• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah-masalah yang telah dipaparkan tersebut, maka yang dapat dirumuskan adalah “Apakah pengawasan keuangan perusahaan dapat meningkatkan kinerja keuangan pada PT. Perdana Duta Persada Cabang Makassar?”

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian :

Untuk mengetahui apakah pengawasan keuangan dapat meningkatkan kinerja keuangan pada PT. Perdana Duta Persada Cabang Makassar.

2. Manfaat Penelitian : a. Teoritis

Penelitian ini bertitik tolak dengan meragukan suatu teori tertentu atau yang disebut dengan penelitian verifikatif. Adanya keraguan terhadap teori itu muncul apabila yang terlibat tidak dapat lagi menjelaskan kejadian-kejadian aktual yang tengah dihadapi. Dilakukannya pengujian atas teori tersebut bisa melalui penelitian secara empiris serta hasilnya dapat menolak ataupun mengukuhkan serta merevisi teori yang berhubungan.

b. Kritis

Penelitian juga berguna untuk memecahkan permasalahan praktis.

Semua lembaga yang bisa kita jumpai di masyarakat, seperti lembaga pemerintahan ataupun lembaga swasta, sadar akan manfaat tersebut dengan menempatkan suatu penelitian dan juga pengembangan sebagai bagian dari integral organisasi mereka.

c. Kebijakan

Pertama, para edukator terus berupaya memahami proses-proses pendidikan dan harus membuat keputusan-keputusan profesionalnya.

Keputusan-keputusan profesional ini memiliki efek-efek yang bersifat segera maupun jangka panjang terhadap pihak-pihak lain : siswa, orang tua, dan akhirnya masyarakat dan bangsa ini. Bagaimana para edukator mendapatkan pemahaman untuk membuat keputusan-keputusan?

Kebanyakan dari kita cenderung bersandar pada sejumlah sumber, termasuk pengalaman pribadi, opini pakar, tradisi, intuisi, akal sehat, dan keyakinan-keyakinan tentang apa yang benar atau salah. Masing-masing

dari berbagai sumber itu diakui pada situasi-situasi tertentu, tetapi pada situasi-situasi lainnya, masing-masing sumber itu barangkali tidak memadai untuk dijadikan satu-satunya landasan pembuatan keputusan.

Kedua, kelompok-kelompok kebijakan non-kependidikan, misalnya badan pemerintah dan lembaga pembuat undang-undang, telah semakin memandatkan perubahan-perubahan dalam pendidikan. Bagaimana kelompok-kelompok kebijakan memperoleh pandangan-pandangan mereka tentang pendidikan dan informasi yang mereka perlukan mengenai sekolah-sekolah dan pembelajaran? Sebagian besar bahkan hampir semua pembuat kebijakan lebih mengutamakan dan memilih informasi berdasarkan penelitian yang relevan dengan isu kebijakan-kebijakan khusus yang mereka tangani.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian dan Jenis Pengawasan 1. Pengertian Pengawasan

Siagian (2005: 13), menyatakan bahwa pengawasan adalah kegiatan manajer (pimpinan) yang mengusahakan pekerjaan-pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dan sesuai dengan hasil yang dikehendaki.

George. R (2006:395), dengan tegas mengartikan pengawasan sebagai mendeterminasi apa yang telah dilaksanakan, maksudnya mengevaluasi prestasi kerja dan apabila perlu, menerapkan tindakan-tindakan korektif sehingga hasil pekerjaan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.

Sementara Sarwoto (dalam Febriani, 2005:12), mengatakan bahwa pengawasan adalah kegiatan manajer yang mengusahakan agar pekerjaan-pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan atau hasil yang dikehendaki.

