• Tidak ada hasil yang ditemukan

Saran

Dalam dokumen UNIVERSITAS INDONESIA (Halaman 81-127)

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.2 Saran

5.1 Kesimpulan

a. PT. Kalbe Farma, Tbk. telah menerapkan seluruh aspek Cara Pembuatan

Obat yang Baik (CPOB), sehingga produk - produk yang dihasilkan diharapkan telah memenuhi standar keamanan, dan mutunya.

b. Apoteker memiliki peranan yang penting dalam industri farmasi, Penerapan

ilmu dan keterampilan apoteker secara total akan meningkatkan kualitas produk obat yang dihasilkan oleh industri farmasi akan semakin baik.

5.2 Saran

a. Penerapan seluruh aspek CPOB harus terus dilakukan agar mutu produk

yang dihasilkan konsisten dan terjaga.

b. PT. Kalbe Farma Tbk. sebagai perusahaan Farmasi terbesar se-Indonesia

sebaiknya terus meningkatkan pemahaman setiap karyawannya akan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dalam kaitannya dengan bidang kerjanya dan secara mendasar. Pemahaman ini harus terus diperbaharui menyesuaikan dengan pembaharuan dari lembaga regulator yaitu Badan POM.

DAFTAR ACUAN

Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2012). Peraturan Kepala Badan Pengawas

Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK.

03.1.33.12.12.8195 Tentang Penerapan Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1799/MENKES/PER/XII/2010 Tentang Industri Farmasi. Jakarta.

Induksi QA, QC, Produksi, R&D dan Teknik. PT. Kalbe Farma., Tbk. Cikarang

PT Kalbe Farma Tbk. (2011). Laporan Tahunan PT. Kalbe Farma. Jakarta.

PT. Kalbe Farma, Tbk. (2013). Modul Initial Training. PT. Kalbe Farma, Tbk. Cikarang

PT. Kalbe Farma, Tbk. (2013). Rencana Induk Validasi. PT. Kalbe Farma, Tbk. Cikarang.

BOARD OF DIRECTOR GRUOUP PRODUCTION PRODUCTION MANAGER MANAGER LOGISTIC MANAGER CEO-CORPORATE ENGINEER MANAGER QUALITY SYSTEM MANAGER

DIRECTOR IN CHARGE PHARMACEUTICAL HEAD MANUFACTURING HEAD SITE HEAD KALBE PROJECT MANAGER

PROCESS IMPROVEMENT

MANAGER

GROUP HEAD FINANCE & ACCOUNTING FINANCE & ACCOUNTING MANAGER

GROUP HEAD PERSONEL MANAGER

HUMAN RESOURCES DEVELOPMENT GENERAL AFFAIRS MANAGER QUALITY ASSURANCE MANAGER

GROUP HEAD QUALITY OPERATION

QUALITY OPERATION MANAGER QUALITY CONTROL

MANAGER

GROUP PURCHASING

MANAGER

GENERAL ITEM

GROUP HEAD GROUP PROCESS

RESEARCH & DEVELOPEMENT IMPROVEMENT MANAGER

GROUP HEAD DEPARTMEN T DIVISION DIRECTION

Corporate Marketing Other Sources

New Product Ideas

- trend of drug Ideas Compilation - market size

- market growth Product Evaluation - trend of tech.

- corporate policy Product Recommendation

New Product Program & Profile

Product

Outsourcing Licensing In House Development Development (R&D)

UNIVERSITAS INDONESIA

TUGAS KHUSUS

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT.KALBE FARMA, Tbk.

KAWASAN INDUSTRI DELTA SILICON JL.M.H.THAMRIN BLOK A3-1, LIPPO CIKARANG, BEKASI

PERIODE 1 APRIL – 30 MEI 2014

LAPORAN VALIDASI PROSES KONKUREN BENACOL DTM SYRUP / 60 ML

TIKA SARTIKA, S.Farm. 1306344311

ANGKATAN LXXVIII

FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK

UNIVERSITAS INDONESIA

TUGAS KHUSUS

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT.KALBE FARMA, Tbk.

