• Tidak ada hasil yang ditemukan

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.2 SARAN

Perlu dilakukan pengkajian lebih lanjut mengenai mutu kulit samak yang disamak menggunakan campuran krom daur ulang dan krom baru, agar pelaku industri tertarik untuk menghemat penggunaan krom yang baru tanpa khawatir mutu kulit samaknya menurun.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Struktur Kulit. http://repository.upi.edu/operator/upload/s_kim_060517_chapter2.pdf. [11 Agustus 2011].

Anonim. 2011. Analisis SWOT. http://daps.bps.go.id/file_artikel/66/Analisis%20SWOT.pdf. [8 Agustus 2011].

Anonim. 2011. Pabrik Hidrogen Peroksida (H2O2) di Indonesia. http://industrikimia.com/data- pabrik/pabrik-hidrogen-peroksida-h2o2-di-indonesia. [20 Juli 2011].

Fahidin dan Muslich. 1999. Ilmu dan Teknologi Kulit. Bogor: Fateta IPB.

Indrasti NS dan Fauzi AM. 2009. Produksi Bersih. Departemen Teknologi Industri Pertanian. : Bogor: Fateta IPB.

Judoamidjojo M. 1981. Defek-defek pada Kulit Mentah dan Kulit Samak. Jakarta: Bhatara Karya Aksara.

Marimin. 2004. Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

Marimin dan Maghfiroh N. 2010. Aplikasi Teknik Pengambilan Keputusan dalam Manajemen Rantai Pasok. Bogor: IPB Press.

Nextag. 2011. Protease Enzyme. http://www.nextag.com/protease-enzyme/stores-html. [20 Juli 2011].

Permadi R. 2010. Harga Pipa HDPE. http://hargapipahdpe.blogspot.com/. [19 Juli 2011]. Prayitno. 2009. Kajian penerapanrecycle,reuse, danrecoveryuntuk proses produksi kulitwet blue

pada industri penyamakan kulit. Kulit, Karet, dan Plastik 25(1): 45-52.

Purnomo E. 1985. Pengetahuan Dasar Teknologi Penyamakan Kulit. Yogyakarta: Akademi Teknologi Kulit, Departemen Perindustrian.

Purnomo E. 1987. Penyamakan Kulit Reptil. Yogyakarta: Akademi Teknologi Kulit, Departemen Perindustrian.

Pursud. 2010. Berdagang Macam-macam Pompa Air. http://www.kaskus.us/showthread.php. [19 Juli 2011].

Sharphouse JH. 1978. Leather Technician’s Handbook. Leather Producers Association: London. Wazir I. 2011. Penyamakan Kulit Kambing, Sapi dan Kelinci. http:// penyamakan-kulit-kambing-

Lampiran 1. Struktur hierarki AHP limbah industri penyamakan kulit

Meminimumkan Limbah Produksi Kulit Samak

Lembaga Keuangan Dukungan Pemerintah

Modal Kebijakan Industri

Perbaikan Lingkungan

Pelaku Industri Litbang / PT Pemerintah Daerah

Tujuan

Teknologi

Peningkatan Pendapatan Pengoptimalan Proses

Goal

Pengolahan limbah daging menjadi lemak Pemisahan limbah

cair dari bulu dan daging Penggunaan kembali

air buanganpre soakinguntuk proses

pre soakingpada batchselanjutnya Mendesain instalasi

pembuangan air ke IPAL dengan pipa langsung dari molen

Penggunaan kembali limbah

krom dengan cara daur ulang Aktor

Faktor

Lampiran 2. Kuesioner AHP

Tanggal Pengisian : No. Responden :

Penggunaan Proses Hirarki Analitik

MEMINIMUMKAN LIMBAH PRODUKSI KULIT SAMAK DENGAN BAHAN PENYAMAK KROMIUM

Kuesioner ini merupakan salah satu instrumen dalam menyelesaikan penelitian. Kuesioner ini disusun oleh :

