ABSTRAK
Elisabeth Anindita Arjanggi. 2015 “Implementasi Pendekatan Saintifik dalam Proses Belajar Mengajar (PBM) pada Mata Pelajaran Fisika Kelas XI IPA SMA (Studi Kasus di SMA X Yogyakarta)”. Skripsi. Program Studi Pendidikan Fisika. Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengidentifikasi implementasi pendekatan saintifik berupa aktivitas-aktivitas belajar dalam tahapan-tahapan/ kegiatan-kegiatan PBM pada mata pelajaran fisika kelas XI IPA di SMA X Yogyakarta; (2) Membandingkan antara teori dengan realitas implementasi pendekatan saintifik dalam tahapan-tahapan/ kegiatan-kegiatan PBM pada mata pelajaran fisika kelas XI di SMA X Yogyakarta; (3) Menambah wawasan bagi peneliti sebagai seorang guru di masa depan.
Penelitian dilaksanakan di SMA X Yogyakarta, yang dilaksanakan pada bulan Maret – Mei 2015. Sampel penelitian adalah guru fisika dan siswa kelas XI IPA 1 berjumlah 26 orang. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan instrumen pengumpulan data terdiri dari rekaman video observasi dan wawancara, serta fieldnotes.
Hasil penelitian menunjukkan, bahwa: (1) Pendekatan saintifik pada mata pelajaran fisika kelas XI IPA diimplementasikan di SMA X Yogyakarta; (2) Terjadi aktivitas-aktivitas belajar yang sesuai dengan implementasi pendekatan saintifik pada tahap prainstruksional/ kegiatan pendahuluan dalam kegiatan awal pembelajaran dan pemantapan pemahaman prasyarat; pada tahap instruksional/ kegiatan inti dalam pengamatan atau observasi, mengajukan pertanyaan, mengumpulkan informasi, mengolah informasi atau menalar atau mengasosiasikan, dan mengkomunikasikan; pada tahap evaluasi/ kegiatan penutup dalam validasi konsep, hukum, asas, prinsip yang telah dikonstruksi siswa dan pengayaan materi pelajaran yang telah dipelajari siswa; (3) Perbandingan implementasi pendekatan saintifik antara tahapan/ kegiatan pembelajaran dalam teori dengan realitas: guru dan siswa dalam PBM Fisika sudah melakukan semua tahapan/ kegiatan pembelajaran yang ada pada teori.
Kata kunci: pendekatan saintifik, PBM fisika, tahapan/ kegiatan belajar,
ABSTRACT
Elisabeth AninditaArjanggi. 2015 “Implementation of Scientific Approaches in The Process of Teaching and Learning on Subjects of Physics Grade XI Science High School (Case Studies in Yogyakarta X High School)”. Skripsi.Courses of Physical Education.Department of Education Math and Science.Faculty of Teacher Training and Science Education.Sanata Dharma University, Yogyakarta.
This research aims to: (1) Identify the scientific approach in the form of implementation activities in the learning stages/ learning activities on subjects of Physics grade XI science in X Yogyakarta High School; (2) Compare between the theory with the realities of scientific approaches in the implementation of the learning stages/ learning activities on subjects of Physics grade XI science in X Yogyakarta High School; (3) Add insight for researchers as a teacher in the future.
The research was carried out at X Yogyakarta High School, which was carried out in March – May 2015. Samples of research is the physics teacher and students at grade XI science 1 amounted to 26 people. This research is qualitative research, with the instrument of data collection consists of video footage and interviews, as well as observation fieldnotes.
The results showed: (1) Scientific approach on subjects of physics at grade XI science implemented in X Yogyakarta High School; (2) Learning activities occur that fits the scientific approach in the implementation of preinstructional stages/ preliminary activities in the activity of the early establishment of the learning and understanding of the prerequisites; at the stage of instructional/ core activity in the observations, ask questions, gather information, process information or reasoning or associate, and communicate; at this stage of the evaluation/ closing activity in the validation concept, law, principles, the princip that students have been constructed and enrichment subject matter was studied students; (3) comparison between the scientific approach to implementation of learning stages/ learning activities in theory with reality: teacher and students have been doing all of the learning stages/ learning activities in the learning process of physics.
IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR (PBM) PADA MATA PELAJARAN FISIKA
KELAS XI IPA SMA
(STUDI KASUS DI SMA X YOGYAKARTA) Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh :
Elisabeth Anindita Arjanggi (111424013)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
i
IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR (PBM) PADA MATA PELAJARAN FISIKA
KELAS XI IPA SMA
(STUDI KASUS DI SMA X YOGYAKARTA) Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh :
Elisabeth Anindita Arjanggi (111424013)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini ku persembahkan untuk:
Tuhan Yesus Kristus yang selalu menuntun setiap langkahku;
My heroine, my best friend, my everything… she is my beloved MOM ;
Mbah Akung dan Mbah Uti yang sudah sabar mendidik dan selalu menyayangiku;
Keluarga besar di Klaten dan Lampung;
Temen-temen Pendidikan Fisika 2011;
Universitas Sanata Dharma;
Dan semua yang telah membantu penyusunan skripsi ini secara langsung maupun
vii ABSTRAK
Elisabeth Anindita Arjanggi. 2015 “Implementasi Pendekatan Saintifik
dalam Proses Belajar Mengajar (PBM) pada Mata Pelajaran Fisika Kelas XI IPA SMA (Studi Kasus di SMA X Yogyakarta)”. Skripsi. Program Studi Pendidikan Fisika. Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengidentifikasi implementasi pendekatan saintifik berupa aktivitas-aktivitas belajar dalam tahapan-tahapan/ kegiatan-kegiatan PBM pada mata pelajaran fisika kelas XI IPA di SMA X Yogyakarta; (2) Membandingkan antara teori dengan realitas implementasi pendekatan saintifik dalam tahapan-tahapan/ kegiatan-kegiatan PBM pada mata pelajaran fisika kelas XI di SMA X Yogyakarta; (3) Menambah wawasan bagi peneliti sebagai seorang guru di masa depan.
Penelitian dilaksanakan di SMA X Yogyakarta, yang dilaksanakan pada bulan Maret – Mei 2015. Sampel penelitian adalah guru fisika dan siswa kelas XI IPA 1 berjumlah 26 orang. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan instrumen pengumpulan data terdiri dari rekaman video observasi dan wawancara, serta fieldnotes.
Hasil penelitian menunjukkan, bahwa: (1) Pendekatan saintifik pada mata pelajaran fisika kelas XI IPA diimplementasikan di SMA X Yogyakarta; (2) Terjadi aktivitas-aktivitas belajar yang sesuai dengan implementasi pendekatan saintifik pada tahap prainstruksional/ kegiatan pendahuluan dalam kegiatan awal pembelajaran dan pemantapan pemahaman prasyarat; pada tahap instruksional/ kegiatan inti dalam pengamatan atau observasi, mengajukan pertanyaan, mengumpulkan informasi, mengolah informasi atau menalar atau mengasosiasikan, dan mengkomunikasikan; pada tahap evaluasi/ kegiatan penutup dalam validasi konsep, hukum, asas, prinsip yang telah dikonstruksi siswa dan pengayaan materi pelajaran yang telah dipelajari siswa; (3) Perbandingan implementasi pendekatan saintifik antara tahapan/ kegiatan pembelajaran dalam teori dengan realitas: guru dan siswa dalam PBM Fisika sudah melakukan semua tahapan/ kegiatan pembelajaran yang ada pada teori.
Kata kunci: pendekatan saintifik, PBM fisika, tahapan/ kegiatan belajar,
viii ABSTRACT
Elisabeth Anindita Arjanggi. 2015 “Implementation of Scientific Approaches in The Process of Teaching and Learning on Subjects of Physics Grade XI Science High School (Case Studies in Yogyakarta X High School)”. Skripsi. Courses of Physical Education. Department of Education Math and Science. Faculty of Teacher Training and Science Education. Sanata Dharma University, Yogyakarta.
This research aims to: (1) Identify the scientific approach in the form of implementation activities in the learning stages/ learning activities on subjects of Physics grade XI science in X Yogyakarta High School; (2) Compare between the theory with the realities of scientific approaches in the implementation of the learning stages/ learning activities on subjects of Physics grade XI science in X Yogyakarta High School; (3) Add insight for researchers as a teacher in the future.
