• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.2   Saran

Kedepannya, sistem dan lembaga MRV yang dibangun diharapkan bukan hanya melingkupi kegiatan di bidang perubahan iklim saja, melainkan melingkupi berbagai kegiatan lainnya di luar isu perubahan iklim (kegiatan pembangunan dan perekonomian, program kemanusiaan dan kesejahteraan masyarakat, kegiatan penanggulangan terhadap suatu bencana, serta isu lainnya yang menyangkut hajat hidup masyarakat secara luas).Sehingga berbagai program pemerintah yang direncanakan dapat terlaksana sesuai dengan rencana awal.Hasil penelitian ini dapat dijadikan tahap awal untuk menuju ke arah tersebut.

Keterbatasan-keterbatasan yang ada pada kajian ini dapat dielaborasi dan dianalisis lebih lanjut dalam kajian yang lebihmendalam mengenai komponen-komponen yang ada dalam sistem MRV.Beberapa komponen MRV yang direkomendasikanuntuk dielaborasi diantaranya adalah mengenai penggunaan data spasial dalam mendukung sistem MRV, pengukuran perhitungan emisi GRK dari sektor lainnya, pengembangan metodologi dan analisis MRV, verifikasi hasil pada tahapan pengukuran dalam MRV, serta topik-topik kajian lainnya yang bersifat teknis dan sesuai dengan bidang keilmuan.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). 2010a. Draft Lampiran Peraturan Presiden Mengenai Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (GRK). Jakarta: Bappenas. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

(Bappenas). 2010b. Laporan Rencana Aksi Nasional Perubahan Iklim 2010-2020. Jakarta: Bappenas.

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). 2010c. Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca 2010-2020. Jakarta: Bappenas. Corfee-Morlot J, Guay B, Larsen KM. 2009.

Financing Climate Change Mitigation: Towards a Framework for Measurement, Reporting and Verification. Paris: OECD/IEA.

Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI).2010a. Kurva Biaya (Cost Curve) Pengurangan Gas Rumah Kaca Indonesia. Jakarta: DNPI.

Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI). 2010b. Rekomendasi Langkah Tindak: Pengembangan Measurable, Reportable and Verifiable (MRV). Jakarta: DNPI. Fransen, T. 2009. Enhancing Today’s MRV

Framework to Meet Tomorrow’s Needs: The Role of National Communications and Inventories. Kertas Kerja WRI. Washington, DC: World Research Institute.

Fukuda K, Yoshino M. 2010. MRV-related

Systems in Non-Climate

Regimes.Measurable, Reportable and Verifiable (MRV): Trends and Developments in Climate Change Negotiations: 64-77.

Grassi G, Federici S, Monni S, Mollicone D. 2008.Guidance on Reporting.Reducing greenhouse gas emissions from deforestation and degradation in developing countries: a sourcebook of methods and procedures for monitoring, measuring and reporting: 173-184. Inter-governmental Panel on Climate

Change(IPCC). 2006. 2006 IPCC Guidelines for National Greenhouse Gas

Inventories, Prepared by the National Greenhouse Gas Inventories Programme, Eggleston H.S., Buendia L., Miwa K., Ngara T. and Tanabe K. (eds). Published: IGES, Japan.

Jasmin, F. 2010. Eksklusif: Bincang-bincang dengan Menteri Bappenas.

http://iklimkarbon.com. (15 September 2010).

Kementerian Kehutnanan. 2008. IFCA 2007 Consolidation Report: Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation in Indonesia. Jakarta: FORDA.

Kementerian Lingkungan Hidup (KLH). 2010. Sistem Inventarisasi Gas Rumah Kaca Nasional. Jakarta: KLH.

Nasution, S. 2003. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Tarsito.

Osaki M, Honma T, Hirano T, Takahashi H, Helmy F. 2010. Wild Fire and Carbon Management in Peat-Forest in Indonesia. Sapporo: Hokkaido University.

