• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PENUTUP

4.2 Saran

Demikian penelitian yang berjudul Bentuk-Bentuk Kecemasan Tokoh Wanita dalam Antologi Cerpen Perempuan Kedua karya Evi Idawati. Penelitian ini baru tahap awal yaitu berupa analisis unsur intrinsik karya sastra yang terdiri dari tokoh dan penokohan melalui analisis secara psikologi sastra. Masih banyak permasalahn lain dalam antologi cerpen Perempuan Kedua yang dapat diangkat sebagai bahan

penelitian. Peneliti berharap agar peneliti selanjutnya dapat mengangkat permasalahan-permasalahan lain sebagai objek penelitian dalam antologi cerpen

Perempuan Kedua karya Evi Idawati, sehingga penelitian selanjutnya semakin

DAFTAR PUSTAKA

Daradjat, Zakiah. 1985. Kesehatan Mental. Jakarta: Gunung Agung

Hartoko dkk dan B. Rahmanto. 1986. Pemandu Di Dunia Sastra. Yogyakarta: Kanisius

Idawati, Evi. 2005. Perempuan Kedua. Yogyakarta: Pilar Media

Kastari, Jayadi. 2006. Evi Idawati; Menggugat Lewat Perempuan Kedua. http://www.google.co.id/search?q=ev+idawati&hl=id&lr=&start=60&sa=N Luxemburg, Jan Van. 1989. Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta: Gramedia

Nazir, Mohammad. 1985. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia

Nurgiyantoro, Burhan. 1998. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gama Press

Pujiwati. 2001. Kecemasan Tokoh Anti dalam Novel Rumah Keseribu Karya Titis

Basino P.I dan Implementasinya dalam Pembelajaran Sastra Di SMU.

Yogyakarta: PBSID Universitas Sanata Dharma

Rumini, Sri dkk. 1995. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UPP IKIP Semi, Atar. 1989. Kritik Sastra. Bandung: Angkasa

Sudjiman, Panuti. 1988. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya Sukada, Made. 1987. Pembinaan Kritik Sastra Indonesia. Bandung: Angkasa Sumardjo, Jakob. 1986. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia

Teeuw, 1984. Sastra dan Ilmu Sastra: Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya Wellek dan Warren. 1990. Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia

LAMPIRAN SINOPSIS

1. “Pinangan Tengah Malam”

Cerpen “Pinangan Tengah Malam” menceritakan tentang seorang Nora yang gelisah karena sebuah pinangan yang pada malam itu di kirim Anton melalui sms. Karena mengalami kekecewaan yang mendalam, sebelumnya Nora pernah bercerai dengan suaminya, dan kini cintanya pada Anton tidak berbalas. Pada akhirnya Nora memutuskan untuk menyembunyikan diri di tempat terpencil, agar segala yang dia alami bisa dilampaui dengan baik.

2. “Beri Aku Waktu”

Cerpen “Beri Aku Waktu” bercerita tentang rumah tangga Umi yang sudah di ujung tanduk. Umi akan di cerai oleh suaminya, Anton, dan di usir dari rumah, karena Anton berniat menikahi wanita lain bernama Yati. Umi merasa takut dan cemas bila anak-anak tidak dapat bersama dia lagi, karena hanya anak-anaklah satu-satunya yang dia miliki. Dengan sekuat tenaga Umi akan berusaha mendapatkan anak-anak dari tangan Usman, bahkan dengan merelakan semua harta yang pernah dia kumpulkan.

3. “Dipan Antik”

Cerpen “Dipan Antik” mengisahkan tentang sebuah dipan antik yang membuat takut tokoh ibu. Kisah ini berawal ketika tokoh suami yang suka mengoleksi barang-barang antik, membeli sebuah dipan antik yang konon ceritanya berasal dari pedalaman yang umurnya sudah puluhan tahun.

Dipan antik ini, membuat tokoh ibu selalu ketakutan setiap kali merebahkan tubuh di atas tempat tidur itu. Seperti ada orang lain yang selalu mengawasi dan

menemaninya tidur. Bahkan, malam hari ketika tokoh ibu tidur sendirian tanpa sang suami, rasa takutnya begitu kuat. Seperti ada suara sayup-sayup lelaki, yang kemudian tangan kekarnya memeluk dari belakang. Kejadian itu membuat tokoh ibu menjadi betah berlamalama di kamar tidurnya, dan menjadi menyukai dipan antik tersebut.

4. “Hanya Satu Malam”

Cerpen “Hanya Satu Malam”, mengisahkan tentang seorang wanita muslim yang sedang bergolak batinnya, karena telah menodai janjinya pada Tuhan, yaitu untuk selalu setia memuja-Nya. Hanya satu malam saat tokoh aku bersama seorang lelaki, menghiasi dirinya dengan dosa.

