BAB V PENUTUP
B. Saran
Berdasarkan simpulan yang telah dijelaskan, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut.
1. Diharapkan kumpulan puisi Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono ini dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran apresiasi puisi di sekolah.
2. Guru sebaiknya memberikan materi khusus mengenai gaya bahasa dengan menambahkan indikator pada salah satu kompetensi dasar. Indikator dapat berupa ketercapaian siswa untuk mampu mengerti dan memahami tentang berbagai macam gaya bahasa dan penggunaanya dalam pembelajaran maupun kehidupan sehari-hari.
3. Kumpulan puisi Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono ini hendaknya menjadi salah satu buku yang harus ada di perpustakaan sekolah.
Atmazaki. Ilmu Sastra Teori dan Terapan. Padang: Angkasa Raya. 1990.
Bahtiar, Ahmad. Metode Penelitian Sastra. Jakarta: Pustaka Mandiri. 2011.
Damono, Sapardi Djoko. Hujan Bulan Juni, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 2013.
Djojosuroto, Kinayati dan Noldy Pelenkahu. Teori Pemahaman dan Apresiasi Puisi. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher. 2009.
________ dan M.L.A. Sumaryati. Prinsip-prinsip Dasar Penelitian Bahasa dan Sastra. Bandung: Nuansa. 2010
Endaswara, Suwardi. Metodologi Penelitian Sastra Epistemologi, Model, Teori, dan Aplikasi. Yogyakarta: MedPress. 2008.
Fananie, Zainuddin. Telaah Sastra. Surakarta: Muhammadiyah University Press. 2002.
FITK UIN Syarif Hidayatullah. Pedoman Penulisan Skripsi. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah. 2013.
Hanum, Zulfa. Metode Penelitian Kesusastraan. Tangerang: PT Pustaka Mandiri. 2012.
Minderop, Albertine. Metode Karakterisasi Telaah Fiksi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. 2005.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2010.
Nazir, Moh. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. 1988.
Nurgiyantoro, Burhan. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 2005.
Poerwadarminta, W.J.S.. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 1995.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Ensiklopedi Sastra Indonesia
Pustaka Pelajar. 2009.
Sarumpaet, Riris K. Toha dan Melani Budianta (ed.). Membaca Sapardi. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. 2010.
Semi, M. Atar. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya. 1998.
Skripsi. Fakultas Sastra UNS Surakarta. 2004.
Soemanto, Bakdi. Sapardi Djoko Damono Karya dan Dunianya. Jakarta: PT Grasindo. 2006.
Stanton, Robert. Teori Fiksi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2007.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. 2009.
Tarigan, Henry Guntur. Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung: Angkasa Bandung. 2009.
Waluyo, Herman J. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga. 1995.
Tim Penyusun: Jurusan Bahasa Indonesia UNJ, Modul Pendidikan dan Latihan Profesi Guru Rayon 9 UNJ, Jakarta: UNJ. 2011.
Mata pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas : VIII (Delapan)
Semester : 1I (Dua)
Aspek : Menulis
A.STANDAR KOMPETENSI
16. Mengungkapkan pikiran dan perasaan dalam puisi bebas.
B.KOMPETENSI DASAR
16.1 Menulis puisi dengan menggunakan pilihan kata yang tepat.
C.INDIKATOR
1. Kognitif
a. Produk: menulis puisi b. Proses:
1) Mengamati gambar atau objek, kemudian mendaftar topik/objek yang akan diangkat sebagai puisi.
2) Mendeskripsikan objek dalam larik-larik yang bersifat puitis. 3) Menulis puisi dengan menggunakan pilihan kata yang sesuai. 4) Menulis puisi dengan menggunakan gaya bahasa.
5) Menyunting sendiri pilihan kata yang terdapat di dalam puisi yang ditulis agar bersifat puitis.
2. Psikomotor
1) Menulis puisi dengan menggunakan pilihan kata yang sesuai berdasarkan objek yang didata.