Peneliti : Febriana Alihniar

NRP : F34070040

Program Studi : Teknologi Industri Pertanian Fakultas : Teknologi Pertanian

Perguruan Tinggi : Institut Pertanian Bogor

Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Anas Miftah Fauzi, M.Eng

Nama :

Jenis Kelamin : ( ) Laki-Laki ( ) Perempuan

Pendidikan Terakhir: ( ) Tidak tamat SD ( ) Diploma/Akademi ( ) SD ( ) Sarjana

( ) SMP ( ) Pascasarjana ( ) SMA ( ) Doktor

Pekerjaan : ( ) Pelajar/Mahasiswa ( ) Wiraswasta/Pengusaha ( ) BUMN/Pegawai Negeri ( ) Lainnya, sebutkan... ( ) Pegawai Swasta

KUESIONER PENELITIAN

KAJIAN IMPLEMENTASI PRODUKSI BERSIH DI INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT (KASUS DESA CIBULUH, KECAMATAN BOGOR

UTARA)

PENGANTAR

Pengisian kuesioner ini bertujuan untuk menentukan strategi dalam meminimumkan limbah produksi yang dihasilkan dari industri penyamakan kulit. Industri penyamakan kulit yang difokuskan pada kuesioner ini adalah yang menggunakan bahan penyamak kromium. Struktur hierarki dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Meminimumkan Limbah Produksi Kulit Samak

Lembaga Keuangan Dukungan Pemerintah

Modal Kebijakan Industri

Perbaikan Lingkungan

Pelaku Industri Litbang / PT Pemerintah Daerah

Tujuan

Teknologi

Peningkatan Pendapatan Pengoptimalan Proses

Goal

Pengolahan limbah daging menjadi lemak Pemisahan limbah

cair dari bulu dan daging Penggunaan kembali

air buanganpre soakinguntuk proses

pre soakingpada batchselanjutnya Mendesain instalasi

pembuangan air ke IPAL dengan pipa langsung dari molen

Penggunaan kembali limbah

krom dengan cara daur ulang Aktor

Faktor

PETUNJUK PENGISIAN I. UMUM

1. Isi kolom identitas yang terdapat pada halaman depan kuesioner.

2. Berikan penilaian terhadap hierarki penentuan Strategi Meminimumkan Limbah Produksi Kulit Samak.

3. Penilaian dilakukan dengan membandingkan tingkat kepentingan/peran komponen dalam satu level hierarki yang berkaitan dengan komponen-komponen level sebelumnya menggunakan skala penilaian yang terdapat pada petunjuk bagian II.

4. Penilaian dilakukan dengan mengisi titik-titik pada kolom yang telah tersedia.

II. SKALA PENILAIAN

Definisi dari skala yang digunakan adalah sebagai berikut: Nilai Perbandingan

(A dibandingkan B)

Definisi

1 Asama penting denganB

3 Asedikit lebih penting dariB

-3 Kebalikannya ( B sedikit lebih penting dari A) 5 Ajelas lebih penting dariB

-5 Kebalikannya (B jelas lebih penting dari B) 7 Asangat jelas lebih penting dariB

-7 Kebalikannya ( B sangat jelas lebih lebih penting dari A) 9 Amutlak lebih penting dari padaB

-9 Kebalikannya ( B mutlak lebih penting dari pada A)

2,4,6,8 atau -2, -4, -6. -8 Diberikan apabila terdapat sedikit perbedaan dengan patokan diatas

Keterangan :

Dalam pengisian kuesioner ini Bapak/Ibu/Saudara/Saudari diminta untuk membandingkan mana yang lebih penting antara elemen A dengan elemen B, lalu memberikan bobot berdasarkan petunjuk. Keluaran dari kuesioner ini adalah menentukan salah satu elemen yang menjadi prioritas untuk di implementasikan berdasarkan pendapat responden.

