• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 6

4.4   Tantangan dalam Pembangunan dan Pengembangan MRV di Indonesia 19

Secara makro pengembangan sistem MRV pada dasarnya diarahkan pada pembangunan sistem audit nasional yang terintegrasi yang memverifikasi program atau kegiatan secara administratif maupun verifikasi kegiatan langsung di lapangan. Dengan demikian, tiga hal utama dalam langkah tindak pengembangan MRV adalah: konsensus mengenai MRV, pengembangan kerangka sistem MRV, dan implementasi atau exercise

kegiatan mitigasi dalam kerangka sistem MRV di lapangan.Konsensus mengenai MRV yang masih belum ada kejelasan menjadi kendala utama yang harus segera diselesaikan. Segera setelah terbentuknya suatu konsensus mengenai MRV beserta perangkat pendukungnya, isu lain yang menjadi perhatian adalah exercise dari pelaksanaan MRV.

Penerapan sistem MRV di Indonesia, khususnya pada RAN-GRK dan kegiatan aksi mitigasi perubahan iklim lainnya masih akan dihadapkan pada berbagai kendala. Kendala yang utama yang dihadapi adalah mengenai konsensus mengenai MRV (seperti apa sistem, mekanisme serta bentuk dari lembaga MRV) yang masih belum jelas, teknis pelaksanaan MRV pada setiap tahapannya, serta belum adanya inisiatif untuk implementasi/exercise dari pelaksanaan MRV di lapangan.

Mekanisme MRV

Sistem MRV yang dimulai dengan tahapan pengukuran, menjadi kendala utama dalam penerapannya di RAN-GRK. Hal tersebut dikarenakan apabila terdapat kendala pada tahapan ini, seperti adanya perbedaan hasil pengukuran emisi, kendala tersebut akan terus berulang pada tahapan selanjutnya. Sebagai contoh, perbedaan hasil pengukuran emisi yang terjadi pada lahan gambut akan menyebabkan kendala pada tahapan verifikasi dari pelaporan kegiatan yang dilakukan di lahan gambut tersebut yang seharusnya dapat diselesaikan pada tahapan sebelumnya.

Kendala tersebut terjadi bukan hanya pada sektor kehutanan dan lahan gambut saja, melainkan dapat terjadi pula pada sektor- sektor lainnya dalam RAN-GRK.Perbedaan diantaranya adalah dalam teknis pengukuran masing-masing sektor.Pada sektor energi dan transportasi misalnya, potensi yang dapat

menimbulkan kendala berada pada perhitungan audit energi, pengukuran emisi dari transportasi (emisi sumber begerak).Potensi lain yang dapat menjadi kendala pada sektor lain diantaranya adalah perhitungan emisi dari sektor limbah, pertanian, dan industri.

Dari penjelasan tersebut diketahui bahwa kendala dalam tahapan pengukuran dapat disebabkan dari beberapa faktor.Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah perbedaan pendekatan, metode, model, dan asumsi pengukuran yang digunakan. Solusi dalam mengurangi potensi terjadinya kendala dalam tahapan pengukuran ini dapat dilakukan dengan standardisasi proses perhitungan emisi dari masing-masing sektor (penggunaan asumsi, pendekatan, metode, dan model yang digunakan), kolaborasi dan koordinasi yang baikdalam jaringan penelitian atau proyek dalam bidang pengukuran tertentu, serta pelaporan yang terekam dengan baik dari hasil kajian atau proyek yang berkaitan.

Potensi yang dapat timbul sebagai kendala dalam tahapan berikutnya, yakni pelaporan hasil dari tahapan pengukuran yang dilakukan, diantaranya adalah ketidaksamaan format pelaporan, kelengkapan dari parameter laporan, ketepatan waktu penyelesaian laporan, serta pengelolaan laporan-laporan yang masuk dalam sistem MRV ini.Potensi- potensi yang dapat menjadi kendala tersebut dapat diminimalisir dengan melakukan konsolidasi format dan parameter laporan, prosedur dan batasan waktu pelaporan, serta manajemen pengelolaan pelaporan yang sistematis dan terstruktur. Selain dari pengelolaan laporan yang baik, akses terhadap laporan yang sudah ada tersebut akan lebih baik apabila dapat diakses oleh Kementerian/Lembaga lain yang terkait, asosias/akademisi yang membutuhkan, maupun organisasi non-pemerintah (LSM nasional/internasional) dan publik pada umumnya.

Tahapan terakhir dalam mekanisme MRV yang dibangun adalah verifikasi kegiatan yang dilakukan dalam RAN-GRK. Apabila dilakukan identifikasi terhadap potensi- potensi yang dapat menjadi kendala pada verifikasi ini, beberapa potensi kendala tersebut diantaranya adalah:kebutuhan verifikasi lebih lanjut (seperti pengecekan langsung dilapangan) di beberapa sektor dalam RAN-GRK (kehutanan dan lahan gambut misalnya), keterbatasan data untuk

proses verifikasi (hanya dapat memverifikasi data sekunder), sifat data yang dikhawatirkan subjektif. Selain dari teknis verifikasi, kendala lain yang dapat muncul dalam tahapan ini berasal dari lembaga/instansi yang melakukan verifikasi, yakni adanya konflik kepentingan. Dalam upaya pencegahan terjadinya kendala tersebut, beberapa hal yang dapat dilakukan diantaranya adalah penggunaan data penginderaan jauh dengan menggunakan citra

hyperspectral ataupun foto udara resolusi tinggi, mengadakan asistensi oleh para verifikator di tahapan pengukuran, serta memiliki lembaga verifikasi yang terpisah secara struktur dari lembaga MRV yang dibangun.