Satuan Tugas Pembentukan Kelembagaan REDD+. 2010. Indonesia REDD+ Institutional Development dalam Pertemuan Teknis MRV ke-5. November 2010, Jakarta.

Stahlhut dan Rieley. 2007. Uncertainties in Mapping The Area of Peatland and Estimating the Depth and Volume of Peat in Central Kalimantan, Indonesia. Prosiding International Symposium and Workshop on Tropical Peatland, 27-29 Agustus 2007, Yogyakarta, Indonesia: 41-49.

Sumarjo & Saharudin. 2006. Metode-metode Partisipatif dalam Pengembangan Masyarakat. Magister Program Pengembangan Masyarakat, Program Pascasarjana IPB.

Tanabe, K. 2010. Greenhouse Gas Inventories. Measurable, Reportable and Verifiable (MRV): Trends and Developments in Climate Change Negotiations: 28-35.

Tamura K, Fukuda K. 2010. MRV for

Developing Countries

Support.Measurable, Reportable and Verifiable (MRV): Trends and Developments in Climate Change Negotiations: 38-48.

United Nation Framework Convention on Climate Change (UNFCCC). 2000.

UNFCCC Guidelines on Reporting and Review. Bonn: UNFCCC.

United Nation Framework Convention on Climate Change (UNFCCC).2007. COP 13 Decision 1: Bali Action Plan. Bonn: UNFCCC.

United Nation Framework Convention on Climate Change (UNFCCC). 2010. National Reports. http://unfccc.int. (3 September 2010).

LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar narasumber dalam wawancaradan diskusi yang dilakukan.

Kategori Instansi Narasumber

Dewan Nasional Perubahan Iklim

Agus Purnomo, Farhan Helmy, Doddy Sukadri, Suzanty Sitorus

Bappenas Umiyatun Hayati Triastuti Satgas Nasional

REDD+ Heru Prasetyo Kementerian

Lingkungan Hidup Dida Migfar Pemerintah

Kementerian

Kehutanan Ruandha Agung Sugardiman, Saipul Rahman Hokkaido University Mitsuru Osaki, Kazuyo Hirose, Hendrik Segah Akademisi

Nihon University Noriyuki Kobayashi

ESRI Indonesia Bima Priadi, Ali Suwanto, Gilang Widyawisaksana PT. Rimba Makmur

Utama Dharsono Hartono PT. Waindo Specterra G H Anto

Swasta

PT. Solid Sphere

Lampiran 2 Rangkaian FGD, lokakarya, dan pertemuan yang diikuti.

Tanggal/Tempat Kegiatan

•12 Februari 2010 DNPI, Jakarta

2nd Technical Roundtable on Low Carbon Economy Initiatives

•18-19 Februari 2010

Hotel Grand Preanger, Bandung Lokakarya “Roadmap Infrastruktur Informasi Geospasial”

•10-12 Maret 2010

Sanur Paradise Plaza Hotel and Suites, Bali

4th GEOSS Asia-Pacific Symposium

•15 Maret 2010

DNPI, Jakarta 1

st Indonesian Policy and Modeling Forum (IPMF)

•19 Maret 2010 DNPI, Jakarta

3rd Technical Roundtable on Low Carbon Economy Initiatives

•23 Maret 2010

DNPI, Jakarta Pertemuan Konsolidasi Kegiatan MRV

•29 Maret 2010 KLH, Jakarta

Pertemuan Interdep “Inventarisasi GRK yang terukur, terlaporan dan terverifikasi”

•30 Maret 2010 DNPI, Jakarta

Pertemuan Teknis Model Perencanaan Energi Nasional Terkait dengan Intervensi Kebijakan Perubahan Iklim

•31 Maret 2010 DNPI, Jakarta

Pertemuan Teknis Hasil Analisis Abatement Cost Sektor Listrik/Energi

•30 April 2010 Hotel Nikko, Jakarta

1st Roundtable Discussion: “Perspective of Green Technology and Industry on Climate Change”