The research was carried out at X Yogyakarta High School, which was carried out in March – May 2015. Samples of research is the physics teacher and students at grade XI science 1 amounted to 26 people. This research is qualitative research, with the instrument of data collection consists of video footage and interviews, as well as observation fieldnotes.
The results showed: (1) Scientific approach on subjects of physics at grade XI science implemented in X Yogyakarta High School; (2) Learning activities occur that fits the scientific approach in the implementation of preinstructional stages/ preliminary activities in the activity of the early establishment of the learning and understanding of the prerequisites; at the stage of instructional/ core activity in the observations, ask questions, gather information, process information or reasoning or associate, and communicate; at this stage of the evaluation/ closing activity in the validation concept, law, principles, the princip that students have been constructed and enrichment subject matter was studied students; (3) comparison between the scientific approach to implementation of learning stages/ learning activities in theory with reality: teacher and students have been doing all of the learning stages/ learning activities in the learning process of physics.
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala
penyertaan dan tuntunan yang telah dicurahkanNya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah
satu syarat memperoleh gelar sarjana di Program Pendidikan Fisika, Jurusan
Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan bantuan dari banyak
pihak. Oleh karena itu, dengan ketulusan dan kerendahan hati, penulis
menyampaikan ucapan terima kasih, kepada :
1. Dr. Ignatius Edi Santosa, M.S., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Fisika dan Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan
dukungan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
2. Rohandi, Ph.D., selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan
waktu, membimbing, mmemberi masukan dan saran yang bermanfaat bagi
penyusunan skripsi.
3. SMA Pangudi Luhur Sedayu dan Bapak Pur, yang telah memberikan
x
4. Segenap Dosen Universitas Sanata Dharma, khususnya Program Studi
Pendidikan Fisika yang banyak berperan dalam proses belajar penulis di
Universitas Sanata Dharma.
5. Seluruh staf sekretariat Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam atas segala informasi dan pelayanan yang diberikan.
6. Keluarga besar di Klaten dan Lampung : Ibuk Margareta Ariyani, Papa
Andreas Surono, Mbah Akung dan Mbah Uti, Adek Yunan dan Johan,
Kak Angga, Lik Kunik, Lik Gandung, Lik Win dan Mba Nur untuk semua
perhatian dan doanya sehingga skripsi ini bisa diselesaikan.
7. Teman-temanku yang penuh dengan keunikannya masing-masing : Lola,
Tutet, Pie, Kha chan, Yo, Fa, Helen, Tengu, Hesti, Dora, Chutit, Niken, Jo
dan Je, Tika, Felby dan semua teman-teman P.Fis 2011, Mas Niko, Mas
Wisnu, William, Kak Eros, Mas Tole, temen-temen KKN, temen-temen
PPL, temen-temen Lektor untuk dorongan semangat dan doanya sehingga
skripsi ini bisa diselesaikan.
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan sumbangan bagi dunia pendidikan
dan ilmu pengetahuan.
xi DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……… i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ……… ii
HALAMAN PENGESAHAN ………. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ………. iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……….….. v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ……….……. vi
ABSTRAK ……….….. vii
ABSTRACT ……….…. viii
KATA PENGANTAR ……… ix DAFTAR ISI ……….……….. xi DAFTAR LAMPIRAN ……….. xiv
BAB 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……….. 1
B. Rumusan Masalah ……… 3
C. Tujuan ……….……….. 3
xii BAB 2. LANDASAN TEORI
A. Proses Belajar Mengajar ……… 5
B. Pembelajaran Fisika ……….…….….… 12
C. Pendekatan Saintifik dalam Proses Pembelajaran ….………. 17
D. Implementasi Pendekatan Saintifik dalam Proses Pembelajaran Fisika ……… 21
E. Kaitan Teori dan Permasalahan ………... 29
BAB 3. METODOLOGI A. Desain Penelitian ……… 30
B. Populasi dan Sampel ……….. 30
C. Tempat dan Waktu Penelitian .………. 30
D. Instrumen ………..……....………..… 31
E. Pengumpulan Data ……….……… 35
F. Metode Analisis yang Digunakan ………....….. 36
G. Waktu Penelitian ……….……….………….…. 38
BAB 4. DATA, ANALISIS, DAN PEMBAHASAN A. Data ………..……….. 40
B. Analisis dan Pembahasan .………...………. 43
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ………..………..……… 83
xiii
DAFTAR PUSTAKA ………..……… 86
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian ke Sekolah ……… 87
Lampiran 2 Surat Keterangan Melakukan Penelitian di Sekolah …………. 88
Lampiran 3 Transkip Video Penelitian ………. 89
1
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendekatan saintifik atau pendekatan ilmiah adalah pendekatan
disipliner dan pendekatan ilmu pengetahuan yang fungsional terhadap
masalah tertentu (KBBI, 1989). Pendekatan saintifik menjadi pendekatan
yang populer untuk diterapkan di semua mata pelajaran di Indonesia sejak
adanya kurikulum 2013, di mana pendekatan ini diwajibkan. Namun
dengan adanya pro kontra dengan kurikulum 2013, maka sekolah
diperbolehkan melanjutkan penggunaan kurikulum 2013 atau kembali ke
kurikulum 2006 (KTSP). Pada kurikulum KTSP tidak mewajibkan
menggunakan pendekatan saintifik. Akan tetapi, KTSP kental dengan
inkuiri. Inkuiri sendiri memiliki unsur-unsur pendekatan saintifik dalam
prosesnya di pembelajaran. Perwujudan pendekatan ini adalah dengan
metode ilmiah.
Mata pelajaran fisika sudah terbiasa dengan metode ilmiah.
Metode ilmiah tersebut salah satunya diharapkan mampu membangun
siswa bersikap dan berpikir secara ilmiah dalam memecahkan suatu
masalah. Sehingga sudah sewajarnya dalam pembelajaran fisika
dipergunakan pendekatan saintifik.
Implementasi pendekatan saintifik dalam PBM mata pelajaran
fisika yang pernah peneliti alami ketika masih sekolah belumlah maksimal,
ceramah – siswa mendengarkan kemudian mengerjakan soal-soal latihan,
jarang sekali ada eksperimen, demonstrasi sederhana, diskusi, maupun
presentasi dari siswa. Kemudian ketika peneliti melakukan PPL,
implementasi pendekatan saintifik dalam PBM sulit diterapkan,
penyebabnya ada beberapa siswa kurang menyukai cara pembelajaran
yang memerlukan proses menanya, mengamati, mencoba, mengelola
informasi, dan menarik kesimpulan. Siswa cenderung ingin langsung
mengetahui rumus, cara, maupun jawaban dari sebuah permasalahan.
Selain itu, calon guru masih kurang memahami tentang pendekatan
saintifik dikarenakan kurangnya pengetahuan dan pengalaman yang
dipunyai.
Oleh karena itu, peneliti ingin mengidentifikasi implementasi
pendekatan saintifik dalam PBM berupa aktivitas-aktivitas belajar yang
dilakukan oleh guru dan siswa pada mata pelajaran fisika kelas XI IPA
SMA dengan mengelompokkannya dalam tahapan-tahapan/
kegiatan-kegiatan PBM fisika. Penelitian akan dilaksanakan di satu SMA yang
berada di daerah Yogyakarta dengan menggunakan satu kelas XI IPA dan
satu guru fisika sebagai subjek penelitiannya. Dengan demikian, penelitian
ini dilakukan sebagai studi kasus Implementasi Pendekatan Saintifik
dalam Proses Belajar Mengajar (PBM) pada Mata Pelajaran Fisika Kelas
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pendekatan saintifik diimplementasikan dalam PBM pada
mata pelajaran fisika kelas XI IPA di SMA X Yogyakarta?
2. Bagaimana implementasi pendekatan saintifik dalam tahapan-tahapan/
kegiatan-kegiatan PBM pada mata pelajaran fisika kelas XI IPA di
SMA X Yogyakarta?
3. Bagaimana perbandingan teori dengan realitas implementasi
pendekatan saintifik dalam tahapan-tahapan/ kegiatan-kegiatan PBM
pada mata pelajaran fisika kelas XI IPA di SMA X Yogyakarta?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengidentifikasi bentuk-bentuk implementasi pendekatan saintifik
berupa aktivitas-aktivitas belajar dalam tahapan-tahapan/
kegiatan-kegiatan PBM pada mata pelajaran fisika kelas XI IPA di SMA X
Yogyakarta.