KAWASAN INDUSTRI DELTA SILICON JL.M.H.THAMRIN BLOK A3-1, LIPPO CIKARANG, BEKASI

PERIODE 1 APRIL – 30 MEI 2014

LAPORAN VALIDASI PROSES KONKUREN BENACOL DTM SYRUP / 60 ML

Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Apoteker

TIKA SARTIKA, S.Farm. 1306344311

ANGKATAN LXXVIII

FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Untuk menjamin mutu dari produk sediaan farmasi, maka pemerintah melalui BPOM mengeluarkan suatu aturan yang dikenal dengan CPOB, Cara Pembuatan Obat yang Baik. Industri farmasi wajib memenuhi persyaratan CPOB sesuai dengan ketentuan KEPMENKES No.43/Menkes/SK/II/1998. Pemastian mutu merupakan konsep luas yang mencakup semua hal baik secara tersendiri maupun kolektif, yang akan mempengaruhi mutu dari obat yang dihasilkan (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2012).

Salah satu tujuan sistem pemastian mutu yang benar dan tepat hendaklah dapat memastikan bahwa pengkajian terhadap semua dokumen terkait dengan proses, pengemasan dan pengujian tiap bets, dilakukan sebelum memberikan pengesahan pelulusan untuk distribusi produk jadi. Penilaian hendaklah meliputi semua faktor yang relevan termasuk kondisi produksi, hasil pengujian selama proses, pengkajian dokumen pembuatan (termasuk pengemasan), pengkajian penyimpangan dari prosedur yang telah

ditetapkan, pemenuhan persyaratan dari spesifikasi produk jadi dan

pemeriksaan produk dalam kemasan akhir. Oleh sebab itu sistem pemastian mutu erat kaitannya dengan validasi yang merupakan salah satu bab yang dibahas di CPOB. Dalam CPOB mensyaratkan industri farmasi untuk melakukan validasi sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis dari kegiatan yang dilakukan.

Validasi konkuren dilaksanakan terhadap produk selama proses produksi rutin dilakukan. Pengkajian mutu pada proses validasi konkuren dapat dilakukan karena terjadi perubahan pada parameter kritis seperti peralatan yang digunakan, prosedur cara pembuatan dan spesifikasi bahan baku (jika terjadi pemesanan dari supplier lain).

Sasaran dalam melakukan validasi di industri farmasi yaitu menjamin prosedur produksi yang aman, untuk menjamin reproduksibilitas (mempunyai keterberulangan yang sedapat mungkin mempunyai efektifitas yang sama), untuk menekan sekecil mungkin resiko penyimpangan yang mungkin timbul jika dibandingkan dengan prosedur klasik yang lazim dilakukan dengan prosedur (yang telah divalidasi)

1.1 Tujuan

Tugas khusus ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui cara pembuatan protokol dan laporan validasi konkuren skala

produksi.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pemastian Mutu dan Pengkajian Mutu Produk 2.1.1 Pemastian Mutu

Pemastian Mutu adalah suatu konsep luas yang mencakup semua hal baik secara tersendiri maupun secara kolektif, yang akan mepengaruhi mutu dari obat yang dihasilkan. Pemastian Mutu adalah totalitas semua pengaturan yang dibuat dengan tujuan untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Karena itu Pemastian Mutu mencakup CPOB ditambah dengan faktor lain di luar Pedoman ini, seperti desain dan pengembangan produk (Badan POM RI, 2012).

Departemen pemastian mutu / QA (Quality Assurance) dipimpin oleh seorang QA Manager yang bertanggung jawab langsung kepada QO Manager. Secara umum QA dibagi menjadi empat kelompok besar yaitu Audit, Post

Marketing, Validasi, dan GMP Compliance (PT. Kalbe Farma, Tbk, 2013).