•24 Mei 2010

DNPI, Jakarta 2

nd

Indonesian Policy and Modeling Forum (IPMF)

•15 Juni 2010 Hotel Sultan, Jakarta

2nd Roundtable Discussion: “Perspective of Green Technology and Industry on Climate Change”

•22 Juli 2010

Hotel Akmani, Jakarta 1

st Technical Roundtable on MRV

•9 Agustus 2010 Hotel Sultan, Jakarta

3rd Roundtable Discussion: “Perspective of Green Technology and Industry on Climate Change”

•19 Agustus 2010

Hotel Borobudur, Jakarta 2

nd Technical Roundtable on MRV

•27 Agustus 2010 DNPI, Jakarta

Expert Briefing: “Kemajuan Teknologi Satelit dalam Mendukung MRV dan REDD”

•31 Agustus 2010 Hotel Sultan, Jakarta

4th Roundtable Discussion: “Perspective of Green Technology and Industry on Climate Change”

•20 September 2010

Hotel Akmani, Jakarta 3 rd

Technical Roundtable on MRV

•14-15 Oktober 2010 DNPI, Jakarta

Open Source Impacts of REDD+ Incentive Spreadsheet(OSIRIS)Training

•20 Oktober 2010

DNPI, Jakarta 3

rd

Indonesian Policy and Modeling Forum (IPMF)

•5 November 2010

Hotel Akmani, Jakarta 5 th

Lampiran 2Rangkaian diskusi, lokakarya, dan pertemuan yang diikuti (lanjutan).

Tanggal/Tempat Kegiatan

•9 November 2010 DNPI, Jakarta

Expert Briefing:Peatland Management: Risks, Challenges, and Opportunities

•16-17Desember 2010

JANNATA GIWANGKARA. The Evaluation onDevelopment and Implementation of Measurable, Reportable and Verifiable (MRV) Climate Change Mitigation In Indonesia. Supervised by AKHMAD FAQIH and FARHAN HELMY.

Various efforts to reduce emissions whether mandatory or voluntaryhave been made by developed and developing countries globally in the context of sustainable development as a response to the climate change impacts. Those emission reduction efforts should be accompanied with a scheme to be recognized internationally. This scheme requires that activities which are being undertaken, should be measurable, reportable, and verifiable, or known as MRV. Indonesia as a developing country, was committed to reduce its emissions voluntarily in 2020 by 26% (about 0.767 GtCO2e) and 41% (about 1.210 GtCO2e) in total with international support. The emission reduction plan was stipulated in the National Action Plans on Greenhouse Gases Emissions Reduction (RAN-GRK). The National Action Plans, which are being built, is expected to obey the MRV scheme in order to be recognized on international scale. This study discusses and elaborates the development and application of MRV schemes in Indonesia from the technical aspects, implementation modeled in one of National Action Plans’s sector, and from the institutional aspect. From the technical aspect, implementations of MRV on National Action Plans are expected to accommodate the essential functions and principles (accurate, efficient, complete, and consistent and comparable way). The MRV in one of National Action Plans’s sector, which is LULUCF and Peatland, requires a comprehensive MRV system regarding to the existence of uncertainties in the measurements of peatland’s emission and carbon stock. From the institutional aspect, the existing MRV schemes should be formed in a single institution that involves all agencies/institutions and have an independent unit to verify the activities which have been carried out in the action plan. In addition,the institution should be able toprovide directions, demands, and technical recommendations.In the future, the MRV systems and institution are expected not only deal with the issue of climate change, but also encompassesa variety of activities aside from the climate change issues.

JANNATA GIWANGKARA. Evaluasi Pengembangan dan Penerapan Measurable, Reportable, Verifiable (MRV) Mitigasi Perubahan Iklim di Indonesia.Dibimbing oleh AKHMAD FAQIH dan FARHAN HELMY.

