• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, agar penelitian ini tidak menyimpamg dari pokok permasalahan, maka perlu diberikan rumusan masalah yaitu Bagaimana upaya orang tua asuh dalam membentuk akhlakul kharimah anak tingkat SMP Panti Asuhan Aisyiyah Tanjung Mutiara Jalan Jawi-jawi Pasar Tiku Kecamatan Tanjung Muatiara Kabupaten Agam ? D. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya orang tua asuh dalam membentuk akhlakul kharimah anak tingkat SMP di Panti Asuhan Aisyah Tanjung Mutiara jalan jawi-jawi Pasar Tiku Kecamatan Tanjung Mutiara Kabupaten Agam.

2. Manfaat Penelitian

Sedangkan yang menjadi manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Peneliti, untuk melengkapi sebagian dari syarat-syarat dalam mencapai gelar sarjana (S1) Program Studi Pendidikan Agama Islam pada Fakultas Tarbiyah di IAIN Bukittinggi.

b. Pengurus Panti Asuhan, sebagai bahan masukan bagi pengurus panti asuhan Aisyah Tanjung Mutiara di Jalan Jawi-jawi Pasar Tiku Kecamatan Tanjung Mutiara Kabuapten Agam agar

senantiasa membina akhlak anak asuh untuk menjadi lebih baik lagi kedepannya

c. Masyarakat, memberikan sumbangan pemikiran kepada masyarakat tentang keberadaan Panti Asuhan Aisyah Tanjung Mutiara dan fungsinya sebagai lembaga pembinaan anak asuh didalamnya.

E. PENJELASAN JUDUL

Untuk menghindari terjadinya kekeliruan dalam memahami judul ini.

Penulis menjelaskan kata-kata yang perlu dianggap penting sebagai berikut :

Upaya : Usaha untuk mendapatkan sesuatu yang diharapkan sesuai dengan rencana dan dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan.17

Orang Tua Asuh : dapat diartikan sebagai sebuah kelaurga yang di bentuk kembali artinya dengan kematian (orang tua) atau perceraian keluarga di bentuk kembali oleh orang tua pengganti (asuh) yang menggantikan orang tua telah pergi.18

Pembentukan : Proses, cara, perbuatan membentuk

17Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), hal. 601

18Suadah, Sosiologi Keluarga, (Malang: UMM Press, 2005), hal. 94

16

Akhlakul Kharimah : Perilaku manusia yang baik dan disenangi menurut individu maupun sosial serta sesuai dengan ajaran yang bersumber dari Tuhan.19

Anak : Anugrah sekaligus amanah yang diberikan oleh Allah SWT kepada setiap orang tua

Panti asuhan : Suatu lembaga kesejahteraan sosial yang bertanggung jawab memberikan pelayanan dalam pemenuhan, kebutuhan-kebutuhan fisisk, mental dan sosial kepada anak asuh, sehingga memperoleh kesempatan yang luas, tempat yang memadai bagi perkembangan kepribadiannya sesuai dengan yang diharapkan.20

Jadi, yang penulis maksud dengan judul skripsi ini secara keseluruhan adalah suatu usaha atau proses yang dilakukan oleh orang tua asuh yang ada di Panti Asuhan Aisyiyah Tanjung Mutiara Kabupaten Agam dalam mendidik, membina dan membentuk akhlak anak sehingga anak berakhlak mulia.

19Samsul Munir Amin, Ilmu Akhlak,…., hal. 181

20 Dep. Sosial RI, Penyuluhan Sosial, (Jakarta : 1981), no.57, Hlm. 39

F. SISTEMATIKA PENULISAN

Penelitian ini terdiri dari tiga bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut :

Bab I merupakan pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, fokus penelitian, rumusan masalah tujuan dan manfaat penelitian, penjelasan judul, dan sistematika penulisan.

Bab II merupakan landasan teori yang merupakan lamdasan berpijak bagi penelitian yang membahas bab selanjutnya. Diantaranya meliputi tentang orang tua asuh, pembentukan akhlakul kharimah, dan peneitian relevan

Bab III merupakan metodologi penelitian yang terdiri dari jenis penelitian, lokasi penelitian, informan penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan trianggulasi data

Bab IV merupakan hasil penelitian yang terdiri dari temuan umum dan temuan khusus

Bab V merupakan penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran

18

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Orang tua Asuh

1. Pengertian Orang Tua Asuh

Orang tua adalah orang yang mempunyai amanat dari Allah untuk mendidik anak dengan penuh tanggung jawab dan kasih sayang atas perkembangan dan kemajuan anak. Orang tua pada dasarnya terbagi menjadi tiga yaitu orang tua kandung, orang tua tiri, dan orang tua asuh.21 Sedangkan asuh artinya menjaga, merawat, dan mendidik anak.

