompokkan dan mengatur berbagai macam kegiatan, penetapan
tugas-tugas dan wewenang seseorang, pendelegasian wewenang dalam rangka
mencapai tujuan. Fungsi pengorganisasian merupakan alat untuk
memadukan semua kegiatan yang beraspek personil, finansial, material dan
tata cara dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Muninjaya,
1999)
a) Manfaat Pengorganisasian
1. Pembagian tugas untuk perorangan dan kelompok.
2. Hubungan organisatoris antara orang-orang didalam organisai
3. Pendelegasian wewenang.
4. Pemanfaatan staf dan fasilitas fisik.
b) Tahapan dalam Pengorganisasian
1. Tujuan organisasi harus dipahami staf, tugas ini sudah tertuang
dalam fungsi manajemen.
2. Membagi habis pekerjaaan dalam bentuk kegiatan pokok untuk
mencapai tujuan.
3. Menggolongkan kegiatan pokok kedalam satuan-satuan kegiatan
yang praktis.
4. Menetapkan berbagai kewajiban yang harus dilakukan oleh saff dan
menyediakan fasilitas yang diperlukan.
5. Penugasan personil yang tepat dalam melaksanakan tugas.
2.3 Staffing (Kepegawaian)
Staffing adalah metodologi pengaturan staf, merupakan proses
yang teratur, sistematis, berdasarkan rasional diterapkan untuk menentukan
jumlah dan jenis personal suatu organisasi yang dibutuhkan dalam situasi
tertentu (Swanburg, 2000)
Komponen yang termasuk dalam fungsi staffing adalah: prinsip
rekruitmen, seleksi, orientasi pegawai baru, penjadwalan tugas, dan
klarisifikasi pasien. Komponen tersebut merupakan suatu proses yang mana
nantinya berhubungan dengan penjadwalan siklus waktu kerja bagi semua
Terdapat beberapa langkah yang diambil untuk menentukan waktu
kerja dan istirahat pegawai, yaitu:
1. Menganalisa jadwal kerja dan rutinitas unit.
2. Memberikan waktu masuk dan libur pekerjaan.
3. Memeriksa jadwal yang telah selesai.
4. Menjamin persetujuan jadwal yang dianjurkan dari manajemen
keperawatan.
5. Memasang jadwal untuk memberitahu anggota staf.
6. Memperbaiki dan memperbaharui jadwal tiap hari.
e. Directing (pengarahan)
Kepemimpinan adalah penggunaan proses komunikasi untuk
mempengaruhi kegiatan-kegiatan seseorang atau kelompok ke arah
pencapaian satu atau beberapa tujuan dalam suatu kegiatan yang unik dan
tertentu (La Monica, 1998). Didalam kepemimpinan selalu melibatkan
semua elemen dalam sistem pelayanan kesehatan dan yang mempengaruhi
elemen tersebut adalah seorang pemimpin.
Menurut Kurt Lewin, terdapat beberapa macam gaya
kepemimpinan, yaitu:
1) Autokratik
Pemimpin membuat keputusan sendiri, mereka lebih
menimbulkan permusuhan dan sifat agresif atau sama sekali apatis dan
menghilangkan inisiatif.
2) Demokratis
Pemimpin melibatkan bawahan dalam pengambilan keputusan,
mereka berorientasi pada bawahan. Kepemimpinan ini meningkatkan
produktivitas dan kepuasan kerja.
3) Laissez Faire
Pemimpin memberikan kebebasan dan segala serba boleh dan
pantang memberikan bimbingan kepada staf. Hal ini dapat mengakibatkan
produktivitas kerja rendah dan staf frustasi.
e. Controlling ( Pengendalian/Evaluasi)
Controlling adalah proses pemeriksaan apakah segala sesuatu
yang terjadi sesuai dengan rencana yang telah disepakati, instruksi yang
dikeluarkan, serta prinsip-prinsip yang ditetapkan, yang bertujuan untuk
menunjukkan kekurangan dan kesalahan agar dapat diperbaiki dan tidak
terjadi lagi (Fayol, 1949 dalam Swanburg, 2000)
Tugas seorang manajerial dalam usaha menjalankan dan
mengembangkan fungsi pengawasan manajerial perlu memperhatikan
beberapa prinsip berikut:
1) Pengawasan yang dilakukan harus dimengerti oleh staf dan hasilnya
2) Fungsi pengawasan merupakan kegiatan yang amat penting dalam upaya
mencapai tujuan organisasi.
3) Standar untuk kerja yang akan diawasi perlu dijelaskan kepada semua
staf, sehingga staf dapat lebih meningkatkan rasa tanggung jawab dan
komitmen terhadap kegiatan program.
4) Kontrol sebagai pengukuran dan koreksi kinerja untuk meyakinkan
bahwa sasaran dan kelengkapan rencana untuk mencapai tujuan telah
tersedia, serta alat untuk memperbaiki kinerja.
Terdapat 10 karekteristik suatu sistem kontrol yang baik, yaitu:
a) Harus menunjukkan sifat dari aktifitas.
b) Harus melaporkan kesalahan-kesalahan dengan segera.
c) Harus memandang kedepan.
d) Harus menunjukkan penerimaan pada titik krisis.
e) Harus objektif.
f) Harus fleksibel.
g) Harus menunjukkan pola organisasi.
h) Harus ekonomis.
i) Harus mudah dimengerti.
j) Harus menunjukkan tindakan perbaikan.
Ada 2 metode pengukuran yang digunakan untuk mengkaji
pencapaian tujuan keperawatan, yaitu:
Kepala perawat melihat gerakan, tindakan dan prosedur yang
tersusun dalam pedoman tertulis, jadwal, aturan, catatan, anggaran. Hanya
ukuran fisik saja dan secara relatif beberapa alat digunakan untuk analisa
tugas dalam keperawatan.
2) Kontrol Kualitas
Kepala perawat dihadapkan pada pengukuran kualitas dan
akibat-akibat dari pelayanan keperawatan. Apabila fungsi pengawasan dan
pengendalian dapat dilaksanakan dengan tepat maka akan diperolah
manfaat, antara lain:
1) Dapat diketahui apakah suatu kegiatan atau program telah
dilaksanakan sesuai dengan standar atau rencana kerja.
2) Dapat diketahui adanya penyimpangan pada pengetahuan dan
pengertian staf dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
3) Dapat diketahui apakah waktu dan sumber daya lainnya telah
mencukupi kebutuhan dan telah digunakan secara benar.
4) Dapat diketahui staf yang perlu diberikan penghargaan atau bentuk
promosi dan latihan kerja.
3. Standar Asuhan Keperawatan
Standar praktek keperawatan telah dijabarkan oleh PPNI (Nursalam,
2007), yang mengacu kepada tahapan proses keperawatan yang meliputi
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, implementasi
Standar 1 : Pengkajian Keperawatan
Pengumpulan data tentang status kesehatan klien secara sistematis,
menyeluruh, akurat, singkat dan berkesinambungan dan data dapat
diperoleh, dikomunikasikan dan dicatat.
Kriteria pengkajian meliputi:
a. Pengumpulan data dilakukan secara anamnese, observasi, pemeriksaan
fisik serta dari pemeriksaan penunjang.
b. Sumber data adalah klien, keluarga dan orang yang terkait, tim
kesehatan, rekam medis dan catatan lainnya.
c. Data yang dikumpulkan difokuskan untuk mengidentifikasi:
1) Satus kesehatan masa lalu.
