• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

B. Saran

Saran yang dapat peneliti sumbangkan sehubungan dengan

penelitian implementasi pendekatan saintifik dalam proses belajar

mengajar (PBM) pada mata pelajaran fisika di kelas XI SMA (studi kasus

di salah satu SMA Yogyakarta) sebagai berikut :

1. Bagi Calon Guru

Calon guru dapat menambah penegetahuan dalam penerapan

pendekatan saintifik dalam PBM Fisika, sehingga PBM akan berjalan

dengan efektif dan efisien bagi siswa dan guru.

2. Bagi Guru

Guru lebih dalam lagi menggali kreatifitasnya dalam

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian dengan tema yang

sama dan memberi penambahan pembahasan data tentang kualitas dari

setiap tahapan-tahapan/ kegiatan-kegiatan pembelajran untuk

DAFTAR PUSTAKA

Daryanto. 2014. Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta: Penerbit Gava Media.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81 A Tahun 2013 lampiran IV.

Sani, Ridwan. 2014. Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Sanjaya, Wina. 2010. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Setiawan, Guntur. 2004. Implementasi dalam Birokrasi Pembangunan. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset.

Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Suparno, Paul. 2007. Metode Penelitian Pendidikan Fisika. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Suparno, Paul. 2010. Metodologi Pembelajaran Pendidikan Fisika. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. 1989. Kamus

Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Usman, Nurdin. 2002. Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

1. Rekap Observasi Pembelajaran Pertama

Video ini memperlihatkan pertemuan terakhir dari materi Fluida yang dilaksanakan di Lab Fisika pada hari Senin tanggal 04 Mei 2015 pukul 12:00 –

13:30 WIB. Di bawah ini merupakan rekapitulasi kegiatan guru dan siswa kelas XI IPA 1 dalam Proses Belajar Mengajar (PBM) Fisika pada salah satu SMA swasta Yogyakarta.

Rekapitulasi Aktivitas Proses Belajar Mengajar

Guru dan Siswa melakukan aktivitas PBM seperti di bawah ini: Guru masuk ke Lab Fisika

pukul 12:00 WIB dan siswa baru beberapa yang masuk karena harus berpindah dari kelas ke Lab Fisika, sehingga PBM dimulai pukul 12:10 WIB.

Guru telah menyediakan alat dan bahan eksperimen. Lalu Guru mengambil kertas dari atas meja yang ada di depan lalu berdiri di depan kelas sambil menjelaskan aktivitas PBM hari ini.

G : Hari ini kita akan eksperimen. Jarum yang dimasukkan ke dalam air apakah terapung atau tenggelam. Silahkan anda baca. Sampai nanti membuat laporan.

S : Laporannya harus selesai? G : Dalam dua jam pelajaran ini ya Nak. Satu kelompok satu laporan.

pertanyaan?

Menit ke 00:26 Guru membagi LKS untuk

eksperimen tersebut.

Menit ke 00:36 Siswa mulai mengambil

jarum yang masih ada di meja guru dan mengambil air.

Menit ke 00:52 Guru memberi contoh

bagaimana menempatkan jarum ke dalam air pada satu kelompok siswa yang bertanya.

kelompok tersebut guru dan siswa berinteraksi, di mana siswa bertanya dan guru mengarahkan siswa menuju ke jawaban, dengan pertanyaan maupun pernyataan.

Menit ke 04:48

Menit ke 05:52 Salah satu aktivitas mencoba

dan mengamati yang dilakukan oleh 2 kelompok dari 7 kelompok yang ada.

kelompok lain. Dalam kelompok tersebut guru dan siswa berinteraksi, di mana siswa bertanya dan guru mengarahkan siswa menuju ke jawaban, dengan pertanyaan maupun pernyataan.

Menit ke 07:12 Siswa mengangkat tangan dan

memanggil guru. S : Pak.

Guru segera beranjak dari kelompok yang lain ke kelompok yang bertanya ini. Kelompok bertanya bagaimana cara meletakkan jarumnya ke dalam air, kemudian guru mempraktekkan, di mana kelompok depannya juga ikut

memperhatikan. Menit ke 07:22

dengan menggunakan air sabun, karena guru telah memperhatikan tiap kelompok telah hampir selesai mencoba dan mengamati eksperimen jarum dengan air biasa. Lalu guru menyediakan sabun cuci piring supaya siswa dapat mengambil dan menggunakannya.