Orang tua asuh yaitu sebagai sebuah keluarga yang dibentuk kembali, artinya dengan kematian (orang tua) atau perceraian keluarga dibentuk kembali oleh orang tua pengganti (tiri atau asuh) yang menggantikan orang tua telah pergi.22

Orang tua asuh juga dapat diartikan sebagai perorangan atau keluarga atau masyarakat yang bertindak selaku orang tua atau wali anak kurang mampu dengan memberikan biaya bantuan atau sarana belajar agar mereka dapat mengikuti pendidikan pada lembaga pendidikan tingkat dasar dalam rangka wajib belajar. Dari pernyataan ini dapat

21Dina Novita, Peran Orang Tua Dalam Meningkatkan Perkembangan Anak Usia Dini, Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kewarganegaraan Unsyiah, Vol. 1, No.

1 2016, hal. 23

22Suadah, Sosiologi Keluarga, (Malang: UMM Press, 2005), hal. 94

disimpulkan bahwa orang tua asuh adalah seseorang yang bertindak seperti orang tua dalam keluarga yang memberikan biaya pendidikan dengan memberikan pendidikan dan sarana belajar, anak asuh diharapkan dapat bersikap tekun dalam belajar dan bersikap disiplin serta memiliki prilaku yang baik.23

Jadi dapat disimpulkan bahwa orang tua asuh adalah orang yang mendidik, membina, memenuhi segala kebutuhan, merawatnya sebagai pengganti dari orang tua yang tidak ada, baik karena meninggal dunia, perceraian, ataupun yang lainnya baik ditempatkan dirumah, lembaga ataupun yayasan.

2. Tugas dan tanggung jawab orang tua asuh

Orang tua asuh memiliki kewajiban dan tugas-tugas yang harus dilaksanakan untuk menjalankan peran mereka sebagai orang tua asuh.

menjadi orang tua asuh anak-anak yatim tidak hanya sebatas menerima anak-anak yatim tinggal di rumah mereka atau memasukkan mereka kedalam panti asuhan dan pondok pesantren saja tanpa suatu hal yang dapat diberikan kepada anak-anak yatim tersebut.

Mengasuh anak-anak yatim tidaklah semudah mengasuh anak kandung sendiri. Dalam mengasuh anak yatim harus dengan kelembutan

23Yohana Enika Irma, Peran Orang Tua Asuh Dalam Membina Disiplin dan Moral Anak di Panti Asuhan, Jurnal Penelitian Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 1, No. 1, 2021, hal. 2

20

dan penuh kasih sayang karena menghardik anak yatim saja tidak diperbolehkan apalagi sampai menyakiti fisik maupun hatinya.

Ada beberapa tugas sebagai orang tua asuh dalam mendidik anak-anak yatim yaitu sebagai berikut24 :

a. Memberi nafkah

Dalam melaksanakan tugasnya sebagai orang tua asuh maka mereka yang menjadi orang tua asuh harus memberikan nafkah kepada anak-anak yatim yang mereka asuh tersebut. Nafkah disini merupakan biaya pendidikan untuk anak-anak yatim beserta memberinya makan dan minum yang halal.

b. Memberi bimbingan dan pendidikan

Orang tua asuh berkewajiban dalam memberikan pendidikan yang layak untuk anak-anak asuh terutama pendidikan agama yang baik, dikhawatirkan anak-anak yang diasuh tersebut kelak akan menjadi anak-anak yang miskin tentang ilmu agama.

c. Memberi perhatian dan kasih sayang

Sebagai anak yang telah ditinggal oleh orang tuanya, impian yang masih mereka harapkan yaitu mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari orang tua asuh yang mengasuh mereka. Perhatian dan

24Muhsin, Mari Mencitai Anak Yatim, (Jakarta: Gema Insani, 2003), hal. 40

kasih sayang yang diberikan oleh orang tua asuh dapat memberikan pengaruh yang positif bagi jiwa dan raga anak asuh tersebut. Memeluk, mencium, dan membelai anak akan menenangkan hati dan meringankan beban mereka. Kesedihan akan lenyap dari hatinya sehingga ia akan bersemangat dalam hidupnya.