2. Membandingkan antara teori dengan realitas implementasi pendekatan
saintifik dalam tahapan-tahapan/ kegiatan-kegiatan PBM pada mata
pelajaran fisika kelas XI di SMA X Yogyakarta.
3. Menambah wawasan bagi peneliti sebagai seorang guru di masa depan.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
Siswa diharapkan akan lebih memiliki pemikiran ilmiah dalam
PBM fisika.
Siswa diharapkan mampu berpikir secara rasional, kritis, dan
mempunyai rasa ingin tahu dalam kehidupan sehari-hari.
2. Bagi Guru
Guru diharapkan lebih memahami dalam pengimplementasian
pendekatan saintifik dalam PBM fisika.
Guru diharapkan lebih bijaksana dalam pemilihan dan
pengembangan metode pembelajaran yang selaras dengan
pendekatan saintifik bagi siswa.
3. Bagi Sekolah
Sekolah mendapatkan masukan untuk melihat betapa
pentingnya pengimplementasian pendekatan saintifik dalam
PBM secara tepat.
Sekolah dapat memberdayakan lebih baik fungsinya sebagai
tempat pendidikan dan pembinaan bagi siswa dalam hal
5
BAB II. LANDASAN TEORI
A. Proses Belajar Mengajar
1. Pengertian
Proses belajar mengajar (PBM) atau sering disebut proses
pembelajaran. Pembelajaran berasal dari kata ajar yang memiliki arti
petunjuk yang diberikan kepada orang agar diketahui. Pembelajaran
dapat diartikan sebagai proses kerja sama antara guru dan siswa dalam
memanfaatkan semua potensi yang ada, baik dari dalam diri siswa
maupun yang dari luar diri siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran
(Sanjaya, 2010: 26). Jadi, pada hakikatnya proses pembelajaran
merupakan interaksi antara guru dan siswa dalam usaha mencapai
tujuan pembelajaran yang diharapkan dan proses menjadikan orang
mau belajar dan berkompeten dalam belajar melalui berbagai
pengalaman yang telah disusun sedemikian rupa.
2. Faktor yang Berpengaruh terhadap Proses Belajar Mengajar
Faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan dari suatu proses
belajar mengajar di antaranya adalah guru, siswa, sarana, serta
lingkungan. Berikut uraiannya menurut Wina Sanjaya (2010: 15 – 21) :
a. Faktor Guru
Keberhasilan suatu PBM tidak lepas dari peran seorang
guru, disebabkan guru merupakan orang yang terlibat secara
sebagai perencana dan desainer pembelajaran yang dituangkan
secara langsung di dalam RPP dan atau secara tidak langsung,
atau implementator, atau bisa keduanya.
Guru sebagai implementator dari rencana dan desain
pembelajaran yang telah dibuat, bukan hanya berperan sebagai
model atau teladan bagi siswa yang diajarnya akan tetapi juga
sebagai pengelola pembelajaran. Dengan demikian, efektivitas
dan keberhasilan pembelajaran ada pada guru. Efektivitas dan
keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh kualitas atau
kemampuan guru.
b. Faktor Siswa
Siswa adalah makhluk yang berkembang sesuai dengan
tahap perkembangannya. Perkembangan tersebut mencakup
seluruh aspek kepribadiannya, dengan tempo dan irama
perkembangan pada anak berbeda-beda. Hal tersebut dapat
mempengaruhi proses pembelajaran, di samping karakteristik
lain yang ada pada diri siswa.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses belajar
dilihat dari aspek siswa meliputi aspek latar belakang siswa
meliputi jenis kelamin siswa, tempat kelahiran dan tempat
tinggal siswa, tingkat sosial siswa, dan lain sebagainya; dan
aspek sifat yang dimiliki siswa meliputi kemampuan dasar,
Siswa memiliki aspek sifat yang berbeda-beda. Siswa yang
berkemampuan tinggi biasanya ditunjukkan oleh motivasi yang
tinggi dalam belajar, perhatian dan keseriusan dalam mengikuti
pelajaran. Sedangkan untuk siswa yang berkemampuan rendah
akan menunjukkan hal-hal yang sebaliknya dari siswa yang
berkemampuan tinggi. Perbedaan-perbedaan semacam itu
menuntut perlakuan yang berbeda dalam pengelompokan siswa
maupun perlakuan guru dalam menesuaikan gaya belajar.
Demikian juga dengan tingkat kemampuan siswa, hal tersebut
mempengaruhi proses pembelajaran. Selain itu, sikap dan
penampilan siswa juga berpengaruh dalam proses pembelajaran.
Sebab apa pun yang terjadi dalam proses pembelajaran, faktor
siswa dan guru merupakan faktor yang sangat menentukan
dalam interaksi pembelajaran.
c. Faktor Sarana
Sarana adalah segala sesuatu yang secara langsung
mendukung kelancaran proses pembelajaran, di antaranya
adalah sumber belajar, media pembelajaran, alat-alat pelajaran,
perlengkapan sekolah, dan sebagainya. Kelengkapan sarana
akan membantu penyelanggaran proses pembelajaran yang
dilakukan oleh guru.
Keuntungan bagi sekolah bila memiliki sarana yang
motivasi guru mengajar, di mana mengajar dapat dilihat sebagai
proses penyampaian materi pelajaran dengan tersedianya sarana
pembelajaran berupa alat dan bahan yang dapat menyalurkan
pesan secara efektif dan efisien, dan proses pengaturan
lingkungan yang dapat merangsang siswa untuk belajar dengan
tersedianya sarana yang berkaitan dengan berbagai sumber
belajar yang mendorong siswa untuk belajar; dan keuntungan
kedua adalah dapat memberikan berbagai pilihan pada siswa
untuk belaja disebabkan setiap siswa pada dasarnya memiliki
gaya belajarnya masing-masing, misalnya siswa yang tipe visual
akan lebih mudah belajar melalui penglihatan. Dengan demikian,
sarana merupakan faktor penting dalam proses pembelajaran.
d. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan memiliki dua hal yang mempengaruhi
proses pembelajaran yaitu faktor organisasi kelas dan faktor
iklim sosial-psikologis.
Faktor organisasi kelas meliputi seluruh siswa dalam satu
kelas, apabila organisasi kelas terlalu besar maka akan kurang
efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran dan kurang
menguntungkan dalam menciptakan iklim belajar mengajar
yang baik karena akan memiliki beberapa kecenderung seperti
1) Sumber daya kelompok akan bertambah luas
sehingga waktu yang tersedia akan semakin sempit.
2) Kelompok belajar kurang mampu memanfaatkan
semua sumber daya yang ada, missal dalam
penggunaan waktu diskusiakan semakin banyak
sehingga sumbangan pikiran akan sulit didapatkan
dari setiap siswa yang ada.
3) Kepuasan belajar setiap siswa akan cenderung
menurun karena perhatian guru akan semakin
terpecah.
4) Perbedaan individu antar siswa akan semakin
tampak sehingga akan sulit mencapai kesepakatan.
Faktor lingkungan lainnya adalah faktor iklim
sosial-psikologis yang juga mempengaruhi proses pembelajaran.
Faktor ini mempunyai arti keharmonisan hubungan antara orang
yang terlibat dalam proses pembelajaran, faktor ini dapat terjadi
secara internal atau eksternal. Faktor iklim sosial-psikologis
secara internal adalah hubungan yang terlibat dalam lingkungan
sekolah, missal antara siswa dengan siswa, giswa dengan guru,
guru dengan guru, dan guru dengan pimpinan sekolah.
Sedangkan secara eksternal adalah keharmonisan hubungan
antara pihak sekolah dengan dunia luar, missal hubungan pihak
berjalan dengan baik maka akan meningkatkan kualitas
pembelajaran dan meningkatkan motivasi belajar siswa,
sehingga proses pembelajaran pun akan berjalan dengan baik.
3. Tahap atau Kegiatan dalam Proses Belajar Mengajar
Proses belajar mengajar memiliki tahap untuk tatanan praktisnya.
Menurut Wina Sanjaya (2010: 174-178) terdapat tiga tahap dalam
proses belajar mengajar, yaitu: tahap prainstruksional, tahap
instruksional, dan tahap evaluasi. Berikut uraian dari ketiga tahap
tersebut:
a. Tahap Prainstruksional
Tahap prainstruksional adalah tahap di mana guru memulai
proses belajar mengajar. Beberapa kegiatan yang umum
dilaksanakan dalam tahap ini adalah:
1) Guru mengucapkan salam dan memimpin doa.