2) Menulis puisi dengan gaya bahasa.
3) Mandiri
b. Keterampilan sosial
1) Bertanya dengan bahasa yang baik dan benar. 2) Menyumbang ide
3) Membantu teman yang mengalami kesulitan
D.TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Kognitif a. Produk
Siswa dapat menulis puisi b. Proses:
1) Siswa dapat mengamati objek dan mendata objek yang akan dijadikan bahan menulis puisi dari gambar atau pengamatan langsung.
2) Siswa dapat mendaftar topik/objek yang akan diangkat sebagai puisi. 3) Siswa dapat mendeskripsikan objek dalam larik-larik yang bersifat
puitis dari puisi yang ditulis.
4) Siswa dapat menyunting sendiri pilihan kata yang terdapat di dalam puisi yang ditulis agar bersifat puitis.
5) Siswa dapat mendeskripsikan objek dalam larik-larik yang bersifat puitis.
6) Siswa dapat menulis puisi dengan menggunakan pilihan kata yang sesuai.
7) Siswa dapat menulis puisi dengan menggunakan gaya bahasa.
8) Siswa dapat menyunting sendiri pilihan kata yang terdapat di dalam puisi yang ditulis agar bersifat puitis.
2) Siswa dapat menulis puisi dengan menggunakan gaya bahasa. 3) Siswa dapat menyunting pilihan kata puisi yang ditulis.
4) Siswa dapat memberikan tanggapan atau penilaian dari puisi yang ditulis teman
3. Afektif
a. Perilaku berkarakter
Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran dengan memperhatikan kemajuan dan berperilaku seperti,
1) Rasa hormat dan perhatian 2) Tekun
3) Mandiri b. Keterampilan sosial
Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran dengan memerhatikan kemajuan seperti,
1) Bertanya dengan bahasa yang baik dan benar. 2) Menyumbang ide.
3) Membantu teman yang mengalami kesulitan.
E. MATERI PEMBELAJARAN
a. Gambar peristiwa b. Unsur intrinsik puisi
c. contoh-contoh puisi yang terdapat dalam kumpulan puisi Hujan Bulan Juni
F. ALOKASI WAKTU : 2 X 40 menit
G. PENDEKATAN DAN METODE PEMBELAJARAN
a. Pendekatan : CTL
b. Model pembelajaran : Pemodelan dan koperatif c. Metode pembelajaran : Diskusi, penugasan, ceramah
gambar peristiwa/tayangan yang mengharukan.
c. Guru dan siswa bertanya jawab tentang proses penyusunan puisi yang pernah dialami atau dikenal siswa.
d. Menyampaikan tujuan pembeljaran yang akan dicapai.
e. Memotivasi siswa bahwa menulis puisi itu mudah dan dapat dilakukan oleh siapapun.
f. Memberikan keterangan tentang pilihan kata yang sesuai pada puisi. 2. Kegiatan inti (60 menit)
a. Guru dan siswa bertanya jawab tentang pengalaman siswa menulis puisi. (eksplorasi)
b. Guru memfasilitasi siswa mengamati berbagai penulisan puisi
berdasarkan pada gambar atau yang dilihat berdasarkan pilihan kata yang tepat. (eksplorasi)
c. Guru melibatkan siswa mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari. (eksplorasi)
d. Guru memfasilitasi terjadinya interaksi antara siswa serta antara siswa dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya.
e. Siswa berkelompok menjadi dua kelompok, kelompok satu menyusun puisi dari gambar, kelompok menyusun puisi dengan pengamatan lingkungan sekolah. (elaborasi)
f. Setiap kelompok menyajikan puisinya di papan tulis. Kelompok yang lain mengomentari puisis dari segi kesesuaian dengan gambar/obyek yang diamati. (elaborasi)
g. Guru memberikan format penilaian kinerja, siswa mengacu format asesmen kinerja pada LP 2 untuk digunakan membahas hasil kerja kelompok.
