ANALISIS MANFAAT EKONOMI PENGOLAHAN LIMBAH SERBUK GERGAJ
KATA PENGANTAR
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah Kayu
2.2 Karakteristik Usaha Pengolahan Limbah Serbuk Gergaji Menjadi Bag Log
2.2.5 Saluran Pemasaran
Produsen pada saat ini tidak lagi menjual produk yang dihasilkan langsung
kepada pengguna akhir (Kotler dan Dary, 2008). Antara produsen dan konsumen
terdapat sekelompok pemasar yang membentuk rantai distribusi yang
memerankan berbagai fungsi dan memiliki berbagai macam nama. Saluran
distribusi atau aliran pemasaran adalah perantara-perantara para pembeli dan
penjual yang dilalui oleh perpindahan barang baik fisik maupun perpindahan
milik sejak dari produsen hingga ke tangan konsumen ( Sigit dalam Sunyoto,
2012).
Saluran pemasaran yang dipilih produsen sangat mempengaruhi semua
keputusan pemasaran yang lainnya. Oleh karena itu, saluran pemasaran
21 pendeknya saluran pemasaran yang dilalui oleh suatu produk tergantung pada
beberapa faktor, diantaranya jarak antara produsen ke konsumen, daya tahan
produk, skala produksi dan posisi keuangan perusahaan. Saluran pemasaran dapat
dicirikan dari panjangnya tingkat saluran. Panjangnya suatu saluran pemasaran
akan ditentukan oleh banyaknya tingkat perantara yang dilalui oleh barang dan
jasa. Bagan saluran pemasaran dapat dilihat pada Gambar 1.
(5) (6) (7) (4) (3) (5) (4) (8) (4) (5) (2) (6) (1) (7) Sumber: Sunyoto (2012)
Gambar 1. Bagan Saluran Pemasaran Keterangan:
1. Penjualan dilakukan oleh produsen langsung kepada konsumen
2. Dari produsen dijual kepada pengecer (retailer) dan dari pengecer dijual
ke konsumen
3. Dari produsen dijual ke wholesaler (distributor) dan kemudian oleh
wholesaler dijual ke konsumen
4. Dari produsen ke wholesaler, lalu ke pengecer kemudian dijual ke
konsumen Produsen Agen Wholesaler Pemakai Industrial
Pengecer, Toko, Retailer
22 5. Dari produsen dijual ke agen, lalu ke wholesaler, ke pengecer dan dijual ke
konsumen
6. Dari produsen ke agen, dari agen ke pengecer, kemudian dijual ke
konsumen
7. Dari produsen ke agen kemudian dijual ke konsumen
8. Dari produsen dijual ke pemakai industrial.
2.3 Analisis Pendapatan Usaha
Biaya adalah korbanan yang dicurahkan dalam proses produksi yang
semula fisik kemudian diberi nilai rupiah (Hernanto, 1996). Biaya usaha
dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu biaya tunai atau biaya yang dibayarkan
dan biaya non tunai atau biaya yang tidak dibayarkan. Biaya tunai adalah biaya
yang dikeluarkan untuk membayar upah tenaga kerja non keluarga, pembelian
input produksi serta biaya untuk irigasi dan pengairan. Biaya tidak tunai meliputi
biaya tetap dan biaya untuk tenaga kerja keluarga.
Menurut Hernanto (1996) pendapatan juga dibedakan menjadi pendapatan
tunai dan pendapatan tidak tunai. Pendapatan tunai merupakan pendapatan yang
diperoleh dari penerimaan dan biaya tunai, sedangkan pendapatan tidak tunai
merupakan pendapatan yang diperoleh dari penerimaan dan biaya total. Bentuk
pendapatan tunai dapat menggambarkan tingkat kemajuan ekonomi usaha dalam
spesifikasi dan pembagian kerja. Besarnya pendapatan tunai atau proporsi
penerimaan tunai dari total penerimaan yang masuk dapat digunakan untuk
perbandingan keberhasilan petani satu dengan yang lainnya.