2.1.2 Pengkajian Mutu Produk

Pengkajian mutu produk secara berkala hendaklah dilakukan terhadap semua obat terdaftar, termasuk produk ekspor, dengan tujuan untuk membuktikan konsistensi proses, kesesuaian dari spesifikasi bahan awal, bahan pengemas dan produk jadi, untuk melihat tren dan mengidentifikasi perbaikan yang diperlukan untuk produk dan proses. Pengkajian mutu produk secara berkalabiasanya dilakukan tiap tahun dan didokumentasikan, dengan mempertimbangkan hasil kajian ulang sebelumnya dan hendaklah meliputi paling sedikit :

a. Kajian terhadap bahan awal dan bahan pengemas yang digunakan untuk

produk, terutama yang dipasok dari sumber baru;

b. Kajian terhadap pengawasan selama proses yang kritis dan hasil

pengujian produk jadi;

c. Kajian terhadap semua batch yang tidak memenuhi spesifikasi yang

d. Kajian terhadap semua penyimpangan atau ketidaksesuaian yang signifikan, dan efektivitas hasil tindakan perbaikan dan pencegahan;

e. Kajian terhadap semua perubahan yang dilakukan terhadap proses atau

metode analisis;

f. Kajian terhadap variasi yang diajukan, disetujui, ditolak dari dokumen

registrasi yang telah disetujui termasuk dokumen registrasi untuk produk ekspor;

g. Kajian terhadap hasil program pemantauan stabilitas dan segala tren yang

tidak diinginkan;

h. Kajian terhadap semua produk kembalian, keluhan dan penarikan obat

yang terkait dengan mutu produk, termasuk investigasi yang telah dilakukan;

i. Kajian kelayakan terhadap tindakan perbaikan proses produk atau

peralatan yang sebelumnya;

j. Kajian terhadap komitmen pasca pemasaran dilakukan pada obat yang

baru mendapatkan persetujuan pendaftaran dan variasi persetujuan pendaftaran;

k. Status kualifikasi peralatan dan sarana yang relevan misal sistem tata

udara, air, gas bertekanan;

l. Kajian terhadap kesepakatan teknis untuk memastikannya selalu mutakhir.

Industri farmasi hendaklah melakukan evaluasi terhadap hasil kajian, dan suatu penilaian hendaklah dibuat untuk menentukan apakah tindakan perbaikan dan pencegahan ataupun validasi ulang hendaklah dilakukan. Alasan tindakan perbaikan hendaklah didokumentasikan. Tindakan pencegahan dan perbaikan yang telah disetujui hendaklah diselesaikan secara efektif dan tepat waktu. Hendaklah tersedia prosedur manajemen untuk manajemen yang sedang berlangsung dan pengkajian aktivitas serta efektivitas prosedur tersebut yang diverifikasi pada saat inspeksi diri. Bila dapat dibenarkan secara ilmiah, pengkajian mutu dapat dikelompokkan menurut jenis produk, misal sediaan padat, sediaan cair, produk steril, dan lain-lain (Badan POM RI, 2012).

2.2 Validasi

Validasi merupakan suatu kegiatan untuk membuktikan bahwa suatu proses dapat menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan spesifikasi secara konsisten dan berkelanjutan. Di dalam CPOB, validasi berfungsi sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis dari kegiatan yang dilakukan (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2012). Pada industri farmasi, validasi umumnya dilakukan sebelum produk dipasarkan. Hal ini untuk menjamin bahwa proses dapat menghasilkan produk yang sesuai dengan persyaratan spesifikasi. Validasi tidak dilakukan pada semua aspek di dalam kegiatan suatu industri farmasi, melainkan hanya pada aspek-aspek yang berpengaruh secara signifikan kepada kualitas produk yang dihasilkan. Proses validasi bertujuan untuk mendapatkan bukti terdokumentasi yang menjamin suatu proses tertentu akan menghasilkan produk dengan spesifikasi mutu yang telah ditetapkan secara konsisten.

CPOB mensyaratkan tiga aspek yang perlu dilakukan validasi, yaitu validasi proses, validasi pembersihan dan validasi metode analisis. Validasi proses dilakukan terhadap produk baru dan harus sudah selesai dilakukan sebelum produk tersebut dipasarkan. Revalidasi dapat dilakukan bila terjadi perubahan besar pada proses yang berdampak signifikan pada kualitas produk. Validasi secara berkala perlu dilakukan untuk memelihara status validasi melalui analisis data bets produksi yang terkumpul. Sebelum dilakukan validasi, hendaknya fasilitas, sistem dan peralatan yang digunakan telah terkualifikasi, serta metode analisis yang digunakan juga sudah tervalidasi. Validasi pembersihan bertujuan sebagai konfirmasi efektivitas prosedur pembersihan. Parameter-parameter yang dianalisis pada validasi pembersihan adalah kandungan residu dari suatu produk, bahan pembersih dan pencemaran mikroba (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2012). Penentuan batas residu dan cemaran hendaknya ditentukan secara rasional dengan didasarkan pada bahan yang terkait dengan proses pembersihan.