anggota kelompok sedang mempresentasikan hasil kerja kelompok, siswa lain mendengarkan dengan penuh apresiasi. (konfirmasi)
j. Siswa lain menanggapi dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar selanjutnya mereka saling bertukar saran dengan bahasa yang santun (konfirmasi)
k. Secara individual siswa menulis puisi dengan mengamati gambar atau lingkungan sekolah dengan menggunakan pilihan kata yang sesuai dalam lembar kerja siswa yang dapat dijadikan penilaian akhir kemampuan siswa. (elaborasi).
l. Siswa menampilkan hasilnya di papan tulis/ dinding kelas. (elaborasi) m. Siswa lain memberikan komentar.
n. Siswa mengambil hasil karya yang ditempelkan di papan tulis/dinding kelas dan menyunting puisi berdasarkan komentar yang diterimanya.
(elaborasi)
o. Guru memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat maupun hadiah terhadap keberhasilan siswa. (konfirmasi)
3. Kegiatan akhir (10 menit)
a. Siswa membuat rumusan simpulan terhadap butir-butir pembelajaran yang sudah diikutinya.
b. Siswa menyampaikan kesan dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar terhadap pembelajaran yang dilaksanakan secara konsisten sebagai kegiatan refleksi.
c. Guru memberikan penguatan terhadap simpulan oleh para siswa untuk menumbuhkan kebanggaan oleh rasa percaya diri siswa.
d. Guru memberikan motivasi kepada siswa yang kurang atau belum berpartisipasi aktif.
4. Contoh-contoh puisi dalam kumpulan puisi Hujan Bulan Juni
5. Buku bahasa Indonesia untuk SMP/MTs kelas VIII, penerbit Erlangga 6. Pengajaran gaya bahasa Henry Guntur Tarigan
J. PENILAIAN
1. Lembar Penilaian 1 (LP 1) = Kognitif (penilaian produk) 2. Lembar Penilaian 2 (LP 2) = Kognitif (penilaian proses) 3. Lembar Penilaian 3 (LP 3) = Psikomotor
4. Lembar Penilaian 4 (LP 4) = Afektif (penilaian perilaku berkarakter) 5. Lembar Penilaian 5 (LP 5) = Afektif (penilaian perlaku sosial) Jenis tagihan:
1. Tugas individu : menggunakan LP 1, LP 4, dan LP 5 2. Tugas kelompok : menggunakan LP 2, dan LP 3 Bentuk instrumen
1. Uraian bebas 2. Jawaban singkat 3. Lembar pengamatan
Mengetahui, Jakarta, Desember 2014
Kepala sekolah Guru mata pelajaran bahasa Indonesia
Tulislah sebuah puisi berdasarkan obyek yang telah ditulis dengan menggunakan pilihan kata yang sesuai!
Rubrik penilaian:
No. Aspek Skor Nilai
1. 2. 3. 4. Keunikan puisi Keindahan kata Gaya bahasa
Kesesuaian isi puisi
2 3 2 3
Jumlah skor maksimum 10
Hari/ tanggal :
Siswa, Paraf guru,
Lembar Penilaian 3
1. Suntinglah puisi kalian agar menjadi lebih puitis!
2. Cermatilah komentar gurumu atau temanmu untuk perbaikan puisi yang kamu hasilkan!
Rubrik penilaian:
No. Aspek Skor Nilai
1. 2. 3. 4. Keunikan puisi Keindahan kata Gaya bahasa
Kesesuaian isi puisi
2 3 2 3
Jumlah skor maksimum 10
Hari/ tanggal :
A= sangat baik B= memuaskan
C= menunjukkan kemajuan D= memerlukan perbaikan
Format pengamatan perilaku berkarakter No. Rincian Tugas Kinerja (RTK) Memerlukan perbaikan (D) Menunjukkan kemajuan (C) Memuaskan (B) Sangat Baik (A) 1. Cermat 2. Sungguh-sungguh 3. Mandiri Hari/ tanggal :
Siswa, Paraf guru,
Lembar Penilaian 5
Petunjuk:
Berikan penilaian atas setiap perilaku berkarakter siswa dengan menggunakan skala berikut:
A= sangat baik B= memuaskan
C= menunjukkan kemajuan D= memerlukan perbaikan
1. Menyumbang kan ide
2. Menggunakan bahasa
Indonesia yang baik dan benar 3. Membantu teman yang mengalami kesulitan Hari/ tanggal :
