• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

B. Saran

1. Untuk RS RK Charitas Palembang:

b. Diperlukaan pemeriksaan penunjang untuk mengetahui perbaikan

fungsi saluran napas, seperti spirometri dan saturasi oksigen, sehingga

terapi yang diberikan sesuai kebutuhan dan kondisi pasien.

c. Diperlukan pemantauan lebih lanjut terkait keseimbangan elektrolit

karena penggunaan beberapa obat yang digunakan dalam terapi asma,

seperti salbutamol, kortikosteroid, dan aminofilin/teofilin, yang dapat

menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit.

d. Diperlukan pemantauan terkait kadar obat dalam darah khususnya

pada penggunaan teofilin dan/atau aminofilin karena memiliki indeks

terapi yang sempit.

2. Untuk penelitian selanjutnya :

a. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut secara prospektif mengenai

pengobatan pada pasien anak dengan asma agar dapat

menidentifikasiaspek kepatuhan pada kajian DRPs.

b. Perlu dilakukan wawancara yang lebih mendalam kepada dokter

penulis resep untuk setiap kasus yang dijadikan subjek penelitian.

c. Dapat dilakukan penelitian yang sama dengan rumah sakit yang

berbeda agar dapat diketahui jumlah kasus di tempat lain dan

didapatkan gambaran mengenai penatalaksanaan terapi sehingga dapat

dijadikan perbandingan.

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, A.K., Lichtman, A.H., and Pillai, S., 2007, Cellular & Molecular

Immunology, 6th ed., Saunders Elsevier, Philadelphia, pp. 441-444.

American Lung Association, 2006, Trends in asthma morbidity and mortality,

American Lung Association Epidemiology and Statistics Unit Research and

Health Education Division, USA.

Arikunto, S., 2006, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Rineka

Cipta, Jakarta.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2013, Riset Kesehatan Dasar

2013, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Balsamo, R., Lanata, L., and Ega, C.G., 2010, Mucoactive Drugs, Eur Respir Rev,

19:116, pp. 127-133.

Baratawidjaja, K.G, Soebaryo, R.W., Kartasasmita, C.B., Suprihati, Sundaru, H.,

Siregar, S.P., dkk., 2006, Allergy and asthma, The scenario in Indonesia, in

Shaikh W.A.(Ed.), Principles and practice of tropical allergy and asthma,

Vicas Medical Publishers, Mumbai, pp. 707-36.

Baxter, K., 2010, Stockley’s Drug Interactions, Pharmaceutical Press, London.

Becerra, J., Martinez, F., Bohorquez, M., Guevara, M.L., and Ramirez, E., 2012,

Validation of a methodology for inpatient pharmacotherapy follow-up,

Vitae, 19(3).

BMJ Group, 2011, BNF for Children 2011-2012, Pharmaceutical Press, London,

pp. 146-148.

Bogaert, P., Tournoy, K.G., Naessens, T., and Grooten, J., 2009, Where asthma

and hypersensitivity pneumonitis meet and differ, Am J Pathol, 173:3-13.

Bollmeier, S.G. and Prosser, T.R., 2009, Asthma, in Berardi, R.R., McDermott,

J.H. Newton G.D., Oszko, M.A., Popovich, N.G., Rollins, C.J., Shimps,

L.A., and Tietze, K.J., (Ed.), Handbook of Nonprescription Drugs, 16th ed.,

American Pharmacist Association, New York, pp. 213-228.

British Thoracic Society, 2012, British Guideline on the Management of Asthma,

Scottish Intercollegiate Guidelines Network, London.

Cipolle, R.J., Strand, L.M., Morley, P.C., Ramsey, R., and Lamsam, G.D.,2004,

Pharmaceutical Care Practice: The Clinician’s Guide, The McGraw-Hill

Companies, Inc., USA, pp. 172 – 178.

Daly, K. and Farrington, E., 2013, Hypokalemia and Hyperkalemia in Infants and

Children: Pathophysiology and Treatment, J Pediatr Health Care, 27 (6),

486-496.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008, Pedoman Pengendalian

Penyakit Asma, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinis, 2007, Pharmaceutical Care

Untuk Penyakit Asma, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Food and Drug Administration, 1998, General Considerations for Pediatric

Pharmacokinetic Studies for Drugs and Biological Products, Food and

Drug Administration, USA.

Global Initiative for Asthma, 2011, Global Strategy for Diagnosis and

Management of Asthma in Children 5 years and Younger, Global Initiative

for Asthma, www.ginasthma.org, diakses 24 April 2014.

Global Initiative for Asthma, 2012, GINA At-A-Glance Asthma Management

Reference, Global Initiative for Asthma, www.ginasthma.org, diakses 13

April 2014.

Global Initiative for Asthma, 2012, Global Strategy for Asthma Management and

Prevention, Global Initiative for Asthma, www.ginasthma.org, diakses 13

April 2014.

Global Initiative for Asthma, 2014, Global Strategy for Asthma Management and

Prevention, Global Initiative for Asthma, www.ginasthma.org, diakses 18

Agustus 2014.

