• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V. PENUTUP

B. Saran

Berdasarkan simpulan yang telah dikemukakan, penulis menyampaikan beberapa saran kepada pihak Paroki St. Antonius Padua, Kotabaru, Yogyakarta khusunya pastor paroki, kepala bidang katekese dan pendamping OMK dalam usaha mendesain Katekese Kebangsaan yang menjawab kebutuhan situasi dan kondisi orang muda sehingga meningkatkan keterlibatan insan beriman generasi Z dalam hidup berbangsa. Para pendamping orang muda baik katekis ataupun pastor paroki perlu peka terhadap perubahan zaman dan kebutuhan orang muda

khususnya mereka yang termasuk generasi Z dengan mendesai kegiatan Gereja lebih bersifat informal menggunakan media-media platform digital yang diminati oleh orang muda. Dengan begitu, insan beriman generasi Z dapat menikmati katekese sesuai dengan gaya dan kebutuhan hidupnya.

Paroki St. Antonius Padua, Kotabaru, Yogyakarta, diharapkan dapat lebih memfasilitasi kegiatan insan beriman generasi Z dalam pemberian ruang keterlibatan bagi insan beriman Z untuk mengekspresikan imannya baik dalam hidup menggereja maupun masyarakat. Selain itu, insan beriman generasi Z dalam melakukan kegiatan yang melibatkan masyarakat luas bisa mengadakan aktivitas lain tidak hanya sekedar srawung melainkan diskusi tentang masalah politik dalam ranah Katekese Kebangsaan juga dimungkinkan untuk ditindak lebih lanjut. Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik (Pendikkat) perlu memulai untuk mendesain katekese yang sesuai dengan konteks perkembangan zaman dan generasi Z. Hal itu dilakukan karena aspek pendidikan sudah mulai pada tahap Flip Learning. Oleh karena itu, metode pemberian katekese juga dapat didesain pada tahapan tersebut tanpa mengurangi hal ihwal dalam berkatekese.

Penulis menyadari bahwa penelitian dalam skripsi ini masih memiliki keterbatasan, yakni partisipan dalam penelitian hanyalah mereka yang aktif dalam kegiatan-kegiatan Gereja. Peneliti selanjutnya perlu melibatkan generasi Z yang tida aktif dalam kegiatan Gereja, namun aktif dalam kehidupan masyarakat, dan generasi Z yang tidak aktif dalam kedua kegiatan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA Sumber Dokumen Gereja

Fransiskus. (2018). “Dokumen Akhir Sidang Umum Biasa XV Sinode Para Uskup:

Orang Muda, Iman, dan Penegasan Panggilan”. Jakarta: Dokpen KWI

_________. (2019). Seruan Apostolik Pascasinode Paus Fransikus: Christus Vivit. Jakarta: Dokpen KWI

Konferensi Waligereja Indonesia. (1996). Iman Katolik: Buku Informasi dan

Referensi. Yogyakarta: Kanisius.

_________. (2019). Hidup di Era Digital. Yogyakarta: Kanisius.

Nota Pastoral Konferensi Waligereja Indonesia 2018. Panggilan Gereja dalam

Hidup Berbangsa: Menjadi Gereja yang Relevan dan Signifikan. Jakarta:

Obor.

Yohanes Paulus II.(1991). Ad Gentes : Dekrit Tentang Kegiatan Misioner Gereja. Jakarta: Dokpen KWI

____________.(1992). Catechesi Tradendae. Jakarta: Dokpen KWI. (Dokumen asli diterbitkan pada tahun 1979)

____________. (1993). Dokumen Konsili Vatikan II diterjemahkan oleh R.

Hardawiryana. Bogor: Dokpen KWI.

____________. (1990). Redemptoris Missio, Tugas Peurutusan Sang Penebus. Bogor: Dokpen KWI.

Yohanes XXII. (1961). Mater et Magistra: Ensiklik Bapa Suci Yohanes XXIII

Mengenai Perkembangan-perkembangan Akhir Masalah Sosial dalam Terang Ajaran Kristiani.

Sumber Buku

Adisusanto, FX, Heryatno Wono Wulung, dan Dapiyanta (Eds.). (2000). Katekese

Pada Millenium III: Quo Vadis? (Seri Menyongsong Millenium ke-3).

Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Barna Group. (2019). The Connected Generation. US: Barna Group.

Burhan Bungin. (2007). Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan

Publik dan Ilmu Sosial lainnya. Jakarta: Prenada Media Group.

Darmaatmadja, Yulius. (2019). Umat Katolik Dipanggil Membangun NKRI:

Dalam Terang Iman Katolik Mengamalkan Pancasila untuk Menggapai Damai Sejahtera Dunia Akhirat. Yogyakarta: Kanisius.

Eka Darmaputera. “Bukan Keterpisahan, Tapi Kemitraan”, dalam Eddy Kristiyanto (Ed.). (2001). Etika Politik dalam Konteks Indonesia. Yogyakarta: Kanisius. Halaman 128-129.

Everett, Johnson W.(1989). “Transformation at work”, dalam Moore, Allen

Religious Education as Social Transfornation. Birmingham: Religious

Education Press.

Mali, Mateus. (2014). Konsep Berpolitik Orang Kristiani. Yogyakarta: Kanisius. Mustafa Mustari. (2013). Nation State dan Kejatuhan Nasionalisme. Makassar:

Alaudin University Press.

Mutiara Andalas. (2016). Ekaristi Sebagai Fiesta Kehidupan. Yogyakarta: Sanata Dharma University Press

Nasution. (2003). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito Nurcholish Madjid. “Cita-cita Masyarakat Madani”, dalam Eddy Kristiyanto (Ed.).

(2001). Etika Politik dalam Konteks Indonesia. Yogyakarta: Kanisius. Halaman 312-313.

Schipani, Daniel S. “Educating for Social Transformation”, dalam Seymour, Jack L.(Ed.). (1997). Mapping Christian Education: Approaches to

Congregational Learning. Nashville: Abingdon Press., halaman 23-40.

Seymour, Jack L.(Ed.). (1997). Mapping Christian Education: Approaches to

Congregational Learning. Nashville: Abingdon Press.

Suharyo, Ignatius. (2009). The Catholic Way. Yogyakarta: Kanisius. Sutrisno Hadi (1987). Metodologi Research.Yogyakarta: ANDI OFFSET

Yapi Taum. (2019). Peran Kebudayaan Dalam Strategi Pembangunan Bangsa,

Merajut Ingatan, Merawat Harapan. Yogyakarta: Sanata Dharma

University Press.

Sumber Makalah dan Jurnal

Ahmad SM. (2019). Peace. Yogyakarta. (Makalah dipresentasikan pada Dialog dan Aksi -DIKSI di Kolsani, 4 April 2019).

Banawiratma. (1993). 100 Tahun Parlemen Agama-Agama Sedunia dan Kongres Nasional I Agama-Agama di Indonesia: Umat Katolik Indonesia dan

Pembangunan Bangsa. Yogyakarta, 11-12 Oktober 1993.

Bagus Laksana. (2019). Hasil Akhir Pertemuan Kateketik Se-Regio Jawa.

Muntilan. (Makalah dipresentasikan pada Pertemuan KOMKAT Se-Regio Jawa, Muntilan 4-7 Februari 2019).

Gen Z Research. (2018). What We Know About Gen Z, One Hope God’s Word, Every Child , literature review 2018, 1-12. Diunduh dari

https://airtable.com/shrbSLQ3gGqwPTPAw pada 13 Februari 2020

Herry Susanto. (2018). Gereja Sebagai Umat Allah dan Rekan Negara. Jurnal

Jaffray 17(1) 35-56. Diunduh dari https://ojs.sttjaffray.ac.id/index.php/

JJV71/index pada 21 April 2020.

Igel, Charles & Viki, Urquhort. (2012). Generation Z, Meet Cooperative Learning.

Middle School Journal 44 (4), 16-21. Diunduh dari www.jstor.org pada

13 Februari 2020.

Madya Utama, I.L. (2019). Orang Katolik yang Transformatif. Muntilan (Makalah dipresentasikan pada Lokakarya Pertemuan Pastoral Keuskupan Agung Semarang di Pusat Pastoral Sanjaya Muntilan pada 19, 21, 26, dan 28 November 2019).