A. Standar Kompetensi : Menulis
16. Mengungkapkan pikiran dan perasaan dalam puisi bebas.
B. Kompetensi Dasar
16.2 Menulis puisi dengan menggunakan pilihan kata yang tepat.
C. TujuanPembelajaran
1. Siswa dapat mendata objek yang akan dijadikan bahan menulis puisi. 2. Siswa dapat menulis puisi bebas dengan menggunakan pilihan kata yang
sesuai.
3. Siswa dapat menulis puisi bebas dengan menggunakan gaya bahasa. 4. Siswa dapat menyunting sendiri puisi yang ditulisnya
BERPUISI YUK!
Pada pembelajaran sebelumnya kalian sudah memelajari karya sastra berbentuk puisi. Tentunya kalian sudah mengenali ciri-ciri umum sebuah puisi. Sekarang, mari kita berlatih menulis sebuah puisi dengan terlebih dahulu mendata dan memilih/menentukan objek yang akan kalian jadikan bahan menulis puisi bebas!
1. Lakukan pengamatan terhadap suatu objek yang menarik di lingkungan sekolahmu, hasil pengamatan dapat ditulis dalam kolom seperti contoh berikut:
Objek pengamatan Pembatasan waktu Fokus pengamatan
Kantin sekolah Pagi hari Suasana kantin di sekolah waktu jam istirahat pagi hari
2. Daftarlah beberapa objek yang menarik di lingkungan sekolah kalian yang dapat dipilih sebagai objek penulisan puisi!
3. Amatilah salah satu objek yang sudah disepakati oleh semua siswa dan tetapkan fokus pengamatan kalian!
4. Tulislah kalimat-kalimat puitis berdasarkan objek yang kalian amati! 5. Susunlah kalimat-kalimat yang puitis tersebut menjadi puisi dengan
memerhatikan pilihan kata yang sesuai dan menggunakan gaya bahasa! 6. Suntinglah sendiri pilihna kata yang kurang tepat dan kurang puitis dalam
No. Aspek penilaian indikator skor Nilai 1. Pengembangan pilihan kata dan
gaya bahasa
Kekreativitasan pengembangan dari kata ke kata yang dipilih: Kreatif Kurang kreatif Tidak kreatif 5 4 3 2. Keutuhan makna puisi dengan
memerhatikan pilihan kata yang sesuai
Kesinambungan antar bait atau lirik: Semua
berkesinambungan Sebagian ada yang tidak
berkesinambungan Banyak yang tidak berkesinambungan
5
4
3
Jumlah skor 10
8. Perbaikilah puisi kalian, tulis kembali atau ketik dengan rapi, kemudian tempelkan di dinding kelas!
D. Tanggapan pengajar ..……… ……… ……… ……… ……… Hari/ tanggal :
terlihat dari pilihan kata-kata yang sarat makna. Sebelum memahami sebuah puisi, kita harus mengenal dahulu unsur intrinsik yang terdapat dalam puisi. Unsur-unsur tersebut meliputi:
1. Tema
Merupakan gagasan pikiran yang dikemukakan oleh penyair. 2. Suasana
Merupakan ungkapan perasaan dan pemikiran penyair terhadap suatu hal atau masalah.
3. Nada
Merupakan cara penyair mengungkapkan puisinya baik dengan cara menyindir, memuja, merayu, dan sebagainya.
4. Amanat
Merupakan pesan yang disampaikan penyair melalui puisinya baik secara tersirat atau tersurat yang dapat dipetik oleh pembaca.