Dengan memperhatikan defenisi tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengawasan dapat diartikan sebagai suatu aktivitas atau tindakan yang diadakan untuk menjamin atau membuat sedemikian rupa agar pelaksanaan pekerjaan itu dapat berlangsung serta berhasil sesuai dengan apa yang dirumuskan dalam perencanaan. Pada hakikatnya, pengawasan dapat diartikan sebagai berikut :

a. Segenap kegiatan untuk menjamin serta meyakinkan bahwa pekerjaan-pekerjaan yang dilaksanakan adalah sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, pedoman dan kebijaksanaan yang telah digariskan dan instruksi yang telah diberikan.

b. Sebagai suatu fungsi manajemen yang merupakan tindak lanjut daripada fungsi perencanaan, pembagian kerja serta pelaksanaan pekerjaan.

Pengawasan fungsional inilah yang dapat diibaratkan sebagai mata dan telinga dari pimpinan organisasi atau pelaksana tugas-tugas yang dilakukan, jika terdapat penyimpangan yang menyebabkan hal itu terjadi.

Dengan dipahami bersama daripada pengawasan secara fungsional yang dapat diibaratkan sebagai mata dan telinga, dimana mata dapat melihat sejauh mana aktivitas pengawasan dapat dilaksanakan dan bagaimana aktivitas usaha-usaha dalam rangka memperbaiki kekeliruan jika ada.

Selanjutnya, telinga digunakan untuk dapat mendengarkan isu-isu apa dan berita apa yang dapat didengar dalam aktivitas aparatur, agar pengawasan berfungsi sebagai radar dalam siklus berputar.

2. Jenis Pengawasan

Pada dasarnya ada beberapa jenis pengawasan yang dapat dilakukan, yaitu:

a) Pengawasan Intern dan Ekstern

Pengawasan intern adalah pengawasan yang dilakukan oleh orang atau badan yang ada di dalam lingkungan unit organisasi yang bersangkutan.

Pengawasan dalam bentuk ini dapat dilakukan dengan cara pengawasan atasan langsung atau pengawasan melekat (built in control) atau pengawasan yang dilakukan secara rutin oleh inspektorat jenderal pada setiap kementerian dan inspektorat wilayah untuk setiap daerah yang ada di Indonesia, dengan menempatkannya di bawah pengawasan Kementerian Dalam Negeri. Pengawasan ekstern adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh unit pengawasan yang berada di luar unit organisasi yang diawasi. Dalam hal ini di Indonesia adalah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), yang merupakan lembaga tinggi negara yang terlepas dari pengaruh kekuasaan manapun. Dalam menjalankan tugasnya, BPK tidak mengabaikan hasil laporan pemeriksaan aparat pengawasan intern pemerintah, sehingga sudah sepantasnya di antara keduanya perlu terwujud harmonisasi dalam proses pengawasan keuangan negara. Proses harmonisasi demikian tidak mengurangi independensi BPK untuk tidak memihak dan menilai secara obyektif aktivitas pemerintah.

b) Pengawasan Preventif dan Represif

Pengawasan preventif lebih dimaksudkan sebagai pengawasan yang dilakukan terhadap suatu kegiatan sebelum kegiatan itu dilaksanakan, sehingga dapat mencegah terjadinya penyimpangan. Lazimnya, pengawasan ini dilakukan pemerintah dengan maksud untuk

menghindari adanya penyimpangan pelaksanaan keuangan negara yang akan membebankan dan merugikan negara lebih besar. Di sisi lain, pengawasan ini juga dimaksudkan agar sistem pelaksanaan anggaran dapat berjalan sebagaimana yang dikehendaki. Pengawasan preventif akan lebih bermanfaat dan bermakna jika dilakukan oleh atasan langsung, sehingga penyimpangan yang kemungkinan dilakukan akan terdeteksi lebih awal. Di sisi lain, pengawasan represif adalah pengawasan yang dilakukan terhadap suatu kegiatan setelah kegiatan itu dilakukan. Pengawasan model ini lazimnya dilakukan pada tiap akhir tahun anggaran, dimana anggaran yang telah ditentukan kemudian disampaikan laporannya. Setelah itu, dilakukan pemeriksaan dan pengawasannya untuk mengetahui kemungkinan ada atau terjadinya penyimpangan.