d. Memberi pembelaan dan perlindungan

Pembelaan dan perlindungan yang dimaksud disini bukan hanya terhadap keselamatan jiwa dan raga saja melainkan juga keselamatan harta benda anak yatim tersebut.

e. Memberi motivasi dan semangat

Menjaga perkembangan anak yatim tidaklah sulit. Secara teori, usahakan agar anak itu mempunyai ibu dan bapak lagi. Banyak anak terhambat perkembangannya karena mereka anak yatim.25 Motivasi yang diberikan oleh orang tua asuh bertujuan untuk memberikan sifat optimis kepada para anak-anak asuhnya. Cara-cara yang dapat dilakukan yaitu dengan mengajaknya berdiskusi, mengunjungi pengajian, mengajaknya berorganisasi dan ikut dalam kegiatan bakti sosial.

25Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), hal. 279

22

B. Pembentukan Akhlakul Karimah 1. Pengertian Akhlakul Karimah

Kata akhlak adalah jamak dari khuluq yang berarti adat kebiasaan, perangai, tabiat, watak, adab atau sopan santun, dan agama. Akhlak dimaknai juga sebagai semua perbuatan yang lahir atas dorongan jiwa berupa perbuatan baik atau buruk.26 Akhlakul kharimah artinya akhlak yang terpuji. Akhlak kharimah atau akhlak terpuji disebut pula dengan akhlak mahmudah

Secara istilah mengenai pengertian akhlak karimah para ulama berbeda pendapat. Berikut beberapa penjelasan tentang pengertian akhlak karimah atau akhlak mahmudah.

a. Menurut Al-Ghazali, akhlak terpuji merupakan sumber ketaatan dan kedekatan kepada Allah SWT, sehingga mempelajari dan mengamalkannya merupakan kewajiban individual setiap muslim.

b. Menurut Ibnu Qayyim, pangkal akhlak terpuji adalah ketundukkan dan keinginan yang tinggi. Sifat-sifat terpuji menurutnya berpangkal dari kedua hal tersebut. Ia memberikan gambaran tentang bumi yang tunduk pada ketentuan Allah SWT. Ketika air turun menimpanya, bumi merespon dengan kesuburan dan menumbuhkan tanaman-tanaman yang indah. Demikian pula manusia, tatkala diliputi rasa

26Khairuddin, Meningkatkan Kompetensi Akhlak Siswa Melalui Proses Pembelajaran, Jurnal Educative, Vol. 1, No. 2, Juli-Desember 2016, Hal. 125

ketundukan kepada Allah SWT, kemudian turun taufik dari Allah SWT , ia akan meresponnya dengan sifat-sifat terpuji.

c. Menurut Abu Dawud As-Sijistani, akhlak terpuji adalah perbuatan yang disenangi, sedangkan akhlak tercela adalah perbuatan-perbuatan yang harus dihindari.

Jadi, yang dimaksud dengan akhlakul karimah adalah perilaku manusia yang baik dan disenangi menurut individu maupun sosial, serta sesuai dengan ajaran yang bersumber dari Tuhan. Akhlakul karimah dilahirkan oleh sifat-sifat karimah yang terpendam dalam jiwa manusia, demikian pula akhlak madzmumah di lahirkan oleh sifat-sifat madzmumah. Oleh sebab itu, sikap dan tingkah laku yang lahir adalah cerminan dari sifat atau kelakuan batin dalam diri seseorang.

Ajaran-ajaran agama islam merupakan tuntunan yang ditujukan kepada manusia agar hidup di dunia sesuai aturan dan norma yang terpuji. Karena itu, akhlak dalam ajaran islam memiliki kandungan untuk berbuat baik dan terpuji, baik kepada Tuhan sebagai hablun min Allah ataupun kepada sesama manusia sebagai hablun minannas.27

2. Dasar Aklakul Karimah

Didalam islam, dasar atau alat pengukur yang menyatakan bahwa sifat seseorag itu baik atau buruk adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Segala sesuatu yang baik menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah itulah yang

27Samsul Munir Amin, Ilmu Akhlak, (Jakarta: Amzah, 2016), Cet 1, hal. 18-181

24

baik untuk dijadikan pegangan dalam kehidupan sehari-hari. Sebaliknya, segala sesuatu yang buruk menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah berarti itu tidak baik dan harus dijauhi.28

Sumber akhlak atau pedoman hidup dalam islam yang menjelaskan kriteria baik buruknya suatu perbuatan adalah Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW.29 Kedua dasar itulah yang menjadi landasan dan sumber ajaran islam secara keseluruhan sebagai pola hidup dan menetapkan mana yang baik dan mana yang buruk. Dalam Al-Qur’an diterangkan dasar akhlak pada surat al Qalam ayat 4 :











Artinya: “Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.”