5. Diksi
Merupakan pilihan kata untuk menyampaikan gagasan, situasi, dan perasaan penyair secara tepat yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa yang dapat menimbulkan efek keindahan dan menghidupkan imajinasi pembaca.
6. Citraan
Merupakan gambaran angan yang muncul di benak pembaca puisi. Wujud gambaran atau citraan terdiri atas:
a. Citraan penglihatan b. Citraan pendengaran c. Citraan penciuman
pertentangan, pertautan, perulangan. Jenis-jenis dari macam-macam gaya bahasa tersebut dapat dilihat dibuku Henry Guntur Tarigan.
8. Irama
Irama dalam puisi tergantung dari banyaknya bunyi suku kata, baik pada kata, frasa maupun kalimat dalam tiap baris.
Contoh-contoh puisi yang terdapat dalam kumpulan puisi Hujan Bulan Juni dan gaya bahasa yang digunakannya.
Puisi I
HUJAN DALAM KOMPOSISI, 2
Apakah yang kita harapkan dari hujan? Mula-mula ia di udara tinggi, ringan, dan bebas; lalu mengkristal dalam dingin; kemudian melayang jatuh ketika tercium bau bumi; dan menimpa pohon jambu itu, tergelincir dari daun-daun, melenting di atas genting, tumpah di pekarangan rumah, dan kembali ke bumi.
Apakah yang kita harapkan? Hujan juga jatuh di jalan yang panjang, menyusurnya, dan tergelincir masuk selokan kecil, mericik swaranya, menyusur selokan, terus mericik sejak sore, mericik juga di malam gelap ini, bercakap tentang lautan.
Apakah? Mungkin ada juga hujan yang jatuh di lautan. Selamat tidur.
(1969)
Gaya bahasa yang digunakan dalam puisi tersebut antara lain. a. Personifikasi
Apakah yang kita harapkan dari hujan? Mula-mula ia di udara tinggi, ringan, dan bebas; lalu mengkristal dalam dingin; kemudian melayang jatuh ketika tercium bau bumi; dan menimpa pohon jambu itu,
tergelincir dari daun-daun, melenting di atas genting, tumpah di pekarangan rumah dan kembali ke bumi.
b. Erotesis, terdapat dalam larik.
Apakah yang kita harapkan dari hujan?/Apakah yang kita harapkan?/Apakah?//
Puisi II
SEPASANG SEPATU TUA
sepasang sepatu tua tergeletak di sudut sebuah gudang, berdebu yang kiri terkenang akan aspal meleleh, yang kanan teringat jalan berlumpur sehabis hujan – keduanya telah jatuh cinta
kepada sepasang telapak kaki itu
yang kiri menerka mungkin besok mereka dibawa ke tempat sampah dibakar bersama seberkas surat cinta, yang kanan mengira mungkin besok mereka diangkut truk sampah itu dibuang dan dibiarkan bersama makanan sisa
sepasang sepatu tua saling membisikkan sesuatu yang hanya bisa mereka pahami berdua
Puisi III
PUISI CAT AIR UNTUK RIZKI
angin berbisik kepada daun jatuh yang tersangkut kabel telpon itu, "aku rindu, aku ingin mempermainkanmu!"
kabel telpon memperingatkan angin yang sedang memungut daun itu dengan jari-jarinya gemas, "jangan brisik, mengganggu hujan!"
hujan meludah di ujung gang lalu menatap angin dengan tajam, hardiknya, 'lepaskan daun itu!"