2) Status kesehatan saat ini.
3) Status biologis-psikologis-sosial-spiritual.
4) Respon terhadap terapi.
5) Harapan terhadap tingkat kesehatan yang optimal.
6) Resiko tinggi masalah.
7) Kelengkapan data dasar mengandung unsur LARB (Lengkap,
Akurat, Relevan dan Baru)
Standar 2 : Diagnosa Keperawatan
Perawat menganalisa data pengkajian untuk merumuskan diagnosa
keperawatan, adapun kriteria proses pembuatan diagnosa adalah:
a. Proses diagnosa terdiri dari analisa, interprestasi data, identifikasi
b. Diagnosa keperawatan terdiri dari masalah (P), penyebab (E) dan
tanda/gejala (S) atau terdiri dari masalah dan penyebab (P,E).
c. Bekerjasama dengan klien dan petugas kesehatan lainnya untuk
memvalidasi diagnosa keperawatan.
d. Melakukan pengkajian ulang dan merevisi diagnosa berdasarkan data
tersebut.
Standar 3 : Perencanaan Keperawatan
Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi
masalah dan meningkatkan kesehatan klien, kriteria perencanaan
keperawatan meliputi:
a. Perencanaan terdiri dari penetapan masalah, tujuan dan rencana tindakan
keperawatan.
b. Bekerjasama dengan klien dalam menyusun rencana tindakan
keperawatan.
c. Perencanaan bersifat individual sesuai dengan kondisi dan kebutuhan
klien.
d. Mendokumentasikan rencana keperawatan.
Standar 4 : Implementasi Keperawatan
Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi
dalam proses asuhan keperawatan, keriteria implementasi meliputi:
a. Bekerjasama dengan klien dalam melaksanakan tindakan keperawatan.
c. Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi kesehatan klien.
d. Memberikan pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga mengenai
konsep dan keterampilan asuhan diri, serta membantu klien
memodofikasi lingkungan yang digunakan.
e. Mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan keperawatan
berdasarkan respon klien.
Standard 5 : Evaluasi
Perawat mengevaluasi kemajuan klien terhadap tindakan
keperawatan dalam pencapaian tujuan dan merevisi data dasar dan
perencanaan, adapun kriteria prosesnya adalah:
a. Menyusun perencanaan evaluasi hasil dari intervensi secara
komprehensif, tepat waktu dan terus menerus.
b. Menggunakan data dasar dan respon klien dalam mengukur kearah
pencapaian tujuan.
c. Memvalidasi dan menganalisa data baru dengan teman sejawat.
d. Bekerjasama dengan klien dan keluarga untuk memodifikasi rencana
asuhan keperawatan.
e. Mendokumentasikan hasil evaluasi dan memodifikasi perencanaan.
Melalui aplikasi standard asuhan keperawatan tersebut diatas
4. Metode Asuhan Keperawatan
Untuk memberikan asuhan keperawatan yang lazim dipakai
meliputi metode kasus, metode fungsional, tim keperawatan, keperawatan
primer dan sistem manajemen kasus (Kozier Erb, 1990 dalam Priharjo R,
1995).
a. Metode Kasus
Disebut juga sebagai perawatan total (total care) yang merupakan
metode paling awal. Pada metode ini seorang perawat bertanggung jawab
untuk memberikan perawatan pada sejumlah pasien dalam waktu 8-12 jam
setiap shif. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda pada setiap
pergantian shift, metode ini banyak dipakai pada keadaan kurang tenaga
perawat. Jalan keluarnya adalah dengan merekrut tenaga perawat yang baru.
b. Metode Fungsional
Sistem tugas mengacu pada ilmu manajemen dalam bidang
administrasi bisnis yang berfokus pada tugas yang harus diselesaikan.
Perawat dengan pendidikan kurang akan melakukan tindakan yang lebih
ringan dibandingkan dengan perawat profesional. Dalam model ini
dibutuhkan pembagian tugas (job description), prosedur, kebijakan dan alur
komunikasi yang jelas. Metode ini cukup ekonomis dan efisien serta
mengarahkan pemusatan pengendalian. Kelemahan dari metode ini adalah
munculnya fragmentasi keperawatan dimana pasien menerima perawatan
Skema 1. Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Fungsional
Sumber : DEPKES, (2002). StandarTenaga Keperawatan di Rumah Sakit, cet 1. Direktorat Pelayanan Keperawatan Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, Departemen Kesehatan. Jakarta: Depkes RI.
c. Metode Tim
Metode ini dirancang oleh Elanor Lambertson pada tahun 1950-an
yang digunakan untuk mengatasi fragmentasi dari metode orientasi pada
tugas dan memenuhi peningkatan tuntutan kebutuhan perawat profesional
yang muncul karena kemajuan teknologi kesehatan dan perawatan. Tim
keperawatan terdiri dari perawat profesional (registered nursing), perawat
praktis yang mendapat izin serta pembantu perawat. Tim bertanggung jawab
dalam memberikan asuhan keperawatan kepada sejumlah pasien selama
8-12 jam. Metode ini lebih menekankan segi manusiawi pasien dan para
perawat anggota dimotivasi untuk belajar. Hal pokok yang harus ada adalah
Kepala Ruangan
Perawat : Pengobatan
Perawat : Merawat luka
Perawat : Pengobatan
Perawat : Merawat luka
konfrensi tim yang dipimpin ketua tim, rencana asuhan keperawatan dan
keterampilan kepemimpinan.
Tujuan metode keperawatan tim adalah untuk memberikan
perawatan yang berpusat pada pasien. Perawatan ini memberikan
pengawasan efektif dari memperkenalkan semua personel adalah media
untuk memenuhi upaya kooperatif antara pemimpin dan anggota tim.
Melalui pengawasan ketua tim nantinya dapat mengidentifikasi tujuan
asuhan keperawatan, mengindentifikasi kebutuhan anggota tim,
memfokuskan pada pemenuhan tujuan dan kebutuhan, membimbing
anggota tim untuk membantu menyusun dan memenuhi standar asuhan
keperawatan.
Skema 2. Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Team Nursing
Sumber: Swanburg R. C. (2000). Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan Untuk Perawat Klinis. Jakarta: EGC.
Kepala Ruangan
Ketua Tim Ketua Tim
Ketua Tim
Staf Perawat Staf Perawat
Staf Perawat
Pasien/Klien Pasien/Klien
d. Keperawatan Primer
Metode ini merupakan sistem dimana perawat bertanggung jawab
selama 24 jam sehari, 7 hari / minggu. Ini merupakan metode yang
memberikan perawatan secara komprehensif, individual dan konsisten.
Metode keperawatan primer membutuhkan pengetahuan keperawatan dan
keterampilan manajemen.
Perawat primer mempunyai tugas mengkaji dan membuat
prioritas setiap kebutuhan pasien, mengidentifikasi diagnosa keperawatan,
mengembangkan rencana keperawatan, dan mengevaluasi keefektifan
keperawatan. Sementara perawat yang lain memberikan tindakan
keperawatan, perawat primer mengkoordinasikan keperawatan dan
menginformasikan tentang kesehatan klien kepada perawat atau tenaga
kesehatan lainnya.
