VII. KESIMPULAN DAN SARAN
7.2. Saran
1. Otonomi daerah menyebabkan daerah memiliki kewenangan yang besar dalam mengatur daerahnya sendiri. kewenangan yang besar ini diharapkan bisa digunakan sebaik-baiknya oleh pemerintah dengan membuat dan mengimplikasikan kebijakan-kebijakan yang berdampak pada peningkatan kinerja perekonomian secara signifikan.
89
2. Apabila pengeluaran rutin sudah terpenuhi, sebaiknya pengalokasian pengeluaran di arahkan lebih besar ke pengeluaran pembangunan. Selanjutnya, pengalokasian dana ke pengeluaran pembangunan harus proposional baik terhadap sektor pertanian maupun luar pertanian, mengingat sektor pertanian merupakan sektor penting di Kalimantan Tengah sedangkan sektor luar pertanian memberikan stimulus paling besar terhadap peningkatan PDRB dan penyerapan tenaga kerja.
Alm, J. 2001. Can Indonesia Decentralise Successfuly? Plans, Problems and Prospects. Buletin of Indonesian Economic Studies, 37 (1): 83-102. Aswin. 2005. Dampak Implementasi Desentralisasi Fiskal Terhadap Kinerja
Pemerintah Kabupaten/Kota dengan Pendekatan Balanced Scorecard
(Studi di Propinsi Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah). Disertasi Doktor. Sekolah Pascasarjana, Universitas Brawijaya, Malang.
Badan Pusat Statistik Kalimantan Tengah. 2006. Kalimantan Tengah Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kalimantan Tengah, Palangka Raya.
Boediono. 2002. Kebijakan Pengelolaan Keuangan Negara Dalam Rangka Pelaksanaan Azas Desentralisasi Fiskal. Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, Departemen Keuangan, Jakarta.
Damuri, Y. R. and P. D. Amri. 2003. Does Decentralization Accelerate Recovery?: An Economic Perspective. The Indonesian Quarterly, 31 (2): 227-240.
Dornbursh, R. dan S. Fischer. 1997. Makroekonomi. Edisi Ketujuh. Terjemahan. Penerbit Erlangga, Jakarta.
Fitrani, F., B. Hofman, and K. Kaiser. Unity in Diversity? The Creation of Local Governments in a Decentralising Indonesia. Buletin of Indonesian Economic Studies, 40 (1): 57-59.
Gujarati, D. 1978. Ekonometrika Dasar. Terjemahan. Penerbit Erlangga, Jakarta. Koutsoyiannis, A. 1977. Theory of Econometrics: An Introductory Exposition of
Econometric Methods. Harper & Row Publishers Inc, New York.
Lewis, B. D. 2003. Tax and Charge Creation By Regional Governments Under Fiscal Decentralisation: Estimates and Explanation. Bulletin of Indonesian Economic Studies, 39 (2): 177-192.
.n2006. Local Government Taxation: An Analysis of Administrative Cost Inefficiency. Bulletin of Indonesian Economic Studies, 42 (2): 213- 233.
Lin, J. Y. 2000. Fiskal Decentralization and Economic Growth in China. Economic Development and Culture Change, 49 (1): 1-21.
91
Litvack, Jennie, Ahmad, Jundid, and R. Bird. 1998. Decentralization in Developing Country. The World Bank, Washington D.C.
Mahi. 2000. Persiapan Menuju Desentralisasi dan Otonomi Daerah. Working Paper. Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat, Universitas Indonesia, Jakarta.
Mankiw, N. G. 2003. Teori Makroekonomi. Edisi Kelima. Terjemahan. Penerbit Erlangga, Jakarta.