c) Pengawasan Aktif dan Pasif

Pengawasan dekat (aktif) dilakukan sebagai bentuk pengawasan yang dilaksanakan di tempat kegiatan yang bersangkutan. Hal ini berbeda dengan pengawasan jauh (pasif) yang melakukan pengawasan melalui penelitian dan pengujian terhadap surat-surat pertanggung jawaban yang disertai dengan bukti-bukti penerimaan dan pengeluaran. Di sisi lain, pengawasan berdasarkan pemeriksaan kebenaran formil menurut hak (rechmatigheid) adalah pemeriksaan terhadap pengeluaran apakah telah sesuai dengan peraturan, tidak kadaluarsa, dan hak itu terbukti kebenarannya. Sementara hak berdasarkan pemeriksaan kebenaran

materil mengenai maksud tujuan pengeluaran (doelmatigheid) adalah pemeriksaan terhadap pengeluaran apakah telah memenuhi prinsip ekonomi, yaitu pengeluaran tersebut diperlukan dan beban biaya yang serendah mungkin.

d) Pengawasan kebenaran formil menurut hak (rechtimatigheid) dan pemeriksaan kebenaran materil mengenai maksud tujuan pengeluaran (doelmatigheid). Dalam kaitannya dengan penyelenggaraan negara, pengawasan ditujukan untuk menghindari terjadinya resiko korupsi, penyelewengan, dan pemborosan anggaran negara yang tertuju pada aparatur atau pegawai negeri. Dengan dijalankannya pengawasan tersebut diharapkan pengelolaan dan pertanggung jawaban anggaran dan kebijakan negara dapat berjalan sebagaimana direncanakan.

B. Alasan-Alasan Pentingnya Pengawasan

Pengawasan pada suatu organisasi akan berjalan terus dan semakin komplek dari waktu ke waktu, banyaknya orang yang berbuat kesalahan dan guna mengevaluasi atas hasil kegiatan yang telah dilakukan, inilah yang membuat fungsi pengawasan semakin penting dalam setiap organisasi. Tanpa adanya pengawasan yang baik tentunya akan menghasilkan tujuan yang kurang memuaskan, baik bagi organisasinya itu sendiri maupun bagi para pekerjanya.

Ada beberapa alasan mengapa pengawasan itu penting, diantaranya : a) Perubahan lingkungan organisasi

Berbagai perubahan lingkungan organisasi terjadi terus-menerus dan tak dapat dihindari, seperti munculnya inovasi produk dan pesaing baru, diketemukannya bahan baku baru dan sebagainya. Melalui fungsi pengawasannya manajer mendeteksi perubahan yang berpengaruh pada barang dan jasa organisasi sehingga mampu menghadapi tantangan atau memanfaatkan kesempatan yang diciptakan perubahan yang terjadi.

b) Peningkatan kompleksitas organisasi

Semakin besar organisasi, makin memerlukan pengawasan yang lebih formal dan hati-hati. Berbagai jenis produk harus diawasi untuk menjamin kualitas dan profitabilitas tetap terjaga. Semuanya memerlukan pelaksanaan fungsi pengawasan dengan lebih efisien dan efektif.

c) Meminimalisasikan tingginya kesalahan-kesalahan

Bila para bawahan tidak membuat kesalahan, manajer dapat secara sederhana melakukan fungsi pengawasan. Tetapi kebanyakan anggota organisasi sering membuat kesalahan. Sistem pengawasan memungkinkan manajer mendeteksi kesalahan tersebut sebelum menjadi kritis.

d) Kebutuhan manajer untuk mendelegasikan wewenang

Bila manajer mendelegasikan wewenang kepada bawahannya tanggung jawab atasan itu sendiri tidak berkurang. Satu-satunya cara manajer dapat menentukan apakah bawahan telah melakukan tugasnya adalah dengan mengimplementasikan sistem pengawasan.

e) Komunikasi

Menilai informasi dan mengambil tindakan koreksi langkah terakhir adalah pembandingan penunjuk dengan standar, penentuan apakah tindakan koreksi perlu diambil dan kemudian pengambilan tindakan.

