• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengertian Konjungsi

Dalam dokumen Analisis Konjungsipada Terjemahan Suratyunus (Halaman 137-142)

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Terdahulu

2.2 Pengertian Konjungsi

Hasan Alwi, dkk (2010:301) konjungsi di istilahkan dengan nama konjungtor yang juga dinamakan kata sambung yang merupakan kata tugas yang menghubungkan dua satu bahasa yang sederajat: kata dengan kata, frasa dengan frasa, atau klausa dengan klausa.

Konjungsi adalah bentuk atau satuan kebahasaan yang berfungsi sebagai penyambung, perangkai, atau penghubung antara kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa , kalimat dengan kalimat dan seterusnya (Harimurti Kridalaksana, 1984:105; HG Tarigan, 1987:101).

Hal senada diungkapkan Chaer (1994:269), konjungsi merupakan alat untuk menghubung-hubungkan bagian-bagian kalimat atau menghubungkan paragraf dengan paragraf. Dengan penggunaan konjungsi ini, hubungan antar kalimat dengan kalimat maupun paragraf dengan paragraf menjadi, lebih jelas bila dibandingkan dengan hubungan yang tanpa konjungsi.

Sementara itu, Keraf (dalam Rani, dkk., 2004:107), konjungsi dalam tata bahasa tradisional termasuk salah satu jenis kata yang digunakan untuk menghubungkan kalimat. Namun, dalam kenyataan pemakaian sehari-hari, konjungsi juga digunakan sebagai sarana untuk menghubungkan dua atau lebih ide yang tertuang dalam beberapa kalimat.

Istilah konjungsi dalam bahasa Arab (Al-Khuli, 1982:53) dalam bukunya ADictionary of Theoritical Linguistics (English-Arabic) mengistilahkan konjungsi

dengan kata

ﻒﻁﺎﻋ

/āṭifun/ ʹpenyambungʹ:

Conjuction :

ﺎﻤﺳﺍ ﻭﺃ ، ﻞﻌﻓ ﻰﻠﻋ ﻼﻌﻓ ﻒﻄﻌﺗ ﻱﺃ ﺐﺟﺍﻭ ﻉﻮﻧ ﻦﻣ ﻦﻴﺗﺪﺣﻭ ﻒﻄﻌﺗ ﺔﻤﻠﻛ :ﻒﻁﺎﻋ

ﺔﻠﻤﺟ ﻰﻠﻋ ﺔﻠﻤﺟ ﻭﺃ ﻑﺮﻅ ﻰﻠﻋ ﺎﻓﺮﻅ ﻭﺃ ﻢﺳﺍ ﻰﻠﻋ

/āṭifun : kalimatun ta’ṭifu waḥidataini min nau’in wājibin `ay ta’ṭifu fi’lan ‘alā fi’lin,

`au isman ‘alā ismin `au ẓarfan ‘alā ẓarfin `au jumlatan ‘alā jumlatin/ʹpenyambung:

mencondongkan dua kata dari bagian yang penting, atau mengarahkan kata kerja dengan kata kerja, kata benda dengan kata benda, frasa dengan frasa atau kalimat dengan kalimat.ʹ

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, disimpulkan bahwa konjungsi merupakan bentuk suatu kebahasaan yang dapat berupa kata yang sangat diperlukan oleh sebuah kalimat karena konjungsi berfungsi memperjelas makna rangkaian antar kata, antar kelompok kata atau antar kalimat.

2.3 Pembagian Konjungsi

paragraf dengan paragraf.(Kridalaksana, 1983:105). Menurut Hasan Alwi, dkk (2010:301) konjungsi juga dinamakan kata sambung yang merupakan kata tugas yang menghubungkan dua satu bahasa yang sederajat: kata dengan kata, frasa dengan frasa, atau klausa dengan klausa.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Chaer (2003:110), konjungsi bertugas menghubungkan satu konstituen (baik berupa kata, frase, klausa maupun kalimat) dengan konstituen lain baik yang berada dalam kalimat maupun yang berada di luar kalimat.