hutang-hutangku pada-Mu
mendadak terasa: betapa miskinnya diriku; di luar hujan pun masih kudengar
dari celah-celah jendela. ada yang terbaring di kursi letih sekali
masih patutkah kuhitung segala milikku selembar celana dan selembar baju ketika kusebut berulang nama-Mu; taram temaram bayang, bianglala itu
(1961)
SEHABIS MENGANTAR JENAZAH
masih adakah yang akan kautanyakan tentang hal itu? hujan pun sudah selesai
sewaktu tertimbun sebuah dunia yang tak habisnya bercakap di bawah bunga-bunga menua, matahari yang senja
pulanglah dengan payung di tangan, tertutup anak-anak kembali bermain di jalanan basah
seperti dalam mimpi kuda-kuda meringkik di bukit-bukit jauh barangkali kita tak perlu tua dalam tanda tanya
masih adakah? alangkah angkuhnya langit
alangkah angkuhnya pintu yang akan menerima kita seluruhnya, seluruhnya kecuali kenangan
pada sebuah gua yang menjadi sepi tiba-tiba.
kita pandang: pohon-pohon di luar basah kembali
tak ada yang menolaknya. Kita pun mengerti, tiba-tiba atas pesan yang rahasia
tat kala angin basah tak ada bermuat debu tat kala tak ada yang merasa diburu-buru
(1967)
DALAM DOA: 1
kupandang ke sana: Isyarat-isyarat dalam cahaya kupandang semesta
ketika Engkau seketika memijar dalam Kata
terbantun menjelma gema. Malam sibuk di luar suara
kemudian daun bertahan pada tangkainya ketika hujan tiba. Kudengar bumi sediakala tiada apa pun di antara Kita: dingin
semakin membara sewaktu berhembus angin
(1968)
GERIMIS KECIL DI JALAN JAKARTA MALANG
seperti engkau berbicara diujung jalan (waktu dingin, sepigrimis tiba-tiba
seperti engkau memanggil-manggil di kelokan itu untuk kembali berduka)
untuk kembali kepada rindu panjang dan cemas
seperti engkau yang memberi tanda tanpa lampu-lampu supaya menyahutmu, Mu
(malam berkabut seketika); barangkali menjemputku barangkali berkabar penghujan itu
kita terdiam saja di pintu, menunggu atau ditunggu, tanpa janji terlebih dahulu; kenalkah ia padamu, desakmu (kemudian sepi terbata-bata menghardik berulang kali)
bayang-bayangnya pun hampir sampai di sini; jangan ucapkan selamat malam; undurlah pelahan
(pastilah sudah gugur hujan
di hulu sungai itu); itulah Saat itu, bisikku
kukecup ujung jarimu; kau pun menatapku: bunuhlah ia, suamiku (kutatap kelam itu
bayang-bayang yang hampir lengkap mencapaiku lalu kukatakan: mengapa Kau tegak di situ)
(1968)
PERTEMUAN
perempuan mengirim air matanya
ke tanah-tanah cahaya, ke kutub-kutub bulan ke landasan cakrawala; kepalanya di atas bantal lembut bagai bianglala
lelaki tak pernah menoleh
dan di setiap jejaknya: melebat hutan-hutan,
hibuk pelabuhan-pelabuhan; di pelupuknya sepasang matahari keras dan fana
dan serbuk-serbuk hujan tiba dari arah mana saja (cadar
bagi rahim yang terbuka, udara yang jenuh) ketika mereka berjumpa. Di ranjang ini
kautangkap dari bau tanah, dari ricik air yang turun di selokan?” “Ia membayangkan hubungan gaib antara tanah dan hujan,
membayangkan rahasia daun basah serta ketukan yang berulang. “Tak ada. Kecuali bayang-bayangmu sendiri yang di balik pintu memimpikan ketukan itu, memimpikan sapa pinggir hujan, memimpikan bisik yang membersit dari titik air menggelincir dari daun dekat jendela itu. Atau memimpikan semacam suku kata
yang akan mengantarmu tidur.”
“Barangkali sudah terlalu sering ia mendengarnya, dan tak lagi
mengenalnya.
(1969)
HUJAN DALAM KOMPOSISI, 2
Apakah yang kita harapkan dari hujan? Mula-mula ia di udara tinggi, ringan, dan bebas; lalu mengkristal dalam dingin; kemudian melayang jatuh ketika tercium bau bumi; dan menimpa pohon jambu itu, tergelincir dari daun-daun, melenting di atas genting, tumpah di pekarangan rumah, dan kembali ke bumi.