C. Metode-Metode Pengawasan

Metode-metode pengawasan bisa di kelompokan menjadi dua bagian, yaitu pengawasan non-kuantitatif dan pengawasan kuantitatif.

1. Pengawasan Non-kuantitatif

Pengawasan non-kuantitatif tidak melibatkan angka-angka dan dapat digunakan untuk mengawasi prestasi organisasi secara keseluruhan, teknik teknik yang sering digunakan adalah:

a) Pengamatan ( pengendalian dengan observasi ). Pengamatan ditujukan untuk mengendalikan kegiatan atau produk yang dapat di observasi.

b) Inspeksi teratur dan langsung. Inspeksi teratur dilakukan secara periodik dengan mengamati kegiatan atau produk yang dapat diobservasi.

c) Laporan lisan dan tertulis. Laporan lisan dan tertulis dapat menyajikan informasi yang dibutuhkan dengan cepat disertai dengan feedback dari bawahan dengan relatif lebih cepat.

d) Evaluasi pelaksanaan

e) Diskusi antara manajer dengan bawahan tentang pelaksanaan suatu kegiatan. Cara ini dapat menjadi alat pengendalian karena masalah yang mungkin ada dapat didiagnosis dan dipecahkan bersama.

f) Management by exception (MBE). Dilakukan dengan memperhatikan perbedaan yang signifikan antara rencana dan realisasi. Tekhnik tersebut didasarkan pada prinsip pengecualian. Prinsip tersebut mengatakan bahwa bawahan mengerjakan semua kegiatan rutin, sementara manajer hanya mengerjakan kegiatan tidak rutin.

2. Pengawasan kuantitatif

Pengawasan kuantitatif melibatkan angka-angka untuk menilai suatu prestasi. Beberapa tekhnik yang dapat dipakai dalam pengawasan kuantitatif adalah :

a. Anggaran

1) Anggaran operasi, anggaran pembelanjaan modal, anggaran penjualan, anggaran kas.

2) Anggaran khusus, seperti planning programming, bud getting system (PBS), zero-base budgeting (ZBB), dan human resource accounting (HRA).

b. Audit 1) Internal

Tujuan : membantu semua anggota manajemen dalam melaksanakan tanggung jawab mereka dengan cara mengajukan analisis, penilaian, rekomendasi dan komentar mengenai kegiatan mereka.

2) Eksternal

Tujuan : menentukan apakah laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar keadaan keuangan dan hasil perusahaan, pemeriksaan dilaksanakan oleh pihak yang bebas dari pengaruh manajemen.

c. Analisis Break-even

Menganalisa dan menggambarkan hubungan biaya dan penghasilan untuk menentukan pada volume berapa agar biaya total sehingga tidak mengalami laba atau rugi.

d. Analisis Rasio

1) Membandingkan rasio saat ini dengan rasio-rasio di masa lalu.

2) Membandingkan rasio-rasio suatu perusahaan dengan perusahaan lain yang sejenis.

D. Pengertian Keuangan

Keuangan merupakan unsur administrasi yang menyangkut tentang masalah pembiayaan dalam suatu kerja, yaitu yang berkenaan dengan penataan dan pengelolaan segi-segi pembiayaan, yang meliputi sumber-sumber biaya, cara memperoleh dan menggunakannya serta cara mempertanggungjawabkan, kesemuanya ini merupakan fungsi keuangan.

Keuangan dalam KBBI (2008:1767) diartikan : (1) segala sesuatu yang bertalian dengan uang; (2) seluk beluk uang; (3) urusan uang; (4) keadaan uang. Contoh dalam kalimat : biaya rumah sakit tidak terjangkau oleh keuanganku, (artinya : uang/kekayaanku tidak bisa menjangkau biaya rumah sakit).

Dalam Wikipedia bahasa Indonesia, Keuangan adalah mempelajari bagaimana individu, bisnis, dan organisasi meningkatkan, dan menggunakan sumber daya moneter sejalan dengan waktu, dan juga menghitung risiko-risiko yang besar kemungkinan akan terjadi dalam menjalankan proyek mereka.