2) Guru meriview secara singkat materi pembelajaran
sebelumnya sebagai pemantapan pemahaman bagi siswa
dan mengkaitkannya dengan materi pembelajaran yang
akan dipelajari.
3) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya
tentang materi pembelajaran sebelumnya yang belum
dipahami oleh siswa.
4) Guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai
b. Tahap Instruksional
Tahap instruksional disebut juga tahap inti. Pelaksanaan
tahap ini sangat tergantung pada strategi dan metode
pembelajaran apa yang akan digunakan oleh guru.
c. Tahap Evaluasi
Tujuan dari tahap evaluasi adalah mengetahui sejauh mana
tingkat pemahaman siswa dan keberhasilan pembelajaran dari
materi yang dipelajari.
Kegiatan proses belajar mengajar terdiri dari 3 kegiatan (Daryanto,
2014 : 81), yaitu:
a. Kegiatan Pendahuluan
Kegiatan pendahuluan atau kegiatan awal berisi tentang:
1) Motivasi
Guru memberi motivasi kepada siswa, sehingga siswa
semangat dalam mengikuti PBM.
2) Apersepsi
Guru meriview materi sebelumnya dan mengkaitkannya
dengan materi yang akan dipelajari.
3) Menyampaikan tujuan belajar
Guru menyampaikkan tujuan belajar sehingga siswa
mengetahui yang ingin dicapai dari mempelajari materi
b. Kegiatan Inti
Dalam kegiatan inti dapat dilakukan demonstrasi sederhana,
tanya jawab, diskusi, melakukan percobaan/mencari informasi,
menganalis data/informasi, membuat kesimpulan, serta
mengkomunikasikan, contohnya dengan presentasi.
c. Kegiatan Penutup
Kegiatan penutup adalah kegiatan akhir dalam PBM. Kegiatan
penutup diisi dengan rangkuman dari PBM yang telah
dilaksanakan dan dapat dilakukan cek pemahaman siswa secara
singkat untuk materi yang baru saja dipelajari, serta siswa dapat
diberi tugas lanjutan.
B. Pembelajaran Fisika
Fisika merupakan ilmu yang sangat memerlukan pemahaman
daripada hafalan. Fisika adalah ilmu yang pembelajarnya diarahkan untuk
mencapai suatu pengetahuan ilmiah yang bersifat obyektif. Menurut
Suparno (2007: 2), belajar Fisika yang terpenting adalah:
1. Siswa yang belajar.
Bila dilihat pada faktor yang mendukung PBM dalam sub
bab proses belajar mengajar, maka siswa yang belajar adalah
faktor siswa, di mana siswa merupakan pribadi yang harus aktif
belajar, melakukan PBM fisika dengan prinsip-prinsip dan
siswa bukan objek pasif yang hanya menerima ceramah materi
fisika yang disampaikan oleh guru. Siswa harus dihadapkan
pada banyak hal yang menyangkut pada tindakan melakukan
percobaan daripada hanya membaca buku, karena dengan
mendapatkan pengalaman, siswa akan lebih memahami konsep
fisika daripada siswa sekedar menerima pengetahuan fisika
dengan membaca buku atau mendengarkan ceramah guru.
Dengan menggunakan model doing science, maka hal tersebut
dapat diwujudkan.
2. Guru yang mengajar.
Bila dilihat pada faktor yang mendukung PBM dalam sub
bab proses belajar mengajar, maka guru yang mengajar adalah
faktor guru, di mana guru harus mampu menjadi siswa aktif
belajar fisika dan memberikan ruang luas bagi siswa dalam
melaksanakan PBM fisika dengan prinsip-prinsip dan metode
ilmiah dalam pelaksanaannya. Oleh karena itu, guru perlu
mengasah dan meningkatkan beberapa hal di bawah ini:
a. Guru perlu mengerti tujuan pengajaran Fisika, sehingga
guru dapat mengarahkan siswa ke arah tujuan yang efektif
dan efisien, seperti dengan mengerti tujuan umum
pengajaran Fisika (mengerti dan menggunakan metode
ilmiah, menguasai konsep, mengunakan sikap ilmiah,
kesadaran akan karir masa depan), kompetensi Fisika yang
diharapkan dapat dikuasai siswa, dan tuntutan sekolah atau
pemerintah dalam pengajaran Fisika.
b. Guru dapat mengorganisasi pengajaran Fisika, maksudnya
adalah guru Fisika yang baik dapat mempersiapkan
pengajaran sesuai dengan tujuan, tahu cara mengajar
bahan dengan sesuai dan tepat, memilih alat dan sarana
yang sesuai dengaan pembelajaran, dan memilih evaluasi
dan latihan yang akan diberikan pada siswa selama PBM.
c. Guru perlu mengerti situasi siswa. Proses pembelajaran
akan mengena dan siswa akan senang, bila situasi siswa
diperhatikan. Berikut beberapa situasi siswa: konsepsi
awal siswa, pemikiran siswa, konsep yang telah dipunyai,
tinkah laku, perkembangan kognitif, mode, dan situasi
psikologis siswa, dan sebagainya. Guru perlu mengerti
keadaan-keadaan tersebut sehingga dapat membantu
pembelajaran secara lebih kontekstual.
d. Guru dapat berkomunikasi dengan siswa. Guru yang dapat
berkomunikasi dengan siswa akan mampu membangun
suasana yang akrab, mampu memotiivasi siswa, menegur,
dan menggerakkan siswa. Sehingga PBM akan berjalan
e. Guru menguasai berbagai metode. Oleh karena situasi
siswa berbeda-beda, maka diperlukan keterampilan guru
dalam memilih dan melaksanakan metode pembelajaran
yang sesuai dan tepat selama PBM. Hal tersebut akan
membuat siswa menyukai Fisika yang diajarkan.
3. Bahan Pelajaran.
Bila dilihat pada faktor yang mendukung PBM dalam sub
bab proses belajar mengajar, maka bahan pelajaran/ materi
pelajaran adalah faktor sarana, di mana bahan pelajaran
tersebut dapat disampaikan melalui media pembelajaran dan
melalui sumber-sumber pembelajaran yang akan dipilih guru.
Kesulitan yang banyak dihadapi oleh sebagian besar siswa
adalah dalam menginterpretasi berbagai konsep dan prisip
Fisika, siswa harus mampu menginterpretasikan secara tepat
dan tidak samar-samar atau tidak mendua arti. Kemampuan
siswa dalam mengidentifikasi dan menginterpretasi
konsep-konsep Fisika jelas merupakan prasyarat penting bagi
penggunaan konsep-konsep untuk pemecahan soal Fisika yang
berkaitan dengan konsep-konsep tersebut. Soal sebenarnya
dapat dipermudah pemahamannya dengan mendeskripsikannya
dalam berbagai cara, seperti menggunakan kata sederhana,
gambar, diagram vektor, atau simbol-simbol matematik.
untuk menggambarkan situasi soal yang dihadapi. Oleh karena
itu, dalam hubungannya dengan kemampuan siswa dalam
menggunakan pengetahuan Fisika tergantung pada seberapa
efektif pengetahuan tersebut terorganisasi, karena fisika
merupakan ilmu yang terdiri dari banyak konsep dan prinsip
yang pada umumnya abstrak. Fisika merupakan ilmu
pengetahuan yang terorganisasi, di mana ada kaitan antara satu
materi dengan materi lainnya yang ada pada materi pelajaran
Fisika. Dalam pemecahan soal Fisika akan menjadi semakin
mudah jika banyak tersedia informasi yang diperlukan. Penting
sekali untuk diperhatikan bahwa pengetahuan Fisika yang
terorganisasi secara efektif akan memudahkan dalam
pemecahan soal-soal Fisika. Pada kenyataannya siswa pada
umumnya cenderung mengelompokkan pengetahuan Fisika
yang mereka peroleh menjadi bagian-bagian yang seolah-olah
tidak saling berkaitan. Pemikiran tersebut perlu diubah,
sehingga siswa secara utuh dapat memahami konsep-konsep
fisika. Disinilah faktor guru dalam memilih metode
pembelajaran yang tepat, memotivasi siswa, serta
menggunakan faktor sarana da faktor sosial-psikologi secara
internal yaitu antara guru dengan siswa dipergunakan dengan
baik dan tepat, sehingga faktor siswa akan mampu
4. Hubungan antara guru dan siswa.
Bila dilihat pada faktor yang mendukung PBM dalam sub
bab proses belajar mengajar, maka hubungan antara guru dan
siswa termasuk faktor lingkungan pada bagian faktor
sosial-psikologi secara internal, di mana terjalinnya hubungan yang
akrab dan baik akan meningkatkan gairah dan motivasi belajar
fisika siswa dan memacu siswa untuk lebih mandiri dalam
belajar fisika selama PBM fisika berlangsung maupun di luar
PBM. Oleh karena itu, hal penting yang perlu diperhatikan
dalam meningkatkan pemahaman siswa adalah komunikasi di
antara guru dan siswa. Pada kenyataannya, pengajaran klasikal
dengan jumlah siswa yang banyak akan menimbulkan kesulitan
bagi guru untuk membantu semua siswa secara merata dengan
baik dalam belajar Fisika. Selain itu, siswa terkadang malu
untuk bertanya ketika menemukan kesulitan dalam belajar.