Validasi pembersihan umumnya dilakukan hanya pada permukaan alat yang

bersentuhan langsung dengan produk. Selain itu, interval waktu antara penggunaan alat dan pembersihan juga perlu divalidasi. Validasi metode

analisis bertujuan untuk membuktikan bahwa suatu metode analisis sesuai dengan tujuan penggunaannya. Validasi metode analisis umumnya dilakukan terhadap empat jenis pengujian, yaitu uji identifikasi, uji kuantitatif kandungan impuritas, uji batas impuritas dan uji kuantitatif zat aktif dalam sampel bahan obat atau komponen obat tertentu.

Evaluasi secara berkala perlu dilakukan terhadap aspek-aspek yang divalidasi sebagai konfirmasi bahwa validasi masih absah. Validasi ulang terutama perlu dilakukan jika terjadi perubahan-perubahan yang berpengaruh

secara signifikan terhadap produk yang dihasilkan oleh suatu proses.

Pengkajian ulang terhadap data-data sebelumnya juga dapat dilakukan untuk menunjukan bahwa suatu proses perlu divalidasi ulang.

Rangkaian validasi proses terdiri dari kualifikasi, validasi proses,

pemantauan dan pengkajian proses serta revalidasi bila diperlukan.

Kualifikasi merupakan suatu usaha untuk membuktikan bahwa perlengkapan / mesin yang digunakan dalam suatu proses akan memberikan hasil yang memenuhi kriteria yang diinginkan secara konsisten. Proses kualifikasi memiliki tahap-tahap (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2012):

1. Kualifikasi desain, merupakan proses melengkapi dan

mendokumentasikan kajian desain (design review) untuk memastikan bahwa seluruh aspek mutu telah dipertimbangkan dan dikaji pada tahap perancangan.

2. Kualifikasi instalasi, merupakan proses pemeriksaan instalasi untuk

memastikan bahwa seluruh komponen memenuhi spesifikasi yang ditetapkan dan telah dipasang secara tepat.

3. Kualifikasi operasional, merupakan proses pengujian untuk memastikan

bahwa masing-masing komponen atau kombinasi dari komponen tersebut berfungsi sesuai rancangan dan memenuhi kriteria kinerja yang ditetapkan.

4. Kualifikasi kinerja, merupakan proses pengujian untuk memastikan bahwa

masing-masing komponen atau kombinasi dari komponen tersebut berfungsi sesuai rancangan, memenuhi kriteria kinerja yang ditetapkan serta

menghasilkan produk yang diinginkan secara konsisten dan

Suatu proses yang sudah tervalidasi tetap perlu dipantau dan dikaji untuk menilai apakah proses masih mampu untuk menghasilkan produk yang memenuhi spesifikasi atau tidak. Revalidasi dapat dilakukan bila dalam kajian terhadap proses ditemukan kecacatan sehingga proses perlu divalidasi ulang. Setelah dilakukan perbaikan terhadap proses, dilakukan pengkajian apakah validasi ulang perlu dilakukan.

Ketika melaksanakan validasi, perusahaan akan mengacu pada Rencana Induk Validasi (RIV) yang merupakan dokumen mengenai filosofi perusahaan secara keseluruhan dan pendekatan yang digunakan untuk mengembangkan kinerja yang baik. RIV dibuat sesuai dengan prinsip CPOB dan diperbarui setiap 3 tahun sekali, sedangkan lampiran RIV diperbaharui tiap tahun berdasarkan justifikasi karena perkembangannya yang cepat.