Analisis R/C digunakan untuk menghitung efisiensi usaha (Hapsari et al.,
23 pertimbangan tersebut, jika R/C >1 maka usaha tersebut menguntungkan,
sedangkan jika R/C =1 maka impas dan jika R/C <1 berart usaha tersebut tidak
menguntungkan.
2.4 Nilai Tambah
Nilai tambah adalah jumlah balas jasa terhadap faktor-faktor produksi
dalam bentuk sewa tanah, upah, bunga dan keuntungan (Halwani, 2005). Nilai
tambah merupakan balas jasa atas faktor produksi yang digunakan, seperti modal,
tenaga kerja dan manajemen perusahaan yang dinikmati oleh produsen. Nilai
tambah dari suatu produk juga bisa berarti peningkatan nilai guna atas produk
tersebut oleh konsumen. Perhitungan nilai tambah dengan Metode Hayami dapat
dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Perhitungan Nilai Tambah Hayami
No. Variabel Nilai
Output, Input dan Harga
1. Output yang dihasilkan (kg/hari) A 2. Bahan baku yang digunakan(kg/hari) B
3. Tenaga kerja (HOK) C
4. Faktor konversi (1/2) D = A/B
5. Koefisien tenaga kerja (3/2) E = C/B
6. Harga output (Rp/kg) F
7. Upah rata-rata tenaga kerja (Rp/jam) G Pendapatan dan keuntungan
8. Harga bahan baku (Rp/kg bahan baku) H 9. Sumbangan input lain (Rp/kg output) I
10. Nilai output (4 x 6) (Rp) J = D x F 11. a. Nilai tambah (10 – 9 – 8) (Rp) K = J – H – I
b. Rasio nilai tambah ((11a/10) x 100%) 1 (%) = (K/J) x 100% 12. a. Imbalan tenaga kerja (5 x 7) (Rp) M = E x G
b. Bagian tenaga kerja ((12a/11a) x 100%) N (%) = (M/K) x 100% 13. a. Keuntungan (11a – 12a) (Rp) O = K – M
b. Tingkat keuntungan ((13a/11a) x 100%) P (%) = (O/K) x 100%
14. Marjin (10 – 8) (Rp) Q = J – H
Pendapatan tenaga kerja ((12a/14) x 100%) R (%) = (M/Q) x 100% Sumbangan input lain ((9/14) x 100%) S (%) = (I/Q) x 100% Keuntungan perusahaan ((13a/14) x 100%) T (%) = (O/Q) x 100% Sumber: Hayami et al., (1987)
24 Menurut Hayami et al (1987), nilai tambah adalah selisih antara nilai
komoditas yang mendapat perlakuan pada tahap tertentu dikurangi dengan nilai
korbanan yang digunakan selama proses produksi berlangsung. Sumber-sumber
dari nilai tambah adalah pemanfaatan faktor-faktor seperti tenaga kerja, modal,
bahan baku dan manajemen. Terdapat tiga komponen pendukung dalam Metode
Hayami, yaitu faktor konversi yang menunjukkan besaran output yang dihasilkan
dari satu-satuan input, faktor koefisien tenaga kerja yang menunjukkan banyaknya
tenaga kerja langsung yang diperlukan dalam mengolah satu-satuan input, dan
nilai produk yang menunjukkan nilai ouput yang dihasilkan dari satu-satuan input.
Penggunaan Metode Hayami sebagai alat analisis mengasilkan beberapa
informasi. Metode Hayami dapat menghasilkan informasi berupa:
a. Perkiraan besarnya nilai tambah (Rp)
b. Rasio nilai tambah yang dihasilkan terhadap nilai produk yang dihasilkan (%)
menunjukkan presentase nilai tambah dari nilai produk
c. Imbalan bagi tenaga kerja (Rp), menunjukkan besar upah yang diterima oleh
tenaga kerja.