C. Pendekatan Saintifik dalam Proses Pembelajaran
1. Pengertian Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran
Pendekatan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki kata
dasar dekat, dengan arti pendek, tidak jauh, hampir, akrab, dan
menjelang. Sedangkan pendekatan memiliki arti proses, cara, dan
perbuatan mendekati. Sedangkan untuk kata saintifik disebut juga
menggunakan proses berpikir ilmiah dan terwujud dalam metode ilmiah.
Sehingga pendekatan saintifik dalam pembelajaran adalah proses atau
cara yang digunakan dalam proses belajar mengajar secara ilmiah
(Daryanto, 2014: 55).
2. Esensi Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran
Pendekatan saintifik merupakan proses pembelajaran yang
menggunakan proses berpikir ilmiah. Ilmuwan dalam melakukan
penelitian biasa menggunakan penalaran induktif daripada penalaran
deduktif, dimana penalaran induktif adalah penalaran dari suatu
fenomena khusus yang kemudian ditarik kesimpulan secara
keseluruhan/ umum. Sedangkan penalaran deduktif adalah penalaran
dari fenomena umum yang kemudian ditarik kesimpulan secara khusus.
Penalaran induktif memerlukan bukti-bukti secara spesifik, seperti
halnya dalam metode ilmiah. Metode ilmiah umumnya menempatkan
fenomena unik dengan kajian spesifik dan detail untuk kemudian
merumuskan simpulan umum. Metode ilmiah merujuk pada
teknik-teknik investigasi atas fenomena, gejala, masalah, maupun pengetahuan
baru.
Jadi, pendekatan saintifik berkaitan erat dengan metode ilmiah.
Oleh karena itu, pelaksanaan proses pembelajaran dengan pendekatan
saintifik sama artinya menerapkan metode ilmiah, sehingga terbentuk
3. Prinsip Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran
Prinsip pendekatan saintifik (Daryanto, 2014: 58-59) diantaranya:
a. Pembelajaran berpusat pada siswa.
b. Pembelajaran membantu siswa membentuk konsep pengetahuan
siswa sendiri.
c. Pembelajaran terhindar dari verbalisme.
d. Pembelajaran memberi kesempatan bagi siswa untuk
menggabungkan dan mengakomodasi konsep, prinsip, asas, dan
sebagainya.
e. Pembelajaran mendorong adanya peningkatan kemampuan
berpikir siswa.
f. Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi
mengajar guru.
g. Pembelajaran memberikan kesempatan bagi siswa untuk
meningkatkan kemampuan berkomunikasi.
4. Kaidah-kaidah Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran
Pendekatan saintifik dalam pembelajaran dipandu dengan
kaidah-kaidah pendekatan ilmiah yang bercirikan dimensi: pengamatan,
penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang kebenaran.
Sehingga dalam pembelajarannya harus dipandu dengan kriteria ilmiah.
Kriteria ilmiah tersebut sebagai berikut:
a. Materi pembelajaran berbasis pada fenomena yang logis dan
b. Proses pembelajaran terhindar dari sifat-sifat non ilmiah intuisi,
akal sehat, prasangka, penemuan coba-coba, dan asal berpikir
kritis.
5. Langkah-langkah Proses Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik
dalam Kurikulum 2013
Dalam kurikulum 2013, menurut Permendikbud Nomor 81 A
Tahun 2013 lampiran IV, proses pembelajaran terdiri atas lima
pengalaman belajar pokok, yaitu:
a. Pengamatan atau Observasi
Kegiatan mengamati yaitu guru membuka secara luas dan
bervariasi kesempatan siswa untuk melakukan pengamatan
melalui kegiatan melihat, menyimak, mendengar, dan
membaca. Guru memfasilitasi siswa untuk melakukan
pengamatan dan memahami bentuk keterlibatan siswa.
b. Mengajukan Pertanyaan
Kegiatan mengajukan pertanyaan yaitu mengajukan
pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa
yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi
tambahan tentang apa yang diamati.
c. Mengumpulkan Informasi
Kegiatan mengumpulkan informasi yaitu aktivitas
mengumpulkan informasi dilakukan melalui eksperimen,
kejadian/ aktivitas wawancara dengan narasumber dan lain
sebagainya.
d. Mengolah Informasi atau Menalar atau Mengasosiasikan
Kegiatan pembelajaran ini adalah memproses informasi
yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan
mengumpulkan/ eksperimen maupun hasil dari kegiatan
mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi.
e. Mengkomunikasikan
Kegiatan mengkomunikasikan adalah menyampaikan hasil
pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara
lisan, tertulis, atau media lainnya.
Kelima pengalaman belajar pokok tersebut terlaksana
dalam tahapan/ kegiatan pembelajaran, yaitu pada tahapan
instruksional/ kegiatan inti dalam implementasi pendekatan
saintifik dalam proses belajar mengajar.
D. Implementasi Pendekatan Saintifik dalam Proses Pembelajaran Fisika
Implementasi bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan atau adanya
mekanisme suatu sistem. Selain itu, implemantasi bukan sekedar aktivitas,
tetapi suatu hal yang terencana dengan matang dan untuk mencapai tujuan
kegiatan (Usman, 2002: 70). Menurut Guntur Setiawan (2004: 39) dalam
bukunya yang berjudul Implementasi dalam Birokrasi Pembangunan,
interaksi antara tujuan dan ada tindakan untuk mencapainya serta
memerlukan jaringan pelaksana yaitu birokrasi yang efektif.
Dengan demikian, implementasi diartikan sebagai sebuah tindakan,
pelaksanaan dan penerapan dari rencana yang disusun secara matang untuk
mencapai suatu tujuan. Implementasi pendekatan saintifik artinya yang
dilakukan dan diterapkan dalam PBM adalah pendekatan saintifik yang
sebelumnya telah dirancang di dalam Rancangan Proses Pembelajaran
(RPP).
Dalam PBM terdapat tiga tahapan/ kegiatan pembelajaran secara
umum yang juga diterapkan pada PBM Fisika. Ketiga tahapan/ kegiatan
pembelajaran tersebut secara implementasi pendekatan saintifik dalam
pembelajaran memiliki tujuan masing-masing. Berikut uraiannya:
1. Tujuan utama tahap Prainstruksional/ kegiatan pendahuluan
adalah menciptakan suasana awal pembelajaran yang efektif
yang memungkinkan siswa mengikuti PBM dengan baik melalui
kegiatan awal pembelajaran dan memantapkan pemahaman
siswa akan materi yang telah dipelajari yang berkaitan dengan
materi baru yang akan dipelajari melaluai pemantapan
pemahaman prasyarat.
2. Tujuan utama tahap Instruksional/ kegiatan inti adalah
terkonstruksinya konsep, hukum, asas, prinsip oleh siswa dengan
bantuan guru sebagai fasilitator dalam melakukan
observasi, mengajukan pertanyaan, mengumpulkan informasi,
mengolah informasi/ menalar/ mengasosiasi, dan
mengkomunikasikan.
3. Tahap evaluasi/ kegiatan penutup memiliki dua tujuan utama,
yaitu: validasi konsep, hukum, asas, prinsip yang telah
dikontruksi siswa dan pengayaan materi pelajaran yang telah
dipelajari siswa (Daryanto, 2014: 81).