Keperawatan primer melibatkan semua aspek peran profesional
termasuk pendidikan kesehatan, advokasi, pembuatan keputusan dan
kesinambungan perawatan. Perawat primer merupakan manajer garis
terdepan bagi perawatan pasien dengan akuntabilitas dan tanggung jawab
Skema 3. Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Primary Nursing
Sumber : Giliies, D. A. (2005). Manajemen Keperawatan: Suatu Pendekatan Sistem, ed. 2. Chicago, Illiones:W.B Saunders Company.
e. Sistem Manajemen Kasus
Ini merupakan sistem pelayanan keperawatan yang lebih baru
dimana para manajer kasus (case manager) bertanggung jawab terhadap
muatan kasus pasien selama dirawat. Para manajer dapat terkait dengan
muatan kasus dalam beberapa cara seperti :
1) Dengan dokter dan pasien tertentu.
2) Dengan pasien secara geografis berada dalam satu unit atau unit-unit.
3) Dengan mengadakan diagnosa.
Metode ini mempertahankan filsafat keperawatan primer dan
membutuhkan seorang sarjana keperawatan atau perawat dengan pendidikan
tingkat master untuk mengimplementasikan praktek keperawatan dengan
budget yang tinggi.
Kepala Ruangan Sarana/RS Dokter
Perawat Primer
Pasien/Klien
Perawat Pelaksana Jika diperlukan
(Cadangan) Perawat
Pelaksana Malam Perawat
Skema 4. Sistem pemberian Asuhan Keperawatan Manajemen Kasus
Sumber: Swanburg R. C. (2000). Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan Untuk Perawat Klinis. Jakarta: EGC.
f. Modifikasi: MAKP Tim-Primer (MAKP Modular)
Pada model MAKP Tim digunakan secara kombinasi dari kedua
sistem. Menurut Sudarsono (2000) dalam Nursalam (2008) penetapan
sistem model MAKP ini didasarkan pada beberapa alasan:
1) Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena perawat
primer harus mempunyai latar belakang pendidikan S1 Keperawatan atau
setara.
2) Keperawatan Tim tidak digunakan secara murni, karena tanggung
jawab asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim.
3) Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan komunitas asuhan
keperawatan dan akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat pada
Kepala Ruangan
Ketua Tim Ketua Tim Ketua Tim
Staf Perawat Staf Perawat Staf Perawat
besar adalah lulusan SPK, maka akan mendapat bimbingan dari perawat
primer/ketua tim tentang asuhan keperawatan.
Untuk ruang model MAKP ini diperlukan 26 perawat. Dengan
menggunakan model modifikasi keperawatan primer ini diperlukan 4
(empat) orang perawat primer (PP) dengan kualifikasi Ners, di samping
seorang kepala perawat asosiasi terdiri atas lulusan D3 Keperawatan (3
orang) dan SPK (18 orang). Pengelompokan Tim pada setiap shift jaga
terlihat pada gambar di bawah.
Skema 5. Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Model Modular
S
Sumber: Giliies, D. A. (2005). Manajemen Keperawatan: Suatu Pendekatan Sistem, ed. 2. Chicago, Illiones:W.B Saunders Company.
Kepala Ruang
PP1 PP2 PP3 PP4
PA PA PA PA
PA PA PA PA
PA PA PA PA
B. Analisa Ruang Rawat 1. Pengkajian
Analisis Situasional fungsi manajemen merupakan hasil pengkajian
yang telah dilakukan oleh mahasiswa profesi Ners Fakultas Keperawatan
USU, yang melaksanakan dinas di Ruang Rindu B2B, untuk mengkaji
keadaan ruangan, lingkungan dan orang-orang yang melaksanakan
pekerjaan di Rindu B2B, dengan melihat keberfungsian dari sistem
manajemen keperawatan. Pengkajian dimaksudkan untuk memperoleh
gambaran kelemahan dalam manajemen agar dapat diintervensi untuk
meningkatkan pelayanan keperawatan.
Pengkajian sistem manajemen di ruangan dilakukan dengan analisa
situasi ruangan pada tanggal 15-17 Juni 2012 melalui metode wawancara
terhadap kepala ruangan dan clinical instructur. Sedangkan pengkajian
melalui observasi dilakukan pada shift pagi, meliputi observasi situasi dan
kondisi ruangan, pelayanan asuhan keperawatan, penyediaan sarana dan
prasarana, sistem kerja, dan komunikasi perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan. Setelah data terkumpul, kemudian dilakukan tabulasi dan
Skema 6. Struktur Organisasi Ruangan Rindu B2 B
Keterangan : * sedang melanjutkan pendidikan ke S1
** sedang melanjutkan pendidikan ke D3
1.1 Planning
Ruangan RB2B tidak memiliki visi, misi, motto dan falsafah
ruangan. Namun ruangan RB2B menjadikan visi, misi, motto dan falsafah
keperawatan RSUP H. Adam Malik sebagai pedoman dalam memberikan
Kepala Ruangan Rafiah, S.Kep, Ns
Clinical Instructure Seniorita, S.Kep, Ns
Tata Usaha Waris Sembiring, AmK
TIM 1
Penanggung Jawab Tim Eka Sari, S.Kep, Ns
Anggota
Uliana Tambunan, S.Kep* Narko b. Padang, S.Kep, Ns
Sri Aryani, AmK Rita Taruli Sihombing **
Neng Sagala Aida Hanum Juni Simamora, AmK Nesta N. Sinaga, AmK Tonggo Hutabalian, AmK Ketua Tim
Meri Lusiana, S.Kep, Ns Anggota Laing Saragih, AmK Munardah Suhaila, AmK
Iramawati Yanti Purnama Sari** Hotma Marpaung, AmK
Risma Siahaan, S.Kep* Ester Dolok Saribu, AmK
Siti Nurhayati, AmK
pelayanan kesehatan. Adapun visi, misi, motto, dan falsafah keperawatan
RSUP H. Adam Malik adalah sebagai berikut:
Ruangan Rindu B2 B merupakan ruang rawat yang memberikan
pelayanan terhadap pasien pria dan wanita pasca bedah. Ruangan ini
memiliki visi, misi, dan falsafah ruangan yang dijadikan sebagai pedoman
dalam membeikan pelayanan kesehatan. Adapun visi, misi, dan falsafah
ruangan Rindu B2 B adalah sebagai berikut:
Visi Keperawatan
”Menjadi unggulan pelayanan dan asuhan keperawatan untuk tercapainya
derajat kesehatan masyarakat yang optimal tahun 2015.”
Misi Keperawatan
”Memberi pelayanan dan asuhan keperawatan yang paripurna, bermutu dan
terjangkau oleh semua lapisan masyarakat.”
“Melaksanakan bimbingan pelaksanaan pelayanan dan asuhan keperawatan
untuk menghasilkan SDM keperawatan yang profesional dengan
penggunaan logistik keperawatan secara efisien dan efektif.”
Motto Pelayanan Keperawatan
“Dalam melaksanakan pelayanan dan asuhan keperawatan harus
bersikap 3 S” :
- Senyum yang manis
- Sapa yang ramah
Falsafah Pelayanan Keperawatan
”Memberi bantuan paripurna dan efektif untuk memenuhi kebutuhan
biopsikososial dan kultural yang komprehensif dengan mengutamakan
kepentingan pasien melalui pendekatan proses keperawatan oleh tenaga
keperawatan.”
Berdasarkan pengkajian diperoleh bahwa ruangan Rindu B2 B
memberikan pelayanan kesehatan untuk pasien dengan Umum, Askes,
Jamkesmas, Jamkesda, dan SKTM.