Contoh Pengisian :

Misalkan terdapat elemen yang mempengaruhi efisiensi pengeluaran jumlah limbah yang dihasilkan yaitu faktor modal, teknologi, kebijakan industri dan dukungan pemerintah. Berdasarkan tingkat kepentingan maka faktor tersebut disusun dalam bentuk tabel seperti pada contoh berikut:

Elemen Faktor A

Elemen Faktor B

Modal Teknologi Kebijakan Industri Dukungan Pemerintah Modal 1 5(a) -3(b) 9 Teknologi 1 6 7 Kebijakan Industri 1 -2 Dukungan Pemerintah 1 Keterangan :

Nilai Pada(a) : Faktor Modaljelas lebih penting dariTeknologi

Nilai Pada(b) : Faktor Kebijakan Industrisedikit lebih penting dariModal Perhatian : Konsistensi penilaian sangat penting untuk diperhatikan

Tabel 1. Membandingkan tingkat kepentingan elemen-elemenfaktordibawah ini berdasarkanGoal Meminimumkan Limbah Produksi Kulit Samak

Elemen Faktor A

Elemen Faktor B

Modal Teknologi Kebijakan Industri Dukungan Pemerintah

Modal 1 …… …… ……

Teknologi 1 …… ……

Kebijakan Industri 1 ……

Dukungan Pemerintah 1

Tabel 2.1 Membandingkan tingkat kepentingan elemen-elemenaktordibawah ini berdasarkan faktor Modal Elemen Aktor A Elemen Aktor B Pelaku Industri Litbang / PT Pemerintah Daerah Lembaga Keuangan Pelaku Industri 1 …… …… …… Litbang / PT 1 …… …… Pemerintah Daerah 1 …… Lembaga Keuangan 1

Tabel 2.2 Membandingkan tingkat kepentingan elemen-elemenaktordibawah ini berdasarkan faktor Teknologi Elemen Aktor A Elemen Aktor B Pelaku Industri Litbang / PT Pemerintah Daerah Lembaga Keuangan Pelaku Industri 1 …… …… …… Litbang / PT 1 …… …… Pemerintah Daerah 1 …… Lembaga Keuangan 1

Tabel 2.3 Membandingkan tingkat kepentingan elemen-elemenaktordibawah ini berdasarkan faktor Kebijakan Industri Elemen Aktor A Elemen Aktor B Pelaku Industri Litbang / PT Pemerintah Daerah Lembaga Keuangan Pelaku Industri 1 …… …… …… Litbang / PT 1 …… …… Pemerintah Daerah 1 …… Lembaga Keuangan 1

Tabel 2.4 Membandingkan tingkat kepentingan elemen-elemenaktordibawah ini berdasarkan faktor Dukungan Pemerintah Elemen Aktor A Elemen Aktor B Pelaku Industri Litbang / PT Pemerintah Daerah Lembaga Keuangan Pelaku Industri 1 …… …… …… Litbang / PT 1 …… …… Pemerintah Daerah 1 …… Lembaga Keuangan 1

Tabel 3.1 Membandingkan tingkat kepentingan elemen-elementujuandibawah ini berdasarkan aktor Pelaku Industri Elemen Tujuan A Elemen Tujuan B Peningkatan Pendapatan Perbaikan Lingkungan Pengoptimalan Proses Peningkatan Pendapatan 1 …… …… Perbaikan Lingkungan 1 …… Pengoptimalan Proses 1

Tabel 3.2 Membandingkan tingkat kepentingan elemen-elementujuandibawah ini berdasarkan aktor Litbang / PT Elemen Tujuan A Elemen Tujuan B Peningkatan Pendapatan Perbaikan Lingkungan Pengoptimalan Proses Peningkatan Pendapatan 1 …… …… Perbaikan Lingkungan 1 …… Pengoptimalan Proses 1