Selain itu, PBM memiliki beberapa faktor yang mendukung
keberhasilannya, yaitu faktor guru, faktor siswa, faktor sarana, dan faktor
lingkungan khususnya faktor sosial-psikologi secara internal. Keempat
faktor itu sangat penting dan tidak mungkin dihilangkan dalam proses
pembelajaran, sehingga dalam pengimplementasian pendekatan saintifik
dalam PBM mata pelajaran Fisika keempat hal tersebut memiliki peran
penting dan memiliki perannya masing-masing serta mempunyai kaitan
satu dengan yang lain, dan dengan merumuskan peran-peran tersebut dari
sub bab proses belajar mengajar, pembelajaran fisika dan pendekatan
saintifik dalam proses pembelajaran, maka dapat dibuat rumusannya
berupa aktivitas-aktivitas belajar yang dilakukan oleh guru dan siswa ke
dalam bagian tahapan-tahapan/ kegiatan-kegiatan pembelajaran fisika
sesuai dengan tujuan implementasi pendekatan saintifik dalam tiap tahap/
1. Tahap Prainstruksional/ kegiatan pendahuluan.
Tahap prainstruksional/ kegiatan pendahuluan adalah tahap
di mana guru memulai proses belajar mengajar yang
mempunyai tujuan menciptakan suasana awal pembelajaran
yang efektif yang memungkinkan siswa mengikuti PBM dengan
baik melalui kegiiatan awal pembelajaran dan memantapkan
pemahaman siswa akan materi yang telah dipelajari yang
berkaitan dengan materi baru yang akan dipelajari melalui
pemantapan pemahaman prasyarat. Berikut uraiannya:
a. Kegiatan awal pembelajaran, aktivitas-aktivitas belajar
sebagai berikut:
1) guru memotivasi siswa dengan memberi
dorongan semangat/ kritik/ saran.
2) guru memberi tahu kompetensi apa saja yang
akan dipelajari pada pertemuan tersebut.
3) guru menyapa siswa dengan ramah.
4) guru melihat kesiapan siswa dalam PBM dan
guru mempersiapkan perlengkapan yang akan
digunakan untuk pembelajaran pada hari tersebut.
b. Pemantapan pemahaman prasyarat, aktivitas-aktivitas
belajar sebagai berikut:
1) guru memberi kesempatan pada siswa untuk
2) guru meriview materi sebelumnya sebagai
pemantapan pemahaman bagi siswa dan
mengkaitkannya dengan materi yang akan
dipelajari.
2. Tahap Instruksional/ kegiatan inti.
Tahap instruksional disebut juga kegiatan inti. Pada
pendekatan saintifik, pembelajaran berpusat pada siswa, di
mana siswa yang aktif dan guru menjadi fasilitator, dan
menerapkan kaidah-kaidah ilmiah berupa langkah metode
ilmiah yang dilakukan dengan kegiatan pengamatan/ observasi,
mengajukan pertanyaan, mengumpulkan informasi, mengolah
informasi/ menalar/ mengasosiasi, dan mengkomunikasikan.
Dengan melakukan langkah metode ilmiah tersebut
ditujukan untuk terkonstruksinya konsep, hukum, asas, prinsip
oleh siswa dengan bantuan guru sebagai fasilitator dalam
melakukan langkah-langkah ilmiah. Berikut uraiannya:
a. Pengamatan atau observasi. Aktivitas-aktivitas belajar,
sebagai berikut:
1) penyediaan objek observasi oleh guru dan objek
tersebut sesuai dengan materi yang dibahas saat
PBM tersebut.
2) siswa dengan aktif melakukan observasi dengan
3) guru dan siswa menyepakati dan menentukan
cara dan prosedur pangamatan.
4) guru mengetahui posisinya beserta posisi siswa
dalam observasi.
b. Mengajukan pertanyaan. Aktivitas-aktivitas belajar,
sebagai berikut:
1) siswa aktif bertanya dan mengajukan pendapat.
2) guru bertanya dengan kualitas pertanyaan yang
baik dan tepat untuk membimbing atau memandu
siswanya belajar dengan baik dan membentuk
interaksi yang baik antara guru dan siswa.
3) guru menjawab pertanyaan siswa untuk
mendorong siswa menjadi penyimak dan
pembelajar yang baik.
4) guru membuka kesempatan secara luas kepada
siswa untuk bertanya mengenai apa yang sudah
dilihat, disimak, dibaca atau dilihat.
5) guru memberi waktu kepada siswa beberapa saat
sebelum meminta atau menunjuk siswa untuk
menjawab pertanyaan itu.
c. Mengumpulkan informasi. Aktivitas-aktivitas belajar,
1) siswa aktif dalam mengumpulkan informasi
dapat dari berbagai sumber dan berbagai cara.
2) guru menampung semua pendapat siswa dan
membimbingnya untuk mendapatkan informasi
yang tepat.
3) siswa mencatat fenomena yang terjadi dengan
baik dan tepat.
d. Mengolah informasi atau menalar atau mengasosiasikan.
Aktivitas-aktivitas belajar, sebagai berikut:
1) siswa mengolah informasi yang sudah
dikumpulkan.
2) siswa menemukan keterkaitan satu informasi
dengan informasi lainya.
3) guru mengetahui posisinya beserta siswa dalam
kegiatan mengelola informasi.
4) siswa menarik kesimpulan dari kegiatan
observasi sampai mengolah informasi.
e. Mengkomunikasikan. Aktivitas-aktivitas belajar, sebagai
berikut:
1) siswa menuliskan atau menceritakan apa yang
ditemukan dalam kegiatan mencari dan
2) siswa menyampaikan hasil pengamatan,
kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara
lisan, tertulis, atau media lainnya.
3) guru dan siswa menanggapi kesimpulan/ jawaban
yang diberikan siswa.
3. Tahap evaluasi/ kegiatan penutup.
Tahap evaluasi/ kegiatan penutup memiliki dua tujuan utama,
yaitu: validasi konsep, hukum, asas, prinsip yang telah
dikontruksi siswa dan pengayaan materi pelajaran yang telah
dipelajari siswa. Aktivitas-aktivitas belajar, sebagai berikut:
a. Validasi konsep, hukum, asas, prinsip yang telah
dikontruksi siswa, aktivitas belajarnya antara lain:
1) guru dan atau siswa memberikan rangkuman dan
atau refleksi dari PBM yang telah dilaksanakan.
2) guru melakukan cek pemahaman siswa, dengan
memberi latihan soal atau sekedar pertanyaan
yang mampu dijawab tanpa perlu ditulis.
3) siswa menjawab soal-soal tersebut menggunakan
pemahaman yang telah siswa dapatkan.
b. Pengayaan materi pelajaran yang telah dipelajari siswa,
aktivitas belajarnya antara lain:
1) guru memberikan tugas lanjutan pada hari
2) rencana pemberian ulangan pada pertemuan
berikutnya.
Aktivitas-aktivitas belajar pada tiap tahapan/ kegiatan
pembelajaran di atas merupakan tolok ukur/ dasar pandangan bagi peneliti
untuk melakukan penelitian tentang implementasi pendekatan saintifik
pada mata pelajaran fisika.
E. Kaitan Teori dan Permasalahan
Kaitan teori tahapan/ kegiatan pembelajaran dan aktivitas-aktivitas
belajar yang terjadi pada tiap tahapannya, merupakan referensi bagi
peneliti untuk melakukan penelitian tentang permasalahan implementasi
pendekatan saintifik dan analisis data yang diperoleh dalam penelitian.
Penelitian ini merupkan studi kasus yang ingin mengetahui
bagaimanakah implementasi pendekatan saintifik dalam PBM pada mata
pelajaran Fisika kelas XI IPA di satu SMA Yogyakarta. Kaitan antara teori
dengan permasalahan akan mempermudah dalam proses menganalisis data
30
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini secara berurutan dijelaskan tentang desain penelitian,
subjek penelitian, tempat dan waktu penelitian, instrumen, pengumpulan data,
metode analisis yang digunakan, dan waktu penelitian.
A. Desain Penelitian
Penelitian dilakukan secara kualitatif. Menurut Suparno (2010:
153), kualitatif mempunyai seting alamiah sebagai sumber langsung data.
Penelitian dilaksanakan tanpa ada ikut campur dari peneliti. Peneliti
menjadi pengamat selama proses penelitian terjadi. Peneliti melihat dan
memahami keadaan dengan tema tertentu.