Adapun yang dimaksud dengan kata, frasa, klausa dan kalimat dalam Kamus Linguistik (Kridalaksana, 1993) adalah sebagai berikut:

a. Kata (word): 1) morfem atau kombinasi oleh bahasawan dianggap sebagai satuan terkecil yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang bebas. 2) satuan bahasa yang dapat berdiri sendiri, terjadi, morfem tunggal. (1993:89). Menurut Asrori (2004:67) kata dapat diistilahkan dengan kalimah. Misal:

ﺖﻴﺑ

/baitun/ ʹrumahʹ.

b. Frasa (Phrase): gabungan dua kata atau lebih yang sifatnya tidak predikatif. (1993:52). Menurut Asrori (2004:33), frasa atau tarkib adalah gabungan unsur yang saling terkait dan menempati fungsi tertentu dalam kalimat atau suatu bentuk dengan kata tunggal dalam arti gabungan kata tersebut dapat diganti dengan satu kata saja. Misal:

ﻲﻠﻋ ﺺﻴﻤﻗ

/qamīsun ʻaliyyun/ ʹbaju

Aliʹ.

c. Klausa (clause): satuan gramatikal berupa kelompok kata yang sekurang-kurangnya terdiri dari subjek dan predikat dan mempunyai potensi untuk menjadi, kalimat. (1993:100). Menurut Asrori (2004:72-73), klausa dapat disepadankan dengan jumlah. Misal:

ﻥﺎﺒﻌﻠﻳ ﻢﻳﺮﻛ ﻭ ﺪﻤﺣﺃ

/`aḥmadun wa

karīmun yalʻabāni/ ʹAhmad dan Karim mereka berdua sedang bermainʹ.

d. Kalimat (sentence): 1) satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final dan secara aktual maupun potensial terdiri dari klausa. 2) klausa bebas yang menjadi, bagian kognitif percakapan, satuan proposisi yang menggabungkan gabungan klausa atau merupakan satu klausa, yang membentuk satuan yang bebas, jawaban minimal, seruan, salam

dan sebagainya. 3) kontruksi gramatikal yang terdiri atas satu atau lebih klausa yang ditata menurut pola yang tertentu dan dapat berdiri sendiri sebagai satuan. (1993:83). Adapaun menurut Asrori (2004:73), kalimat dapat disepadankan dengan istilah kalam. Misal:

ﻢﺛ ﺍﺮﻜﺒﻣ ﻡﻮﻨﻟﺍ ﻦﻣ ﺮﺳﺎﻳ ﻆﻘﻴﺘﺳﺍ

ﺢﺒﺼﻟﺍ ﻰﻠﺻ ﻭ ﺄﺿﻮﺗ

/`istaiqaẓa yāsiru minan an-naumi mubakkirān ṡumma

tawaḍḍa`a wa ṣalla aṣ-ṣubhi/ ʹyasir bangun tidur pagi-pagi kemudian dia

berwudhu untuk sholat subuh.ʹ

Pada terjemahan kalimat tersebut yang merupakan induk kalimat yaitu: “Yasir bagun tidur pagi-pagi” dan anak kalimatnya yaitu: “kemudian dia berwudhu untuk sholat subuh”

e. Induk kalimat atau disebut juga dengan klausa pertama adalah bagian kalimat (klausa) dari kalimat majemuk bertingkat yang sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat yang mempunyai potensi untuk menjadi kalimat. Sementara itu, anak kalimat atau disebut juga klausa terikat adalah bagian kalimat (klausa) yang tidak dapat berdiri sendiri sebagai kalimat pelengkap. (Kridalaksana, 1983:101)

Menurut Alwi, dkk (2010:303), konjungsi dibagi menjadi, empat kelompok yaitu: 1) Konjungsi koordinatif, 2) konjungsi koleratif, 3) konjungsi subordinatif dan 4) konjungsi antar kalimat.

2.3.1Konjungsi Koordinatif

Menurut Alwi, dkk (2010:301) dan kridalaksana, (1983:106) bahwa konjungsi koordinatif dapat didefinisikan konjungsi yang menghubungkan dua unsur atau lebih yang sama pentingnya, atau memiliki status yang sama. Hal ini juga diungkapkan Chaer (2003:110), konjungsi koordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua konstituen atau lebih kedudukannya sederajat. Dalam Bahasa Arab konjungsi subordinatif disebut

ﺊﻓﺎﻜﻣ ﻒﻁﺎﻋ

/‘āṭifun mukāfi`un/ (Al-Khuli, 1982:59). Berikut ini konjungsi yang termasuk ke dalam konjungsi koordinatif adalah sebagai berikut (Alwi, dkk, 2010:303):

a. Konjungsi koordinatif penambahan

Konjungsi ini menghubungkan kata, frasa, klausa atau kalimat yang saling menambahkan, yaitu dan.