d. Bagian tenaga kerja dari nilai tambah yang dihasilkan (%), menunjukkan
persentase imbalan tenaga kerja dari nilai tambah
e. Keuntungan pengolahan (Rp), menunjukkan bagian yang diterima pengusaha
(pengolah), karena menanggung resiko usaha
f. Tingkat keuntungan pengolah terhadap nilai output (%), menunjukkan
persentase keuntungan terhadap nilai tambah
g. Marjin pengolah (Rp), menunjukkan kontribusi pemilik faktor produksi selain
25 h. Persentase pendapatan tenaga kerja langsung terhadap marjin (%)
i. Persentase sumbangan input lain terhadap marjin (%)
2.5 Penyerapan Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi dalam melakukan
suatu proses produksi pada suatu unit usaha. Penyerapan tenaga kerja berarti
kemampuan suatu unit usaha menyerap sejumlah orang untuk bekerja dalam suatu
proses produksi.
Konversi tenaga kerja yang membandingkan tenaga kerja pria sebagai
ukuran baku dengan tenaga kerja lain yang dikonversikan atau disetarakan dengan
pria pada jenis pekerjaan yang sama, yaitu satu orang laki-laki sama dengan satu
hari kerja pria, satu orang wanita sama dengan 0.7 hari kerja pria, satu ekor ternak
sama dengan dua hari kerja pria dan satu orang anak-anak sama dengan 0.5 hari
kerja pria. Ada ahli usahatani yang mengkonversikan tenaga kerja pada tenaga
kerja pria berdasarkan upah yang diterima (Hernanto, 1996).
2.6 Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai analisis manfaat ekonomi pengolahan limbah maupun
analisis nilai tambah sudah banyak dilakukan sebelumnya. Penelitian-penelitian
terdahulu yang menjadi referensi penelitian memiliki berbagai perbedaan.
Perbedaan penelitian ini dibandingkan dengan penelitian terletak pada lokasi,
input serta output yang dihasilkan dan metode analisis data. Beberapa penelitian
Tabel 7. Penelitian Terdahulu
No Nama, Tahun Judul Penelitian Tujuan Penelitian Metode Hasil Penelitian
1. Citra Anggun Pramithasari, 2011
Analisis Manfaat Ekonomi Pengolahan Limbah Pohon Jati
1. Mengidentifikasi karakterisitik dan rantai pemasaran dari pengolahan limbah pohon jati yang dihasilkan oleh Masyarakat Jiken
Analisis desktiptif Usaha pengolahan limbah pohon jati termasuk kedalam skala usaha mikro, dengan SDM tradisional. Rantai pemasaran dari kegiatan pengolahan limbah pohon jadti dimulai dari pemasok bahan baku, pengerajin limbah tunggak, reseller atau pedagang perantara
2. Menghitung nilai tambah dan pendapatan usaha dari pemanfaatan limbah pohon jati oleh Masyarakat Jiken
Metode Hayami dan analisis pendapatan usaha
Nilai tambah yang dihasilkan pada produk meja akar sebesar 56.48% dari nilai produknya. Nilai tambah produk meja ukir 75.97% dari nilai produknya, lemari display sebesar 67.99% dan produk patung ukir sebesar 73.05% dari nilai produknya. 3. Menghitung penyerapan
tenaga kerja dari
pemanfaatan limbah Pohon Jati oleh masyarakat Kecamatan Jiken
Metode tabulasi data
Total jumlah tenaga kerja yang dapat diserap dari pemanfaatan limbah Pohon Jati oleh masyarakat Kecamatan Jiken adalah sebanyak 416 orang.
2. Helda, 2004
Analisis Nilai Tambah Pengolahan Ikan Teri di Pulau Pasaran, Provinsi Lampung
1. Mengetahui keadaan umum industri pengolahan Ikan Teri di Pulau Pasaran, Provinsi Lampng
Analisis Deskriptif
Industri pengolahan Ikan Teri di Pulau Pasaran, Provinsi Lampung masih dilakukan dengan sederhana atau tradisional. Keterampilan yang diperoleh para pengolah tersebut sebagian berasal dari warisan keluarga dan ada pula yang berasal dari pengalaman sendiri dalam menekuni usaha.