Standar pelayanan keperawatan di ruangan Rindu B2 B adalah
a. Pelayanan harus sesuai dengan standar pelayanan medis
b. Pelayanan yang diberikan adalah spesialis dan sub spesialis dan
dilaksanakan secara terpadu
c. Adanya panduan orientasi bagi pasien dan keluarga
Ruangan Rindu B2 B memiliki standar asuhan keperawatan yang
disesuaikan dengan standar RSUP H. Adam Malik Medan. Standar asuhan
keperawatan terdiri dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi
dan evaluasi. Format pengkajian berbentuk checklist yang diisi sesuai
dengan keadaan pasien. Sedangkan untuk diagnosa keperawatan,
perencanaan, implementasi dan evaluasi dibuat dalam bentuk isian. Di
samping format asuhan keperawatan dan rekam medis, terdapat format
catatan perkembangan terintegrasi (RM 14) yang digunakan untuk
mendokumentasikan setiap tindakan yang dilakukan oleh perawat ataupun
Namun Berdasarkan hasil observasi dalam hal pendokumentasian
asuhan keperawatan, SAK dan pendokumentasian askep belum dijalankan
secara maksimal dimana dari 34 orang pasien diambil sebagai sampel 12
orang maka diperoleh bahwa pendokumentasian asuhan keperawatan untuk
pengkajian ditulis tidak lengkap benar sebanyak 3 orang (25 %), tidak diisi
9 orang (75 %). Diagnosa ditulis lengkap benar sebanyak 1 orang (8,3 %),
tidak lengkap tidak benar sebanyak 2 orang (16,7 %), tidak diisi sebanyak 9
orang (75 %). Perencanaan ditulis tidak lengkap benar sebanyak 2 orang
(16,7 %), tidak lengkap tidak benar sebanyak 1 orang (8,3 %), tidak diisi
sebanyak 9 orang (75 %). Implementasi ditulis tidak lengkap benar
sebanyak 12 orang (100 %). Evaluasi ditulis lengkap tidak benar sebanyak
3 orang (25 %), tidak lengkap benar sebanyak 9 orang (75 %).
1.2 Pengorganisasian
Berdasarkan wawancara dan observasi yang dilakukan, diketahui
bahwa ruangan rawat inap RB2B berada dibawah koordinasi kepala instalasi
Dr wisman M, SpA, dan kepala program kerja (Kapokja) Keperawatan Ns.
Mariati, S.Kep, Kepala Ruang rawat inap RB2B adalah Ns. Rafiah, S.Kep
dan Clinical Instruktur adalah Ns. Seniorita, S.Kep.
1.2.1 Metode Penugasan di RB2B
Metode penugasan yang digunakan di Rindu B2 B adalah metode
bedah urologi, dan satu tim menanggungjawabi dua bagian yaitu sub bedah
plastik serta cardio thoraks dan vaskularisasi.
Menurut kepala ruangan Rindu B2 B metode tim ini efektif dan
sudah berjalan dengan baik. Metode ini memudahkan pelaksanaan kerja
perawat sesuai dengan bagian yang telah ditentukan pada setiap tim. Selain
itu, metode tim ini juga memudahkan kepala ruangan untuk melakukan
evaluasi terhadap kinerja staffnya. Namun, metode tim ini belum berjalan
murni karena masih ada perawat yang bertugas secara fungsional yaitu TL
(Tugas Luar) dan penanggung jawab alat.
1.2.2 Deskripsi Kerja di RB2B
Setiap organisasi memiliki serangkaian tugas atau kegiatan yang
harus diselesaikan untuk mencapai tujuan. Pengorganisasian kegiatan
dilakukan untuk memudahkan pembagian tugas kepada perawat sesuai
dengan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki. Deskripsi kerja di
ruang Rindu B2 B adalah sebagai berikut :
Persyaratan : Kepala Ruangan
1. S 1 Keperawatan dengan pengalaman kerja 2 – 3 tahun
2. D III Keperawatan dengan pengalaman kerja 4 – 8 tahun
3. Memiliki kemampuan memimpin
4. Mempunyai sertifikat pelatihan kepemimpinan
Kedudukan
Kepala ruangan adalah seorang perawat profesional secara teknis
fungsional bertanggung jawab kepada kepala bidang keperawatan melalui
perawat pengawas keperawatan, secara operasional bertanggung jawab
kepada kepala instalasi.
Tugas Pokok
Membantu pelaksanaan bimbingan asuhan keperawatan, penerapan
etika keperawatan serta mengelola kegiatan asuhan keperawatan di ruangan.
Uraian Tugas
1. Mengatur pelaksanaan kegiatan asuhan keperawatan yang
diselenggarakan sesuai dengan kebutuhan klien/anggota keluarga.
2. Mengatur penempatan tenaga keperawatan di ruangan.
3. Mengatur penggunaan dan pemeliharaan logistik keperawatan selalu
siap pakai.
4. Memberi pengarahan dan motivasi kepada ketua group/tim dan
pelaksanaan agar melaksanakan asuhan keperawatan sesuai standar, etis
dan profesional.
5. Melaksanakan program orientasi kepada :
- Tenaga baru
- Siswa/mahasiswa
- Klien/anggota keluarga baru
7. Mengelompokkan klien/anggota keluarga menurut penempatannya
ruangan menurut tingkat jenis kelamin untuk mempermudah asuhan
keperawatan.
8. menciptakan, memelihara suasana kerja yang baik antar petugas,
klien/anggota keluarga/keluarga sehingga memberi ketenangan.
9. Mengadakan pertemuan berkala tenaga keperawatan minimal 2 kali
perhari untuk membicarakan pelaksanaan kegiatan di ruangan.
10.Memeriksa dan meneliti :
- Pengisian daftar permintaan makanan
- Pengisian sensus harian
- Pengisian buku register
- Pengisian rekam medik
11.Mengawasi dan menilai pelaksanaan asuhan keperawatan 5 tahapan :
- Pengkajian keperawatan
- Diagnosa keperawatan
- Perencanaan keperawatan
- Pelaksanaan keperawatan
- Evaluasi keperawatan
12.Pertemuan secara rutin dengan pelaksana keperawatan.
Persyaratan Ketua TIM
1. S 1 Keperawatan dengan pengalaman kerja 1 – 2 tahun
2. D III Keperawatan dengan pengalaman kerja 3 – 5 tahun
3. Memiliki kemampuan memimpin
4. Berwibawa dan sehat
Kedudukan
Perawat ketua group/tim adalah seorang perawat profesional dalam
melaksanakan tugas, bertanggung jawab kepada kepala ruangan.
Tugas Pokok
Melaksanakan Asuhan Keperawatan kepada klien/anggota keluarga
sesuai standard profesi serta menggunakan dan memelihara logistik
keperawatan secara efektif dan efisien.
Uraian Tugas
1. Bersama anggota group/tim melaksanakan Asuhan Keperawatan
sesuai standar.
2. Bersama anggota group/tim mengadakan serah terima tugas dengan
group/tim (group petugas ganti) mengawasi :
- Kondisi klien/anggota keluarga
- Logistik keperawatan
- Administrasi rekam medik
- Pelayanan pemeriksaan penunjang
3. Melanjutkan tugas-tugas yang belum dapat diselesaikan oleh group
sebelumnya.