Dasar akhlak dalam hadist Nabi SAW salah satunya adalah :

قلاخلاا مراكه نوتلا تثعباوًا

Sesunggunya, aku diutus untuk memperbaiki akhlak. (HR. Ahmad)

Jadi, jelaslah bahwa Al-Qur’an dan Hadist pedoman hidup yang menjadi asa bagi setiap muslim maka teranglah keduanya merupakan

28Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010), hal. 20

29Hamzah Ya’qub, Etika Islam Pembinaan Akhlakul Kharimah, (Bandung: CV Diponegoro, 1993), hal. 49

sumber akhlak dalam islam. Firman Allah dan Hadist Nabi adalah ajaran yang paling mulia dari segala ajaran maupun hasil renungan dan ciptaan manusia, hingga telah terjadi keyakinan (aqidah) islam bahwa akal dan naluri manusia harus tunduk kriteria mana perbuatan baik dan mana perbuatan jahat, mana yang halal dan mana yang haram.

3. Macam-macam Akhlakul Karimah

Dalam menentukan akhlak terpuji, para ulama merujuk pada ketentuan Al-Qur’an dan hadis, sesuai dengan konsep baik dan buruk dalam pandangan islam. Muhammad bin Abdillah As-Sahim, menyebutkan bahwa diantara akhlak terpuji adalah bergaul secara baik dan berbuat baik kepada sesama, adil, rendah hati, jujur, dermawan, tawakal, ikhlas, bersyukur, sabar dan takut kepada Allah SWT. Al-Qurthubi menambahkan definisi tersebut dengan sifat memberi nasihat kepada sesama, zuhud serta mencintai Allah SWT dan Rasul-Nya.

Berdasarkan objek yang dituju, akhlakul kharimah dapat dikategorikan sebagai berikut :

a. Akhlak terhadap Allah SWT 1) Mantauhidkan Allah SWT

Tauhid adalah mengesakan Allah, mengakui bahwa tidak ada Tuhan selain Allah. Dasar agama islam adalah iman kepada Allah Yang Maha Esa yang disebut dengan tauhid.

26

Tauhid dapat berupa pengakuan bahwa Allah SWT satu-satunya yang memiliki sifat rububiyah dan uluhiyah serta kesempurnaan nama dan sifat.

2) Tobat

Tobat adalah sikap menyesali perbuatan buruk yang pernah dilakukannya dan berusaha menjauhinya, serta menggantinya dengan perbuatan baik. Jika seseorang yang bersalah melakukan tobat dan berkomitmen unruk tidak melakukan perbuatan salah lagi, Allah SWT akan mengampuni kesalahan tersebut.

Menurut Imam An-Nawawi, tobat itu wajib bagi setiap dosa. Apabila seorang hamba melakukan maksiat kepada Allah, ada tiga syarat yang harus dipenuhi. Pertama, meninggalkan maksiat ; kedua, menyesali perbuatannya dan ketiga, berjanji untuk tidak melakukan maksiat kembali.

3) Husnuzhan (baik sangka)

Husnuzhan terhadap keputusan Allah SWT marupakan salah satu akhlak terpuji. Diantara ciri akhlak terpuji ini adalah ketaatan yang sungguh-sungguh kepada-Nya.

Karena sesungguhnya, apa yang di tentukan Oleh Allah

kepada seorang hamba adalah jalan terbaik baginya. Allah itu tergantung pada prasangka hamba-Nya.

Sudah menjadi keharusan bagi setiap muslim agar bersikap husnuzhan kepada Allah. Dengan berbaik sangka kepada Allah, seorang hamba menjadi tentram dan damai pikirannya. Selain itu, dalam menjalani kehidupan ini ia akan merasakan kedamaian dan ketenagan jiwa.

4) Dzikrullah

Secara bahasa, dzikir artinya mengingat, memerhatikan, mengenang, mengambil pelajaran, menganal atau mengerti, dan ingatan.

Dzikrullah atau mengingat Allah merupakan asas dari setiap ibadah kepada Allah SWT. Hal ini menjadi pertanda adanya hubungan antara hamba dan pencipta pada setiap saat dan tempat.