PT. Kalbe Farma, Tbk juga menerapkan role production planning plant untuk menentukan jadwal validasi yang akan dilakukan selama 6 bulan ke depan. Organisasi validasi terdiri dari tim pengkajian dan tim pelaksana. Tim pengkajian terdiri dari Manajer Departemen R&D, Produksi, QA, QC, dan Teknik. Sementara tim pelaksana terdiri dari pengawas, pelaksana, operator, teknisi, dan analis dari setiap departemen. Tahapan pembuatan validasi dimulai dari:

1) Penyiapan protokol

Menurut Pedoman CPOB 2012, protokol validasi dibuat untuk merinci kualifikasi dan validasi yang akan digunakan. Protokol validasi memuat rincian langkah kritis dan kriteria penerimaan

2) Penyiapan sampel dan wadah untuk validasi

3) Koordinasi dengan departemen terkait

4) Pelaksanaan validasi sesuai protokol validasi

Validasi dilakukan oleh inspektor validasi di bawah pengawasan Supervisor. Penyimpangan yang terjadi ditulis dalam suatu Deviation Report yang nantinya akan dievaluasi/dilakukan justifikasi.

5) Evaluasi pelaksanaan validasi

Merangkum hasil pelaksanaan validasi, menjustifikasi penyimpangan dan menetapkan status valid suatu proses validasi yang kemudian dituangkan dalam laporan validasi.

6) Pembuatan laporan validasi proses

Laporan validasi memuat ringkasan hasil yang diperoleh, tanggapan terhadap penyimpangan, kesimpulan, dan rekomendasi perbaikan.

Validasi yang dilakukan PT. Kalbe Farma, Tbk meliputi validasi proses; validasi peralatan, validasi fasilitas dan sistem penunjang, validasi pembersihan, validasi computer, validasi metode analisis dan annual product review. Semua validasi, kecuali validasi metode analisis, dilakukan di bawah departemen QO, sedangkan validasi metode analisis dilakukan oleh departemen R&D bagian

Analytical Development.

2.3 Validasi Proses

Pelaksanaan validasi proses terhadap produk-produk baru dilaksanakan setelah diperoleh formula dan proses yang optimal oleh R&D dan Process Development dengan melihat hasil pelaksanaan validasi pilot dan analisa terhadap hasilnya. Pelaksanaan validasi proses dapat berdasarkan dari berbagai macam sumber permintaan validasi misal dari R&D dan Process Development yang dilakukan setiap bulan, dari bagian registrasi (untuk kepentingan dokumen pendaftaran), projek perpindahan produk, projek penggunaan mesin dan fasilitas baru dan perubahan-perubahan major lainnya yang perlu dilakukan validasi proses. Pada umumnya validasi proses dilakukan sebelum produk dipasarkan (validasi prospektif). Dalam keadaan tertentu, jika hal di atas tidak memungkinkan, validasi dapat juga dilakukan selama proses produksi rutin dilakukan (validasi konkuren). Proses yang sudah berjalan juga divalidasi (validasi retrospektif). Validasi proses tidak harus selalu dilaksanakan terhadap semua tahap proses. Sebagai contoh proses dari granulasi hingga cetak 3 BN tidak mengalami masalah, namun bermasalah saat tahap coating maka validasi dapat dimulai dari tahap coating hingga kemas pada BN berikutnya. Jika terdapat beberapa produk yang mempunyai tahap proses dengan parameter kritis dan testing points yang sama (mempunyai kode proses yang sama) maka cukup dilakukan validasi terhadap 1 produk saja dan data ini digunakan untuk validasi produk lainnya. Namun jika terdapat perbedaan pada proses pengemasan, maka tetap dilakukan validasi terhadap tahap kemas produk terkait (validasi parsial).

Kode kemas yang berbeda (lokal dan ekspor) dapat dianggap menjadi validasi pengemasan yang sama dengan melihat bahan baku dan spesifikasi dari bahan kemasan untuk lokal maupun ekspor (PT. Kalbe Farma. Tbk, 2013).

Prioritas validasi proses adalah produk-produk dengan kategori obat. Pelaksanaan validasi untuk produk eksisting dilaksanakan sesuai dengan urutan prioritas berdasarkan kepentingan internal perusahaan seperti: target registrasi (pendaftaran), produk baru, produk yang belum pernah di validasi. Sementara untuk produk-produk dengan kategori suplemen bukan merupakan prioritas validasi. Pelaksanaan validasi proses suplemen dilakukan jika semua produk obat sudah tervalidasi. Sementara untuk produk suplemen dilakukan pengambilan sampel sesuai dengan sampling plan suplemen yang telah ditetapkan. Pengambilan sampel suplemen dilakukan 3 BN berturut-turut untuk produk suplemen baru maupun eksisting produk yang masih memerlukan monitoring proses (PT. Kalbe Farma. Tbk, 2013).