4. Merundingkan pembagian tugas dengan anggota groupnya.
5. Menyiapkan perlengkapan untuk pelayanan dan visite dokter.
6. Mendampingi dokter visite, mencatat dan melaksanakan program
pengobatan dokter.
7. Membantu pelaksanaan rujukan.
8. Melakukan orientasi terhadap klien/anggota keluarga keluarga baru
mengenai :
- Tata tertib ruangan rumah sakit
- Perawat yang bertugas
9. Menyiapkan orientasi pulang dan memberi penyuluhan kesehatan.
10. Memelihara kebersihan ruang rawat dengan :
- Mengatur tugas cleaning service
- Mengatur tugas peserta didik
- Mengatur tata tertib ruangan yang ditujukan kepada semua
petugas, peserta didik dan pengunjung ruangan
11. Membantu kepala ruangan membimbing peserta didik keperawatan.
12. Membantu kepala ruangan untuk menilai mutu pelayanan asuhan
keperawatan serta tenaga keperawatan.
13. Menulis laporan tim mengenai klien/anggota keluarga dan
Uraian Tugas
CI (Clinical Instructure)
1. Melihat dan membaca laporan pendahuluan peserta didik
2. Melakukan pre conference dan membahas laporan pendahuluan
3. Memberi waktu kepada peserta didik untuk membaca rekam medis
pasien
4. Membimbing peserta didik untuk meningkatkan komunikasi teraupetik
5. Membimbing peserta didik dalam menerapkan rencana tindakan
6. Melakukan bed side teaching
7. Melakukan ronde keperawatan
8. Mengambil alih tindakan yang dilakukan peserta didik dalam situasi
tertentu
9. Melakukan post konfrens yang membahas tentang kegiatan peserta
didik dalam melakukan asuhan keperawatan
10. Mambimbing peserta didik dalam rangka mengakhiri praktek di suatu
tempat/ruangan
11. Mengontrol kehadiran peserta didik dan melaporkan kepada diklat
apabila peserta didik tidak hadir
a. Memberi bimbingan peserta didik sesuai dengan tingkat
pendidikannya dalam hal: melaksanakan asuhan keperawatan
dengan penerapan proses keperawatan
12. Memberi penilaian terhadap hasil kerja peserta didik sesuai dengan
tempat tugasnya dan menyerahkan kepada koordinator instruktor klinis
setiap akhir minggu
13. Mengkoordinasikan tugas bimbingan kepada penanggung jawab sore
dan malam.
Uraian Tugas Perawat Pelaksana
1. Melakukan Asuhan Keperawatan sesuai standar.
2. Mengadakan serah terima dengan group/tim lain (group petugas ganti)
mengenai :
a. Kondisi klien/anggota keluarga
b. Logistik keperawatan
c. Administrasi rekam medik
d. Pelayanan pemeriksaan penunjang
e. Kolaborasi program pengobatan.
3. Melanjutkan tugas-tugas yang belum dapat diselesaikan oleh group
sebelumnya.
4. Merundingkan pembagian tugas dengan groupnya.
5. Menyiapkan perlengkapan untuk pelayanan dan visite dokter.
6. Mendampingi dokter visite, mencatat dan melaksanakan program
pengobatan dokter.
8. Melakukan orientasi terhadap klien/anggota keluarga/keluarga baru
mengenai :
a. Tata tertib ruangan/rumah sakit
b. Perawat yang bertugas
9. Menyiapkan klien/anggota keluarga pulang dan memberikan
penyuluhan kesehatan.
10. Memelihara kebersihan ruang rawat dengan:
a. Mengatur tugas cleaning service.
b. Mengatur tugas peserta didik
c. Mengatur tata tertib ruangan yang ditujukan kepada semua
petugas, peserta didik dan pengunjung ruangan.
11. Membantu kepala ruangan membimbing peserta didik keperawatan.
12. Membantu kepala ruangan untuk menilai mutu pelayanan asuhan
keperawatan serta tenaga keperawatan.
13. Menulis laporan tim/group mengenai kondidi klien/anggota keluarga
dan lingkungannya.
14. Memberikan penyuluhan kesehatan kepada klien/anggota
keluarga/keluarga
15. Menjelaskan tata tertib rumah sakit, hak dan kewajiban klien/anggota
1.2.3 Pendelegasian Tugas
Berdasarkan hasil pengkajian melalui wawancara dengan Kepala
Ruangan, sistem pendelegasian tugas keperawatan di ruang RINDU B2 B
dilaksanakan sesuai metode penugasan tim, dimana pendelegasian dilakukan
dari kepala ruangan kepada ketua tim secara lisan. Apabila kepala ruangan
dan ketua tim berhalangan hadir maka pendelegasian tugas diserahkan pada
CI. Ketetapan yang digunakan dalam penentuan ketua tim dan perawat
pelaksana adalah berdasarkan kemampuan, tanggung jawab, disiplin, Surat
Keputusan Menteri Kesehatan dan pendidikan.
1.3 Staffing
Di ruangan Rindu B2 B terdapat 24 orang perawat. Proses
perekrutan pegawai di ruang Rindu B2 B yakni melalui ujian penerimaan
pegawai dari Departemen Kesehatan Pusat. Pegawai yang diterima akan
diorientasikan selama 2 bulan yang kinerjanya dinilai langsung oleh kepala
ruangan disampaikan ke kapokja ke instalasi dan terakhir diteruskan ke
bidang keperawatan, setelah ditempatkan di ruangan tertentu maka pegawai
baru tersebut diorientasikan selama 1 bulan di bagian tersebut. Perawat di
ruangan Rindu B2 B terdiri dari 1 orang kepala ruangan, 1 orang CI, 1 orang
ketua tim, 1 orang penanggung jawab, 1 orang TU, 1 orang TL, dan 18
Tabel 1. Tenaga Perawat di ruang Rindu B2 B
Keterangan : Dalam struktur organisasi ada 2 KaTim, namun KaTim 2
belum resmi diangkat dan untuk sementara masih menjadi penanggung
jawab Katim.
Pendistribusian tenaga keperawatan yang ada di ruangan Rindu B2 B
berdasarkan dinas pada tanggal 15 Juni 2012 sebagai berikut:
Pagi : 13 orang yang terdiri dari 1 orang Karu, 1 orang
CI. 1 orang TU, dan 1 orang penanggung jawab
alat 1 orang TL, sehingga perawat pelaksana
berjumlah 8 orang yang dibagi menjadi 4 orang di
stase urologi, 2 orang di stase bedah plastik, 2
orang di stase kardio toraks.
Sore : 3 orang
Malam : 3 orang
Libur : 4 orang
Pembagian jam kerja untuk:
Dinas pagi : jam 08.00 – 15.00
Dinas sore : jam 14.00 – 21.00
Dinas malam : jam 20.00 – 09.00
Jadwal dinas perawat di ruang RINDU B2 B disusun oleh kepala
ruangan. Pengaturan jadwal perawat yang izin/cuti diberikan maksimal pada
2 orang. Jadwal pada hari libur, perawat yang berdinas hanya sebagian dan
diatur oleh kepala ruangan. Sedangkan jadwal dinas perawat yang tugas
belajar disesuaikan dengan jadwal belajar perawat tersebut.
Operan tanggung jawab perawatan dilakukan setiap perawatan.