2. Menganalisis besarnya kentungan industri pengolahan Ikan Teri di Pulau Pasaran, Provinsi Lampung
Analisis
pendapatan usaha
Biaya total rata-rata yang dikeluarkan oleh pengolah adalah Rp 1 646 330 566.70 per tahun dengan 330 566.70 per tahun dengan penerimaan rata-rata sebesar Rp 1 977 576 000 per tahun, sehingga pendapatan rata-rata yang diperoleh para pengolah tersebut adalah Rp 331 245 433.30 per tahun. Usaha yang dilakukan pengolah ini dapat dikatakan menguntungkan.
3. Menganalisis besarnya nilai tambah pengolahan Ikan
Metode Hayami Rata-rata nilai tambah dari pengolahan Ikan Teri di Pula Pasaran Provinsi Lampung sebesar Rp 1 002.76
14 Tabel 7. Lanjutan
Nama, Tahun Judul Penelitian Tujuan Penelitian Metode Hasil Penelitian
Teri di Pulau Pasaran, Provinsi Lampung
per kg.
3. Maimun, 2009
Analisis Pendapatan Usahatani dan Nilai Tambah Saluran Pemasaran Kopi Arabika Organik dan Non Organik (Studi Kasus Pengolahan Bubuk Kopi Ulee Kareng di Banda Aceh)
1. Menganalisis pendapatan usahatani kopi arabika organik dan non organik berdasarkan penerimaan dan total biaya yang
dikeluarlkan dalam usaha tani
Analisis pendapatan
Pendapatan usahatani kopi arabika organik lebih besar dibandingkan dengan usuahatani kopi arabika non organik sehingga kopi arabika organik lebih menguntungkan
2.Menganalisis lembaga pemasaran yang terlibat dalam saluran pemasaran kopi arabika organik dan non organik dan peran dari setiap lembaga yang terlibat
Analisis deskriptif Terdapat satu saluran pemasaran kopi arabika organik dan non organik. Berdasarkan saluran pemasaran,kopi arabika organik lebih efisien.
3.Menganalisis efisiensi pemasaran kopi arabika organik dan non organik dengan menghitung marjin
dan farmer’s share
Analisis marjin Marjin pemasaran kopi arabika organik lebih besar dibandngkan kopi arabika non organik sedangkan
farmer’s share kopi arabika non organik lebih besar
dibandingkan kopi arabika organi organik.
4. Menganalisis nilai tambah bubuk kopi organik dan non organik industri pengolahan bubuk kopi Ulee Kareng.
Metode Hayami Nilai tambah kopi arabika organik lebih besar dibandingkan kopi arabika non organik.
Industryibubuk kopi Ulee Kareng adalah industri yang padat modal yang maksudnya adalah industri yang dilengkapi dengan mesin-mesin prpoduksi mekanis sehingga tidak membutuhkan tenaga kerja yang terlalu banyak.
28 Pramithasari (2011) melakukan penelitian mengenai nilai tambah dari
pengolahan limbah tunggak kayu jati di Kecamatan Jiken. Dihasilkan produk
berupa meja akar, meja ukir, lemari display dan patung ukir dari pengolahan
limbah tunggak kayu jati di Kecamatan Jiken. Digunakan analisis deskriptif,
Metode Hayami dan metode tabulasi data dalam pengolahan data. Helda (2004)
melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui besarnya keuntungan dan
nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan Ikan Teri di Pulau Pasaran, Provinsi
Lampung. Pembagian tenaga kerja dibagi menjadi tiga unit pekerjaan yaitu tenaga
perebusan, tenaga penjemur dan tenaga sortir.