Apakah yang kita harapkan? Hujan juga jatuh di jalan yang panjang, menyusurnya, dan tergelincir masuk selokan kecil, mericik swaranya, menyusur selokan, terus mericik sejak sore, mericik juga di malam gelap ini, bercakap tentang lautan.
Apakah? Mungkin ada juga hujan yang jatuh di lautan. Selamat tidur.
(1969)
HUJAN DALAM KOMPOSISI, 3
dan tik-tok jam itu kita indera kembali akhirnya terpisah dari hujan
jejak-jejak kaki, yang senantiasa berulang dalam hujan. Kau di beranda,
sendiri, “Ke mana pula burung-burung itu (yang bahkan tak pernah kaulihat, yang menjelma semacam nyanyian, semacam keheningan) terbang; ke mana pula suit daun yang berayun jatuh dalam setiap impian?”
(Dan bukan kemarau yang membersihkan langit, yang pelahan mengendap di udara) kausebut cintamu penghujan panjang, yang tak habis-habisnya
membersihkan debu, yang bernyanyi di halaman. Di beranda kau duduk,
Sendiri, “Di mana pula sekawanan kupu-kupu itu, menghindar dari pandangku; di mana pula
(ah, tidak!) rinduku yang dahulu?”
Kau pun di beranda, mendengar dan tak mendengar kepada hujan, sendiri,
“Di manakah sorga itu: nyanyian
yang pernah mereka ajarkan padaku dahulu kata demi kata yang pernah kuhafal
bahkan dalam igauanku?” Dan kausebut
hidupmu sore hari (dan bukan siang yang bernafas dengan sengit
yang tiba-tiba mengeras di bawah matahari yang basah, yang meleleh dalam senandung hujan,
yang larut. Amin.
(1970)
KARTU POS BERGAMBAR:
JEMBATAN GOLDEN GATE, SAN FRANCISCO
kabut yang likat dan kabut yang pupur lekat dan grimis pada tiang-tiang jembatan matahari menggeliat dan kembali gugur tak lagi di langit! Berpusing di pedih lautan
masih terbuka koran yang tadi belum selesai kubaca
terjatuh di lantai; di tengah malam itu ia nampak begitu dingin dan fana
(1971)
CATATAN MASA KECIL 2
Ia mengambil jalan lintas dan jarum-jarum rumput
berguguran oleh langkah-langkahnya. Langit belum berubah juga. ia membayangkan rahang-rahang laut dan rahang-rahang bunga
lalu berpikir apakah burung yang tersentak dari ranting lamtara itu pernah menyaksikan rahang-rahang laut dan rahang-rahang bunga terkam-menerkam. Langit belum berubah juga. Angin begitu ringan dan bisa meluncur ke mana pun dan bisa
menggoda laut sehabis menggoda bunga tetapi ia bukan angin dan ia kesal lalu menyepak sebutir kerikil. Ada yang terpekik di balik semak. Ia tak mendengarnya.
Ada yang terpekik di balik semak dan gemanya menyentuh sekuntum bunga lalu tersangkut pada angin dan terbawa sampai
ke laut tetapi ia tak mendengarnya dan i a membayangkan rahang-rahang langit kalau hari hampir hujan. Ia sampai di tanggul sungai tetapi mereka yang berjanji menemuinya ternyata tak ada. Langit sudah berubah. Ia memperhatikan ekor srigunting yang senantiasa bergerak dan mereka yang berjanji mengajaknya ke seberang sungai belum jug a tiba lalu menyaksikan butir-butir hujan mulai jatuh ke air dan ia memperhatikan
lingkaran-lingkaranitu melebar dan ia membayangkan mereka tiba-tiba mengepungnya dan melemparkannya ke air.
Ada yang memperhatikannya dari seberang sungai tetapi ia tak melihatnya. Ada.
menyelimuti kita dengan kain putih panjang lalu mengunci