Ridwan dan Inge (2003), keuangan merupakan ilmu dan seni dalam mengelola uang yang mempengaruhi kehidupan setiap orang dan setiap organisasi. Keuangan berhubungan dengan proses, lembaga, pasar dan instrumen yang terlibat dalam transfer uang diantara individu maupun antara bisnis dan pemerintah.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa keuangan adalah segala hal yang berhubungan dengan uang, yang sangat mempengaruhi kehidupan setiap individu maupun organisasi dalam menjalani sebuah proses ekonomi.

E. Pengertian dan Fungsi Pengawasan Keuangan 1. Pengertian Pengawasan Keuangan

Secara umum, yang dimaksud dengan pengawasan keuangan adalah segala kegiatan dan tindakan keuangan untuk menjamin agar penyelenggaraan suatu kegiatan dalam hal keuangan tidak menyimpang dari tujuan dan rencana yang telah digariskan. Karena pihak yang paling bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan keuangan ini adalah pihak atasan, maka pengawasan keuangan sesungguhnya mencakup baik aspek pengendalian maupun aspek pemeriksaan yang dilakukan oleh pihak atasan maupun bawahan.

Sementara dalam bukunya Maman Ukas (2004:337), menyatakan bahwa pengawasan keuangan adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan untuk memantau, mengukur dan bila perlu melakukan perbaikan atas pelaksanaan pekerjaan keuangan sehingga apa yang telah direncanakan dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang diinginkan.

Hal senada juga diungkapkan oleh Admosudirdjo (dalam Febriani, 2005:11), yang mengatakan bahwa pada pokoknya pengawasan keuangan adalah keseluruhan daripada kegiatan keuangan yang membandingkan atau mengukur apa yang sedang atau sudah dilaksanakan dengan kriteria, norma-norma, standar atau rencana-rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.

Sedangkan menurut Kadarman (2001: 159), pengawasan keuangan adalah suatu upaya yang sistematik untuk menetapkan kinerja standar pada perencanaan untuk merancang sistem umpan balik informasi, untuk membandingkan kinerja aktual dengan standar yang telah ditentukan, untuk menetapkan apakah telah terjadi suatu penyimpangan tersebut, serta untuk mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan telah digunakan seefektif dan seefisien mungkin guna mencapai tujuan perusahaan.

Lebih lanjut Sujamto (dikutip Silalahi, 2002:177) tegas mengatakan pengawasan keuangan adalah segala usaha atau kegiatan untuk menjamin dan mengarahkan agar pekerjaan yang sedang dilaksanakan dapat berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dan atau hasil yang

dikehendaki serta sesuai pula dengan segala ketentuan dan kebijakan yang berlaku.

Kesimpulan dari beberapa defenisi di atas adalah bahwa pengawasan adalah suatu kegiatan perencanaan untuk mengawasi atau merancang karyawan yang bekerja di sebuah perusahaan yang telah menetapkan kinerja aktual dengan standar yang telah ditentukan oleh manajer didalam kegiatan dan menetapkan suatu hasil yang diinginkan.

2. Fungsi Pengawasan Keuangan

Baridwan (2005:52), Menyatakan bahwa fungsi pengawasan keuangan yaitu:

a. Untuk mencegah terjadinya kecurangan atau penyelewengan keuangan yang dapat dilakukan dalam suatu organisasi.

b. Untuk penentuan batas-batas mutlak suatu pekerjaan mana yang harus dikerjakan dan mana yang merupakan pelanggaran.

c. Memberi keyakinan terhadap catatan keuangan dan transaksi.

d. Mewujudkan keadaan-keadaan yang luar biasa. Ini nampak dalam pembuatan laporan bilamana terjadi penyelewengan dari standar kerja yang dapat diketahui.

e. Mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan operasional supaya berjalan lancar, efektif dan efisien.