Maimun (2009) melakukan penelitian mengenai pendapatan usaha, nilai
tambah serta saluran pemasaran kopi arabika organik dan non organik di Ulee
Kareng Banda Aceh. Penelitian Maimun (2009) bertujuan untuk mengetahui
lembaga pemasaran, efisiensi pemasaran serta besaraan nilai tambah dari kopi
arabaika organik dan non organik di Ulee Kareng Banda Aceh.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian terdahulu yaitu pada
lokasi penelitian, spesifikasi komoditas dan metode pengolahan data. Penelitian
dilakukan di Kecamatan Leuwiliang dan Leuwisadeng, Kabupaten Bogor dengan
input berupa serbuk gergaji dan output berupa bag log yang digunakan sebagai
media tanam jamur tiram. Metode pengolahan data menggunakan Metode Hayami
dan rumus perubahan kesempatan kerja sebelum dan setelah adanya usaha
III. KERANGKA PEMIKIRAN
Kayu diproduksi sebagai usaha pemenuhan kebutuhan manusia. Proses
eksploitasi/pemanenan dan pengolahan kayu bulat menjadi berbagai macam
barang menghasilkan limbah. Proses eksploitasi/pemanenan menghasilkan limbah
berupa limbah pemanenan yang secara garis besar berupa daun, tunggak dan
serbuk gergaji sedangkan kegiatan pengolahan kayu bulat atau industri perkayuan
menghasilkan limbah kayu gergajian yang secara garis besar berupa potongan
ujung, potongan dolok dan serbuk gergaji.
Limbah kayu hanya di tumpuk dan dibiarkan membusuk dapat
mengganggu kesehatan dan merusak lingkungan. Penumpukan serbuk gergaji
dapat menyebabkan tanah tidak dapat menerima oksigen yang cukup selama
proses fermentasi sehingga menjadi sangat asam dan berbahaya bagi tanaman.
Jumlah serbuk gergaji yang dihasilkan dari eksploitasi/pemanenan dan
pengolahan kayu bulat sangat banyak. Balai Penelitian Hasil Hutan (BPHH)
kilang penggergajian di Sumatera dan Kalimantan serta Perum Perhutani di Jawa
menunjukkan bahwa rendemen rata-rata penggergajian adalah 45 persen, sisanya
55 persen berupa limbah. Sebanyak 10 persen dari limbah penggergajian tersebut
adalah serbuk gergaji (Wibowo, 1990).
Limbah serbuk gergaji yang dihasilkan dari kegiatan
eksploitasi/pemanenan maupun penggergajian kayu dapat dimanfaatkan oleh
usaha pembuatan bag log. Usaha pembuatan bag log di Kecamatan Leuwiliang
dan Leuwisadeng dibagi menjadi dua kelompok, yaitu unit usaha non plasma A
dan non plasma B. Pemanfaatan limbah serbuk gergaji untuk diolah menjadi bag
30 langsung berupa pendapatan dan peningkatan nilai tambah maupun manfaat
ekonomi tidak langsung yaitu berupa penyerapan tenaga kerja. Selain manfaat
ekonomi, pengolahan limbah serbuk gergaji menjadi bag log di Kecamatan
Leuwiliang dan Leuwisadeng juga memberikan manfaat lingkungan.
Penelitian ini membahas mengenai karakteristik usaha pengolahan limbah
serbuk gergaji. Karakteristik usaha yang diidentifikasi berupa sumber bahan baku,
proses produksi, skala usaha, sumberdaya manusia dan rantai pemasaran. Selain
itu juga perhitungan besarnya nilai tambah yang dihasilkan dan besarnya
pendapatan yang diterima oleh pelaku usaha dihitung untuk mengetahui besarnya
manfaat langsung dari pengolahan limbah serbuk gergaji menjadi bag log.
Manfaat ekonomi tidak langsung berupa penyerapan tenaga kerja dihitung
untuk mengetahui besarnya kemampuan penyerapan tenaga kerja pada usaha
pengolahan limbah serbuk gergaji menjadi bag log sehingga dapat menyerap
sejumlah tenaga kerja yang ada di Kecamatan Leuwiliang dan Leuwisadeng. Hasil
dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi pengambilan
kebijakan bagi pengusaha dan masyarakat untuk dapat lebih memanfaatkan
limbah serbuk gergaji. Kerangka pemikiran yang digunakan dalam penelitian ini
31 Keterangan: Ruang lingkup penelitian
Gambar 2. Kerangka Berpikir Penelitian Limbah pemanenan
Manfaat ekonomi Produksi kayu di Kecamatan Leuwiliang dan Leuwisadeng
Limbah pemanenan dan gergajian kayu
Limbah gergajian
Daun Tunggak
Serbuk gergaji
Potongan ujung Potongan dolok
cacat
Usaha pembuatan bag log (Non Plasma A dan Non Plasma B)
Karakteristik usaha Pendapatan dan Nilai tambah Penyerapan tenaga kerja
Rekomendasi pengambilan kebijakan
Manfaat lingkungan
IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah di Kecamatan Leuwiliang dan Leuwisadeng,
Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian berdasarkan
tujuan penelitian dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Leuwiliang dan
Kecamatan Leuwisadeng merupakan kecamatan yang memiliki banyak usaha
penggergajian sehingga memiliki limbah penggergajian yang relatif banyak.