Laporan validasi proses dibuat setelah diperoleh hasil pengujian terhadap 3 batch proses produksi berturut-turut memenuhi spesifikasi dan persyaratan yang telah ditentukan. Hasil uji stabilitas jangka pendek (Accelerated Stability) dan hasil uji stabilitas jangka panjang (Real Time

Stability) produk disertakan tetapi status validasi dapat disimpulkan sebelum

hasil uji stabilitas diperoleh. Jika dalam pelaksanaan validasi terdapat ketidaksesuaian dengan kriteria keberhasilan maka dilakukan analisa atau penelusuran tersebut dicantumkan dalam laporan penyimpangan validasi proses. Jika penyimpangan tersebut tidak berpengaruh terhadap kualitas produk dan ada justifikasi yang dapat dipertanggung jawabkan, maka validasi dapat dilanjutkan. Hal ini didokumentasikan pada Validation Deviation. Setelah dilakukan validasi dan diperoleh hasil yang valid, tidak boleh dilakukan perubahan terhadap seluruh parameter kritis dan parameter pengujian. Jika terdapat suatu perubahan, maka harus mengikuti prosedur change control (PT. Kalbe Farma. Tbk, 2013).

Validasi proses dievaluasi secara berkala setiap 3 tahun untuk konfirmasi keabsahannya selama siklus produk tersebut diproduksi. Jika tidak ada perubahan yang signifikan terhadap status validasi, peninjauan dengan bukti bahwa fasilitas, sistem, peralatan dan proses memenuhi persyaratan yang

ditetapkan akan kebutuhan revalidasi. Revalidasi dapat dilakukan berdasarkan usulan perubahan (change control) yang menyimpulkan perlu dilakukannya validasi proses kembali. Tindakan untuk perlu dilakukannya validasi proses kembali mengacu kepada pengendalian perubahan yang diatur dalam

Pharmaceutical Convention Inspection Scheme (PT. Kalbe Farma. Tbk, 2013).

2.3.1 Protokol Validasi Proses Produksi

Protokol validasi perlu dibuat sebelum pelaksanaan validasi sebagai pedoman selama melaksanakan validasi, yang harus direview dan disetujui. Protokol validasi adalah dokumen yang berisi tata cara validasi yang akan dilakukan, termasuk parameter yang diujikan, karakteristik produk, peralatan produksi, dan parameter yang akan disimpulkan serta kriteria penerimaannya. Protokol validasi ini dibuat untuk merinci kualifikasi dan validasi yang akan dilakukan, merinci langkah kritis dan kriteria penerimaan. Manajer QA akan mengkaji dan menyetujui protokol validasi yang telah disiapkan. Protokol validasi ini berisi tujuan pelaksanaan validasi, cakupan (scope), latar belakang pelaksanaan validasi, dokumen terkait (IQ/OQ mesin/peralatan yang digunakan, SOP, sumber rujukan yang digunakan), pembagian tugas dan tanggung jawab, garis besar proses produksi, penentuan parameter kritis dan pengujian yang digunakan pada setiap tahap proses produksi, rencana pengambilan sampel, rencana penanganan sampel, rencana pengujian sampel, rencana analisa produk jadi dan kriteria penerimaan.

Protokol validasi terdiri atas:

1. Cover

2. Protokol validasi proses (disertai lokasi/line) tempat produksi

3. Nama produk (diisi nama produk yang akan divalidasi)

4. Kode produk (diisi kode produk yang akan divalidasi)

5. Bentuk sediaan (diisi bentuk/sediaan produk yang akan divalidasi)

6. Ukuran Batch (diisi ukuran batch produk yang akan divalidasi)

7. Nomor protokol (disii nomor protokol produk yang akan divalidasi)

8. Tanggal (diisi tanggal pembuatan protokol validasi)

- Baru / validasi ulang

- Prospektif

- Konkuren

- Retrospektif

10. Daftar isi

11. Komposisi (diisi komposisi dari produk yang akan divalidasi)

12. Tujuan (diisi tujuan pelaksanaan validasi)

13. Penanggung jawab (diisi penjabaran mengenai tugas dan tanggung jawab

personel yang terlibat dalam pelaksanaan validasi)