Graham, S.M. and Gordon, S.B., 2008, Manson’s Tropical Diseases, 22nd ed.,

Elsevier, London, pp. 143-149.

Handayani, Y., 2010, Evaluasi Drug Related Problems (DRPs) pada Pasien Asma

Bronkial di Instalasi Farmasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Yogakarta

Bulan Januari-Desember 2009, Skripsi, Universitas Sanata Dharma,

Yogyakarta.

Hidayah, F.N. dan Prasetyo, S.D., 2012, Identifikasi Drug Related Problems pada

Pasien Asma Rawat Inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta

Tahun 2009, JMPF, 2(1).

Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2009, Pedoman Pelayanan Medis, Ikatan Dokter

Anak Indonesia, Jakarta.

Jansen, L.J. and Killian, K., 2006, Airway smooth muscle as a target of asthma

therapy: history and new direction, Respir Res, 7, 123.

Jozwiak-Bebenista, M. and Nowak, J.Z., 2014, Paracetamol: Mechanism of

action, application, and safety concern, Drug Res, 71 (1), 11-23.

Kelly, H.W. and Sorkness, C.A., 2008, Asthma, in Dipiro, J.T., Robert, L., Gary,

R.M., Barbara, G.W., Michael, P., (Ed.), Pharmacotherapy a

Pathophysiologic Approach, 7th ed., Appleton and Lange, Connecticut, pp.

463-493.

Kindt, T.J., Osborne, B.A., and Goldsby, R.A., 2006, Kuby Immunology, 6th ed.,

W.H. Freeman and Company, New York, pp. 261-271.

National Asthma Education and Preventive Program, 2007, Expert Panel Report

3: Guidelines for the Diagnosis and Management of Asthma Full Report

2007, US Department of Health and Human Services, USA.

MIMS, 2014, MIMS Therapeutics Class, MIMS Indonesia Online,

www.mims.com, diakses tanggal 26 Desember 2014.

National Research Council and Institute of Medicine, 2004, Children's Health, the

Nation's Wealth: Assessing and Improving Child Health, Washington DC,

National Academies Press.

Nugroho, A.E., 2012, Farmakologi: Obat-obat Penting dalam Pembelajaran Ilmu

Farmasi dan Dunia Kesehatan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, pp. 184-186.

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003, Pedoman Diagnosis dan

Penatalaksanaan Asma di Indonesia, Perhimpunan Dokter Paru Indonesia,

Jakarta.

Pharmaceutical Care Network Europe, 2010, PCNE Classification for

drug-related problems V6.2,

http://www.pcne.org/sig/drp/drug-related-problems.php, diakses 11 Februari 2014.

Pratiwi, D., Ikawati, Z., dan Kusharwanti, W., 2012, Kajian Drug Related

Problems pada Anak dengan Infeksi Saluran Napas Bawah dan Asma di

Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta Periode 1 Januari-30 Juni 2006, JMPF,

2(1).

Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2012,

Gambaran Penyakit Tidak Menular di Rumah Sakit Indonesia Tahun 2009

dan 2010, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Rengganis, I., 2008, Diagnosis dan Tatalaksana Asma Bronkial, Maj Kedokt

Indon, 58(11), 444-451.

Rogers, D.F., 2002, Mucoactive drugs for asthma and COPD: any place in

therapy?, Expert Opin Invest Drugs, 11, 15–35.

Schaefer, T. and Wolford, R., 2005, Disorders of potassium, Emerg Med Clin of N

Am, 23, 723-724.

Seagrave, J.C., Albrecht, H.H., Hill, D.B., Rogers, D.F., and Solomon, G., 2012,

Effects of guaifenesin, N-acetylcystein, and ambroxol on MUC5AC and

mucociliary transport in primary differentiated human tracheal-bronchial

cells, Respir Res, 13:98.

Strom, B.L. and Kimmel, S.E., 2006, Textbook of Pharmacoepidemiology, John

Wiley & Sons Ltd., England, pp. 18.

Sullivan, et al., 2011, Fever and Antipyretic Use in Children,Pediatrics, 127, 580.

Supriyatno, B., 2005, Diagnosis dan Penatalaksanaan Terkini Asma pada Anak,

Maj Kedokt Indon, 55(3), 237-243.

World Health Organization, 2013, Pocket Book of Hospital Care for Children:

Guideline for the management of common childhood illnesses, 2nd ed.,

World Health Organization.