Kejadian itu membuat batinnya bergejolak, karena selama ini dia sudah meninggalkan yang dia cintai, untuk setia pada Tuhan, tapi di sisi lain hatinya menginginkan lelaki itu.

5. “Di Depan Jenazah Ayah”

Cerpen “Di Depan Jenazah Ayah” mengisahkan tentang seorang perempuan yang hidup dengan orang tua yang begitu membencinya. Kebencian orang tuanya yang suka menyiksa, memukul, dan memarahi tokoh aku sejak dia masih kecil. Bahkan, bila melihat tokoh aku di dalam rumah, sang ayah pasti akan memarahinya. Bukan hanya itu, sang ayah pun akan mulai melempari tokoh aku dengan barang-barang.

Hal itu berlangsung hingga tokoh aku beranjak dewasa dan setelah menikah, tokoh aku meninggalkan orang tuanya. Kabar kematian ayahnya pun terdengar. Tokoh aku kemudian pulang ke rumah dan ketika di depan jenazah ayahnya,

ketakutan bahwa ayahnya akan menyakitinya, kembali membayangi tokoh aku. 6. “Tikungan”

Cerpen “Tikungan” bercerita mengenai kecemasan tokoh ibu soal tikungan di depan rumahnya. Tikungan itu sangat tajam, karena memiliki belokan enam puluh derajat.

Jika hendak menyebrang di tikungan itu, tokoh ibu selalu di baying-bayangi sebuah mobil kijang warna putih melaju dengan kecepatan tinggi, sehingga terjadilah kecelakaan. Bayangan itu membuat tokoh aku takut naik motor, jika hendak menyebrang jalan di depan rumahnya.

Dan akhirnya, menjadi nyata juga bayangan yang menggelisahkan tokoh aku, yang sempat terlupakan.

7. “Bukan Salahmu, Firda”

Cerpen “Bukan Salahmu, Firda” menceritakan tentang seorang gadis bernama Firda. Firda adalah gadis cantik berkulit putih, tetapi karena dia bukan anak orang kaya, maka tidak banyak laki-laki yang mau mendekatinya. Keluarga Firda bekerja pada keluarga Desi, yang kebetulan mereka masih bersaudara. Ibu Firda adalah adik dari ibu Desi. Keluarga Desi sangat kaya, karena itu ibu telah menjodohkan Desi dengan Akmal.

Namun, pertemuan Firda dengan Akmal menumbuhkan bibit cinta, mereka saling jatuh cinta, hingga Firda berhasil merebut Akmal dari Desi. Firda nekat merebut Akmal dari Desi, bahkan dia rela tidur dengan Akmal. Ini dilakukan Desi agar biaya hidup keluarganya bisa lebih ringan, karena Akmal merupakan orang berpendidikan dan mampu secara materi. Akmal adalah lulusan Akademi Militer.

Kejadian itu membuat hubungan Desi dengan Firda menjadi tidak baik 8. “Perempuan Kedua”

Cerpen “Perempuan Kedua” bercerita tentang tokoh Roe, yang bermain api dengan Faisal, laki-laki yang sudah beristri. Roe mau menjadi perempuan kedua bagi Faisal, karena Faisal berjanji untuk menikahinya. Tetapi, janji Faisal itu hanya sekedar di bibir saja. Pada kenyataannya Faisal tidak dapat membuktikan janjinya, karena dia takut istrinya. Semua biaya hidup Faisal yang mencukupi adalah istrinya, karena itu dia tidak berani menceraikan istrinya dan berkomitmen dengan Roe.

Roe sempat kecewa dan hanya menganggap Faisal sebagai mainannya saja. Tetapi, seiring waktu ternyata Roe tidak dapat lepas dari Faisal dan tetap menjadi perempuan kedua bagi Faisal.

9. “Di Sinilah, Tempat Cinta”

Cerpen “Di Sinilah, Tempat Cinta” mengisahkan tentang tokoh aku yang kecewa akan hidupnya, karena dia merasa tidak ada orang yang mencintai dan menyayanginya. Tokoh aku merasa bahwa hidupnya hanya sebuah penderitaan saja.

Tokoh aku, beerpikiran bahwa apa yang dia lakukan tidak pernah dihargai oleh orang lain, mereka hanya berhitung untung dan rugi. Kehadiran Nin, sahabatnya, sangat membantu tokoh aku mencari apa yang sebenarnya dia rasakan saat itu. Tentang semua penderitaaan, tangis, dan rasa disakiti telah yang membuat perasaan tokoh aku menjadi mudah sensitif terhadap hal-hal tersebut. Bahwa, sesungguhnya cinta yang dia cari ada di dalam hatinya sendiri.