Menit ke 08:31 Siswa mencatat data

eksperimen.

Menit ke 09:54 Siswa mencoba dan

mengamati jarum yang diletakkan ke dalam air sabun. Ada yang mendapat tugas mencatat informasi yang didapat dari eksperimen.

Menit ke 10:16 Guru berkeliling untuk ke

kelompok lain. Dalam kelompok tersebut guru dan siswa berinteraksi, di mana siswa bertanya dan guru mengarahkan siswa menuju ke jawaban, dengan pertanyaan maupun pernyataan.

Menit ke 10:27

Menit ke 12:51 Suasana eksperimen, siswa

saling membantu dalam eksperimen tersebut, tidak ada yang menganggur.

Menit ke 14:19 Guru berkeliling untuk ke

kelompok lain. Dalam kelompok tersebut guru dan siswa berinteraksi, di mana siswa bertanya dan guru mengarahkan siswa menuju ke jawaban, dengan pertanyaan maupun pernyataan.

luar eksperimen.

Menit ke 19:18 Terdapat kelompok yang

mencari sumber informasi dari internet selain dari buku yang digunakan.

Menit ke 19:41 Siswa ada yang bertanya

tentang yang diamati, karena berbeda dengan yang ada di teori.

S : melayang, melayang Pak. Guru melihat eksperimen kelompok tersebut.

G : Coba diperhatikan, melayang atau terapung. Coba ingat tentang kohesi dan adesi.

mendapatkan informasi.

Menit ke 23:45 Kelompok mulai menuliskan

laporan eksperimen.

Menit ke 24:07 Siswa bertanya tentang teknis

susunan laporan eksperimen, guru menjawabnya.

atau ke guru.

Tampak pula siswa berdiskusi untuk mengolah data.

Menit ke 26:20

Menit ke 26:36 Siswa mencari informasi dari

internet dan mengkonfirmasikannya ke guru. Tampak siswa tetap lebih mantap bila guru memberikan pendapatnya/ jawabannya.

wajah dan nada suara guru bersahabat dan ramah.

Menit ke 34:57 Siswa mengumpulkan laporan

eksperimen dan mulai membereskan peralatan.

Menit ke 71:54 Guru dan siswa berdoa

bersama yang dipimpin dari pusat.

Menit ke 84:57

2. Rekap Observasi Pembelajaran Kedua

Video ini memperlihatkan pertemuan pertama dari materi Teori Kinetik Gas yang dilaksanakan di Kelas XII IPS 3, kelas dipindah supaya lebih efektif dan efisien serta lebih dekat jangkauan ruangannya ke ruangan lain. Terlaksana pada hari Jumat tanggal 08 Mei 2015 pukul 10:30 – 12:00 WIB. Di bawah ini

Rekapitulasi Aktivitas Proses Belajar Mengajar

Guru masuk ke kelas XII IPS 3 pukul 10:25 WIB dan siswa baru beberapa yang masuk karena habis istirahat, dan PBM dimulai pukul 10:30 WIB. Selama 5 menit tersebut guru mempersiapkan perlengkapan PBM. Kemudian Guru dan Siswa melakukan aktivitas PBM seperti di bawah ini:

Guru memberikan kunci jawaban untuk ulangan harian sebelumnya.

Menit ke 00:01 Guru menuliskan bab baru,

yaitu Teori Kinetik Gas, sambil menunggu siswa yang masih ada di luar dan saat itu guru juga membiarkan siswa yang ada di dalam kelas untuk mengobrol.

Menit ke 00:32 Ada siswa bertanya tentang

rumus yang dituliskan oleh guru, lalu guru menjelaskannya.

G : Rumus ini pernah di kelas 1.

sambil tiduran, dan mencatat yang ada di papan tulis.

Menit ke 02:35

Menit ke 02:40 Guru menjelaskakan lagi

dengan memberi ilustrasi tentang balon untuk Hukum Boyle.

mencatat apa yang ada di papan tulis dan memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya.

Menit ke 10:22 Guru mulai menjelaskan lagi,

dan siswa menanggapi. G : Rho sama dengan? S : m per V.

Lalu rumus tersebut dijabarkan dan siswa terlibat.

Menit ke 12:20 Penjabaran rumus yang

dituliskan oleh guru dan siswa terlibat dalam menanggapinya.