Tabel 3.3 Membandingkan tingkat kepentingan elemen-elementujuandibawah ini berdasarkan aktor Pemerintah Daerah Elemen Tujuan A Elemen Tujuan B Peningkatan Pendapatan Perbaikan Lingkungan Pengoptimalan Proses Peningkatan Pendapatan 1 …… …… Perbaikan Lingkungan 1 …… Pengoptimalan Proses 1

Tabel 3.4 Membandingkan tingkat kepentingan elemen-elementujuandibawah ini berdasarkan aktor Lembaga Keuangan Elemen Tujuan A Elemen Tujuan B Peningkatan Pendapatan Perbaikan Lingkungan Pengoptimalan Proses Peningkatan Pendapatan 1 …… …… Perbaikan Lingkungan 1 …… Pengoptimalan Proses 1

45 Tabel 4.1 Membandingkan tingkat kepentingan elemen-elemenstrategidibawah ini berdasarkan tujuanPeningkatan Pendapatan

Elemen Strategi A

Elemen Strategi B Mendesain instalasi

pembuangan air ke IPAL dengan pipa langsung dari molen

Penggunaan kembali air buanganpre soakinguntuk

prosespre soakingpada batchselanjutnya

Pemisahan limbah cair dari bulu dan

daging Pengolahan limbah daging menjadi lemak Penggunaan kembali limbah krom dengan cara

daur ulang

Mendesain instalasi pembuangan air ke IPAL dengan pipa langsung dari molen

1 …… …… …… ……

Penggunaan kembali air buanganpre soakinguntuk prosespre soakingpadabatch selanjutnya

1 …… …… ……

Pemisahan limbah cair dari

bulu dan daging 1

…… ……

Pengolahan limbah daging

menjadi lemak 1

……

Penggunaan kembali limbah

Tabel 4.2 Membandingkan tingkat kepentingan elemen-elemenstrategidibawah ini berdasarkan tujuanPerbaikan Lingkungan

Elemen Strategi A

Elemen Strategi B Mendesain instalasi

pembuangan air ke IPAL dengan pipa langsung dari molen

Penggunaan kembali air buanganpre soakinguntuk

prosespre soakingpada batchselanjutnya

Pemisahan limbah cair dari bulu dan

daging

Pengolahan limbah daging menjadi

lemak

Penggunaan kembali limbah krom dengan

cara daur ulang

Mendesain instalasi pembuangan air ke IPAL dengan pipa langsung dari molen

1 …… …… …… ……

Penggunaan kembali air buanganpre soakinguntuk prosespre soakingpadabatch selanjutnya

1 …… …… ……

Pemisahan limbah cair dari

bulu dan daging 1

…… ……

Pengolahan limbah daging

menjadi lemak 1

……

Penggunaan kembali limbah

47 Tabel 4.3 Membandingkan tingkat kepentingan elemen-elemenstrategidibawah ini berdasarkan tujuanPengoptimalan Proses

Elemen Strategi A

Elemen Strategi B Mendesain instalasi

pembuangan air ke IPAL dengan pipa langsung dari molen

Penggunaan kembali air buanganpre soakinguntuk

prosespre soakingpada batchselanjutnya

Pemisahan limbah cair dari bulu dan

daging

Pengolahan limbah daging menjadi

lemak

Penggunaan kembali limbah krom dengan

cara daur ulang

Mendesain instalasi pembuangan air ke IPAL dengan pipa langsung dari molen

1 …… …… …… ……

Penggunaan kembali air buanganpre soakinguntuk prosespre soakingpadabatch selanjutnya

1 …… …… ……

Pemisahan limbah cair dari

bulu dan daging 1

…… ……

Pengolahan limbah daging

menjadi lemak 1

……

Penggunaan kembali limbah

krom dengan cara daur ulang 1

Lampiran 4. Kuesioner aspek internal dan eksternal industri penyamakan kulit Haji Ali Ahmad

Kuesioner Identifikasi Bobot dan Rangking Aspek Internal dan Aspek Eksternal

Industri Penyamakan Kulit Haji Ali Ahmad

Nama Responden : Tanda Tangan :

Petunjuk Pengisian:

Bapak/Ibu dimita untuk membandingkan mana yang lebih penting dari Atribut yang satu dengan Atribut yang lainnyadengan memberi bobot berdasarkan petunjuk.