Mutiara Andalas. (2019). Irupsi Generasi Beriman Z dan Dirupsi Katekese

Kebangsaan. Jakarta. (Makalah dipresentasikan pada Seminar Kateketik,

September 14-15).

Ranny Rastati. (2018). Media Literasi Bagi Digital Natives: Perspektif Generasi Z

di Jakarta. Jurnal Teknologi Pendidikan 6 (01) 01-73. Diunduh

(1)

Lampiran Wawancara Insan Beriman Generasi Z Wawancara 1

Nama : Vero Meidita

Waktu : Minggu, 9 November pukul 17:33 -17:45 Umur : 21 tahun

Komunitas : EKM

S : Apakah Anda pernah mendengar semboyan 100% Katolik 100% Indonesia? Bagaimana anda memahami slogan tersebut?

R : Pernah…..Saya memaknainya, Katolik ada di Indonesia. Jadi tidak mendeksriminasi , bahwa di Indonesia ada Katolik. Katolik menjadi bagian dari Indonesia.. mengekspresikan iman Katolik dalam konteks ke-Indonesiaan. Saya mendengar slogan ini di acara-acara Gereja.

S : Apakah anda pernah mendengar istilah srawung? Bagaimana anda memahami istilah tersebut?

R : Pernah di Keuskupan Agung Semarang. Monsinyur mengajak orang muda untuk srawung mengenal satu sama lain..

S : Apakah anda pernah mengikuti kegiatan Gereja bertema kebangsaan? Kalau ya, kegiatannya seperti apa?

(2)

R : Pernah. Sumpah Pemuda, menjalin kerja sama dengan agama Kristen dan Islam, upacara bersama dan mengadakan perlombaan yang memupuk semangat persaudaraan. Sego mubeng, kita membagikan makanan setiap Sabtu pagi dan itu yang terlibat dari orang muda ada yang Islam, Kristen juga. Melalui kegiatan itu, kita bisa bertemu banyak orang di jalan, berbeda suku dan agama tapi bersatu karena rasa kemanusiaan.

S : Sejauh mana kegiatan tersebut membantu anda untuk terlibat dalam hidup berbangsa dalam masyarakat?

R : Saya memang belum tau kegiatannya apa saja. Tetapi itu kegiatan penting bagi orang muda karena orang muda merupakan generasi penerus, jadi perlu untuk terlibat dan mendoorng kita keluar tidak hanya di Gereja saja...

S : Apakah Anda pernah terlibat dalam kegiatan Gereja yang bertema kebangsaan sehingga mendorong Anda untuk mengalami perjumpaan dengan masyarakat yang beragam?

R : ….Saya belum tahu kegiatan-kegiatannya itu seperti apa saja tetapi itu sangat penting juga bagi orang muda. Gereja bisa mengarahkan orang muda untuk terlibat. Karena orang muda bisa diajak untuk melakukan sesuatu agar bangsa Indonesia maju….

S : Apa yang harus dilakukan generasi Z sebagai orang beriman Katolik sekaligus warga negara Indonesia?

R : ….Orang muda generasi Z, sebagai generasi penerus bangsa perlu membantu bangsa ini untuk maju.

(3)

S : Apa yang harus dilakukan oleh Gereja dalam menciptakan usaha untuk mendorong generasi Z aktif dalam hidup berbangsa dan bernegara?

R : Mengarahkan orang muda untuk terlibat punya tanggung jawab dalam kemajuan masa depan bangsa.

S : Usulan kegiatan bagi Gereja bertema kebangsaan yang seperti apa yang anda harapkan sebagai generasi Z?

R : ….katekese itu kan kaya belajar agama ya? Jadi menurutku mengadakannya bukan seperti benar-benar pertemuan pendalaman iman yang dilakukan pada umumnya. Tetapi dibuat semacam variasi dalam menyampaikan materi melihat kebutuhan anak muda jaman sekarang.

(4)

Wawancara 2

Nama : Devina Ananda

Waktu : 9 November, pukul 17:54 - 18:05 Umur : 20 tahun

Komunitas : EKM

S : Apakah Anda pernah mendengar semboyan 100% Katolik 100% Indonesia? Bagaimana anda memahami slogan tersebut?