Teknis Pelaksanaan MRV

Selain isu mengenai mekanisme MRV yang harus dihadapi, isu lain yang tidak kalah pentingnya adalah mengenai teknis penyelenggaraan MRV. Secara garis besar, teknis penyelenggaraan MRV dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu ketersediaan dan akses data, pengumpulan/akuisisi data, serta pengolahan dan pengelolaan data.

Ketersediaan dan akses data merupakan tahapan awal yang dilakukan untuk inventarisasi dan pemenuhan data-data yang diperlukan.Dalam tahapan ini, berbagai pilihan pemenuhan data untuk MRV perlu dilakukan mengingat keterbatasan pasokan data dan teknologi yang diterapkan. Pilihan pemenuhan itu dapat dilakukan antara lain dengan: memobilisasi sumber data lain di luar kapasitan yang dimiliki, mengombinasikannya dengan pengamatan in-situ, atau melalui peningkatan kapasitas (capacity building) lembaga-lembaga pendukung.

Setelah ketersediaan data terpenuhi (data spasial dan non-spasial), aksesibilitas terhadap data, serta mekanisme dan standar pertukarannya perlu dikonsolidasikan.Untuk selanjutnya, data-data tersebut diseragamkan format dan skalanya, kemudian dikumpulkan dalam sebuah sistem manajemen pangkalan data (database management system – DBMS) dan diintegrasikan ke dalam jaringan insrastruktur pangkalan data nasional.

Peningkatan kapasitas perlu juga dilakukan dalam pengolahan dan pengelolaan data MRV, pembangunan infrastruktur teknologi informasi pendukung misalnya. Peningkatan kapasitas tersebut juga dilakukan dengan mengadakan pelatihan teknis yang komprehensif dan berkesinambungan dari tingkatan manajerial hingga operator teknis, memfasilitasi berbagai dialog teknis dalam

pengelolaan dan pengolahan data/informasi di tingkat nasional maupun internasional.

Keseluruhan isu teknis dan rekomendasi yang diusulkan tersebut tidak akan terbentuk apabila tidak didukung dengan adanya dukungan pendanaan yang baik. Pendanaan tersebut dapat berasal dari anggaran yang ada di pemerintah maupun dari bantuan dan kerjasama bilateral atau multilateral dengan negara-negara donor.Selain itu, peran serta dari pendanaan yang berasal dari sektor publik atau investasi sektor swasta dapat diarahkan untuk mendukung penyusunan, pengembangan, serta implementasi kebijakan yang diputuskan.

Kelembagaan MRV

Dari berbagai rangkaian dialog yang difasilitasi oleh DNPI,pembangunan sistem MRV nasional mengarah kepada pembangunan sistem audit yang mampu melihat capaian target penurunan emisi dari berbagai program yang digulirkan seiring dengan pengelolaan pembangunan secara keseluruhan. Dengan demikian,kelembagaan MRV mencakup bukan saja lembaga/instansi yang terkait langsung dengan perubahan iklm, akan tetapi mencakup lembaga pengawas. Dengan kata lain, pemisahan yang tegas perlu dilakukan antara lembaga pelaksana kegiatan dengan lembaga yang ditugaskan untuk melakukan verifikasi terhadap performa program yang dilaksanakan. Hal tersebut penting dalam suatu lebaga verifikasi yang bebas dari berbagai konflik kepentingan.

Peran rinci dari berbagai lembaga ini, baik dari lembaga pengawas maupun lembaga pelaksana, perlu dirumuskan lebih lanjut untuk kemudian diputuskan kelembagaan MRV seperti apa yang akan diterapkan di Indonesia.Penetapan konsensus tersebut berlaku pula pada cakupan tugas dan fungsinya, mekanisme kerja antar lembaga, serta bentuk kebijakan dan pelaksanaannya.Setelah konsensus mengenai cakupan tugas dan fungsi serta mekanisme kerja antar lembaga dan kebijakan dapat ditetapkan, lembaga MRV yang dibangun dapat memberikan usulan berbagai kebijakan terkait pelaksanaan dan pengawasan program- program dalam RAN-GRK ataupun aksi-aksi mitigasi lainnya.Kebijakan yang dikeluarkan oleh lembaga MRV tersebut untuk kemudian dapat berperan sebagai umpan balik terhadap hasil verifikasi dan pengecekan silang (cross check) terhadap kegiatan yang diusulkan dan realisasinya dilapangan. Sehingga kinerja dari masing-masing sektor kedepannya diharapkan

akan semakin baik setelah kebijakan yang tepat diputuskan.

V.

KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait