• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

V.1. Potensi Indikasi Geografis Salak Gula Pasir Sibetan Karangasem

V.1.1. Ciri Khas Salak Gula Pasir Karangasem

Salak merupakan salah satu tanaman yang paling banyak diminati oleh masyarakat. Salak dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis seperti Indonesia. Tanaman salak dapat tumbuh hampir di seluruh daerah Indonesia. Akan tetapi, untuk dapat tumbuh dengan baik dan produktif salak membutuhkan lingkungan yang ideal. Menurut Hendro Sunarjono, salak dapat tumbuh dengan baik pada daerah yang beriklim basah yakni pada dataran rendah (0-800 mdpl) dengan suhu 25o-35o C. Salak termasuk dalam tanaman monokotil, yang disebut pula snake fruit dan bersifat merumpun. Tanaman salak hanya memiliki akar serabut, dengan batang pendek yang kemudian dapat meninggi hingga 3 meter ata lebih. Salak memiliki daun panjang dengan urat utama yang kuat, dan seluruh bagian daun berduri tajam13.

Salak gula pasir sebagaimana dikemukakan oleh Prof. I Nyoman Rai merupakan salah satu buah tropika asli Indonesia yang sangat prospektif untuk dikembangkan, dan jenis salak ini telah dilepas oleh Menteri Pertanian Republik Indonesia pada tahun 1994.

Salak gula pasir memiliki keunggulan berupa cita rasa yang sesuai dengan preferensi konsumen dalam dan luar negeri, karena memiliki rasa buah manis. Meskipun buah salak masih muda, tetapi daging buah tidak terasa sepat, tidak masir, tebal, dan tidak melekat pada biji.

13 Hendro Sumarjono,2008,berkebun 21 jenis Tanaman Buah Penebar Swadaya , Jakarta

16

Keunggulan seperti inilah yang membuat salak gula pasir tergolong ideal untuk memenuhi tuntutan pasar domestik maupun pasar ekspor.14

Menurut Suprio Guntoro salak gula pasir merupakan kultivar salak Bali yang paling enak dan paling diminati dibandingkan dengan salak Bali lainnya. Daging buah salak gula pasir lebih manis dan lebih getas, bahkan rasa manis tersebut dapat dirasakan sejak salak masih muda. Penampakan luar buah salak gula pasir tidak jauh berbeda dengan salak Bali lainnya. Kulit buah salak gula pasir Karangasem berwarna cokelat kehitam-hitaman. Perbedaan paling mencolok akan terlihat apabila kulit luar dikupas, akan terlihat daging buah berwarna putih.15

Salak gula pasir sebagaimana diuraikan di dalam Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Karangasem Nomor XX Tahun 2016 tentang Maskot Kabupaten Karangasem, merupakan salah satu jenis salak yang berasal dari Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali. Salak gula pasir memiliki nama ilmiah Zalacca Var.

Amboinensis, dengan tinggi tanaman 4 hingga 5 meter. Kulit buah salak gula pasir bersisik tersusun seperti genting, berwarna coklat sampai coklat kehitam-hitaman, serta kulit bagian dalam berwarna putih dan berserat. Bentuk buahnya bulat sampai dengan lonjong, dengan panjang 4 cm hingga 7,5 cm. Salak gula pasir memiliki biji tua yang berwarna coklat kehitam- hitaman. Setiap buah salak gula pasir memiliki berat 45 hingga 75 gram, dengan daging buah berwarna putih kapur. Daging buah salak gula pasir memiliki ketebalan 0,1 hingga 1,0 cm. Tekstur daging buahnya agak renyah, berair,ngelotok, dan tidak masir. Buah salak gula pasir memiliki dua sifat utama, yaitu buah muda rasanya manis tanpa rasa asam dan sepat, serta buah yang sudah tua memiliki rasa sangat manis, dan aromanya kurang tajam.

Salak gula pasir Karangasem merupakan salah satu varietas tanaman salak yang menghasilkan buah berkualitas tinggi. Sebagai varietas yang memiliki kualitas tinggi,

14I Nyoman Rai, dkk., Studi Fenofisiologi Pembungaan Salak Gula Pasir sebagai Upaya Mengatasi Kegagalan Fruit-Set, J.Hort, 2010, Vol.20. No. 3 , (selanjtnya disingkat I Nyoman Rai, dkk I), h. 216.

15 Supari Guntoro,2008 Bdidya Saalak Bali,Kanisius, Jogyakarta, h.17.

tuntutan pasar untuk komoditas salak ini juga tinggi. Hal ini disebabkan karena salak gula pasir Karangasem memiliki kualitas buah yang baik, seperti buahnya tidak cepat busuk, berdaging buah tebal, memiliki rasa manis yang khas, kulit buahnya mudah dikupas, serta buahnya segar dan tidak masir. Keunggulan inilah yang membuat permintaan salak gula pasir Karangasem di pasaran meningkat, sehingga salak gula pasir Karangasem memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan salak Bali lainnya.

Apabila dilihat dari bentuk tanamannya, salak gula pasir memang tidak jauh berbeda dengan salak pada umumnya maupun dengan salak gula pasir di daerah lain.