Nilai Perbandingan (A dibandingkan B)

Definisi

1 Asama penting denganB

3 Asedikit lebih penting dariB

-3 Kebalikannya ( B sedikit lebih penting dari A) 5 Ajelas lebih penting dariB

-5 Kebalikannya (B jelas lebih penting dari B) 7 Asangat jelas lebih penting dariB

-7 Kebalikannya ( B sangat jelas lebih lebih penting dari A) 9 Amutlak lebih penting dari padaB

-9 Kebalikannya ( B mutlak lebih penting dari pada A)

2,4,6,8 atau -2, -4, -6. -8 Diberikan apabila terdapat sedikit perbedaan dengan patokan diatas

Selanjutnya adalah memberikan rangking/rating kepada masing-masing atribut dari aspek internal dan aspek eksternal industri sesuai dengan skala dibawah ini.

Skala 1 : kurang berpengaruh terhadap industri Skala 2 : berpengaruh terhadap industri Skala 3 : sangat berpengaruh terhadap industri

Aspek internalterdiri dariKekuatan dan Kelemahan industri.

Tabel 1. Membandingkan atribut-atribut dibawah ini berdasarkanKekuatan industri

Elemen A Elemen B Jumlah tenaga kerja yang sedikit Tenaga kerja yang terlatih Kemitraan yang baik dengan pekerja dan pengorder Pengawasan dan pemantauan yang intensif dari pihak atas kepada tenaga kerja Harga yang bersaing Penanganan bahan sudah optimal Fungsi dan fasilitas R&D cukup baik Jumlah tenaga kerja yang sedikit 1 ……. ……. ……. ……. ……. ……. Tenaga kerja yang terlatih 1 ……. ……. ……. ……. ……. Kemitraan yang baik dengan pekerja dan pengorder 1 ……. ……. ……. ……. Pengawasan dan pemantauan yang intensif dari pihak atas kepada tenaga kerja 1 ……. ……. ……. Harga yang bersaing 1 ……. ……. Penanganan bahan sudah optimal 1 ……. Fungsi dan fasilitas R&D cukup baik 1

Atribut Kekuatan Industri Rangking/Rating

Jumlah tenaga kerja yang sedikit …….

Tenaga kerja yang terlatih …….

Kemitraan yang baik dengan pekerja dan pengorder ……. Pengawasan dan pemantauan yang intensif dari pihak

atas kepada tenaga kerja

…….

Harga yang bersaing …….

Penanganan bahan sudah optimal …….

Fungsi dan fasilitas R&D cukup baik …….

Ket:

1 : kurang berpengaruh terhadap industri 2 : berpengaruh terhadap industri 3 : sangat berpengaruh terhadap industri

Tabel 2. Membandingkan atribut-atribut dibawah ini berdasarkanKelemahan industri Elemen A

Elemen B Peralatan sudah cukup

tua

Ketersediaan bahan baku yang fluktuatif

Penanganan limbah belum baik Peralatan sudah cukup

tua 1 ……. …….

Ketersediaan bahan

baku yang fluktuatif 1 …….

Penanganan limbah

belum baik 1

Atribut Kelemahan Industri Rangking/Rating

Peralatan sudah cukup tua …….

Ketersediaan bahan baku yang fluktuatif …….

Penanganan limbah belum baik …….