b. Konjungsi koordinatif pendampingan

Konjungsi ini menghubungkan kata, frasa, klausa atau kalimat yang saling berdampingan, yaitu serta.

c. Konjungsi koordinatif pemilihan

Konjungsi ini menghubungkan kata, frasa, klausa atau kalimat yangmenunjukkan pilihan, yaitu atau.

d. Konjungsi koordinatif perlawanan

Konjungsi ini menghubungkan kata, frasa, klausa atau kalimat yangberlwawanan, seperti tetapi, melainkan.

e. Konjungsi koordinatif pertentangan

Konjungsi ini menghubungkan kata, frasa, klausa atau kalimat yang saling bertentangan, yaitu padahal, sedangkan.

Contoh: pedagang itu menjual pakaian dan kain.

Pada terjemahan suratAn-Nisa`, salah satunya terdapat pada ayat berikut:

ِﻥﺍَﺪِﻟﺍَﻮْﻟﺍ َﻙَﺮَﺗ ﺎﱠﻤِﻣ ٌﺐﻴِﺼَﻧ ِﻝﺎَﺟﱢﺮﻠِﻟ

َﻭ

ِﻥﺍَﺪِﻟﺍَﻮْﻟﺍ َﻙَﺮَﺗ ﺎﱠﻤِﻣ ٌﺐﻴِﺼَﻧ ِءﺎَﺴﱢﻨﻠِﻟَﻭ َﻥﻮُﺑَﺮْﻗﻷﺍ

ُﻪْﻨِﻣ ﱠﻞَﻗ ﺎﱠﻤِﻣ َﻥﻮُﺑَﺮْﻗﻷﺍَﻭ

ْﻭَﺃ

ﺎًﺿﻭُﺮْﻔَﻣ ﺎًﺒﻴِﺼَﻧ َﺮُﺜَﻛ

/Lirrijāli naṣībun mimmā taraka al-wālidāni wa al-aqrabūna walinnisā`i naṣībun

mimmā taraka al-wālidāni wa al-aqrabūna mimmā qalla minhu `au kaṡura naṣībān

mafrūḍān/" Bagi laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan kedua orang tuadan

kerabatnya, dan bagi perempuan ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan kedua orang tua dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak, menurut bagian yang telah ditetapkan." (Q.S.4:7)

Pada terjemahan ayat di atas terdapat 2 (dua) konjungsi koordinatif yaitu:

ʹdanʹ dan ʹatauʹ. Konjungsi ʹdanʹ yang menyatakan hubungan makna penambahan

antara “kedua orang tua” dengan “kerabatnya”. Selanjutnya Konjungsi ʹatauʹyang menyatakan hubungan makna pemilihanantara “sedikit” dengan “banyak”.

2.3.2Konjungsi Korelatif

Dalam skripsi ini peneliti hanya mengkhususkan pembahasan pada konjungsi koordinatif dan konjungsi subordinatif, namun demikian ada baiknya peneliti cantumkan sedikit uraian tentang konjungsi korelatif.

Menurut Alwi, dkk (2010:304), konjungsi korelatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua kata, frasa, atau klausa yang memiliki status sintaksis yang sama. Konjungsi korelatif terdiri atas dua bagian yang dipisahkan oleh satu kata, frasa, atau klausa yang dihubungkan. Hal ini juga diungkapkan kridalaksana (1983:106) bahwa konjungsi korelatif adalah konjungsi yang terdiri dari dua pasang yang menghubungkan kata, frase, atau klausa yang sederajat.

Berikut ini konjungsi yang termasuk ke dalam konjungsi korelatif adalah sebagai berikut (Alwi, dkk, 2010:302): Baik... maupun... , Tidak hanya..., tetapi juga... , Bukan hanya..., melainkan juga... Demikian... sehingga..., Sedemikian rupa... sehingga..., Apa(kah)... atau..., Entah... entah..., Jangankan... pun...

Contoh: Apa(kah) anda setuju atau tidak, kami akan jalan terus. Contohnya dalam kalimat bahasa Arab:

ﺮﻀﺣ ﺪﻟﺎﺧ

ﻡﺃ

ﻲﻠﻋ

Dalam dokumen Analisis Konjungsipada Terjemahan Suratyunus (Halaman 137-142)

Dokumen terkait