Operan tanggung jawab diikuti oleh semua perawat yang bertugas. Operan
dengan cara bed to bed dilakukan saat operan dinas pagi ke dinas sore, dinas
sore ke dinas malam, dinas malam ke dinas pagi. Operan bed to bed penting
dilakukan untuk mengetahui keadaan umum pasien sehingga perawat dapat
mengetahui perkembangan kondisi kesehatan pasien dan menentukan
tindakan perawatan selanjutnya.
Perhitungan Kebutuhan Tenaga Perawat
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan, Rata-rata
jumlah pasien di ruang rawat inap RB2B dalam 3 bulan terakhir (Maret,
April, Mei 2012) sebanyak 37 orang. Dimana jumlah tempat tidur di ruang
Berdasarkan data tersebut diperoleh nilai BOR:
BOR = rata−rata pasien
tempat tidur pasien× 100%
BOR =37
50× 100% = 74%
Table 2. Jumlah tenaga perawatan yang dibutuhkan di ruang rawat inap RB2B berdasarkan kategori asuhan keperawatan menurut Depkes (2002)
1) Jumlah perawat yang dibutuhkan adalah:
𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗ℎ𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑗𝑗𝑗𝑗𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑗𝑗𝑡𝑡𝑗𝑗𝑡𝑡𝑗𝑗𝑡𝑡 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑡𝑡𝑗𝑗𝑡𝑡𝑗𝑗𝑡𝑡𝑗𝑗𝑗𝑗𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑗𝑗𝑡𝑡𝑗𝑗𝑡𝑡 =
137,56
7 = 19,65
2) Jumlah hari libur (loss day):
(𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗ℎℎ𝑗𝑗𝑡𝑡𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑡𝑡𝑎𝑎𝑎𝑎𝑗𝑗𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑗𝑗ℎ𝑗𝑗𝑡𝑡+𝑐𝑐𝑗𝑗𝑡𝑡𝑗𝑗+ℎ𝑗𝑗𝑡𝑡𝑗𝑗𝑎𝑎𝑡𝑡𝑎𝑎𝑗𝑗𝑡𝑡) 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗ℎℎ𝑗𝑗𝑡𝑡𝑗𝑗𝑗𝑗𝑡𝑡𝑡𝑡𝑗𝑗𝑗𝑗𝑡𝑡𝑗𝑗𝑡𝑡𝑗𝑗𝑡𝑡𝑗𝑗𝑗𝑗
×𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗ℎ𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑗𝑗𝑡𝑡𝑗𝑗𝑡𝑡
52 + 7 + 14
240 × 19,65 = 5,97
3) Pekerjaan Non Keperawatan:
(19,65 + 5,97) x 25% = 6,405
4) Jumlah kebutuhan perawat:
Jumlah perawat yang dibutuhkan + jumlah hari libur + pekerjaan
non keperawatan
19,65 + 5,97 + 6,405 = 32,025 = 32 orang
Maka jumlah perawat yang dibutuhkan di ruang rawat inap RB2B
menurut Depkes adalah 32 orang + 1 orang kepala ruangan = 33 orang.
Table 3. Jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan di ruang rawat inap RB2B berdasarkan kategori asuhan keperawatan menurut Douglas (1975)
Jadi, jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan ketergantungan pasien
adalah:
P + S + M + L +1 karu + 2 Katim = 10 + 7 + 4 + 5,25 + 1 + 1 = 29,25 = 29
Dari data di atas diperoleh jumlah tenaga perawat yang ada saat ini
sebanyak 24 orang (23 orang perawat + 1 orang tata usaha). Untuk
penerapan standar asuhan keperawatan dengan metode penugasan tim
dengan rata-rata jumlah pasien ±37 orang per hari dibutuhkan tenaga
perawat sebanyak 33 orang menurut Depkes sehingga jumlah perawat yang
dibutuhkan di ruang rawat inap RB2B belum mencukupi dan dibutuhkan
penambahan 10 orang perawat sementara menurut Douglas dibutuhkan 29
orang dan dibutuhkan penamabahan 6 orang perawat lagi.
1.4 Directing
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan pada
tanggal 16 Juni 2012 pukul 11.00 WIB, kepala ruangan menggabungkan
gaya kepemimpinan otoriter dan demokrasi, dimana pemimpin mampu
menempatkan kapan harus mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja
sama untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan, dalam
menggerakkan staf selalu memperhatikan kemampuan stafnya, senang
menerima kritik, saran, dan pendapat dari staf, serta menempatkan kapan
harus tegas mengambil keputusan. Berbagai kegiatan yang akan dilakukan
ditetapkan bersama antara pemimpin dan bawahan.
Masalah yang biasa terjadi di ruangan Rindu B2 B adalah
kelalaian perawat dalam menjalankan tugasnya dan keterlambatan perawat
yang berjaga di dinas sore dan dinas malam. Hal ini diselesaikan dengan
terdapat konflik dalam ruangan, jika ketua tim tidak bisa menyelesaikan
masalah tersebut maka kepala ruangan beserta staf-stafnya mendiskusikan
masalah tersebut dan segera diselesaikan. Bila konflik yang terjadi bersifat
intern antar pegawai maka kepala ruangan akan menyelesaikannya bersama
dengan pegawai yang bersangkutan di dalam ruangan kepala ruangan.
1.5 Controlling
Kepala Ruangan berperan sebagai supervisor. Supervisi dilakukan
oleh kepala ruangan setiap hari. Monitoring terhadap pendokumentasian
asuhan keperawatan dilakukan oleh kepala ruangan pada saat melakukaan
supervisi. Penanggung jawab dalam pendokumentasian dilakukan oleh
ketua tim 1 dan penanggung jawab tim 2, dimana mereka melakukan
pendelegasian kepada perawat pelaksana untuk melakukan asuhan
keperawatan. Begitu juga halnya dalam memonitoring kerja perawat di
ruangan.
Kepala ruangan melakukan penilaian terhadap kinerja perawat
dengan menggunakan IKI (Indeks Kinerja Individu) yang diadakan setiap
sebulan sekali. Ada juga sistem penilaian IKU (Indeks Kinerja Unit) yang
diadakan sekali dalam 3 bulan yang dilakukan oleh bidang keperawatan.
Lingkup dari penilaian ini yakni berupa pengetahuan, keterampilan,
tanggung jawab, kehadiran, dan sikap. Karu juga memberikan teguran
reward(penghargaan) berupa jasa pelayanan bagi perawat yang melakukan
tugasnya dengan baik dan peduli dengan pasien
2. Analisa Situasi 2.1 Planning
S (Strength) W (Weakness) O (Opportunity) T (Threat)
• Memiliki visi, misi, dan falsafah ruangan yang dijadikan sebagai pedoman dalam memberikan
pelayanan kesehatan.
• Memberikan pelayanan pada pasien Askes, jamkesmas, JKA, dan umum.
• Sudah adanya format dokumentasi yang terintergrasi (catatan integrasi) yang digunakan sebagai dokumentasi semua tenaga medis.
• Ruangan rindu B2 B telah difasilitasi dengan SAK dan SOP
• Diadakannya pertemuan
• Pendokumentasian asuhan keperawatan pasien belum sesuai dengan standar asuhan keperawatan yang
terdapat di ruangan rindu B2 B, terutama
pendokumentasian evaluasi.
• Sudah terdapat format pendidikan kesehatan kepada pasien tetapi pelaksanaannya belum optimal.