Menit ke 15:03 G : Nak, buka halaman 259,

nomor 4.

Menit ke 25:38 Suasana saat siswa

mengerjakan soal yang diminta dikerjakan oleh guru. Siswa berdiskusi dalam mengerjakan soal tersebut.

yang telah dikerjakan.

Menit ke 54:54 Disaat ada salah satu siswa

yang mengerjakan di papan tulis, ada siswa yang tidur dan ada yang masih mencoba menyelesaikan soal yang diberikan.

Menit ke 55:03 S : Pak satuannya kenapa K?

Kenapa tidak oC?

Guru memberi penjelasan, dan siswa menerima penjelasan tersebut, serta guru memberi nasihat.

G : Jebakan-jebakan itu ada, harus hati-hati.

Guru melanjutkan menjelaskan tentang Energi Gas, lalu guru meminta siswa mengerjakan soal no.5.

jawabannya dan dibenarkan oleh guru.

S : 0,72 bukan Pak?

Menit ke 57:11 Siswa mencatat jawaban yang

telah dituliskan teman di papan tulis/ mencocokkan dengan jawaban yang siswa miliki. Ada siswa yang tidur pula.

Menit ke 59:28

membuktikan v = √ yang ada pada nomor 18. Guru menawarkan pada siswa untuk mengerjakan di depan, apalagi di buku ada. Namun tidak ada siswa yang maju. Sehingga guru yang menuliskan serata menuntun dan siswa berpartisipasi dengan menjawab. Kemudian siswa mencatat.

Menit ke 60:37 Materi untuk Teori Kinetik Gas

telah selesai. Guru mengucapkan terimakasih dan memberitahu rencana pertemuan selanjutnya.

G : Senin ada teman yang mengikuti ulangan susulan. Guru juga menawarkan rencana ulangan.

G : Kapan mau ulangan Teori Kinetik Gas? Besok Jumat? Siswa ada yang mengeluh dan ada yang mengiyakan.

Guru dan siswa berdoa bersama yang dipimpin dari pusat.

3. Rekap Observasi Pembelajaran Ketiga

Video ini memperlihatkan pertemuan kedua dari materi Teori Kinetik Gas yang dilaksanakan di Kelas XII IPS 3. Terlaksana pada hari Senin tanggal 11 Mei 2015 pukul 12:00 – 13:30 WIB. Di bawah ini merupakan rekapitulasi kegiatan guru dan siswa kelas XI IPA 1 dalam Proses Belajar Mengajar (PBM) Fisika pada salah satu SMA swasta Yogyakarta.

Rekapitulasi Aktivitas Proses Belajar Mengajar

Guru masuk ke kelas XII IPS 3 pukul 12:00 WIB. Lalu guru memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya dan membagikan kertas yang berisi latihan soal untuk persiapan ulangan harian pada pertemuan berikutnya. Kemudian Guru dan Siswa melakukan aktivitas PBM seperti di bawah ini:

G : Di perpus atau di dalam kelas saja Nak.

Lalu beberapa siswa keluar dari dalam kelas. Sementara siswa yang ada dalam kelas mulai membentuk kelompok-kelompok diskusi untuk mengerjakan latihan soal tersebut. Siswa tampak aktif.

Menit ke 15:40 Ada siswa yang masih memilih

kelompok diskusinya sendiri. Tampak siswa yang tadi keluar dari kelas telah masuk kembali dengan membawa buku dari perpustakaan.

Menit ke 17:50 Guru mulai berjalan mendekati

siswa, melihat kemajuan siswa dalam mengerjakan latihan soal tersebut.

Menit ke 22:35 Suasana diskusi.

Menit ke 22:46

Menit ke 22:48 Siswa bertanya pada guru,

kemudian guru menanggapinya.

Menit ke 28:38 Guru menghampiri siswa untuk

mengetahui seperti apa siswa mengerjakan latihan soal tersebut.

Menit ke 33:09 Siswa bertanya, guru

menanggapi dengan pertanyaan yang menuntun ke jawaban.

Menit ke 33:15

pertanyaan yang sama dari beberapa kelompok diskusi. Siswa memperhatikan.

Menit ke 40:29

Menit ke 44:46 Suasana diskusi yang aktif dan

menyenangkan, tampak dari raut wajah siswa. Guru menanggapi pertanyaan siswa dengan ramah. Bila dengan pertanyaan yang menuntun ke jawaban masih belum membantu, maka guru menjelaskannya di papan tulis.