10. “Biola”

Cerpen “Biola” mengisahkan tentang seorang gadis yang terbayang akan kenangan-kenangan bersama ibunya setiap kali memegang dan memainkan biolanya. Biola itu adalah pemberian neneknya yang kemudian diberikan pada ibunya dan sebelum ibunya meninggal, biola tersebut telah diberikan pada tokoh aku. Dari biola tersebut, ibunya menginginkan agar apa yang diinginkannya dapat diwujudkan oleh tokoh aku, yaitu menjadi seseorang yang dipandang, baik oleh orang lain maupun keluarga besarnya.

Keinginan tokoh aku untuk mewujudkan keinginan ibunya, tidaklah mudah. Karena setiap kali mencoba memainkan biolanya, tokoh aku selalu teringat akan almarhum ibunya, teringat akan penderitaannya, akan kasih sayangnya. Bahkan ketika impiannya sebagai pemain biola yang terkenal telah menjadi kenyataan, tetap saja tokoh aku selalu teringat oleh ibunya. Ketika mencipta lagu, tokoh aku merasa menjadi ibunya,bahkan gerakan tangannya adalah tangan ibunya.

11. “Bukan Pertarungan Biasa”

Cerpen “Bukan Pertarungan Biasa” menceritakan tentang rumah tangga tokoh aku yang keadaannya kurang harmonis, padahal sudah dikaruniai seorang putri. Hal ini disebabkan tokoh aku dan tokoh suami hidup berjauhan karena tempat kerja mereka juga saling berjauhan. Tokoh aku memilih hidup berjauhan dengan suaminya karena dia ingin mengembangkan kariernya, agar bisa mengumpulkan banyak uang untuk masa depan.

Tanpa sepengetahuan suaminya, tokoh aku diam-diam berkhianat. Dia melakaukan kencan buta dengan kliennya, guna mendapatkan uang yang banyak.

Namun. Lama-kelamaan perasaan bersalah pada suami mulai mengusiknya, dia seperti bermuka dua, di depan suaminya dia baik namun dibelakangnya, dia berkhianat. Untuk menutupi rasa bersalahnya, tokoh aku memberikan kebutuhan material kepada suaminya, mulai dari mobil sampai kebutuhan hidup suaminya. Tetapi, perasaan takut semakin membuat hubungan mereka menjadi tidak harmonis dan ketika sang suami meminta untuk bercerai, tokoh aku menjadi sangat ketakutan, jangan-jangan suaminya mengetahui perbuatan busuk yang dia tutupi selama ini. 12. “Perceraian Bawah Tangan”

Cerpen “Perceraian Bawah Tangan” mengisahkan tentang rumah tangga tokoh Laksita. Rumah tangga Laksita sebenarnya sudah harmonis, tetapi karena rasa egois yang muncul dalam diri Laksita, dan memutuskan untuk bercerai. Perceraian mereka hanya di bawah tangan, ada surat yang harus mereka tanda tangani dan bila dalam waktu satu tahun Laksita dan suaminya belum mencapai titik temu, maka mereka akan berpisah secara baik-baik. Laksita dan suaminya masih tinggal satu rumah, hal itu mereka lakukan untuk menutupi perceraian dari keluarga dan terutama dari anak-anak mereka.

Laksita sangat beruntung memiliki suami yang begitu pengertian, memahami, mendukung, dan sabar terhadapnya, tetapi muncul keinginan untuk melajang dan berpisah dengan suaminya. Keinginan melajang itu muncul karena Laksita pada waktu menikah masih terlalu muda, sehingga masa-masa mudanya terenggut oleh urusan-urusan rumah. Tetapi keinginan untuk bercerai itu ternyata tidak bisa membuatnya bahagia, Laksita semakin merasa bahwa dia membutuhkan dan mencintai suami dan anak-anaknya.

BIOGRAFI PENULIS

Dwi Indah Kurniawati, lahir di Klaten Jawa Tengah, 24 Juli 1983. Memulai studi di Fakultas Sastra Jurusan Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada tahun 2001. Tugas akhir yang disusun penulis berjudul Bentuk-Bentuk Kecemasan Tokoh Wanita dalam Cerpen Perempuan Kedua Karya Evi

Idawati (Tinjauan Psikologi Sastra), yang mengantarkan penulis mendapatkan gelar

sarjana sastra.

Jenjang pendidikan yang telah ditempuh oleh penulis yaitu SDN Jogosetran I Klaten (1989-1995), SMP N 4 Klaten (1995-1998), dan kemudian melanjutkan studi di SMU Padmawijaya Klaten (1998-2001).

Dokumen terkait