Ket:

1 : kurang berpengaruh terhadap industri 2 : berpengaruh terhadap industri 3 : sangat berpengaruh terhadap industri

Aspek Eksternalterdiri dariPeluang dan Ancaman industri

Tabel 3. Membandingkan atribut-atribut dibawah ini berdasarkanPeluang industri Elemen A

Elemen B Menjadi pensuplai bahan baku

untuk sarung tangan mutu ekspor

Mempunyaimarket share sendiri

Menjadi pensuplai bahan baku untuk sarung tangan mutu ekspor

1 ……

Mempunyaimarket share

sendiri 1

Atribut Peluang Industri Rangking/Rating

Menjadi pensuplai bahan baku untuk sarung tangan mutu ekspor ……

Mempunyaimarket sharesendiri ……

Ket:

1 : kurang berpengaruh terhadap industri 2 : berpengaruh terhadap industri 3 : sangat berpengaruh terhadap industri

Elemen A

Elemen B Keberadaan

perusahaan dengan usaha yang sama

Konsumsi masyarakat terhadap daging yang menurun

menyebabkan menurunnya jumlah kulit mentah Birokrasi mengenai penanganan limbah Keberadaan perusahaan dengan usaha yang sama

1 …… ……

Konsumsi

masyarakat terhadap daging yang menurun menyebabkan menurunnya jumlah kulit mentah 1 …… Birokrasi mengenai penanganan limbah 1

Atribut Ancaman Industri Rangking/Rating

Keberadaan perusahaan dengan usaha yang sama …… Konsumsi masyarakat terhadap daging yang menurun

menyebabkan menurunnya jumlah kulit mentah

……

Birokrasi mengenai penanganan limbah ……

Ket:

1 : kurang berpengaruh terhadap industri 2 : berpengaruh terhadap industri 3 : sangat berpengaruh terhadap industri

Lampiran 5. Matriks SWOT industri penyamakan kulit Haji Ali Ahmad

KEKUATAN (S)

1. Jumlah tenaga kerja yang sedikit

2. Tenaga kerja yang terlatih 3. Kemitraan yang baik

dengan pekerja dan pengorder

4. Pengawasan dan

pemantauan yang intensif dari pihak atas kepada tenaga kerja

5. Harga yang bersaing 6. Penanganan bahan sudah

optimal

7. Fungsi dan fasilitas R&D cukup baik

KELEMAHAN (W) 1. Peralatan sudah cukup tua 2. Ketersediaan bahan baku

yang fluktuatif

3. Penanganan limbah belum baik

PELUANG (O)

1. Menjadi pensuplai bahan baku untuk sarung tangan mutu ekspor

2. Punyamarket share sendiri

SO

1. Mempertahankan dan meningkatkan mutu produk kulit samak dengan tetap memperhatikan perbaikan lingkungan 2. Memperluas jaringan distribusi WO 1. Melakukan perawatan peralatan secara berkala 2. Meningkatkan efisiensi

produksi

ANCAMAN (T)

1. Keberadaan perusahaan dengan usaha yang sama 2. Konsumsi masyarakat

terhadap daging yang menurun menyebabkan menurunnya jumlah kulit mentah

3. Birokrasi mengenai penanganan limbah

ST

1. Mempertahankan dan meningkatkan mutu produk kulit samak

2. Melakukan penanganan limbah sendiri

3. Menjalin kemitraan lebih luas lagi dengan masyarakat

WT

1. Meningkatkan teknologi penanganan limbah 2. Melibatkan pedagang

eceran sebagai mitra pensuplai bahan baku 3. Mempertahankan mutu

peralatan Internal

KAJIAN IMPLEMENTASI PRODUKSI BERSIH

DI INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT

(KASUS DESA CIBULUH, KECAMATAN BOGOR UTARA)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN pada Departemen Teknologi Industri Pertanian,

Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor

Oleh

FEBRIANA ALIHNIAR F34070040

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011

Judul Skripsi : Kajian Implementasi Produksi Bersih di Industri Penyamakan Kulit (Kasus Desa Cibuluh, Kecamatan Bogor Utara)