B. Subjek Penelitian
Penelitian dilakukan dengan subjek penelitian adalah guru fisika
dan siswa di kelas XI IPA 1 SMA X dengan jumlah 26 orang. Berikut
[image:47.595.98.513.225.639.2]perincian jumlah siswa di SMA tersebut:
Tabel 3.1 Data Subjek Penelitian SMA X
Guru Fisika Siswa Kelas XI IPA 1 Jumlah
1 26 27
C. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat : SMA X Yogyakarta
D. Instrumen
Instrumen adalah alat pengumpulan data sebagai sarana untuk
mendapatkan data yang diperlukan. Instrumen yang digunakan berupa
instument observasi, wawancara, dan diperkuat dengan fieldnotes selama
observasi dilaksanakan. Instrumen observasi berupa poin-poin pernyataan
yang disusun dengan memperhatikan dasar teori yang ada yang
mempunyai hubungan dengan hal yang diteliti. Instrumen ini digunakan
selama observasi video yang diambil dari PBM yang berlangsung.
Instrumen wawancara berupa poin-poin pertanyaan yang disusun dengan
memperhatikan dasar teori yang ada dan fakta di lapangan yang
mempunyai hubungan dengan hal yang diteliti. Instrumen ini dibagi
menjadi dua bagian, yaitu untuk guru dan siswa. Berikut rincian
penjelasan tentang instrumen observasi dan wawancara:
1. Instrumen Observasi
Observasi merupakan salah satu alat pengambilan data
dalam melakukan penelitian. Instrumen observasi akan lebih
efektif jika informasi yang akan diambil berupa kondisi,
tingkah laku, dan hasil kerja responden dalam situasi alami
(Sukardi, 2003: 78-79). Instrumen observasi disusun sesuai
dengan landasan teori yang digunakan di dalam BAB II.
Implementasi pendekatan saintifik dalam PBM pada
mata pelajaran fisika kelas XI IPA SMA dirumuskan dari 3
belajarnya. Rumusan tersebut menjadi dasar penyusunan
instrumen observasi yang akan digunakan untuk mendapatkan
data tulisan dari pengtranskipan data observasi video. Oleh
sebab itu, instrumen yang disusun tersebut validitasnya dapat
dikatakan terpenuhi.
Berikut merupakan kisi-kisi instrumen observasi
penelitian tentang implementasi pendekatan saintifik dalam
[image:49.595.99.517.220.752.2]PBM pada mata pelajaran fisika kelas XI IPA SMA:
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Observasi Penelitian tentang
Implementasi Pendekatan Saintifik dalam PBM pada Mata
Pelajaran Fisika Kelas XI IPA SMA
Faktor Sub Faktor Tahapan –tahapan /
Kegiatan
Pembelajaran Fisika
a. Tahap Prainstruksional/ Kegiatan Pendahuluan, meliputi:
kegiatan awal pembelajaran
pemantapan pemahaman prasyarat
b. Tahap Instruksional/ Kegiatan Inti, meliputi:
pengamatan/ observasi
mengajukan pertanyaan
mengumpulkan informasi
mengolah informasi/ menalar/ mengasosiasi
Faktor Sub Faktor
c. Tahap Evaluasi/ Kegiatan Penutup, meliputi:
validasi konsep, hukum, asas, prinsip yang telah dikontruksi siswa
pengayaan materi pelajaran yang telah dipelajari siswa
2. Instrumen Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengambilan data penelitian
dengan bertatap muka secara langsung dengan respoden yang
diteliti. Peneliti menanyakan hal-hal yang telah dirancang
untuk ditanyakan pada responden. Hasil wawancara dicatat
sebagai informasi yang penting sebagai data penelitian
(Sukardi, 2003: 79). Instrumen wawancara disusun sesuai
dengan landasan teori di dalam bab II. Sehingga instrumen
wawancara dapat dikatakan terpenuhi validasinya.
Narasumber untuk wawancara penelitian adalah guru fisika
dan beberapa siswa kelas XI IPA di SMA X Yogyakarta.
Kisi-kisi instrumen wawancara untuk memperkuat data
observasi sama dengan kisi-kisi instrumen observasi. Berikut
merupakan daftar pertanyaan untuk instrumen wawancara
untuk penelitian tentang implementasi pendekatan saintifik
Tabel 3.3 Daftar Pertanyaan untuk Instrumen Wawancara
Penelitian tentang Implementasi Pendekatan Saintifik
dalam PBM pada Mata Pelajaran Fisika Kelas XI IPA SMA
Narasumber Daftar Pertanyaan
a. Guru 1) Bagaimana alur penyampaian materi ajarnya?
2) Bagaimana keterlibatan anda dalam PBM?
3) Seberapa besar keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran di kelas? Dan seperti apa keterlibatan siswa tersebut?
4) Dalam kegiatan pembelajaran terdapat kegiatan pokok yaitu pendahuluan, inti, dan penutup. Apakah anda menerapkan pendekatan saintifik dalam ketiga kegiatan pokok tersebut selama PBM?
5) Dari ketiga kegiatan tersebut, mana yang paling mendukung belajar siswa selama PBM, mengapa?
6) Apakah anda menyiapkan media objek untuk diamati siswa?
7) Apakah anda sering memberikan pertanyaan untuk menggugah keingintahuan siswa tentang materi ajar?
8) Apakah anda mengadakan praktikum untuk beberapa materi yang anda ajarkan dan seberpa sering diadakan? 9) Apakah anda mengadakan
demonstrasi sederhana/penggunaan video/diskusi kelompok untuk materi yang anda ajarkan dan seberpa sering diadakan?
10) Metode belajar seperti apa yang anda pilih? Mengapa?
[image:51.595.98.516.160.751.2]Narasumber Daftar Pertanyaan
gunakan untuk memacu keaktifan siswa dan untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan bertindak secara ilmiah pada siswa?
12) Apa pendapat anda tentang pendekatan saintifik adalah hal yang lumrah dalam mata pelajaran fisika dikarenakan fisika berbasis pada metode ilmiah?
b. Siswa 1) Apakah guru menyajikan media obyek untuk diobservasi?
2) Apakah ketika kalian melakukan praktikum atau observasi kalian diberikan panduan atau arahan dalam melakukan eksperimen?
3) Apakah guru sering bertanya tentang materi selama PBM belangsung? 4) Apakah kalian sering bertanya tentang
materi selama PBM belangsung? 5) Bagaimana cara guru menjawab
pertanyaan kalian?
6) Apakah kalian melakukan persiapan sebelum pelajaran fisika?
7) Bagaimana cara mengajar guru selama PBM?
8) Apakah kalian sering melakukan praktikum?
E. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah berupa data
kualitatif, dimana data dalam riset kualitatif adalah semua hal, barang,
tulisan, dan benda yang dikumpulkan peneliti untuk dapat menjelaskan
Pengumpulan data dilakukan dengan observasi melalui video
menggunakan alat bantu handycam sambil membuat fieldnote selama 3
kali PBM Fisika. Selain itu, data diperkuat dengan wawancara guru
sebanyak 2 kali, yaitu sekali sebelum pengambilan data observasi dan
sekali sesudah pengambilan data observasi, serta wawancara siswa yang
dilaksanakan 1 kali sesudah pemngambilan data observasi, ketiga
wawancara tersebut dilaksanakan di luar PBM Fisika. Sebelum semua
kegiatan pengambilan data tersebut, sudah dilaksanakan kegiatan
observasi awal sebagai kegiatan pengenalan terhadap situasi dan
lingkungan tempat penelitian.
F. Metode Analisis yang Digunakan
Untuk menganalisis data dari penelitian ini, peneliti menggunakan
dua tahap analisis data kualitatif, yaitu analisis dalam lapangan dan
analisis sesudah pengumpulan data. Analisis dalam lapangan ini adalah
tahap saat melakukan observasi penelitian di lapangan. Analisis ini lebih
pada apa yang diamati peneliti dan lebih pada pemilahan hal-hal penting
bagi penelitian. Sedangkan pada tahap analisis sesudah pengumpulan data
terdapat beberapa tahap yang harus dikerjakan yaitu membuat transkrip
data, kategorisasi coding, dan mekanika mengerjakan data. Selain itu,
metode analisis komperasi juga digunakan untuk membandingkan antara
PBM pada mata pelajaran fisika kelas XI IPA SMA yang terjadi di SMA
X Yogyakarta.
Analisis pada data observasi dan wawancara dengan tahapan
sebagai berikut, beserta informasi yang telah dicatat (fieldnotes). Berikut
proses analisis yang akan dilaksanakan:
1. Mengambil data observasi dan wawancara.
2. Mentranskip data video dan rekaman suara secara umum ke dalam
data tulisan.