Nanga, M. 2006. Dampak Transfer Fiskal Terhadap Kemiskinan di Indonesia: Suatu Analisis Simulasi Kebijakan. Disertasi Doktor. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Panjaitan, M. 2006. Dampak Desentralisasi Fiskal Terhadap Kinerja Perekonomian Kabupaten dan Kota di Propinsi Sumatera Utara. Disertasi Doktor. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Pakasi, C. B. D. 2005. Dampak Desentralisasi Fiskal Terhadap Perekonomian
Kabupaten dan Kota di Propinsi Sulawesi Utara. Disertasi Doktor. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2001. http://www.sikd.djapk.go.id/data/apbd/index.htm. [3 Jun 2007].
Pindyck, R. S. and D. L Rubinfield. 1991. Econometric Models and Economic Forecast. Third Edition. Mc Graw-Hill International, Singapore.
Ranis, G. and F. Stewart. 1994. Decentralisation in Indonesia. Buletin of Indonesian Economic Studies, 30 (3): 41-72.
Riyanto dan H. Siregar. 2005. Dampak Dana Perimbangan Terhadap Perekonomian Daerah dan Pemerataan Antarwilayah. Jurnal Kebijakan Ekonomi, I (1): 15-35.
Saefudin. 2005. Dampak Desentralisasi Fiskal Terhadap Kinerja Perekonomian dan Kelembagaan di Propinsi Riau. Tesis Magister Sains. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Sjafrizal. 2002. Some Possible Impacts of Regional Autonomy: West Sumatra Case. The Indonesia Quarterly, 32(4): 420-439.
Said, M.M. 2004. A Conditional Decentralization: The Establishment of Local Autonomy in Lombok Barat. The Indonesia Quarterly, 30(1): 84-94. Saragih, J. P. 2003. Desentralisasi Fiskal dan Keuangan Daerah Dalam Otonomi.
Sidik, M. 2002a. Perimbangan Keuangan Pusat Dan Daerah Sebagai Pelaksanaan Desentralisasi Fiskal (Antara Teori dan Aplikasinya di Indonesia). Paper disampaikan pada Seminar: Setahun Implementasi Kebijaksanaan Otonomi Daerah di Indonesia, 13 Maret 2002, Yogyakarta.
. 2002b. Format Hubungan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah yang Mengacu pada Pencapaian Tujuan Nasional. Paper disampaikan pada Seminar Nasional: Public Sektor Scorecard, 17-18 April 2002, Jakarta. . 2003. Dana Alokasi Umum: Konsep, Hambatan dan Prospek di Era
Otonomi Daerah. Buku Kompas, Jakarta.
Simanjuntak, R. 2001. Kebutuhan Fiskal Kapasitas Fiskal dan Optimasi Potensi Pendapatan Asli Daerah (PAD). Working Paper. Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat, Universitas Indonesia, Jakarta.
Sumedi. 2005. Dampak Kebijakan Desentralisasi Fiskal Terhadap Kesenjangan Antardaerah dan Kinerja Perekonomian Nasional dan Daerah. Tesis Magister Sains. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Tambunan, T. T. H. 2001. Perekonomian Indonesia. Ghalia Indonesia, Jakarta.
Undang-Undang No. 22 Tahun 1999. http://www.sikd.djapk.go.id/data/apbd/index.htm. [3 Jun 2007].
Undang-Undang No. 25 Tahun 1999. http://www.sikd.djapk.go.id/data/apbd/index.htm. [3 Jun 2007].
Undang-Undang No. 34 Tahun 2000. http://www.sikd.djapk.go.id/data/apbd/index.htm. [3 Jun 2007].