Dzikrullah adalah ibadah yang ringan dan mudah untuk dilakukan. Akan tetapi, didalamnya tersimpan hikmah dan pahala yang besar, berlipat ganda. Dzikir bahkan lebih utama nilai kebajikannya dibandingkan jihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa. Selain itu, dzikir juga merupakan ibadah yang sangat disukai oleh Allah SWT.

Firman Allah dalam Qs. Al-Baqarah ayat 152 :

28

Artinya : Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.

5) Tawakal

Tawakal adalah menyerahkan segala urusan kepada Allah setelah berbuat semaksimal mungkin, untuk mendapatkan sesuatu yang diharapkannya. Oleh karena itu, syarat utama bagi seseorang yang ingin mendapatkan sesuatu yang diharapkannya, ia harus berusaha sekuat tenaga, kemudian menyerahkan ketentuannya kepada Allah SWT. Dengan cara demikian, manusia dapat meraih kesuksesan dalam hidupnya.

Menurut Al-Ghazali, tauhid merupakan landasan bagi tawakal. Sementara itu, tawakal mempunyai hubungan yang sangat erat dengan pemahaman manusia akan takdir, ridha, ikhtiar dan doa. Tawakal adalah kesungguhan hati dalam bersandar kepada Allah SWT, untuk mendapatkan kemaslahatan serta mencegah kemunduran, baik menyangkut urusan dunia maupun akhirat.

Firman Allah SWT mengenai tawakal Qs. At-Taubah ayat 51 :



Artinya : Katakanlah: "Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang Telah ditetapkan Allah untuk kami. dialah pelindung kami, dan Hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal."

6) Tadharru (merendahkan diri kepada Allah SWT)

Tadharru adalah merendahkan diri kepada Allah SWT.

Beribadah atau memohon kepada Allah hendaklah dengan cara merendahkan diri kepada-Nya, dengan sepenuh hatimengucapkan tasbih, takbir, tahmid, tahlil, dan memuja asma Allah SWT.

Orang yang tadharru, hatinya bergetar apabila mendengar ayat-ayat Al qur’an dibacakan, imannya bertambah, dan bertawakal.

Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya

30

bertambahlah iman mereka (karenanya), dan Hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.

b. Akhlak terhadap Rasulullah SAW

1. Mengikuti dan Menaati Rasulullah SAW

Diantara akhlak kepada Rasulullah adalah mengikuti dan mentaati apa yang diperintahkan dan diajarkan Rasulullah SAW. Mengikuti dan menaati Rasulullah adalah salah satu bukti bahwa seseorang mencintai Allah SWT.

Mengikuti dan menaati Rasulullah SAW berarti juga mengikuti jalan petunjuk dan ajaran yang disampaikan oleh Rasulullah SAW. Petunjuk dan ajaran yang disampaikan Rasulullah terdapat dalam Alqur’an dan sunnah. Itulah dua warisan yang ditinggalkan rasulullah untuk umat manusia, yang apabila selalu berpegang teguh kepada keduanya maka umat manusia tidak akan tersesat selama-lamanya.

2. Mengucapkan shalawat dan salam kepada Rasulullah Disamping menjalankan petunjuk dan tuntunan Rasulullah SAW, mencintai Rasulullah juga dapat dibuktikan dengan mendoakan Rasulullah yaitu dengan membaca shalawat dan salam kepada beliau. Dengan

membaca shalawat dan salam kepada Rasulullah berarti seseorang telah mencintai beliau karena membaca shalawat dan salam adalah mendoakan, menyebut, dan juga mencintai Rasulullah. Bahkan, Allah dan para malaikat-Nya juga mengucapkan shalawat kepada beliau.

Firman Allah dalam Qs. Al-Ahzab ayat 56 :



Artinya : Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.

Allah SWT memerintahkan kepada kaum mukminin untuk mengucapkan shalawat dan salam kepada Rasulullah bukan karena Rasulullah membutuhkannya. Sebab tanpa doa dari siapapun, beliau sudah pasti akan selamat dan mendapatkan tempat yang paling mulia dan terhormat disisi Allah SWT. Ucapan shalawat dan salam dari kaum mukminin , disamping sebagai bukti penghormatan kepada beliau juga unuk kebaikan kaum mukminin sendiri.