Berbagai upaya pengurangan emisi, baik yang sifatnya wajib maupun secara sukarela, dilakukan oleh negara-negara maju dan berkembang di seluruh dunia dalam konteks pembangunan berkelanjutan sebagai respon terhadap dampak perubahan iklim.Dalam pelaksanaannya, upaya-upaya pengurangan emisi tersebut harus mengikuti skema tertentu agar dapat diakui secara internasional.Skema tersebut mensyaratkan berbagai kegiatan yang dilakukan dapat terukur (measurable), dapat dilaporkan (reportable), dan dapat diverifikasi (verifiable),atau dikenal dengan istilah MRV.Indonesia sebagai negara berkembang berkomitmen untuk menurunkan emisinya secara sukarela pada tahun 2020 sebesar 26% (sekitar 0,767 GtCO2e) dan 41% (sekitar 1,210 GtCO2e)secara keseluruhan dengan dukungan internasional.Aksi pengurangan emisi tersebut ditetapkan dalam sebuah Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAN-GRK).RAN-GRK yang sedang dibangun dan ditetapkan diharapkan dapat mengikuti skema MRV agar dapat diakui pada skala internasional.Kajian ini membahas dan mengelaborasi pengembangan dan penerapan skema MRV di Indonesia baik dari aspek teknis,model penerapan pada salah satu rencana aksi, maupun dari aspek kelembagaannya.Dari aspek teknis, pelaksanaan dari sistem MRV dalam RAN-GRK diharapkan mampu mengakomodasi fungsi dan prinsip esensial (akurat, efisien, lengkap, serta konsisten dan dapat dibandingkan) dalam rencana aksinya.Sebagai contoh, implementasi teknis MRV di salah satu sektor RAN-GRK, yakni kehutanan dan lahan gambut, memerlukan suatu sistem yang komprehensif terkait dengan adanya beberapa kesulitan pada perhitungan emisi dan stok karbonnya.Pada aspek kelembagaan, skema MRV yang ada sebaiknya terbentuk dalam satu lembaga yang melibatkan setiap lembaga/instansi yang terkait serta memilikiunit yang independen dalam memverifikasi kegiatan-kegiatan yang dilakukan dengan rencana aksi.Sehingga lembaga tersebut diharapkan mampumemberikan arahan, tuntutan, dan rekomendasi teknis pelaksanaan MRV.Kedepannya, sistem dan lembaga MRV yang dibangun diharapkan bukan hanya melingkupi kegiatan di bidang perubahan iklim saja, melainkan melingkupi berbagai kegiatan lainnya di luar isu perubahan iklim.

I. PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang

Emisi gas rumah kaca (GRK) dari seluruh sektor di Indonesia setiap tahunnya mencapai sekitar 2,1 GtCO2e (Giga ton CO2 ekuivalen –nilai emisinya disetarakan dengan emisi CO2) pada tahun 2005 (DNPI 2010a). Seiring dengan kegiatan perekonomian yang dilakukan, total emisi GRK diperkirakan akan meningkat sampai dengan 3,2 GtCO2e pada tahun 2030. Total emisi yang dihasilkan tersebut berada pada tataran sekitar 4,5% dari emisi GRK secara global. Meningkatnya komposisi gas-gas rumah kaca secara global menyebabkan terjadinya pemanasan global yang pada akhirnya akan berdampak pada perubahan iklim.

Berbagai upaya untuk menurunkan emisi dari berbagai sektor di Indonesia berperan penting dalam mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.Hal tersebut sejalan dengan rencana penurunan emisi di Indonesia sebesar 26% (sekitar 0,767 GtCO2e) dengan upaya sendiri (dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara – APBN), serta 41% secara keseluruhan (sekitar 1,210 GtCO2e) dengan dukungan internasional, dari total proyeksi emisi jika tidak melakukan apa-apa (business as usual – BAU) sebesar 2.95 GtCO2e pada tahun 2020. Komitmen untuk menurunkan emisi tersebut digagaskan oleh Bapak Presiden Sulilo Bambang Yudhoyono dalam pertemuan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Pittsburgh, dan ditegaskan kembali pada Conference of the Parties (COP) 15 di Copenhagen dua tahun lalu.Upaya untuk menurunkan emisi tersebut ditetapkan dalam Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAN-GRK).