Penelitian dilakukan pada bulan April 2012 hingga Januari 2013. Pengambilan
data primer dilakukan pada bulan Juli 2012.
4.2 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
sekunder. Data primer didapat dari hasil wawancara dengan pemilik usaha
budidaya jamur tiram putih yang memproduksi bag log untuk dijual ke pemilik
usaha budidaya jamur lainnya atau untuk digunakan sendiri. Data sekunder
didapat dari berbagai literatur, instansi yang terkait seperti Perum Perhutani,
Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, Badan Pusat Statistik dan juga
referensi penelitian-penelitian terdahulu yang dapat dijadikan rujukan yang
berhubungan dengan pengolahan limbah serbuk gergaji.
4.3 Metode Pengambilan Data
Metode pengambilan data untuk penelitian ini dilakukan dengan sensus
dimana responden dipilih dari seluruh populasi yang ada. Jumlah populasi dalam
penelitian ini adalah 11 responden. Responden dalam penelitian ini adalah unit
usaha pembuat bag log untuk jamur tiram putih yang tersebar di tiga desa yaitu
33 di Kecamatan Leuwisadeng. Pengambilan data dari responden bertujuan untuk
menjawab masalah mengenai karakteristik usaha pengolahan limbah serbuk
gergaji, rantai pemasarannya, nilai tambah yang dihasilkan, pendapatan yang
dihasilkan dan jumlah tenaga kerja yang dapat diserap dari pengolahan limbah
serbuk gergaji menjadi media tanam jamur tiram putih. Tabel 8 menunjukkan
jumlah responden untuk penelitian yang akan dilakukan.
Tabel 8. Jumlah Produsen Bag Log di Kecamatan Leuwiliang dan Kecamatan Leuwisadeng Tahun 2012
Kecamatan Desa Pengusaha Bag log
Leuwiliang 1.Barengkoh 4
2. Cibeber II 3
Leuwisadeng 1.Sadeng 4
Jumlah 11
Sumber: Penulis (2012)
4.4 Metode Analisis Data
Unit usaha pembuatan bag log di Kecamatan Leuwiliang dan Leuwisadeng
dibagi menjadi dua kelompok, yaitu unit usaha non plasma A dan unit usaha non
plasma B. Unit usaha non plasma A adalah unit usaha yang membeli bibit jamur
tiram untuk kemudian dijadikan input tambahan dalam pembuatan bag log. Unit
usaha non plasma B adalah unit usaha yang membuat bibit jamur tiram jamur
tiram sendiri untuk kemudian dijadikan input tambahan dalam pembuatan bag
log.