f. Membantu manajemen dalam memberi penilaian atas hasil pelaksanaan operasional, membuat peramal atau dugaan serta membantu dalam hal pengambilan keputusan. Sebagaimana telah

diketahui bahwa fungsi pengawasan keuangan sangat luas, baik administratif maupun akutansi, tetapi bukan berarti tidak ada lagi peluang bagi orang-orang tertentu pada suatu organisasi untuk melakukan kecurangan atau penyelewengan serta kesalahan. Dengan adanya pengawasan keuangan pelaksanaan kegiatan penyelewengan atau kecurangan serta kesalahan yang merugikan bisa dikurangi atau diminimalisir. Fungsi pengawasan keuangan adalah usaha sistematis untuk menetapkan standar kegiatan dengan tujuan perencanaan menyusun sistem informasi umpan balik membandingkan kegiatan yang dilakukan dengan standar, menentukan serta mengukur penyimpangan dan melakukan tindakan yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber dipergunakan secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi. Ada 4 (empat) langkah pokok yang terkandung dalam fungsi pengawasan keuangan, yaitu:

a. Penentuan standar dan metode pengukuran kegiatan

Seperti penentuan target penyelesaian tugas pada proses pembayaran, pencatatan, dan sebagainya.

b. Mengukur kegiatan yang dilakukan

Ini tergantung dari jenis kegiatan yang diukur atau standar yang ditentukan.

c. Membandingkan antara kegiatan dengan standar-standar dan menginterpresentasikan penyimpangan bila ada.

d. Melakukan tindakan koreksi.

F. Pengertian dan Jenis Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan

Laporan keuangan terdiri dari neraca, perhitungan laba-rugi dan laporan perubahan posisi keuangan.

Baridwan (2005:4), menyatakan bahwa laporan keuangan adalah merupakan suatu hasil akhir dari pencatatan, yang merupakan suatu ringkasan dari transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan.

Menurut Munawir (2010:5), pada umumnya laporan keuangan itu terdiri dari neraca dan perhitungan laba-rugi serta laporan perubahan ekuitas. Neraca menunjukkan/menggambarkan jumlah aset, kewajiban dan ekuitas dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu. Sedangkan perhitungan (laporan) laba-rugi memperlihatkan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan serta beban yang terjadi selama periode tertentu, dan laporan perubahan ekuitas menunjukkan sumber dan penggunaan atau alasan-alasan yang menyebabkan perubahan ekuitas perusahaan.

Sedangkan menurut Harahap (2009:105), laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan untuk perusahaan terdiri dari laporan-laporan yang melaporkan posisi keuangan perusahaan pada suatu waktu tertentu, yang dilaporkan dalam neraca dan perhitungan laba-rugi serta laporan

perubahan ekuitas dan laporan arus kas, dimana neraca menunjukkan jumlah aset, kewajiban dan ekuitas perusahaan. Laporan laba-rugi menunjukkan hasil operasi perusahaan selama periode tertentu. Sedangkan laporan perubahan ekuitas menunjukkan sumber dan penggunaan atau alasan-alasan yang menyebabkan perubahan ekuitas perusahaan.

Laporan keuangan suatu perusahaan dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi pemakainya, jika memenuhi persyaratan yang ditetapkan adalah sebagai berikut:

a. Relevan

Pengukuran relevansi suatu informasi harus dihubungkan dengan penggunaannya. Oleh karena itu, dalam mempertimbangkan relevansi suatu informasi hendaknya perhatian difokuskan pada kebutuhan umum pemakai dan bukan kebutuhan khusus pihak tertentu.

b. Dapat dimengarti

Bentuk laporan keuangan dan istilah yang dipakai hendaknya disesuaikan dengan batas pengertian pemakaiinformasi juga diharapkan mempunyai dasar pengertian mengenai aktivitas ekonomi perusahaan, proses akuntansi dan istilah yang digunakan dalam laporan keuangan.

c. Objektif

Laporan keuangan harus disusun sedemikian mungkin, dapat diuji kebenarannya oleh para pengukur yang independen dan menggunakan metode pengukuran yang sama.