Nama : Febriana Alihniar NIM : F34070040

Menyetujui,

Pembimbing Skripsi,

(Prof. Dr. Ir. Anas Miftah Fauzi, M.Eng) NIP. 19600419 198503 1 002

Mengetahui: Ketua Departemen,

(Prof. Dr. Ir. Nastiti Siswi Indrasti) NIP. 19621009 198903 2001

STUDY ON CLEANER PRODUCTION IMPLEMENTATION IN

LEATHER TANNING INDUSTRY :

A CASE STUDY IN DESA CIBULUH, NORTH BOGOR SUB-DISTRICT

Febriana Alihniar and Anas Miftah Fauzi

Department of Agroindustrial Technology, Faculty of Agricultural Technology, Bogor Agricultural University, IPB Darmaga Campus, PO Box 222, Bogor, West Java, Indonesia

ABSTRACT

L

eather tanning industries are industries that process animal skin to produce finish leather product by using many stages of process. Every stage of the process will generate a large amount of wastes, either liquid or solid wastes. If the waste is not treated properly, it will cause environmental pollution. Implementation of cleaner production strategy can be used to solve this problem. This research studies the potentials of cleaner production application and alternative of cleaner production strategy in order to develop environmental friendly tanning industry in Cibuluh. The method used was process identification, waste sourch identification, and cleaner production analysis strategy. The cleaner production alternatives which are potential to be applied are design of installation wastewater to IPAL with pipe from molen machine, reuse wastewater from pre soaking process for the next batch, separation wastewater from hair and flesh, processing of fleshing waste for fat, and recycle chromium from tanning wastewater. Based on the priority alternative, three options were selected, namely recycle chromium from tanning wastewater, separation wastewater from hair and flesh, and reuse wastewater from pre soaking process for the next batch. The total investment of these option is Rp 2,059,500,- with pay back period (PBP) of 0.17 month. The Analitycal Hierarchy Process (AHP) analysis result shows that industrial policy is the most important factor to minimize waste product of tanning industry. The priority of cleaner production program from AHP analysis is recycle chromium from tanning wastewater which is consistent to that resulted from field study. Keywords : cleaner production, leather tanning, AHP

Febriana Alihniar. F34070040. Kajian Implementasi Produksi Bersih di Industri Penyamakan Kulit (Kasus Desa Cibuluh, Kecamatan Bogor Utara). Di bawah bimbingan Anas Miftah Fauzi. 2011.

RINGKASAN

Industri penyamakan kulit merupakan industri yang mengolah kulit mentah menjadi kulit samak. Kulit samak adalah kulit yang dikerjakan sedemikian rupa sehingga bersifat lebih permanen, dengan kadar air tertentu yang tidak memungkinkan tumbuhnya mikroorganisme. Bahan baku dari industri penyamakan kulit adalah kulit hewan, terutama kulit dari hewan-hewan mamalia seperti kambing, sapi dan domba. Kulit samak banyak digunakan sebagai bahan baku pembuatan jaket, sepatu, sarung tangan, dan sebagainya. Selain faktor ekonomi yang menguntungkan dari segi penjualan produk kulit samak, faktor lingkungan sebagai objek pembuangan limbah pun perlu mendapat perhatian khusus dari industri. Pada umumnya semua pelaku industri menyadari akan pentingnya faktor lingkungan ini. Namun sering kali pelaksanaannya terbentur oleh pembiayaan yang harus dikeluarkan untuk mengolah limbah industri tersebut. Salah satu jawaban mengenai permasalahan ini adalah dengan penerapan konsep produksi bersih. Produksi bersih merupakan suatu alternatif dalam strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif dengan meminimalkan jumlah limbah yang keluar. Penekanan produksi bersih mengarah pada upaya agar industri tidak mengeluarkan limbah, atau setidaknya dapat meminimalkan jumlah limbah yang dihasilkan.