14. Ruang lingkup

15. Pemeriksaan raw material

16. Deskripsi proses (diisi ringkasan proses produksi produk yang akan divalidasi

dalam bentuk chart dan diagram)

17. Deskripsi alat (diisi nama dan nomor dokumen yang akan digunakan dalam

porduksi produk yang akan divalidasi)

18. Sistem penunjang (diisi sistem penunjang yang akan digunakan dalam produk

yang akan divalidasi)

19. Proses (diisi keterangan mengenai kualifikasi ruangan, kalibrasi peralatan,

kualifikasi peralatan, rencana pengambilan sampel, serta parameter kritis dan pengujian yang dilakukan pada masing-masing tahap proses produksi)

20. Kriteria penerimaan (diisi penetapan kriteria keberhasilan yang dipersyaratkan

dan diinginkan yang memastikan bahwa proses dapat diproduksi secara konsisten dan reprodusibel)

21. Revalidasi (diisi acuan pelaksanaan revalidasi / validasi ulang)

Protokol validasi memuat lampiran yang meliputi :

1. Review Dokumen Acuan

2. Prosedur Pengolahan Induk dan Prosedur Pengemasan Induk Produk

3. Spesifikasi Bahan

4. Process Flow Diagram 5. Process Flow Chart

7. Kalibrasi peralatan

8. Kualifikasi Peralatan

9. Rencana Pengambilan Sampel

10. Pemeriksaan Hasil Nyata Penimbangan

11. Tahap produksi: Pencampuran / mixing

12. Tahap produksi: Pengisian / filling

13. Tahap produksi : Labelling

14. Evaluasi

2.3.2 Laporan Validasi Proses Produksi

Laporan validasi adalah laporan yang harus dibuat setelah pelaksanaan proses validasi. Laporan validasi mengacu pada protokol validasi. Laporan ini berisi ringkasan hasil validasi dibandingkan dengan kriteria penerimaan, tanggapan terhadap penyimpangan, kesimpulan serta rekomendasi perbaikan. Jika ada perubahan dari rencana yang ada dalam protokol harus didokumentasikan. Data-data yang diperoleh dari pengawasan proses produksi akan dianalisis dan dievaluasi dengan menggunakan metode statistik. Hasil analisis statistik digunakan dalam evaluasi pada laporan validasi proses produksi.

Berikut format laporan validasi proses (untuk validasi Prospektif dan Konkuren) di PT Kalbe Farma, Tbk. :

1. Cover

a. Jenis laporan

b. Nama produk

c. Kode produk

2. Laporan validasi proses

a. Laporan validasi proses

b. Nama produk (diisi nama produk yang akan divalidasi)

c. Kode produk (diisi kode produk yang akan divalidasi)

d. Bentuk sediaan (diisi bentuk sediaan produk yang akan divalidasi)

e. Ukuran batch (diisi ukuran batch produk yang akan divalidasi)

f. Nomor Protokol (diisi nomor protokol produk yang akan divalidasi)

h. Ringkasan i. Hasil

j. Evaluasi (kesesuaian dengan protokol validasi proses, perbandingan

dengan kriteria keberhasilan)

k. Kesimpulan

l. Revalidasi

m. Persetujuan

Dokumen penunjang yang dibutuhkan dalam penyusunan protokol dan laporan validasi antara lain :

1. PPI (Prosedur Pengolahan Induk)

2. MA (Metode Analisa)

3. Protokol dan laporan kualifikasi mesin dan kalibrasi alat

4. Kalibrasi

2.4 Jenis Validasi

Jenis validasi yang digunakan pada pelaksanaan validasi proses di PT. Kalbe Farma Tbk. adalah sebagai berikut (PT. Kalbe Farma. Tbk, 2013) :

2.4.1 Validasi Prospektif

Dilaksanakan terhadap produk selama proses pengembangan (sebelum dipasarkan). Validasi prospektif dilakukan dengan membagi proses produksi menjadi beberapa tahap dan dilakukan pengalaman atau pertimbangan teoritis,

Dalam dokumen UNIVERSITAS INDONESIA (Halaman 81-127)

Dokumen terkait