Menit ke 80:30

Menit ke 85:27 Guru mengingatkan akan

ulangan harian untuk pertemuan berikutnya.

Guru dan siswa bersiap untuk berdoa tanda mengakhiri PBM pada hari tersebut dan doa

1. Contoh Transkip Wawancara (Wawancara Pertama dengan Guru)

P : kita kan mau wawancara.

G : ha’a

P : kita pingin tau bapak sudah mengajar di sekolah, mengajarlah, g tau di sekolah mana, itu sudah berapa lama?

G : saya sejak 93. Belum lahir ya anda?

P : itu baru lahir Pak.

P : iya Pak.

P : sudah 22 tahun ya Pak.

P : sejak 93, sudah cukup lama ya Pak.

G : cukup lama ya.

P : iya.

P : sejak awal mengajar sudah di sini ya ak?

G : saya pertama tu di kanisius klepu.

P : kanisius klepu itu?

G : klepu itu dekat rumah sakit klepu itu.

P : yang arah ke mana?

G : arah ke Sendang Jati Ningsih.

P : Ooo..iya..iya..

G : 1 tahun, kemudian di kanisius sleman 1 tahun, kemudian di pangudi luhur wedi – SMP – 10 tahun.

P : pangudi Luhur wedi?

G : kenal wedi?

P : yang di Klaten..

G : di Klaten.

P : ini dari Klaten

G : dari mana?

P : Ngering Pak.

G : o..Ngering, banyak yang dari sana dulu. Kemudian saya di sini baru 2005. Baru saja. Sepuluh, sepuluh, dua tahun ya, dua puluh dua tahun yo.

G : apalagi?

P : pengalaman bapak gimana Pak, selama mengajar fisika?

G : he’em.

P : kan beda-beda sekolah. Pasti kan karakteristik siswanya berbeda-beda.

G : ha’a beda. Jangankan berbeda sekolah, berbeda angkatan saja juga

sudah berbeda. Yo Dah yo?

P : hehe..iya..

P : hehee..

G : betul. Karena begini, tiap tahun harus berubah dan karakteristik anak juga ya berubah, ya In yo?

P : he’em.

G : pasti berubah. Tapi saya mengamati dan kemudian membandingkan. Tahun-tahun yang dulu anak-anak itu belajar betul dan potensinya tinggi. Sekarang ini, seorang guru fisika – saya - , jika tidak mengajar plek keluar tes, itu komentarnya tidak ada yang keluar. Artinya, kalo saya mengajar ya yang dikeluarkan plek itu. Lhah fisika tiap tahun soalnya pasti berubah, konsepnya mesti sama. Konsepnya saat Indah sampai sekarang ya belum ada yang berubah. Tapi soalnya ya berubah ya In?

P : hee..iya.

G : maka, menurut anak-anak fisika itu ya sulit sekali. Saya juga melihat, belajar fisika yo..saya tiap sore memberi les. Dia mengeluhkan fisika sulit. Ternyata yang mengeluhkan fisika sulit bukan hanya anak kita. Anak lain juga mengatakan sulit, bahkan – maaf ya – guru-guru fisika di Bantul mengatakan fisika itu sulit, mengakui; akan terlihat ketika guru dihadapkan pada soal baru, belum pernah mengerjakan, belum pernah membaca, yaa..ya sulit.

P : heeeeheeee…

G : tetapi karena guru kok dikatakan mampu fisika, itu kenapa? karena kebiasaan.

P : iya.

G : oh ya pernah mengerjakan. Tetapi ketika soal itu sungguh baru, belum pernah mencoba, ya harus berpikir dengan keras, ya Dah ya?

P : he’e.