Usman. 2006. Dampak Desentralisasi Fiskal Terhadap Distribusi Pendapatan dan Tingkat Kemiskinan. Tesis Magister Sains. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
93
Lampiran 1. Sumber Data Penelitian
No. Data Simbol Sumber
Data Publikasi
BPS Jakarta
Statistik Keuangan Pemerintah Daerah Tingkat II Tahun 1994/1995-1995/1996
Statistik Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten/kota Tahun 1999/2000-2000
Statistik Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten/kota Tahun 1999/2000-2000
Statistik Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten/kota Tahun 2000-2002
Statistik Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten/kota Tahun 2001-2003
Statistik Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten/kota Tahun 2004-2005 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. Transfer Bagi hasil
Total penerimaan daerah Pengeluaran pembangunan Total pengeluaran daerah Kepadatan populasi Laba usaha
PAD lain yang sah Dana alokasi umum Pajak
Bagi hasil pajak Pengeluaran rutin Pengeluaran pertanian Pengeluaran luar pertanian Pendapatan asli daerah Dana alokasi khusus Bagi hasil bukan pajak Pinjaman
Penerimaan lainnya
Sisa lebih anggaran tahun lalu
Transf BH TOTIN EXPP TOTEXP KPOP LabaUsaha PADLain2 DAU PAJAK BHP EXPR EXPPA EXPPNA PAD DAK BHBP PINJAM RevLain SisaLebih BPS Kalimantan Tengah
Indikator Ekonomi Kalteng Juli Desember 1997
Kalimantan Tengah dalam Angka 2006
21. 22. 23.
Tenaga kerja pertanian Tenaga kerja luar pertanian Total penyerapan tenaga kerja
TKA TKNA TTK BPS Kalimantan Tengah
Susenas Provinsi Kalimantan Tengah Publikasi Tahun 1995- 2005
24. Produk domestik regional
bruto PDRB
BPS Kalimantan
Tengah
Indikator Perkembangan Ekonomi Kalimantan Tengah. Publikasi Tahun 1997, 2000, 2002 dan 2006 25. UMR UMR BPS Kalimantan Tengah
Kalimantan Tengah dalam Angka. Publikasi Tahun 1997, 1999, 2003 dan 2006
Lampiran 2. Keterangan Peubah
No Peubah Keterangan Peubah Satuan
1 PAJAK Pajak Daerah Juta Rupiah
2 BHP Bagi Hasil Pajak Juta Rupiah
3 EXPR Pengeluaran Rutin Juta Rupiah
4 PAD Pendapatan Asli Daerah Juta Rupiah
5 Transf 'Transfer Juta Rupiah
6 BH Bagi Hasil Juta Rupiah
7 TOTINC Total Penerimaan Daerah Juta Rupiah
8 EXPP Pengeluaran Pembangunan Juta Rupiah
9 EXPPA Pengeluaran pembangunn pertanian Juta Rupiah
10 EXPPNA Pengeluaran pembangunan nonpertanian Juta Rupiah
11 TOTEXP Total Pengeluaran Daerah Juta Rupiah
12 PDRB PDRB Juta Rupiah
13 TTK Total Tenaga Kerja Jiwa
14 KPOP Kepadatan Populasi Juta Rupiah
15 LabaUsaha Laba Usaha Juta Rupiah
16 PADLain2 PAD Lain2 yang Sah Juta Rupiah
17 DAU Dana Alokasi Umum Juta Rupiah
18 DAK Dana Alokasi Khusus Juta Rupiah
19 BHBP Bagi Hasil Bukan Pajak Juta Rupiah
20 PINJAM Pinjaman Juta Rupiah
21 RevLain Penerimaan Lainnya Juta Rupiah
22 SisaLebih Sisa Lebih Anggaran Tahun Lalu Juta Rupiah
23 UMR Upah Minimum Reg Juta Rupiah
24 LPAJAK Lag Pajak Juta Rupiah
25 LBHP Lag Bagi Hasil Pajak Juta Rupiah