d. Netral

Laporan keuangan hendaknya disusun untuk kebutuhan umum pemakai dan bukan kebutuhan pihak tertentu saja.

e. Tepat waktu

Laporan keuangan harus disampaikan sedini mungkin agar dapat digunakan sebagai dasar untuk membantu pengambilan keputusan ekonomi dan untuk menghindari tertundanya pengambilan keputusan bagi pemakai.

f. Dapat dibandingkan

Laporan keungan yang disajikan harus dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya dari perusahaan yang sama maupun dengan perusahaan yang sejenis pada periode yang sama.

Prinsip konsistensi (penggunaan model) akuntansi hendaknya selalu dipatuhi dari tahun ke tahun.Oleh karena itu, jika terjadi perubahan metode hendaknya diberikan penjelasan metodenya diganti/diubah.

g. Lengkap

Laporan keuangan hendaknya disajikan secara lengkap meliputi semua data akuntansi keuangan yang memenuhi sekurang-kurangnya enam persyaratan tersebut.

2. Jenis Laporan Keuangan

Untuk memberikan informasi keuangan kepada puhak-pihak yang membutuhkan baik intern maupun ekstern, maka pada akhir periode

akuntansi atau apabila diperlukan, perusahaan menyusun laporan keuangan.

Hartanto (2004: 67), jenis laporan keuangan terdiri dari :

a. Neraca, adalah laporan keuangan yang menginformasikan posisi keuangan suatu perusahaan, yaitu tentang harta, utang dan modal.

Harta adalah seluruh kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan yang dapat memberikan keuntungan pada suatu perusahaan atau dapat diambil manfaatnya, seperti kas, piutang dagang, perlengkapan, peralatan kantor, dan sebagainya. Sedangkan yang dimaksud dengan utang adalah pengorbanan ekonomis yang wajib dilakukan perusahaan di masa yang akan datang dalam bentuk penyerahan harta atau pemberian jasa yang disebabkan oleh transaksi pada masa sebelumnya, seperti utang dagang, utang obligasi, uang jaminan dari langganan, dan sebagainya.

b. Perhitungan laporan laba-rugi. Baridwan (2005: 81), menyatakan bahwa laporan perhitungan laba-rugi adalah laporan tentang hasil usaha perusahaan atau penghasilan dan biaya yang diakui perusahaan selama satu periode tertentu. Yang dimaksud dengan penghasilan adalah imbalan yang diperoleh sehubungan dengan pemberian pinjaman atau pemberian dalam bentuk lain. Sedangkan yang dimaksud dengan biaya adalah seluruh pengeluaran-pengeluaran yang dikeluarkan oleh perusahaan.

c. Laporan perubahan posisi keuangan. Raharjo (2002: 4), laporan perubahan posisi keuangan adalah pelaporan perubahan posisi keuangan yang biasanya disajikan dalam laporan sumber dan penggunaan dana yang melaporkan sumber (dari mana dana diperoleh) dan penggunaan dana (kemana dana dipakai), atau disajikan dalam jenis kas yang melaporkaan perubahan posisi keuangan yang berbasis kas, yaitu suatu ringkasan kas yang diterima dan dikeluarkan oleh perusahaan dalam suatu periode.

G. Pengertian Kinerja Keuangan

Menurut Sukhemi (2007:23), mengemukakan bahwa kinerja keuangan dapat diartikan sebagai prestasi keuangan yang dicapai perusahaan dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan perusahaan tersebut. Kinerja keuangan yang baik menjadi hal penting yang harus mampu dicapai oleh setiap perusahaan karena kinerja keuangan yang baiklah yang

Menurut Sukhemi (2007:23), mengemukakan bahwa kinerja keuangan dapat diartikan sebagai prestasi keuangan yang dicapai perusahaan dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan perusahaan tersebut. Kinerja keuangan yang baik menjadi hal penting yang harus mampu dicapai oleh setiap perusahaan karena kinerja keuangan yang baiklah yang

Dokumen terkait