• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA 2.1Uraian Teoritis

2.1.5 Daya Saing

2.1.5.1 Defenisi Daya Saing

Daya saing dapat di defenisikan sebagai kemampuan untuk mempertahankan pangsa pasar.Dayasaing mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan produktivitas UKM danmemperluas akses pasar. Hal ini akan bermuara kepada peningkatan omset penjualan danprofitabillitas usaha. Era globalisasi saat ini persaingan usaha semakin ketat dan kompetitif, hampir sebagian besar perusahaan skala besar maupun kecil berupaya untuk melakukan inovasi atau terobosan baru agar dapat bertahan dan memenangkan persaingan usaha. Sementara itu, pada usaha kecil dan menengah (UKM) yang merupakan sektor ekonomi rakyat harus melakukan langkah-langkah strategis yang efektif dan efisien sehingga hal ini menjadi terobosan yang baru dalam merebut pangsa pasar dan mampu bersaing dengan perusahaan berskala menengah dan skala besar.

Dengan analogi pengertian daya saing nasional dalam Handriyani (2011), maka daya saing usaha kecil adalah tingkat sampai sejauh mana suatu perusahaan dapat memenuhi permintaan pasar, baik domestik maupun internasional, dalam memproduksi barang dan jasa, dengan tetap mempertahankan atau meningkatkan pendapatan perusahaan dan karyawan.

Salah satu kunci meningkatkan daya saing tersebut adalah mendorong laju inovasi sebuah perusahaan agar bisa bersaing, baik ditingkat lokal, nasional, dan lingkungan global. Analisis persaingan UKM perlu dilakukan secara cermat dan akurat agar dapat memberikan informasi yang dibutukan untuk pengambilan keputusan yang sifatnya strategis di masa mendatang. Dengan demikian, UKM dapat dengan cepat mengambil tindakan atau keputusan bila terjadi perubahan yang sifatnya kurang menguntungkan bagi kelangsungan usaha baik jangka pendek maupun jangka panjang.

Menurut Sumarwan, dkk (2013:201), ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan analisis pesaing utama, yaitu:

1. Strategis

Dalam hal ini, sekelompok perusahaan yang melakukan strategi yang sama didalam suatu pasar tertentu dinamakan satu kelompok strategik.

2. Objectives

Secara umum dapat diasumsikan bahwa para pesaing tertarik dengan beberapa tujuan bauran seperti, current profitability,market share growth, cash flow,

tecnological leadership, or service leadership. Selain itu, perusahaan juga harus

memonitor rencana ekspansi para pesaing sehingga dapat diambil tindakan antisipasi kedepannya.

3. Strengths and Weakness

Dalam hal ini, guna mengevaluasi kelemahan dan kekuatan pesaing antara lain dapat dilakukan dengan mengadakan survei konsumen atau pelanggan tentang pendapat mereka mengenai beberapa atribut perusahaan pesaing, seperti kepedulian konsumen, kualitas produk, ketersediaan produk, staf penjualan dan sebagainya. Dengan demikian, persaingan yang terjadi diantara UKM baik bidang usaha sejenis maupun berbeda menimbulkan dampak positif maupun negatif terhadap kegiatan operasional.

Dampak yang ditimbulkan ini tentunya berkaitan langsung dengan kegiatan utama baik jangka pendek maupun jangak panjang. Berikut ini ada dua dampak yang ditimbulkan dari persaingan usaha (Sumarwan, dkk , 2013:203), yaitu:

1. Dampak positif, dari persaingan pasar antara lain: a. Terjadinya peningkatan kualitas produk. b. Lebih terjaminnya ketersediaan produk. c. Meningkatan kualitas sumber daya manusia. d. Terjadinya kewajaran harga karena efisiensi.

e. Meningkatkan kualitas korporasi yang terseleksi secara alami. f. Meningkatkan teknologi.

2. Dampak negatif dari persaingan pasar antara lain:

a. Kemungkinan terjadinya pelanggaran etika bisnis b. Kesulitan tumbuhnya bisnis pemula

c. Daya serap tenaga kerja yang terbatas karena jumlah perusahaan masih sedikit d. Terjadinya perang harga yang merugikan bagi semua pesaing

e. Dapat menghasilkan bisnis monopoli dalam persaingan yang liar.

Keunggulan bersaing merupakan strategi keuntungan dari pengusaha yang melakukan kerjasama untuk berkompetisi lebih efektif dalam pasar. Strategi yang didesain bertujuan untuk mencapai keunggulan bersaing yang terus menerus agar UKM dapat terus menjadi pemimpin pasar (Prakosa,2005:53). UKM mengalami keunggulan bersaing ketika tindakan-tindakan dalam suatu industri atau pasar menciptakan nilai ekonomi dan ketika beberapa UKM yang bersaing terlibat dalam tindakan serupa. Menurut David (dalam Vannesa dan Hendra, 2014:1217), persaingan antara perusahaaan mengalami peningkatan dalam kondisi:

1. Banyaknya usaha yang bersaing

3. Kapabilitas yang serupa dari usaha yang bersaing 4. Penurunan permintaan produk industri

5. Turunnya harga produk/ jasa di industri

6. Ketika konsumen dapat beralih merek dengan mudah 7. Ketika hambatan untuk meninggalkan pasar tinggi 8. Ketika hambatan untuk memasuki pasar rendah