Dalam proses penerapannya, timbul sebuah tantangan dalam menyusun suatu mekanisme pemantauan pencapaian targetdari RAN-GRK yang dapat diterima secara internasional, yakni diperlukannya suatu sistem atau skema dalam memantau, menilai, dan memverifikasi kegiatan-kegiatan tersebut.Salah satu prosedur yang diusulkan dariUnited Nations Framework Convention on Climate Change(UNFCCC) adalah MRV.

MRV merupakan kepanjangan dari

measureable, reportable, verifiable, yang dibentuk berdasarkanBali Action Plan pada COP 13.Konsep mengenai MRV masih tergolong baru untuk diterapkan, khususnya untuk negara-negara berkembang.Hal tersebut dikarenakan adanya kendala dalam

keterbatasan pemahaman dan penerapannya mengenai skema MRV itu sendiri, serta keterbatasan mengenai kapasitas kelembagaan dan teknis untuk memantau dan menilai perkembangan kegiatan-kegiatan yang masuk dalam skema MRV, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI) sebagai focal point perubahan iklim di Indonesia berupaya untuk memfasilitasi dan membantu mengembangkan skema MRV di Indonesia. Hal ini dilakukan mengingat salah satu bagian dari MRV, yaitu reporting atau pelaporan akan dilaporkan secara internasional dalam UNFCCC melalui DNPI. Pertimbangan lainnya adalah mengenai adanya keterlibatan berbagai sumber data di lembaga, baik pemerintah maupun non-pemerintah, yang perlu dikonsolodasikan secara teknis dalam pembangunan MRV (DNPI 2010b).

1.2 Tujuan

Kajian yang dilakukan bertujuan untuk

mengidentifikasi serta

menganalisispengembangan dan penerapan skema MRV di Indonesia, khususnya teknis pelaksanaan MRV dan kelembagaannya.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1Rencana Aksi Nasional Penurunan

Emisi Gas Rumah Kaca (RAN-GRK)

Berbagai program dan rencana aksi penurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) yang dilakukan di Indonesia terangkum dalam suatu dokumennasional yang dikenal sebagai Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAN-GRK). Dokumen rencana aksi ini merupakan dokumen kerja hasil kompilasi program-program pengurangan emisi GRK dari sektor-sektor penyumbang emisi di Indonesia,didasarkan kepada pembiayaan yang adamelalui kegiatan yang terintegrasi, terukur, dan dapat

diimplementasikan antara

Kementerian/Lembaga Pemerintah Pusat dan Daerah dalam jangka waktu 2010-2020. Selain didasarkan kepada pembiayaan yang ada, penyusunan dokumen RAN-GRK ini disesuaikan dengan kebijakan program mitigasi perubahan iklim di berbagai Kementerian/Lembaga yang akan dilaksanakan pada tingkat nasional maupun implementasinya di daerah.

I. PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang

Emisi gas rumah kaca (GRK) dari seluruh sektor di Indonesia setiap tahunnya mencapai sekitar 2,1 GtCO2e (Giga ton CO2 ekuivalen –nilai emisinya disetarakan dengan emisi CO2) pada tahun 2005 (DNPI 2010a). Seiring dengan kegiatan perekonomian yang dilakukan, total emisi GRK diperkirakan akan meningkat sampai dengan 3,2 GtCO2e pada tahun 2030. Total emisi yang dihasilkan tersebut berada pada tataran sekitar 4,5% dari emisi GRK secara global. Meningkatnya komposisi gas-gas rumah kaca secara global menyebabkan terjadinya pemanasan global yang pada akhirnya akan berdampak pada perubahan iklim.