R : Pernah, itu dipopulerkan oleh Mgr. Soegiyapranoto kalau ngga salah. 100% Katolik 100% Indonesia itu saya pahami sebagai orang Katolik yang ada di Indonesia itu tidak hanya aktif berkutat dalam parokinya. Jadi mereka tetap harus berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan sehari-hari turut serta dalam kegiatan nusa dan bangsa yang ada dalam masyarakat. Sering juga mendengar dalam doa umat Paroki ini tidak hanya mendoakan Paus atau uskup, tetapi juga mendoakan permasalahan-permasalahan yang ada dalam masyarakat.

S : Apakah Anda pernah mendengar istilah srawung? Bagaimana anda memahami istilah tersebut?

R : Pernah dengar istilah srawung di Keuskupan Agung Semarang. Kalau srawung menurutku, itu momen perjumpaan kita keluar dengan orang lain, tidak hanya di dalam lingkup Gereja saja.

(5)

S : Apakah Anda pernah mengikuti kegiatan Gereja bertema kebangsaan? Kalau ya, kegiatannya seperti apa?

R : …..Kalau di Kotabaru sih, kegiatannya mungkin sama mudika menjalin kerjasama dengan pemuda lintas agama. Kemarin ikut acara Sumpah Pemuda yang diadakan oleh pemuda lintas iman tempatnya di Gereja HKBP. Tetapi kayaknya kegiatannya bisa lebih dari itu jadi sepertinya orang muda perlu tau tentang permasalahan bangsanya karena mereka adalah penerus bangsa. Kalau saya baru itu saja.

S : Apakah kegiatan tersebut membantu anda untuk terlibat dalam hidup berbangsa dalam masyarakat?

R : Membantu , karena orang muda perlu tau masalah apa yang terjadi dalam masyarakat dan bangsanya. Karena mereka adalah generasi penerus bangsa ini. Jadi kita bisa belajar dari kegiatan itu.

S : Apakah Anda pernah terlibat dalam kegiatan Gereja yang bertema kebangsaan sehingga mendorong anda untuk mengalami perjumpaan dengan masyarakat yang beragam?

R : Belum pernah.

S : Apa yang harus dilakukan generasi Z sebagai orang beriman Katolik sekaligus warga negara Indonesia?

(6)

R : …orang muda tidak boleh gegabah dalam penyebaran-penyebaran berita. Kita perlu belajar menyaring informasi supaya tidak memecah belah persatuan di sosmed.

S : Apa yang harus dilakukan oleh Gereja dalam menciptakan usaha untuk mendorong generasi Z aktif dalam hidup berbangsa dan bernegara?

R : Mengajak orang muda untuk menyadari tanggung jawabnya sebagai generasi penerus bangsa sekaligus juga Gereja lewat berbagai kegiatan ataupun pendekatan yang dilakukan oleh Gereja.

S : Usulan kegiatan bagi Gereja seperti apa yang anda harapkan sebagai generasi Z agar semakin terlibat dalam kehidupan berbangsa?

R : Membuat acara atau kegiatan yang tidak membuat bosan. Bisa diselingi dengan permainan. Penyampaian materi tidak mononton, tetapi melibatkan peserta untuk ikut speak up , mengutarakan pendapat. Kegiatannya menyesuaikan gaya orang muda. Memakai media digital juga.

(7)

Wawancara 3

Nama Responden : Antonius Yanuari Nugroho Aji Usia : 20 Tahun

Komunitas : Mudika Kotabaru

Waktu : 9 November, pukul 18:51 - 19:17

S : Apakah anda pernah mendengar semboyan 100% Katolik 100% Indonesia? Bagaimana anda memahami slogan tersebut?

R : Pernah, saya mendengar dulu dari romo sini tapi kalau nggak salah sumbernya dari Uskup. Aku memaknainya sebagai umat Katolik itu tidak muluk-muluk di Gereja saja, tetapi juga harus terjun langsung ke masyarakat. Ikut berpartisipasi dalam kegiatan bermasyarakat. Beriman dan bermasyarakat.