• Pencatatan atau
pendataan ulang kondisi alat-alat inventaris belum berjalan optimal
• Penempatan alat-alat/obat-obat
• Adanya mahasiswa yang sedang praktek belajar di RSUP HAM Medan.
• Adanya kesempatan bagi perawat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
• Adanya tuntutan masyarakat yang tinggi untuk mendapatkan
pelayanan yang lebih professional.
• Rumah sakit lain yang mempunyai SDM yang lebih baik dan berkualitas.
berkala minimal 2x/hari untuk membicarakan pelaksanaan kegiatan di ruangan
emergency belum tersusun rapi
sakit pendidikan, yang menjadikan pasien sebagai lahan praktek.
2.2 Organizing
S (Strength) W (Weakness) O (Opportunity) T (Threat)
• Memiliki struktur organisasi yang jelas dan melakukan pendelegasian sesuai alur struktur.
• Ruang rindu B2 B memiliki ketetapan yang sudah jelas dalam penempatan katim, CI, dan perawat pelaksana berdasarkan jenjang pendidikan.
• Di setiap shift baik pagi, sore, dan malam sudah ditetapkan perawat penanggungjawab
• Jadwal dinas disusun setiap bulan secara jelas dan fleksibel
• Metode penugasan
adalah metode tim, tetapi belum dilakukan secara optimal karena masih ada metode fungsional
dimana adanya pembagian perawat pelaksana yang khusus seperti petugas luar.
• Sistem pendelegasian tugas yang dilakukan secara lisan dapat menimbulkan resiko penyalahgunaan
wewenang.
• Berdasarkan wawancara
Adanya pedoman uraian tugas mengacu kepada Depkes RI
• Deskripsi tugas perawat tersusun dengan jelas
dengan kepala ruangan pada tanggal 15 juni 2012 menyatakan belum adanya orang yang tepat menjabat sebagai katim 2 karena belum ada yang memenuhi kriteria yaitu pengalaman kerja, keterampilan, tanggung jawab dan peduli terhadap pasien.
2.3 Staffing
S (Strength) W (Weakness) O (Opportunity) T (Threat)
• Jumlah tenaga perawat dengan jenjang pendidikan S1 keperawatan 7 orang dan D3 keperawatan 10 orang.
• Rekruitmen pegawai melalui ujian penerimaan dari DEPKES RI ( Pusat)
• Adanya orientasi kepada pegawai baru selama 3 bulan.
• Adanya perawat yang telah
• Ruangan rindu B2 B hanya memiliki 1 orang ketua tim.
• Masih adanya perawat sebanyak 5 orang yang memiliki tingkat pendidikan SPK.
• Kurangnya petugas non perawat sehingga petugas perawat ada yang
• Terbukanya peluang untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
• Adanya kerjasama perawat dengan mahasiswa yang praktek klinik
mengikuti pelatihan sebanyak 10 orang (lampiran).
• Adanya rotasi atau mutasi pegawai yang bersifat fleksibel setiap 3 bulan sekali sesuai kebijakan karu.
• Adanya kenaikan pangkat setiap satu kali dalam tiga tahun dan kenaikan gaji secara berkala setiap satu kali dalam dua tahun (bagi perawat yang memiliki kinerja yang baik). Perawat yang memiliki kinerja yang baik akan mendapatkan reward
berupa penambahan jasa pelayanan yang diusulkan oleh KaRu, sedangkan perawat yang memiliki kinerja yang kurang baik akan mendapatkan sanksi berupa teguran dari KaRu dan pengurangan jasa pelayanan.
melakukan tugas non keperawatan (farmasi, administrasi, tugas luar dan gizi).
2.4 Directing
S (Strength) W (Weakness) O (Opportunity) T (Threat)
• Kepala ruangan menerapkan gaya kepemimpinan
demokratis.
• Adanya CI yang
mengkoordinir mahasiswa yang sedang Praktek Belajar Lapangan (PBL).
• Karu belum mendapat kesempatan untuk melanjutkan pendidikan kejenjang S2
• Adanya kesempatan bagi pegawai baru untuk mendapatkan pengarahan dari karu.
• Adanya tuntutan yang lebih besar dari pasien/keluarga
S (Strength) • W (Weakness) O (Opportunity) T(Threat)
• Adanya penilaian kinerja perawat yang dilakukan oleh KaRu setiap satu kali sebulan (IKI) dan penilaian yang dilakukan oleh bidang keperawatan setiap satu kali dalam tiga bulan (IKU).
• Monitoring terhadap dokumentasi asuhan keperawatan pasien belum rutin dilakukan.
• Belum adanya
pengawasan bagi perawat dalam memberikan
• Adanya kesempatan bagi Perawat yang memiliki kinerja yang baik untuk mendapatkan
reward berupa penambahan jasa
• Kepala ruangan melakukan pengawasan terhadap pegawai dan asuhan keperawatan di ruangan Rindu B2 B.
• Adanya kolaborasi dan
koodinasi yang baik dengan tim kesehatan lain
• Kepala ruangan melakukan visit ke ruangan setiap hari.
• Perawat mendampingi pasien pada saat visite dokter
3. Rumusan Masalah
a) Berdasarkan hasil analisa ruangan, maka penulis merumuskan
masalah yang terdapat di ruangan yaitu
• Pendokumentasian Askep khususnya evaluasi belum berjalan
optimal.
• Belum optimalnya pendokumentasian dan pelaksanaan
pendidikan kesehatan
• Belum adanya pendataan alat-alat inventaris
• Penempatan dan penamaan obat-obat emergency belum tersusun
rapi
b) Berdasarkan pengakajian pasien, maka penulis merumuskan masalah
pada manajemen asuhan keperawatan yaitu:
• Kurangnya informasi yang diperoleh keluarga dan pasien
mengenai perawatan luka bakar.
4. Rencana Penyelesaian Masalah
a) Manajemen ruangan
• Membuatkan buku panduan pendokumentasian evaluasi (SOAP)
berdasarkan diagnosa yang paling sering muncul di ruang RB2B
• Membantu perawat RB2B melakukan pendidikan kesehatan dan
mendokumentasikan di format edukasi.
• Membantu perawat RB2B mendata ulang kondisi alat-alat
• Membantu perawat RB2B menyusun alat-alat dan obat-obat
emergency dan membuat label disetiap kotak agar memudahkan
kerja perawat.
b) Mana jemen Asuhan Keperawatan
• Memberikan pendidikan kesehatan mengenai perawatan luka
bakar.
5. Implementasi
a) Manajemen Ruangan
• Tanggal 16 Juni 2012 melakukan pendataan ulang terhadap
alat-alat inventaris.
• Tanggal 18 Juni 2012 menyusun alat-alat dan obat-obat
emergency serta memberi penamaan di setiap kotak.
• Memberikan pendidikan kesehatan tentang pengendalian infeksi
kepada seluruh pasien di ruangan RB2B dan membantu perawat
mendokumentasikan di format edukasi pada tanggal 22-23 Juni
2012.
• Membuat buku panduan pendokumentasian evaluasi (SOAP) dan
diserahkan kepada seluruh perawat RB2B pada tanggal 2 Juli
b) Mana jemen Asuhan Keperawatan
• Melakukan penyuluhan mengenai perawatan luka bakar pada Tn.
P dan keluarga tanggal 2 Juli 2012.