Berbagai upaya untuk menurunkan emisi dari berbagai sektor di Indonesia berperan penting dalam mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.Hal tersebut sejalan dengan rencana penurunan emisi di Indonesia sebesar 26% (sekitar 0,767 GtCO2e) dengan upaya sendiri (dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara – APBN), serta 41% secara keseluruhan (sekitar 1,210 GtCO2e) dengan dukungan internasional, dari total proyeksi emisi jika tidak melakukan apa-apa (business as usual – BAU) sebesar 2.95 GtCO2e pada tahun 2020. Komitmen untuk menurunkan emisi tersebut digagaskan oleh Bapak Presiden Sulilo Bambang Yudhoyono dalam pertemuan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Pittsburgh, dan ditegaskan kembali pada Conference of the Parties (COP) 15 di Copenhagen dua tahun lalu.Upaya untuk menurunkan emisi tersebut ditetapkan dalam Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAN-GRK).

Dalam proses penerapannya, timbul sebuah tantangan dalam menyusun suatu mekanisme pemantauan pencapaian targetdari RAN-GRK yang dapat diterima secara internasional, yakni diperlukannya suatu sistem atau skema dalam memantau, menilai, dan memverifikasi kegiatan-kegiatan tersebut.Salah satu prosedur yang diusulkan dariUnited Nations Framework Convention on Climate Change(UNFCCC) adalah MRV.

MRV merupakan kepanjangan dari

measureable, reportable, verifiable, yang dibentuk berdasarkanBali Action Plan pada COP 13.Konsep mengenai MRV masih tergolong baru untuk diterapkan, khususnya untuk negara-negara berkembang.Hal tersebut dikarenakan adanya kendala dalam

keterbatasan pemahaman dan penerapannya mengenai skema MRV itu sendiri, serta keterbatasan mengenai kapasitas kelembagaan dan teknis untuk memantau dan menilai perkembangan kegiatan-kegiatan yang masuk dalam skema MRV, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI) sebagai focal point perubahan iklim di Indonesia berupaya untuk memfasilitasi dan membantu mengembangkan skema MRV di Indonesia. Hal ini dilakukan mengingat salah satu bagian dari MRV, yaitu reporting atau pelaporan akan dilaporkan secara internasional dalam UNFCCC melalui DNPI. Pertimbangan lainnya adalah mengenai adanya keterlibatan berbagai sumber data di lembaga, baik pemerintah maupun non-pemerintah, yang perlu dikonsolodasikan secara teknis dalam pembangunan MRV (DNPI 2010b).

1.2 Tujuan

Kajian yang dilakukan bertujuan untuk

mengidentifikasi serta

menganalisispengembangan dan penerapan skema MRV di Indonesia, khususnya teknis pelaksanaan MRV dan kelembagaannya.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1Rencana Aksi Nasional Penurunan

Emisi Gas Rumah Kaca (RAN-GRK)

Berbagai program dan rencana aksi penurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) yang dilakukan di Indonesia terangkum dalam suatu dokumennasional yang dikenal sebagai Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAN-GRK). Dokumen rencana aksi ini merupakan dokumen kerja hasil kompilasi program-program pengurangan emisi GRK dari sektor-sektor penyumbang emisi di Indonesia,didasarkan kepada pembiayaan yang adamelalui kegiatan yang terintegrasi, terukur, dan dapat

diimplementasikan antara

Kementerian/Lembaga Pemerintah Pusat dan Daerah dalam jangka waktu 2010-2020. Selain didasarkan kepada pembiayaan yang ada, penyusunan dokumen RAN-GRK ini disesuaikan dengan kebijakan program mitigasi perubahan iklim di berbagai Kementerian/Lembaga yang akan dilaksanakan pada tingkat nasional maupun implementasinya di daerah.