32

c. Akhlak terhadap diri sendiri 1. Sabar

Sabar adalah keadaan jiwa yang kokoh, stabil, dan konsekuen dalam pendirian. Jiwanya tidak tergoyahkan, pendiriannya tidak berubah bagaimanapun berat tantangan yang dihadapi.

Menurut Athaillah, sabar adalah tabah menghadapi cobaan dengan penuh kesopanan. Dipihak lain, Al-Qusyairi menyebutkan bahwa sabar adalah lebur (fana) dalam cobaan, tanpa menampakkan keluhan sedikitpun. Sikap sabar dilandasi oleh anggapan bahwa segala sesuatu yang terjadi merupakan iradah dari tuhan.

Abdul Mustaqim mangategorikan sabar menjadi tiga macam yaitu :

a. Sabar dalam ketaatan

b. Sabar meninggalkan maksiat c. Sabar ketika ditimpa musibah 2. Syukur

Syukur secara bahasa adalah membuka dan menyatakan. Adapun secara istilah syukur adalah menggunakan nikmat Allah untuk taat kepada Allah dan tidak menggunakannya untuk berbuat maksiat kepada Allah.

Bentuk syukur terhadap nikmat yang Allah berikan tersebut adalah dengan cara menggunakan nikmat Allah itu dengan sebaik-baiknya. Adapun karunia yang diberikan oleh Allah harus kita manfaatkan dan kita pelihara.

Syukur merupakan akhlak terpuji dari seorang hamba kepada Allah. Dengan bersyukur atas apa yang telah Allah berikan menjadikan hidup seseorang menjadi lebih damai dan tenang. Dengan demikian, ia menjalani kehidupan dengan ketenangan jiwa.

3. Amanat

Secara bahasa, amanat adalah kesetiaan, ketulusan hati, kepercayaan atau kejujuran. Adapun secara istilah, amanat adalah suatu sifat dan sikap pribadi yang setia, jujur, dan tukus hati dalam melakanakan suatu hak yang dipercayakan kepadanya, baik hak itu milik Allah maupun hak hamba. Oleh sebab itu, dapat disebutkan pula bahwa amanat adalah memelihara dan melaksanakan hak-hak Allah dan hak-hak manusia. Amanat dapat berupa pekerjaan, perkataan, dan kepercayaan hati.

4. Shidqu (jujur)

Shidqu secara bahasa berarti jujur, benar. Adapun secara istilah, jujur adalah memberitahukan, menuturkan

34

sesuatu dengan sebenarnya, sesuai dengan fakta.

Pemberitahuan ini tidak hanya dalam ucapan tetapi juga dalam perbuatan. Dengan demikian, shidqu adalah berlaku benar dan jujur baik dalam perkataan maupun perbuatan.

Berlaku benar dan jujur ini merupakan dorongan suara hati manusia yang sejalan dengan tuntutan ilmu pengetahuan dan perintah agama. Seseorang yang benar-benar mukmin selalu berkata benar dan berpegang teguh pada apa yang diucapkannya. Sementara itu, Allah SWT akan meneguhkan pendiriannya.

5. Wafa’ (menepati janji)

Dalam ajaran islam, janji adalah utang yang harus dibayar. Apabila kita mengadakan perjanjian pada suatu waktu, kita harus menunaikannya tepat pada waktunya. Janji disini mengandung tanggung jawab. Artinya, jika kewajiban tersebut tidak dipenuhi, dalam pandangan Allah SWT kita termasuk orang yang bersalah dan berdosa. Adapun dalam pandangan manusia, kita tidak akan dipercaya lagi atau bahkan dianggap remeh karena menyalahi janji. Akhirnya, kita merasa canggung bergaul, merasa rendah diri, jiwa gelisah, dan tidak tenang.

6. Iffah (memelihara kesucian diri)

Iffah adalah menjaga diri dari segala tuduhan, fitnah, dan memelihara kehormatan. Upaya memelihara kesucian diri hendaknya dilakukan setiap hari agar diri tetap terjaga kesuciannya. Hal ini dapat dilakukan dengan memelihara hati untuk tidak berbuat rencana dan angan-angan yang buruk.

Iffah adalah menjaga diri dari segala tuduhan, fitnah, dan memelihara kehormatan. Upaya memelihara kesucian diri hendaknya dilakukan setiap hari agar diri tetap terjaga kesuciannya. Hal ini dapat dilakukan dengan memelihara hati untuk tidak berbuat rencana dan angan-angan yang buruk.

Dokumen terkait