G : betul. Maka saya mengamati ketika anak-anak tidak mau mencoba, hanya sebatas yang diberikan guru, itu ya sangat amat kurang. Padahal yang diberikan guru itu hanya seberapa ya Dah? Sedikit. Maka, belajar

diberi soal sedikit berbeda, soal mudah anak mau mengerjaakan, tetapi ketika sulit sedikit anak tidak mau mencoba. Nah, kelemahannya di situ. Tidak mau mencoba. kalau yang dulu-dulu tu pada angkatannya Indah, kalau ada yang sulit tu adalah tantangan. Ngotak-atik ngotak-atik. Sekarang enggak. Di tinggal, rame. Begitu pula dengan soal ulangan, padahal untuk mencari nilai. Ketika mudah dikerjakan, tetapi ketika sulit ya tidak dikerjakan. Padahal, begini.. fisika itu ada 2 kesulitannya, mencerna kalimat fisika menjadi matematika. Yang kedua adalah matematikanya sendiri, menghitungnya. Padahal saya tu sudah berusaha membuat soal itu bagaimana tidak sulit di matematikanya. Artinya apa? Angkanya itu ya, tanpa kalkulator bisa. Jangan sampai fisika itu terjebak ke ranah matematikanya. Tetapi selama ini kan anak-anak “Pak rumusnya banyak.” (P: heheee). Lha, saya juga heran. Ketika fisika, anak tidak hafal rumus – ya maaf ya – sudah tidak bisa berbuat apa-apa. Sungguh.

P : mereka sistemnya menghafal gitu ya Pak?

G : rumus itu sebenarnya tidak dihafal, tetapi ketika sering latihan, anak hafal dengan sendirinya. Pengalaman: nak, buatlah rumus sesuai dengan SKL. Pernah ya In? zaman Indah pernah?

P : pernah, kayaknya.

G : jadi SKL 40 itu, UN, dan kemudian silahkan buat rumus. Misalkan nomor 1 mengenai GLBB, kita rumuskan, sudah ada satu, dua, tiga, empat, lima. Tetapi ketika ada soal, ga hafal. Ternyata yang membuat hafal, sebenaranya bukan rumusnya, tetapi ya itu karena apa? Latihan. Sering menggunakan. Ketika anak jarang menggunakan, rumus paling sederhana pun kesulitan. Seperti anak kelas 3 kemarin. Saya mengamati, guru saja tidak hafal rumus. Pak guru itu ga hafal rumus. Mengajar, yang saya lihat gambar. Ketika gambarnya benar, kita bisa menjabarkan. Tetapi ketika gambarnya salah sudah tidak dari awal salah. Ya kalau guru bawa buku, kan lucu ya. Hal itu saya kira wajar. Gambar diturun persis. Logikanya. Kelemahan anak, saya mengamati juga, gambarnya dengan soal saya buat beda, nah misalnya gambarnya A dan B, di soal 1 dan 2.

P : sudah bingung.

G : sudah bingung.

P :hahaaa…

G : A dan B tak balik, tadi A disebelah kiri jadi sebelah kanan. Rumusnya sama, padahal penjabaran rumusnya dari..

P : gambar.

G : gambar. Bernoulli h1 dan h2, h1 yang bawah atau yang atas ya? Pak guru ditanya yang mana rumusnya; ya ga tahu ketika tidak melihat

dulu. Kok ketemu negatif Pak, ya kalau hafalan ketemunya negatif. Saya menyadari fisika memang sulit, tidak hanya saya saja banyak teman kalu mau jujur. Cuma, fisika iu asyik. Karena banyak jebakannya. Soal UN itu banyak jebakannya. Sebenarnya tidak perlu dihitung. Oh ini tidak mungkin, tidak mungkin. Soal itu dari tahun ke tahun hamper sama. Kalau kita mau jujur, yang layak masuk IPA itu berapa anak? Tes psikologi dari sanata dharma, psikologi dari sugiya mana itu? Ukdw yang di jogja itu..

P : UKSW.

G : anak itu cocoknya ke SMK. Sangat sedikit yang cocok masuk IPS, apalagi yang masuk IPA. Kemudian di sini kan harus ada yang masuk IPA dan IPS. Sebenarnya kemampuan anak masuknya ke kejuruan. Kalau kita lihat dari tes, kemampuan yang tadi itu lho, psikotes. Di dalam perjalanan ya, terseok-seok. Apalagi kalau anda melihat – maaf – anak masuk kelas c atau d. Seperti itu. Itu nyata. Kemudian dari pihak guru, menjadi beban sangat tinggi. Mau diajak cepat ga bisa.

P : heeehee…

G : lho betul, Pak guru mengajar di IPA 1, kalian liat sendiri. anak-anak pilihan, sudah dipilih saja seperti itu. Saya pernah bilang, ini anak SD kelas 5 bisa. Logikanya, untuk anak SMA logikanya begitu. Ya itu memalukan. Kemudian kalau sulit anak-anak mintanya itu yang mudah. Saat jadi mahasiswa dulu, fisika itu diajarin dosennya tidak ada yang menarik, betul. Lhoh betul ya? (P: heheeee). Tanpa membaca sendiri, ra dong, betul. Pernah merasakan yo?