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis peluang penerapan produksi bersih di industri penyamakan kulit dilihat dari berbagai aspek seperti aspek teknis, lingkungan dan ekonomi untuk mendapatkan alternatif strategi. Metodologi yang digunakan adalah mengidentifikasi proses produksi, mengidentifikasi munculnya limbah dan menganalisis penerapan produksi bersih.

Proses produksi kulit samak di industri penyamakan kulit Haji Ali Ahmad terdiri dari proses perendaman (soaking), pengapuran (liming), pembuangan daging (fleshing), pembuangan kapur (deliming), pengasaman (pickling), penyamakan (tanning), penggantungan, perataan dan penyerutan (shaving), penyamakan ulang (retanning), pewarnaan dasar (dyeing), peminyakan (fat liquoring), fiksasi, vakum, penggantungan, pengeringan/penjemuran, perengangan, spraying, penyetrikaan, pengukuran dan penyortiran. Limbah yang dihasilkan berupa limbah cair (asam dan basa), limbah padat, dan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Untuk satu kali produksi dengan kapasitas 1.5 ton kulit mentah dihasilkan 27,000 liter limbah cair, 700 kg limbah padat, dan 1,500 liter limbah B3.

Dari hasil pengamatan di lapangan, opsi produksi bersih yang dapat diterapkan antara lain mendesain instalasi pembuangan air ke IPAL dengan pipa langsung dari molen, penggunaan kembali air buanganpre soakinguntuk prosespre soakingpadabatchselanjutnya, pemisahan limbah cair dari bulu dan daging, pengolahan limbah daging menjadi lemak, dan penggunaan kembali limbah krom dengan cara daur ulang. Keseluruhan opsi tersebut kemudian dikaji dari aspek teknis, lingkungan dan ekonomi. Dari hasil pengkajian, opsi penggunaan kembali limbah krom dengan cara daur ulang menjadi prioritas yang pertama, sedangkan dengan pemisahan limbah cair dari bulu dan daging serta penggunaan kembali air buangan pre soaking untuk proses pre soaking pada batch selanjutnya menjadi prioritas kedua dan ketiga. Jika ketiga opsi ini dilaksanakan, akan diperoleh keuntungan per bulan Rp 12,447,600,- dengan pay back period selama 0.17 bulan dan pengurangan limbah ke lingkungan sebesar 4,540 L dengan total minimisasi yang diperoleh sebesar Rp 197,000,- untuk satu kalibatchproduksi..

Selain kajian langsung di lapangan, penentuan implementasi produksi bersih ini juga menggunakanAnalytical Hierarchy Process (AHP). Rasio konsistensi yang diperoleh sebesar 6%. Hasil analisis AHP menunjukkan bahwa faktor yang paling menentukan pengimplementasian produksi bersih di industri penyamakan kulit adalah kebijakan industri tersebut, sedangkan opsi yang memperoleh prioritas tertinggi adalah penggunaan kembali limbah krom dengan cara daur ulang. Hasil ini memperlihatkan bahwa permasalahan utama dari industri penyamakan kulit adalah limbah bahan penyamak (krom) sehingga diperlukan upaya untuk meminimumkan jumlah limbah B3 tersebut.

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Industri penyamakan kulit merupakan industri yang mengolah kulit mentah menjadi kulit samak. Kulit samak adalah kulit yang dikerjakan sedemikian rupa sehingga bersifat lebih permanen, dengan kadar air tertentu yang tidak memungkinkan tumbuhnya mikroorganisme. Bahan mentah dari industri penyamakan kulit adalah kulit hewan, terutama kulit dari hewan-hewan mamalia seperti kambing, sapi dan domba. Kulit dari hewan-hewan mamalia tersebut memiliki nilai ekonomis yang cukup potensial. Kulit samak banyak digunakan sebagai bahan baku pembuatan jaket, sepatu, sarung

Dokumen terkait