6. Evaluasi
a) Manajemen Ruangan
• Setelah dilakukan pencatatan alat-alat inventaris pada tanggal 16
Juni 2012 diketahui bahwa masih banyak alat-alat inventaris di
ruang RB2B yang sudah tidak layak pakai atau tidak dapat
dipergunakan sama sekali, untuk itu perlu adanya pencatatan
alat inventaris agar ruangan dapat mengajukan pengadaan
alat-alat inventaris yang baru, sehingga asuhan keperawatan dapat
diberikan kepada pasien secara optimal.
• Setelah dilakukan penyusunan serta penamaan alat-alat serta
obat-obat emergency tanggal 18 Juni 2012, hal ini memudahkan
perawat perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang
cepat dan tepat kepada pasien.
• Setelah dilakukan pendidikan kesehatan mengenai pengendalian
infeksi di runag RB2B pada tanggal 22-23 Juni 2012, terlihat
perubahan perilaku pada keluarga pasien yaitu keluarga pasien
terlihat mencuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh
keluarganya (pasien) dan membuang sampah di tong sampah
• Setelah diberikan buku panduan pendokumentasian evaluasi,
perawat dapat mendokumentasikan evaluasi secara baik, terbukti
dengan dari 23 status yang diperiksa hanya 5 status (21,7%) yang
tidak benar cara pendokumentasian evaluasinya, sedangkan
selebihnya telah membuat evaluasi sesuai dengan buku panduan.
b) Mana jemen Asuhan Keperawatan
• Setelah diberikan pendidikan kesehatan mengenai perawatan luka
bakar keluarga pasien paham dan mampu menjelaskan kembali
bagaimana perawatan luka bakar, keluarga pasien mengatakan
akan memberikan anaknya dengan nutrisi yang tinggi protein dan
menjaga hygiene diri sehingga luka terhindar dari infeksi.
C. Pembahasan
a) Manajemen Ruangan
Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan oleh praktikan di
ruang RB2B pada tanggal 11- 16 Juni 2012 ada beberapa masalah yang dijumpai
diantaranya (1) Pendokumentasian Askep khususnya evaluasi belum berjalan
optimal; (2) Belum optimalnya pelaksanaan dan pendokumentasian pendidikan
kesehatan; (3) Belum adanya pendataan alat-alat inventaris; (4) Penempatan dan
penamaan obat-obat emergency belum tersusun rapi.
Untuk menyelesaikan masalah tersebut, praktikan menyusun rencana
tindakan yang disesuaikan dengan kemampuan. Rencana tindakan tersebut telah
1. Pendokumentasian Askep khususnya evaluasi belum berjalan optimal.
Dokumentasi merupakan tulisan dan pencatatan suatu kegiatan/aktivitas
tertentu secara sah/legal. Pendokumentasian asuhan keperawatan merupakan
penulisan dan pencatatan yang dilakukan oleh perawat tentang informasi
kesehatan klien termasuk data pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi
dan evaluasi keperawatan (Carpenito, 1998).
Dokumentasi keperawatan merupakan bukti otentik tentang respon klien
dan perubahan yang terjadi dari tindakan yang dilakukan oleh perawat baik secara
mandiri maupun kolaborasi yang merupakan bagian permanen dari rekam medik
klien. Pencatatan data yang akurat dan lengkap akan memberikan kemudahan bagi
perawat dalam membantu menyelesaikan masalah pasien. Untuk meyelesaikan
masalah ini, praktikan membuatkan buku panduan pendokumentasian evaluasi
guna mempermudah pekerjaan perawat dalam melakukan pendokumentasian.
Dari hasil evaluasi diketahui setelah diberikan buku panduan pendokumentasian
evaluasi, perawat dapat mendokumentasikan evaluasi secara baik, terbukti dengan
dari 23 status yang diperiksa hanya 5 status (21,7%) yang tidak sesuai cara
pendokumentasian evaluasinya dengan buku panduan.
2. Belum optimalnya pelaksanaan pendidikan kesehatan dan pendokumentasian
pada format edukasi.
Menurut WHO (1954) dalam Notoatmodjo (2003) bahwa tujuan
pendidikan kesehatan adalah untuk meningkatkan status kesehatan dan mencegah
memaksimalkan fungsi dan peran pasien selama sakit serta membantu pasien dan
keluarga untuk mengatasi masalah kesehatan.
Menurut Machfoed (2005), pendidikan kesehatan merupakan proses
perubahan yang bertujuan untuk mengubah individu, kelompok dan masyarakat
menuju hal-hal yang positif secara terencana melalui proses belajar. Perubahan
tersebut mencakup antara lain pengetahuan, sikap, dan keterampilan melalui
proses pendidikan kesehatan.
Maka dari itu, untuk menyelesaikan masalah tersebut praktikan
melakukan penyuluhan mengenai pengendalian infeksi dan mendokumentasikan
dalam format edukasi. Dari hasil evaluasi penyuluhan yang telah dilakukan
peserta penyuluhan tampak antusias, kooperatif, aktif dalam kegiatan penyuluhan.
3. Belum adanya pendataan alat-alat inventaris dan penempatan serta penamaan
obat-obat emergency belum tersusun rapi
Pengorganisasian adalah suatu langkah untuk menetapkan,
menggolongkan dan mengatur berbagai macam kegiatan, penetapan tugas-tugas
dan wewenang seseorang, pendelegasian wewenang dalam rangka mencapai
tujuan. Fungsi pengorganisasian merupakan alat untuk memadukan semua
kegiatan yang beraspek personil, finansial, material dan tata cara dalam rangka
mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Muninjaya, 1999).
Tujuan dari pelayanan keperawatan adalah pemberian asuhan
keperawatan yang optimal. Untuk mewujudkannya dibutuhkan SDM dan juga
melakukan pendataan alat-alat inventaris, guna sebagai dasar bagi kepala ruangan
untuk melakukan pengajuan pengadaan alat-alat inventaris yang sudah tidak layak
pakai serta menyusun dan memberikan penamaan pada obat-obat emergency
Sehingga perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang optimal, guna
mempercepat kesembuhan pasien.
Dari hasil evaluasi yang dilakukan diperoleh bahwa masih banyak
alat-alat inventaris di ruang RB2B yang sudah tidak layak pakai atau tidak dapat
dipergunakan sama sekali (terlampir). Dengan dibuatkan penamaan obat-obat
emergency dapat memudahkan perawat dalam melakukan tugasnya.
b) Manajemen Asuhan Keperawatan
Pendidikan kesehatan merupakan bagian dari keseluruhan upaya
kesehatan (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif) yang menitikberatkan
pada upaya untuk meningkatkan perilaku hidup sehat. Menurut WHO (1954)
dalam Notoatmodjo (2003) tujuan pendidikan kesehatan adalah untuk
meningkatkan status kesehatan dan mencegah timbulnya penyakit,
mempertahankan derajat kesehatan yang sudah ada, memaksimalkan fungsi dan
peran pasien selama sakit serta membantu pasien dan keluarga untuk mengatasi
masalah kesehatan.
Berdasarkan hasil kegiatan PBLK ini menunjukkan bahwa pemberian
pendidikan kesehatan merupakan bagian yang terintegrasi dengan pemberian
asuhan keperawatan. Asuhan keperawatan yang diberikan secara optimal dapat
membantu mengatasi masalah pasien dan memenuhi kebutuhan dasar pasien demi