S : Apakah anda pernah mendengar istilah srawung? Bagaimana anda memahami istilah tersebut?

R : Kalau tidak salah waktu AYD pernah dengar. Ketika mau menyambut AYD, blusukan kalau nama kita. Ya kita terjun langsung mengadakan kegiatan membaur dengan sesama.

S : Apakah anda pernah mengikuti kegiatan Gereja bertema kebangsaan? Kalau ya, kegiatannya seperti apa?

(8)

S : Apakah kegiatan tersebut membantu anda untuk terlibat dalam hidup berbangsa dalam masyarakat?

R : Pentinglah. Kita kan hidup di dalam masyarakat. Tidak mungkin, kita hidup di suatu daerah hanya menumpang saja. Otomatis kita harus ikut paling tidak berpastisipasilah, meskipun tidak tau secara mendalam daerahnya tersebut. Setidaknya tau permasalahan dan peduli.

S : Apakah Anda pernah terlibat dalam kegiatan yang bertema kebangsaan sehingga mendorong anda untuk mengalami perjumpaan dengan masyarakat yang beragam?

R : Minggu lalu waktu Sumpah Pemuda. OMK disini berkolaborasi dengan Gereja Kristen HKBP dan Masjid Syuhada. Berkolaborasi bersama, lalu melakukan kegiatan bersih-bersih di rumah ibadah. Lalu di dalamnya secara otomatis kita tanya-tanya, Islam itu bagaimana, Kristen itu bagaimana. Lalu, kalau ada masalah seperti ini sikapnya harus bagaimana secara Islam , secara Kristen. Secara tidak langsung ada dialog iman sebagai sesama warga negara.

S : Apa yang harus dilakukan generasi Z sebagai orang beriman Katolik sekaligus warga negara Indonesia?

R : Cara mudahnya lewat tetangga, paling tidak misalnya kita ngekos, paling tidak kita srawung sama teman-teman kos. Kalau dilingkup yang lebih besar kita srawung dengan tetangga se-RT, se-RW gitu. Kalau yang lingkupnya lebih besar lagi, mungkin kita bisa ke kota atau kita sebagai orang Katolik kita ikut dalam kegiatan di Gereja.

(9)

S : Apa yang harus dilakukan oleh Gereja dalam menciptakan usaha untuk mendorong generasi Z aktif dalam hidup berbangsa dan bernegara?

R : Mungkin kalau lingkupnya Indonesia sih sebenarnya agak susah. Mungkin ke lingkup daerah Jogja dan daerah sekitar dulu aja. Salah satunya seperti kemarin, yang Minggu lalu sudah diadakan yaitu Sumpah Pemuda. Menurut saya itu sudah cukup sih. Daerah yang mewakili Indonesia.

S : Usulan kegiatan bagi Gereja seperti apa yang anda harapkan sebagai generasi Z agar semakin terlibat dalam kehidupan berbangsa?

R : Kalau menurut saya gaya kegiatannya itu mau tidak mau mengikuti alur anak muda jaman sekarang. Karena kan kalau kita mengikuti alur yang lama itu kan susah. Anak muda memahaminya susah. Jadi mau tidak mau, alurnya anak muda jaman sekarang bagaimana kita menyesuaikan. Baik materi kegiatannya yang akan kita bagikan, caranya disesuaikan sama anak muda. Nggak harus ceramah tapi mengadakan kegiatan lalu disitu ada pelajaran dan nilai-nilainya.

(10)

Wawancara 4

Nama Responden : Wawan Usia : 21 tahun

Komunitas : Ketua Mudika St. Yohanes Paulus Tukangan Waktu : 9 November 2019, 19:00 - 19:12

S : Apakah anda pernah mendengar semboyan 100% Katolik 100% Indonesia? Bagaimana anda memahami slogan tersebut?

R : Pernah, tapi lihat di instagram. Menurutku, kita sebagai orang Katolik yang benar-benar Katolik, mengaplikasikan iman Katolik kita dalam kehidupan bermasyarakat di negara Indonesia.

S : Apakah anda pernah mendengar istilah srawung? Bagaimana anda memahami istilah tersebut?