9. Ketika biaya tetap tinggi di antara perusahaan yang bersaing 10. Saat produk dapat dihancurkan

11. Ketika saingan memiliki kelebihan kapasitas 12. Ketika permintaan konsumen turun

13. Ketika saingan memiliki kelebihan persediaan 14. Ketika saingan menjual produk / jasa serupa 15. Ketika merger menjadi hal umum di industry

2.1.5.2 Posisi Indonesia di Lingkungan Global

Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan dan hambatan besar di era informasi dan globalisasi saat ini jika dilihat dari berbagai indikator, yaitu:

a. Indikator pertama, berdasarkan laporan World Economic Forum pada tahun 2006 posisi daya saing Indonesia berada pada urutan 50 diantara 125 negara. Posisi Indonesia tersebut lebih rendah dibandingkan Singapura, Malaysia, Thailand, yang berturut-turut berada pada posisi ke-5, 26, dan 35 tetapi lebih tinggi dibandingkan Filipina dan Vietnam yang berada pada urutan 71 dan 77.

b. Indikator kedua, Lembaga lain, yaitu The Economist bekerja sama dengan IBM Institute for Business Value mengeluarkan E-readiness ranking untuk tahun 2004. Indonesia memperoleh nilai keseluruhan sebesar 3.39 atau menempati ranking ke-59 dari 64 negara

yang disurvey. Ranking Indonesia tersebut lebih rendah dibandingkan Singapura yang menempati urutan ke-7, Malaysia ke-33, Thailand ke-43, Filipina ke-49; dan hanya 1 tingkat lebih tinggi dibandingkan Vietnam yang menempati urutan ke- 60.

c. Indikator ketiga berhubungan dengan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi oleh masyarakat. PBB melalui UNCTAD membuat indeks pengembangan teknologi informasi dan komunikasi yang diukur berdasarkan 4 dimensi yaitu keterhubungan (connectivity), akses (access), kebijakan (policy), dan penggunaan (diffusion). Indonesia berada pada urutan ke-77 dari 171 negara, atau masih dibawah Singapura yang menempati urutan 14, Malaysia urutan ke-43, dan Filipina urutan ke-59; tetapi masih lebih tinggi dibandingkan Thailand pada urutan ke-92 dan Vietnam urutan ke-113 (UNCTAD, 2003). Indikator tersebut menunjukkan bahwa pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi di Indonesia masih tertinggal dibandingkan negara-negara lain. International Communication Union (ITU) melaporkan profil pamanfaatan information and communication technology (ICT) di Indonesia, yaitu jumlah komputer pribadi sebanyak 3.022.000 unit atau 1,36 per 100 penduduk, pengguna internet sebanyak 14,5 juta orang atau 6,52 per 100 penduduk, dan jumlah internet host sebanyak 111.630 atau 5,01 per 10.000 penduduk. Statistik tersebut masih di bawah rata-rata dunia dan Asia yang tercatat sebesar 12,82 dan 6,27 untuk komputer, 13,70 dan 8,18 untuk pengguna internet, dan 417,91 dan 75,08 untuk internet host (ITU, 2004).

d. Indikator terakhir adalah Networked Readiness Index (NRI) yang dikembangkan oleh Center for International Development (CID) di Harvard University. NRI didefinisikan sebagai derajat sebuah komunitas siap untuk berpartisipasi dalam dunia terhubung jaringan (networked world). Nilai NRI Indonesia adalah 3.24 dan menempati urutan ke-59 dari 75 negara yang disurvey.

Berbagai indikator tersebut menunjukkan bahwa Indonesia pada saat ini masih relatif tertinggal dalam percaturan ekonomi dunia yang sudah mengarah ke era globalisasi dan perdagangan bebas. Dan di era tersebut, penguasaan teknologi informasi dan komunikasi menjadi faktor yang sangat penting. Sedangkan penguasaan jenis teknologi tersebut erat kaitannya dengan pengembangan sumber daya manusia sebagai aktor utama dalam implementasinya. Celakanya, Indeks Pengembangan SDM Indonesia pada tahun 2003 berada di posisi 110 dari 177 negara.

Diantara negara-negara ASEAN, setelah Singapura, negara yang tertinggi peringkat daya saing tahun 2012 adalah Malaysia (ke 25), disusul Brunei Darussalam (28), Thailand (38). Indonesia berada di urutan ke empat dengan posisi ke 50. Negara tetangga Timor-Leste menempati urutan terakhir (ke 136). Negara-negara ASEAN yang mengalami kenaikan indeks daya saing terbesar sejak 2008 adalah Kambodia (24 tingkat), Brunei Darussalam (11), Filipina (6), Indonesia (5) dan Singapura (3). Sedangkan Malaysia, Thailand, Vietnam dan Timor Leste mengalami penurunan peringkat daya saing selama 2008-2012.

Tabel 2.1 Indeks Daya Saing Negara-negara ASEAN 2012

Negara 2008 2012 Perubahan 1 Singapura 5 2 3 2 Malaysia 21 25 -4 3 Brunei

Dokumen terkait