Data yang diperoleh diolah menggunakan Windows Excel 2007. Analisis
data dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis
kualitatif digunakan untuk menjawab tujuan penelitian yaitu mengidentifikasi
karakteristik usaha pengolahan limbah serbuk gergaji. Analisis kualitatif dalam
penelitian ini yaitu deskripsi mengenai karakteristik usaha. Analisis kuantitatif
34 menjawab tujuan manfaat ekonomi yang diperoleh dari usaha pengolahan limbah
serbuk gergaji, yaitu meliputi nilai tambah, pendapatan serta penyerapan tenaga
kerja. Untuk lebih jelas, matriks analisis data dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Matriks Analisis Data
No. Tujuan Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Analisis Data
1. Mengidentifikasi karakteristik usaha pengolahan limbah serbuk gergaji
Data primer dengan wawancara kepada pelaku usaha yang menjadi responden
Analisis Deskriptif
2. Menghitung pendapatan usaha nilai tambah yang dihasilkan dari pengolahan limbah serbuk gergaji
Data Primer dengan wawancara kepada pelaku usaha yang menjadi responden
Analisis pendapatan usaha dan nilai tambah dengan metode Hayami
3. Mengidentifikasi jumlah tenaga kerja yang dapat diserap dari kegiatan pengolahan limbah serbuk gergaji
Data sekunder jumlah tenaga kerja dengan adanya usaha pembuatan bag log dan tanpa adanya usaha pembuatan bag log
Rumus pertumbuhan dari perubahan
kesempatan kerja (HOK)
Sumber: Penulis (2012) 4.4.1 Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan dan menganalisis data-
data yang berbentuk kualitatif yaitu untuk menggambarkan berbagai kondisi dan
situasi yang terdapat di lokasi penelitian. Analisis deskriptif digunakan untuk
menjawab tujuan identifikasi karakteristik usaha pengolahan limbah serbuk
gergaji di Kecamatan Leuwiliang dan Leuwisadeng. Variabel karakterstik usaha
yang diidentifikasi pada unit usaha non plasma A maupun non plasma B adalah
(1) karakteristik umum pelaku usaha, (2) karakteristik usaha berupa skala usaha,
(3) sumber bahan baku, (4) proses pembuatan bag log dan sumberdaya manusia
35 Penentuan karakteristik responden diperoleh dari hasil wawancara.
Responden dalam penelitian ini adalah para pelaku usaha yang memanfaatkan
limbah serbuk gergaji untuk pembuatan bag log. Karakteristik umum dari
responden pelaku usaha terdiri dari jenis kelamin, umur, pendidikan terakhir dan
lama menjalankan usaha.
4.4.2 Analisis Pendapatan Usaha
Pendapatan usaha pembuatan bag log merupakan manfaat langsung dari
kegiatan pengolahan limbah serbuk gergaji. Semua jenis biaya yang dikeluarkan
dalam kegiatan produksi bag log akan dihitung untuk mengetahui besarnya
pendapatan atas biaya tunai dan juga besarnya pendapatan atas biaya total yang
dikeluarkan. Selain itu juga akan dihitung besarnya biaya total (total cost) dan
cost ratio (R/C) pada unit usaha non plasma A dan non plasma B.
Pendapatan merupakan salah satu indikator keberhasilan pengelolaan suatu
usaha. Pendapatan tersebut dapat dilakukan melalui suatu analisis pendapatan
(Hoddi et al., 2011). Dari hasil yang diperoleh akan dapat diketahui apakah usaha
pengolahan limbah serbuk gergaji menjadi bag log yang dilakukan di Kecamatan
Leuwiliang dan Leuwisadeng menguntungkan atau tidak untuk dijalankan.
Total penerimaan adalah nilai total produk dalam jangka waktu tertentu.
Penerimaan yang didapatkan pada penelitian ini merupakan penerimaan dari
penjualan bag log dan bibit jamur tiram yang dihasilkan. Penerimaan usaha
pengolahan limbah serbuk gergaji menjadi bag log di Kecamatan Leuwiliang dan
Leuwisadeng adalah hasil kali rata-rata jumlah bag log yang diproduksi per bulan
dikalikan dengan harga rata-rata bag log per kilogram dengan asumsi satu bulan
36 Biaya total adalah semua nilai input yang dikeluarkan dalam proses
produksi. Perhitungan biaya dalam penelitian ini dibagi menjadi biaya tunai dan
non tunai. Biaya tunai adalah besarnya nilai uang yang dikeluarkan pelaku usaha
untuk membeli serbuk gergaji dan bahan baku lainnya serta upah tenaga kerja.
Secara umum analisis pendapatan kegiatan pengolahan limbah serbuk
gergaji menjadi bag log diperoleh dari selisih antara penerimaan yang didapatkan