R : Pernah tau tapi lupa. Menurutku, kita dalam hidup menggereja tidak hanya di Gereja saja tetapi juga dalam masyarakat secara umum, lingkungan apapun agamanya.

S : Apakah anda pernah mengikuti kegiatan Gereja bertema kebangsaan? Kalau ya, kegiatannya seperti apa?

R : Kalau dari Gereja pasti setiap lingkungan diberi kesempatan untuk berkumpul bersama dan itu apa yang harus didapat dari Gereja perlu dijalankan di

(11)

lingkungan seperti pendalaman iman. Pada pertemuan di lingkungan sebelum Pemilu, dari ketua lingkungan sendiri sudah bilang sendiri “kita sebagai warga negara Indonesia yang baik dan benar, kita memiliki hak pilih dalam Pemilu, dan kita harus menggunakan hak pilih kita. Kalau kita tidak menggunakan hak pilih tersebut nanti kertas suaranya bisa disalahgunakan.

S : Apakah kegiatan tersebut membantu anda untuk terlibat dalam hidup berbangsa dalam masyarakat?

R : Sangat, kegiatan itu bisa dimulai dari lingkungan sekitar, tetangga-tetangga kita. Istilahnya di dalam Gereja kita diajarkan hal-hal positif dan baik, maka itu harus kita kembalikan ke masyarakat dengan membagikannya.

S : Apakah anda pernah terlibat dalam kegiatan yang bertema kebangsaan sehingga mendorong anda untuk mengalami perjumpaan dengan masyarakat yang beragam?

R : Belum pernah si kalau disini, jarang ikut.

S : Apa yang harus dilakukan generasi Z sebagai orang beriman Katolik sekaligus warga negara Indonesia?

R : Peduli. Mengaplikasikan keimanan Katolik kita dalam hidup bermasyarakat di lingkungan apapun agamanya.

S : Apa yang harus dilakukan oleh Gereja dalam menciptakan usaha untuk mendorong generasi Z aktif dalam hidup berbangsa dan bernegara?

(12)

R : Mengadakan kegiatan yang tidak hanya dalam lingkup Gereja, tetapi juga keluar Gereja.

S : Usulan kegiatan bagi Gereja seperti apa yang anda harapkan sebagai generasi Z agar semakin terlibat dalam kehidupan berbangsa?

R : Anak muda jaman sekarang kan menggunakan media sosial. Maka, bagaimana Gereja bisa menggunakan media sosial itu untuk membentuk anak muda ikut terlibat. Misal di Gereja itu, ada pengumuman atau informasi seperti katekese itu orang muda malas membaca. Jadi menurutku, Gereja bisa memanfaatkan media sosial untuk menyebarkan informasi yang berkaitan dengan katekese ataupun kegiatan-kegiatan Gereja.

(13)

Wawancara 5

Nama Responden : Awi Paulina SY. Usia : 21 tahun

Komunitas : Lektor dan PIA Kotabaru

Waktu : 12 November, pukul 10:16 - 16:30

S : Apakah Anda pernah mendengar semboyan 100% Katolik 100% Indonesia? Bagaimana anda memahami slogan tersebut?

R : Pernah dengar dari homili-homili di Gereja yang dibawakan oleh para romo. Maknanya, bagimana kita sebagai orang beriman itu memahami dan memaknai diri kita balanced, kita itu orang Indonesia dan kita beragama Katolik. Iman kita sejalan dengan kehidupan sekarang, 100% Katoliknya itu melayani di Gereja dan kita tidak lupa identitas kita sebagai warga negara Indonesia. Tidak hanya melayani di Gereja tetapi juga melayani di masyarakat.

S : Apakah Anda pernah mendengar istilah srawung? Bagaimana anda memahami istilah tersebut?

R : Pernah. Jadi dari Keuskupan Agung Semarang memberikan kontribusi bagi OMK di seluruh paroki di Keuskupan untuk srawung, melalui Asian Youth Day (AYD). Maknanya srawung persaudaraan, maksudnya membuka diri untuk memberikan pelayanan tidak hanya di Gereja tetapi juga mau berbagi srawung kepada yang lain.

(14)

S : Apakah anda pernah mengikuti kegiatan Gereja bertema kebangsaan? Kalau ya, kegiatannya seperti apa?