P : iya, pernah.

G : bisa, karena belajar sendiri. Karena latihan. Dan buku-buku di perGan tinggi itu, saya merasakan di belakang itu ada kuncinya.

P : he’em, iya..

G : saya mencoba mengerjakan, pengalaman saya dulu. Anak zaman sekarang tidak, bila diberi soal langsung minta dicek, kalau diberi cara panjang ga mau, Pak ada cara cepat. Lha yang diminta itu, mungkin mereka pernah ikut bimbingan belajar atau les, anak mendapat cara cepatnya. Ya beda, Nak. Kalau di SMP dulu, tekanan P = F/A, semua sudah diketahui, tinggal dihitung. Ga mungkin anak SMA, F dan A diketahui.

P : iyaa..

G : ya In?

semua dan tinggal menghitung, itu bukan fisika, tapi tinggal matematikanya. Di SMA ga mungkin keluar yang seperti itu. ga mungkin, apalagi mahasiswa, ga mungkin. Maka dari tahun ke tahun, anak ya seperti itu.

P : kemudian, untuk KBM untuk materi yang sulit. Bapak melakukan persiapan.

G : ya, betul.

P : itu bagaimana persiapan bapak?

G : persiapan yang saya lakukan seperti, bagaimana materi ini bisa diterima anak. Seperti yang saya katakan, anak itu bertanya ketika ada penjabaran hokum Bernoulli misalnya, tidak mungkin Pak guru memberikan rumus P1, tetapi penjabarannya didapatkan dari gambar. Pak guru ya belajar dulu, pasti malemnya belajar. Meski pun sudah hafal. Lhoh, dari gambar hafal lhoh ya. Tetapi, belajarnya itu ketika anak bertanya, Pak guru mengajarkan, satu langkah saja anak jadi bingung. Kemudian, kesan

anak tu gini “Pak X, ketika latihan mudah. Kalau ulangan sulit.” Lhoh

gambarnya berasal dari situ, kalau latihan bisa, karena baru saja diberikan. Lhoh, logikanya baru saja diberikan, masih satu rumus. Masih enak. Tetapi ketika ulangan, sudah banyak rumus. Karena satu KD harus ulangan, makanya sulit. Kemudian, Pak guru sebenarnya hanya bermain angka, konsep biasa. tak rubah kecepatannya, atau tak rubah tingginya, ya itu. Kemudian yang kedua, kalau agak sulit, saya mengkondisikan anak untuk memperhatikan. Apa pun yang terjadi. Kalau meleng sedikit ya..ya ga bisa. Karena apa? Ketika anak perhatiaannya tidak bagus, buyar. Missal dari tekanan ga bisa, nanti mundur-mundurnya juga sulit. Akan bisa ketika bab baru. Lhoh, kok begitu? Itu lah kalau di depan ga bisa,

yaa kebelakangnya makin sulit. Bernoulli tidak hafal rumusnya, yaa…

lainnya pasti lebih sulit lagi. Tetapi, sebenarnya anak akan kesulitan, fisika itu runtut, ketika mandheg satu bab ya anak akan kesulitan ketika bab baru. Ketika anak sudah menemui kesulitan yang luar biasa, ada dua kemungkinan: malah memperhatikan, seperti arjuna; yang kedua malah tidak memperhatikan sama sekali. Hanya ada dua kemungkinan. Jadi tidak untung bagi guru, jika anak sudah seperti itu. kalau sulit, kemungkinan aksinya dua, kalau mudah anak asik mengerjakan, tapi kan ga mungkin, semua dibuat mudah.

P : oh, ya.. lalu, walau pun bapak sudah memiliki pengalaman yang sangat lama. Bapak kan masih belajar.

G : betul, tiap hari belajar.

P : nah,

G : jam kosong begini juga untuk belajar.

P : naa, selain itu bapak juga membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

G : nah, RPP itu kan begini. Di buat kan di awal tahun.

P : iya..

G : lhoh kan di awal tahun, kadang ya RPP itu digunakan atau tidak. Nah,

Dokumen terkait