3. Dengan panduan kisi-kisi instrumen observasi dan wawancara,
maka transkip data dari video dan rekaman suara yang telah berupa
tulisan dipilah-pilah pada sub faktor dan faktor yang tepat, dengan
mencari kata-kata kunci yang sesuai dengan kisi-kisi.
4. Setelah mengelompokkan ke dalam sub faktor dan faktor, lalu
dianalisis informasi yang didapat.
5. Menarik kesimpulan dari data yang telah dianalisis.
Kemudian, analisis untuk membandingkan teori dengan realitas
tentang implementasi pendekatan saintifik dalam tahapan-tahapan/
kegiatan-kegiatan PBM pada mata pelajaran fisika kelas XI IPA SMA di
satu SMA Yogyakarta. Untuk membandingkan teori dengan realitas
tentang implementasi pendekatan saintifik dalam tahapan-tahapan/
kegiatan-kegiatan PBM pada mata pelajaran fisika kelas XI IPA SMA di
hasil data yang telah diperoleh dari observasi dan wawancara.
Perbandingan hasil implementasi tersebut dituliskan dalam bentuk tabel
dan uraian.
Tabel 3.4 Tabel Analisis Perbandingan Teori dengan Realitas
tentang Implementasi Pendekatan Saintifik dalam
Tahapan-tahapan/ Kegiatan-kegiatan PBM pada Mata Pelajaran Fisika Kelas
XI IPA SMA di SMA X Yogyakarta
Sub Faktor Teori Realitas 1. Tahap
Prainstruksional/
Kegiatan Pendahuluan, meliputi:
…
2. Tahapan Instruksional/ Kegiatan Inti, meliputi:
…
3. Tahapan Evaluasi/ Kegiatan Akhir, meliputi:
…
G. Waktu Penelitian
Berikut merupakan penjadwalan waktu penelitian implementasi
pendekatan saintifik dalam PBM pada Mata Pelajaran Fisika Kelas XI IPA
[image:55.595.100.516.220.617.2]Tabel 3.5 Kegiatan Penelitian di SMA X
No. Tanggal Kegiatan Rincian Kegiatan
1. April 2015
Observasi pendahuluan I di dalam kelas XI IPA saat berlangsungnya PBM
2. April 2015
Observasi pendahuluan II di dalam kelas XI IPA saat berlangsungnya PBM
3. April 2015 Pengambilan data wawancara awal dengan guru.
4. April 2015
Pengambilan data I: observasi selama PBM berlangsung dan melakukan wawancara.
5. April 2015
Pengambilan data II: observasi selama PBM berlangsung dan melakukan wawancara.
6. Mei 2015
Pengambilan data III: observasi selama PBM berlangsung dan melakukan wawancara.
7. Mei 2015 Pengambilan data wawancara konfirmasi dengan guru.
40
BAB IV. DATA, ANALISIS, DAN PEMBAHASAN
A. Data
1. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilaksanakan di salah satu sekolah swasta di Yogyakarta, yaitu
SMA X Yogyakarta. Materi pembelajarannya adalah Fluida dan Teori Kinetik
Gas. Subjek penelitian ini adalah guru Fisika dan siswa kelas XI IPA 1,
sedangkan objeknya adalah implementasi pendekatan saintifik yang
dilaksanakan dalam pelaksanaan pembelajaran fisika.
Penelitian dilakukan di satu sekolah, satu guru Fisika, dan satu kelas XI
IPA, supaya penelitian ini fokus dalam mengetahui implementasi pendekatan
saintifik yang dilakukan guru dan siswa pada PBM Fisika.
Sebelum pengambilan data penelitian melalui observasi dan wawancara,
peneliti melakukan observasi awal sebanyak 2 kali pada bulan April 2015. Hal
tersebut dilakukan untuk mengetahui situasi kelas selama PBM Fisika
berlangsung dan membiasakan siswa dengan keberadaan peneliti di dalam
kelas.
Pelaksanaan penelitian untuk mengambil data observasi video dilakukan
pada tanggal 03 Mei 2015, 08 Mei 2015, dan 11 Mei 2015. Sedangkan untuk
data wawancara guru dilakukan pada tanggal 21 April 2015 dan 23 Mei 2015,
data observasi dilaksanakan di dalam lab pada observasi pertama dan di dalam
kelas XII IPS 3 pada observasi kedua dan ketiga. Wawancara dilakukan di luar
kelas, yaitu wawancara guru dilakukan di ruang tamu sekolah dan wawancara
siswa dilakukan di ruang tamu asrama putri. Wawancara tersebut telah
dilakukan peneliti dan direkam dalam bentuk video dan rekaman suara.
Sementara, fieldnotes dikumpulkan selama kegiatan penelitian berlangsung.
Setelah proses pengambilan data melalui observasi yang
didokumentasikan melalui video, peneliti memutar rekaman video
berulang-ulang kali untuk mendeskripsikan implementasi pendekatan saintifik yang
dilakukan oleh guru dan siswa selama PBM Fisika berlangsung dan
menemukan bentuk-bentuknya, lalu mentranskipnya. Peneliti mentranskip data
wawancara yang telah didapatkan dengan memutarnya berulang-ulang dan
menuliskannya dengan kata-kata yang sama dengan yang dikatakan selama
proses wawancara berlangsung.
2. Data Penelitian
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama pengambilan data video
dan wawancara dalam PBM Fisika yang berlangsung, didapatkan hasil penelitian
sebagai berikut:
a. Data Penelitian
Data video PBM dan wawancara guru, serta wawancara siswa dipaparkan
Tabel 4.1 Kegiatan yang Diobservasi/ Direkam
Kegiatan yang Diobservasi/ Direkam 1. Tahap Prainstruksional/
Kegiatan Pendahhuluan
a. Kegiatan Awal Pembelajaran b. Pemantapan Pemahaman Prasyarat 2. Tahap Instruksional/ Kegiatan
Inti
a. Pengamatan atau Observasi b. Mengajukan Pertanyaan c. Mengumpulkan Informasi
d. Mengasosiasikan atau Mengolah Informasi atau Menalar
e. Mengkomunikasikan 3. Tahap Evaluasi/ Kegiatan
Penutup
a. Validasi Konsep, Hukum, Asas, Prinsip yang Telah Dikontruksi Siswa b. Pengayaan Materi Pelajaran yang Telah Dipelajari Siswa
Guru Fisika yang dijadikan subjek dalam penelitian ini merupakan guru
yang telah berpengalaman mengajar selama 22 tahun dan sudah selama 5 tahun
mengajar di SMA X Yogyakarta, serta siswa-siswa merupakan siswa yang
telah 2 tahun mendapatkan pelajaran Fisika.
b. Transkipsi
Pembuatan transkipsi dilakukan sendiri oleh peneliti dengan mengamati
rekaman video PBM Fisika dan rekaman wawancara guru serta wawancara
siswa. Peneliti mengamati aktivitas dan tutur kata guru dan siswa yang
merupakan bentuk-bentuk implementasi pendekatan saintifik dalam PBM
Fisika. Kemudian video observasi dan wawancara tersebut disalin dalam
B. Analisis dan Pembahasan
Seperti yang terumuskan dalam BAB 2, implementasi pendekatan
saintifik dalam PBM Fisika oleh guru dan siswa dilaksanakan dalam 3 tahapan/
kegiatan pembelajaran, yaitu: Tahap Prainstruksional/ Kegiatan Pendahuluan,
Tahap Instruksional/ Kegiatan Inti, dan Tahap Evaluasi/ Kegiatan Penutup.
Penelitian ini difokuskan untuk mengetahui bagaimana seorang guru
melakukan implementasi pendekatan saintifik dan mengarahkan siswa untuk
melakukan implementasi pendekatan saintifik tersebut dalam PBM Fisika.
Penelitian ini tidak memuat penilaian implementasi pendekatan saintifik dari
seorang guru dan para siswa.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi aktivitas-aktivitas
belajar yang menunjukkan implementasi pendekatan saintifik dalam PBM
Fisika dan membandingkannya antara teori dengan praktek di lapangan.
Keterangan yang perlu dipahami, sebagai berikut: G = Guru, P = Peneliti,
S = Siswa, S1 = Siswa 1, dan S2 = Siswa 2.
Uraian analisis dan pembahasan untuk i