R : Pernah. Ada beberapa kegiatan OMK juga yang kemarin, OMK bekerja sama dengan lembaga-lembaga lain ada Gereja Kristen, masjid dan pesantren untuk memberikan srawung persaudaraan. Saya juga pernah dengar dari suster-suster CB, mereka mau srawung lewat kegiatan-kegiatan dari keuskupan. S : Apakah kegiatan tersebut membantu anda untuk terlibat dalam hidup berbangsa dalam masyarakat?

R : Iya, karena mau melibatkan orang muda. Saya melihat dari sisi lain ini memberikan peluang untuk anak muda sekarang tidak hanya selalu melayani di Gereja tetapi juga mengajarkan kepada OMK untuk terlibat aktif memberikan aksinya ke luar, tidak hanya selalu dalam Gereja. Baik sih di Gereja, tetapi setidaknya mereka mau membuka diri ke luar. Pokoknya berdampak sekali ya, dengan dinamika bersama orang muda kalau ada suatu permasalahan kita bisa duduk bersama, mengadakan dialog agama, atau mengadakan kegiatan yang bisa memupuk kembali rasa persaudaraan kita.

S : Apakah anda pernah terlibat dalam kegiatan yang bertema kebangsaan sehingga mendorong anda untuk mengalami perjumpaan dengan masyarakat yang beragam?

R : Ya, OMK mengadakan kerja bakti bersama dengan Gereja Kristen dan masjid. Kedua itu ada sego mubeng, orang yang berbagi dalam sego mubeng ini terbuka ada orang muda, dewasa, yang berbeda agama ikut bergabung juga.

(15)

Gereja Kotabaru sudah terbuka mau melibatkan diri dengan orang yang ada di luar………

S : Apa yang harus dilakukan generasi Z sebagai orang beriman Katolik sekaligus warga negara Indonesia?

R : Tidak hanya melayani di Gereja tetapi juga ke luar Gereja dalam masyarakat dan lingkungan sekitar.

S : Apa yang harus dilakukan oleh Gereja dalam menciptakan usaha untuk mendorong generasi Z aktif dalam hidup berbangsa dan bernegara?

R : Dari pengalaman saya membawakan pendalaman di lingkungan saya melihat tidak ada OMK yan terlibat. OMK itu lebih suka terlibat dengan kegiatan, jadi Gereja harus membuka kegiatan yang membuat OMK aktif kembali seperti srawung-srawung atau pertemuan-pertemuan.

S : Usulan kegiatan bagi Gereja seperti apa yang anda harapkan sebagai generasi Z agar semakin terlibat dalam kehidupan berbangsa?

R : Mengadakan kegiatan yang dapat meningkatkan kepedulian dan rasa persaudaraan yang semakin kuat. Bagus sih kalau kegiatan sesuai dengan orang muda, atau misal memberikan katekese dengan menggunakan gadget, media sosial atau membuat quis menggunakan gadget. Sehingga orang muda semakin terpacu mengikutinya dan jangan terlalu sering menggunakan gadget, tapi tidak terus menerus ada sesi-sesinya.

(16)

Wawancara 6

Nama Responden : Valentino Usia : 22 tahun

Komunitas : Bimbel Kotabaru

Waktu :30 Januari, pukul 06:32 - 06: 45

S : Apakah anda pernah mendengar semboyan 100% Katolik 100% Indonesia? Bagaimana anda memahami slogan tersebut?

R : Rasanya ungkapan itu bukanlah ungkapan yang asing lagi ya. Sebuah ungkapan yang keluar dari Mgr. Soegiyapranoto. Saya pribadi memahami 100% Katolik 100% Indonesia adalah bagaimana kita sebagai umat Katolik mampu ikut serta dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dengan tetap berpegang teguh pada identitas Katolik kita. Misalkan dalam kehidupan bermasyarakat, kita turut aktif dalam kegiatan di desa, mungkin kita terlibat untuk memajukan kegiatan-kegiatan dalam lingkup RT, RW dan di desa dengan ciri khas kita sebagai Katolik. Misalkan kasih sayang, jadi kita ikut serta dalam berbagai

Dokumen terkait