Namun perbedaan yang paling mencolok dari salak gula pasir Karangasem ialah dari segi rasanya. Salak gula pasir Karangasem memiliki daging buah berwarna putih bersih. Selain itu, rasa buahnya sangat manis atau jauh lebih manis dari buah salak Bali lainnya. Hal ini memang tidak jauh berbeda dengan buah salak gula pasir di daerah Pupuan dan Selemadeg karena sama-sama merupakan salak gula pasir. Akan tetapi, salak gula pasir Karangasem jauh lebih manis dari salak gula pasir di daerah Pupuan dan Selemadeg meskipun buah salak gula pasir di daerah tersebut berukuran jauh lebih besar.

Cita rasa salak gula pasir di daerah Selemadeg dan Pupuan yang tidak semanis di daerah Karangasem

dikarenakan salak gula pasir di daerah tersebut jauh lebih berair daripada salak gula pasir Karangasem. Oleh karena itulah salak gula pasir Karangasem jauh lebih diminati daripada salak gula pasir di daerah lainnya.

3.1.2. Letak Daerah Perkebunan Salak Gula Pasir Karangasem

Tanaman salak gula pasir dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik pada ketinggian 400-700 (empat ratus sampai dengan tujuh ratus) meter di atas permukaan

18

laut. Kebun salak di Kecamatan Bebandem sebagai daerah utama penghasil salak gula pasir berada di kaki Gunung Agung bagian selatan dengan ketinggian 600-700 (enam ratus sampai dengan tujuh ratus) meter di atas permukaan laut. Ketinggian tempat sangat berpengaruh terhadap tanaman salak gula pasir, hal ini berkaitan dengan pertumbuhan dan produksi tanaman terkait dengan intensitas sinar matahari. Menurut Ashari sebagaimana dikutip oleh Prof. I Nyoman Rai, tanaman salak tidak tahan terhadap sinar matahari penuh (100%),

tetapi cukup 50%-70%, sehingga diperlukan adanya tanaman peneduh16.

Ketinggian tempat yang mendukung tumbuhnya salak gula pasir di Kecamatan Bebandem yaitu pada ketinggian antara 350-900 meter di atas permukaan laut. Sehingga dapat diketahui bahwa salak gula pasir dapat hidup di daerah landai sampai pada daerah perbukitan. Ada 5 (lima) desa di Kecamatan Bebandem yang merupakan habitat dari salak gula pasir dengan jumlah kebun salak gula pasir terbanyak. Desa Sibetan yang merupakan daerah dengan populasi salak gula pasir terbanyak berada pada ketinggian 450-650 meter di atas permukaan laut. Desa Jungutan, kebun salak gula pasir berada pada kisaran ketinggian 501-900 meter di atas permukaan laut. Kebun salak di Desa Bebandem berada pada kisaran ketinggian 451-550 meter di atas permukaan laut.

Salak gula pasir di Desa Bhuana Giri berada pada kisaran ketinggian 851-900 meter di atas permukaan laut. Untuk di Desa Macang, kebun salak gula pasir berada pada kisaran ketinggian 350-400 meter di atas permukaan laut17

16 I Nyoman Rai, dkk Makalah dalam Seminar Nasional Perhimpunan Hortikultual Indonesia di Gedung Widyaloka Universitas Brawijaya, Malang, 8-10 November 2014 (selanjutnya disingkat I Nyoman Rai, dkk II), h2.

17 Ni Kadek Wetri Cahyani,dkk. Penebaran Kebun Salak Gula Pasir (Zalacca Var Amboinensis) di Kecamatan Bebandem Kabupaten Karangasem (suatu Pendekatan Keruangan) Jurnal Pendidikan Geografis Undiksha, 20013 V0l. 1. H.4.

Selain di Kecamatan Bebandem Kabupaten Karangasem, salak gula pasir juga dikembangkan di beberapa daerah di Bali, misalnya di Pupuan dan Selemadeg. Daerah Pupuan yang juga merupakan daerah pengembangan salak gula pasir berada pada ketinggian 670,5-1.879 meter di atas permukaan laut. Sedangkan daerah Selemadeg yang juga merupakan sentra pengembangan salak gula pasir berada pada ketinggian 0-700 meter di atas permukaan laut.

Sebagai daerah yang sama-sama mengembangkan salak gula pasir, ternyata salak gula pasir di daerah Pupuan, Selemadeg dan Karangasem memiliki cita rasa yang berbeda, meskipun pusat pembibitan tetap dilakukan di daerah Karangasem, yakni di Desa Sibetan Kecamatan Bebandem.

Perbedaan cita rasa salak gula pasir tersebut ternyata dipengaruhi oleh ketinggian tempat perkebunan salak gula pasir. Hal ini dapat dilihat dalam hasil penelitian yang dilakukan oleh Prof. I Nyoman Rai. Hasil analisis statistik menunjukkan, berat per buah, berat daging buah, dan ketebatalan tertinggi diperoleh di Selemadeg (47,28g), tetapi berbeda tidak nyata dengan di Pupuan (47,00g) dan Bebandem (47,09g). Hasil penelitian yang dilakukan oleh beliau juga menunjukkan bahwa aroma dan rasa daging buah tertinggi diperoleh di Bebandem. Kadar gula, total gula, dan ratio total gula/asam juga tertinggi pada salak di daerah Bebandem. Lebih tingginya nilai kadar gula, total gula, dan ratio total gula/asam dari buah yang dipanen di Bebandem karena dipengaruhi keadaan tempat perkebunan, serta ketinggian tempat pengembangan salak gula pasir Karangasem. Cita rasa tersebut mempengaruhi preferensi konsumen lebih suka terhadap buah yang berasal dari Bebandem Karangasem.18

18 Ni Kadek Wetri dkk.

20

Dokumen terkait