26 LPDRB Lag PDRB Juta Rupiah
27 DDF
Dummy Desentralisasi Fiskal (1995-2000 = 0, 2001-2005 =1)
95
Lampiran 3. Model Sebelum Respesifikasi 1. Blok Perekonomian Daerah
Blok perekonomian daerah terdiri atas lima persamaan struktural yaitu persamaan konsumsi, pengeluaran pemerintah, investasi, ekspor netto, dan penyerapan tenaga kerja; dan satu persamaan identitas yaitu persamaan PDRB. a Konsumsi
C = a0 + a1 PDRB + a2 POP + a3 EXR + a4 EXP + a5 Cons-1 + a6 DDF + U1
Parameter estimasi yang diharapkan: a1, a2, a3, a4, a5, a6 > 0 b. Investasi
I = b0 + b1 EXP + b2 EXR + b3 PDRB + b4 r + b5I -1 + b6 DDF+ U2 Parameter estimasi yang diharapkan: b1, b2, b3, b5, b6 > 0 ; b4 < 0
c. Pengeluaran Pemerintah
G = c0 + c1 EXP + c2 EXR + c3 PDRB + c4 DDF + U3 Parameter estimasi yang diharapkan: c1, c2, c3, c4 > 0 d. Net Ekspor
Net (X-M) = d0 + d1 ER + d2 Net (X-M)-1 + d3 PDRB + d4 IHK+ d5 DDF + U4 Parameter estimasi yang diharapkan: d1, d2, d3, d5 > 0 ; d4 < 0
e. Produk Domestik Regional Bruto PDRB = C+I+G+Net (X-M) f. Penyerapan Tenaga Kerja
PTK = e0 + e1 PDRB + e2 EXR + e3 EXP + e4 UMR + e5 DDF + U5 Parameter estimasi yang diharapkan: e1, e2, e3, e5 > 0 ; e4< 0
2. Blok Penerimaan Fiskal Daerah
Blok penerimaan fiskal daerah terdiri atas dua persamaan struktural yaitu persamaan pajak daerah, dan Bagi Hasil Pajak; dan dua persamaan identitas yaitu Penerimaan Asli Daerah dan Total Penerimaan.
a. Pajak Daerah
Pajak = f0 + f1 PDRB + f2 Pajak-1 + f3 KPOP + f4 DDF + U6 Parameter estimasi yang diharapkan: f1, f2, f3, f4 > 0
b. Bagi Hasil Pajak
BHP = g0 + g1 PDRB + g2 KPOP + g3 DDF + U7 Parameter estimasi yang diharapkan: g1, g2, g3 > 0 c. Pendapatan Asli Daerah
PAD = Retribusi + Pajak + PADLain2 d. Total Penerimaan Pemerintah Daerah
TOTINC = PAD+DAU+DAK+BHP+BHBP+Lain2 3. Blok Pengeluaran Fiskal Daerah
Blok pengeluaran fiskal daerah terdiri atas dua persamaan struktural yaitu: persamaan pengeluaran pembangunan dan pengeluaran rutin; dan satu persamaan identitas yaitu persamaan total pegeluaran pemerintah daerah.
a. Pengeluaran Pembangunan
EXP = h0 + h1 PAD + h2 DAU + h3 DAK + h4 BHP + h5 BHBP + h6 EXP-1 + h7 DDF + U7
Parameter estimasi yang diharapkan: h1, h2, h3, h4, h5, h6, h7 > 0 b. Pengeluaran Rutin
EXR = i0 + i1 PAD + i2 DAU + i3 DAK + i4 BHP + i5 BHBP + i6 EXP-1+ i7 DDF
+ U8
Parameter estimasi yang diharapkan: i1, i2, i3, i4, i5, i6, i7 > 0 c. Total Pengeluaran Pemerintah Daerah
TOTGEX = EXP+EXR Keterangan: C = konsumsi G = Pengeluaran Pemerintah I = Investasi X = Ekspor M = Impor
PDRB = Produk Domestik Bruto EXR = Pengeluaran Rutin
EXP = Pengeluaran Pembangunan
DDF = Dummy desentralisasi fiskal (D1= 0 untuk sebelum desentralisasi fiskal, D1=1 untuk sesudah desentralisasi fiskal
PAD = Pendapatan Asli Daerah BHP = Bagi Hasil Pajak
BHBP = Bagi hasil bukan pajak KPOP = Kepadatan Populasi
TOTINC = Total Penerimaan Pemerintah Daerah DAU = Dana Alokasi Umum
DAK = Dana Alokasi khusus