Selanjutnya, dokumen RAN-GRK yang dibangun diharapkan dapat dijadikan landasan bagi berbagai Kementerian/Lembaga serta Pemerintah Daerah dalammelaksanakan berbagai kegiatan penurunan emisi GRK dalam kerangka penurunan laju dampak perubahan iklim global tersebut.Untuk memperkuat dan menegaskan peran dari RAN-GRK ini, pemerintah sedang menetapkan rencana aksi tersebut kedalam Peraturan Presiden yang sampai saat ini masih menunggu untuk disahkan.

Tujuan utama dari RAN-GRKini adalah untuk menurunkan emisi GRK dari sektor-sektor pengemisi (emitter)utama, yaitu lahan gambut, kehutanan, pertanian,limbah, industri, perhubungan dan energi dalam skala nasional dan daerah. Berdasarkan draft lampiran Peraturan Presiden mengenai RAN-GRK, sasaran utama dari RAN-GRK adalah(Bappenas 2010a):

1.Sebagai acuan pelaksanaan penurunan emisi GRK oleh bidang-bidang prioritas di tingkat nasional dan daerah;

2.Sebaga acuan investasi terkait penurunan emisi GRK yang terkoordinasi pada tingkat nasional dan daerah;

3.Sebagai acuan pengembangan strategi dan rencana aksi penurunan emisi GRK oleh daerah-daerah di Indonesia..

Implementasi serta pencapaian target dan sasaran penurunan emisi yang telah ditetapkan dalam RAN-GRK memerlukan adanya dukungan suatu sistem pemantauan dan evaluasi yang dilaksanakan secara berkala. Bappenas (2010b) mengusulkan kegiatan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan dari kegiatan RAN-GRK ini dilakukan setidaknya setiap satu tahun sekali secara nasional.Pemantauan dan evaluasi dari RAN-GRK ini dilakukan berdasarkan prinsip MRV yang dielaborasi lebih lanjut dalam Bab 2.2.

2.2Measureable, Reportable, Verifiable (MRV)

Dalam konteks internasional, sistem pemantauan dan evaluasi dari upaya-upaya pengurangan emisi oleh negara maju dan berkembang dalam konteks pembangunan berkelanjutan dikenal dengan istilah MRV –

Measurable, Reportable, Verifiable.Secara lebih rinci, MRV merupakan suatu sistem pemantauan dan evaluasi yang dapat diukur (measurable), dapat dilaporkan (reportable), dan dapat diverifikasi (verifiable) dengan baik dan sistematis.Sistem ini digagaskan pada COP (Conference of the Parties – Konferensi

dari Negara-negara anggota UNFCCC)ke-13 yang dilaksanakan pada tahun 2007 di Bali, Indonesia yang tercantum dalam Paragraf 1 (b)(i) dan (b)(ii) (UNFCCC 2007):

(b)(i) Measurable, reportable and verifiable nationally appropriate mitigation commitments or actions, including quantified emission limitation and reduction objectives, by all developed country Parties, while ensuring the comparability of efforts among them, taking into account differences in their national circumstances;

(b)(ii) Nationally appropriate mitigation actions by developing country Parties in the context of sustainable development, supported and enabled by technology, financing and capacity-building, in a measurable, reportable and verifiable manner;

Sehingga secara ringkas MRV dapat dideskripsikan sebagai berikut:

- MRV merupakan sistem monitoring dan evaluasi dari aksi mitigasi yang akan diambil oleh negara-negara peratifikasi UNFCCC yang dibentuk berdasarkan Bali Action Plan.

- MRV merupakan sistem pelaporan dan verifikasi dari upaya sistem mitigasi yang sudah ada di UNFCCC yaitu compliance

dan national communication.

Dalam pelaksanaannya, sesuai dengan keputusan dari Bali Action Plan, rencana penurunan emisi yang dilakukan oleh negara anggota UNFCCC harus mengikuti prinsip-prinsip yang berlaku dalam Konvensi dan Protokol Kyoto, yakni semua negara berkewajiban ikut serta dalam upaya stabilisasi gas rumah kaca di atmosfir dengan

Dokumen terkait