59

KASUS 1

SUBJECTIVE Usia/Jenis Kelamin: 3 tahun 2 bulan 26 hari/L

Tanggal Rawat : 09/07/2013 – 13/07/2013 Keluhan Utama : batuk, sesak napas Diagnosis : status asthmaticus

Status Keluar : perbaikan, atas persetujuan

Alergi : -

Riwayat Penyakit : asma Riwayat Penggunan Obat: -

OBJECTIVE

Hasil Pemeriksaan Fisik dan Vital Hasil Pemeriksaan Laboratorium

BB : 12 kg Kesadaran : CM P : 120 x/menit RR : 24 x/menit SaO2 : - Cyanosis : -

Suara Napas : Wheezing (-); Rhonki (-) Lainnya : - Hemoglobin: 13,2(14-18) Leukosit : 26,4 (4,5-15) Hematokrit: 38 (35-50) Trombosit: 329 (150–450) Basofil : 0 (0–1) Eosinofil: 0 (1-3) Neutrofil: 9 (54-62 Limfosit : 6 (25-30) Monosit : 3 (0–9) Eosinofil Total: 40 Tanggal 09/07 10/07 11/07 12/07 13/07

Tanda Vital: T(oC)/P(x/menit)/RR(x/menit) Normal: 36,1-37,8/<110/<40 37/120/24 37/94/40 -/-/30 -/-/35 -/-/32 -/-/30 37/98/28

Kondisi/Keluhan Pasien sesak napas sesak napas, napas cuping hidung sesak napas sesak napas berkurang sesak napas berkurang Tatalaksana Obat Infus KAEN 1B √ √ √ √ -

Neb. Salbutamol 2,5 mg3x 1 amp/hari √ √ √ √ √

DeksametasonIV 3x 1amp/hari √ √ √ √ √

GentamisinIV 2x 24 mg /hari √ √ √ √ √

Bromheksin HCl8 mg 2x/hari - - √ √ √

Sirup Salbutamol sulfat 1 mg; Guaifenesin 50 mg 4x1 cth/hari

60

- Belum ada penelitian tentang perbedaan regimen cairan pada pasien asma. Pasien asma umumnya membutuhkan rehidrasi dan koreksi pada

ketidakseimbangan elektrolit (British Thoracic Society, 2012).  pemberian cairan infus sudah tepat

- Terapi lini pertama pada serangan asma adalah inhalasi SABA (Global Initiative for Asthma, 2014; British Thoracic Society, 2012). Anak dengan asma sebaiknya diberi 1-3 nebulisasi 2,5–5 mg salbutamol atau 5-10 mg terbutaline (World Health Organization, 2013; British Thoracic Society, 2012). 

pemberian Neb. Salbutamol 2,5 mg sudah tepat

- Kortikosteroid efektif dalam manajemen asma karena dapat mengurangi inflamasi jalan napas. Pemberian kortikosteroid secara oral sama efektif dengan pemberian secara intravena. Kortikosteroid intravena dapat diberikan pada pasien dengan serangan berat atau tak mampu menelan (Global Initiative for Asthma, 2014; Depkes RI, 2008). Dosis pemberian steroid intravena adalah 0,5-1 mg/kgBB/hari (IDAI, 2009).  pemberian Deksametason IV sudah tepat - Antibiotik sebaiknya tidak diberikan secara rutin pada pasien asma tanpa demam. Antibiotik dapat diberikan pada pasien asma dengan demam atau adanya

tanda pneumonia (Global Initiative for Asthma, 2014; World Health Organization, 2013)  pemberian Gentamisin IV sudah tepat - Guaifenesin dapat meningkatkan mucocilliary clearancemelalui penurunan produksi mucin (Seagrave, et al., 2012).

- Kombinasi antara kortikosteroid dan salbutamol dapat menyebabkan hipokalemia (Baxter, 2010). Efek samping obat (potensial) PLAN/RECOMMENDATION

- Perlu dilakukan pemantauan suhu tubuh pasien - Perlu dilakukan pemantauan kadar kalium darah

61

KASUS 2

SUBJECTIVE Usia/Jenis Kelamin: 3 tahun 3 bulan 1 hari/L

Tanggal Rawat : 15/07/2013 – 19/07/2013 Keluhan Utama : sesak napas

Diagnosis : asthma bronchiale

Status Keluar : perbaikan, atas persetujuan

Alergi : -

Riwayat Penyakit : asma Riwayat Penggunan Obat: -

OBJECTIVE

Hasil Pemeriksaan Fisik dan Vital Hasil Pemeriksaan Laboratorium

BB : 12 kg Kesadaran : CM P : 130 x/menit RR : 38 x/menit SaO2 : - Cyanosis : -

Suara Napas : Wheezing (+); Rhonki (-) Lainnya : - Hemoglobin: 14,8 (12-18) Leukosit : 11,8 (4,5-15) Hematokrit: 41 (35-50) Trombosit: 354 (150–450) Eritrosit : 5,3 (1,4-3,4) Basofil : 1 (0–1) Eosinofil: 1 (1–3) Neutrofil: 69 (54-62) Limfosit : 24 (25-30) Tanggal 15/07 16/07 17/07 18/07 19/07

Tanda Vital: T(oC)/P(x/menit)/RR(x/menit) Normal: 36,1-37,8/<110/<40

37/130/38 -/-/32

-/-/30 -/-/32

- - 36,6/90/24

Kondisi/Keluhan Pasien sesak napas, batuk

batuk berdahak

batuk berdahak

batuk berdahak, sesak berkurang

tidak sesak lagi, batuk berkurang Tatalaksana Obat

Infus KAEN 1B √ √ √ √ -

Neb. Salbutamol 2,5 mg3x 1amp/hari √ √ √ √ -

Deksametason IV 3x ½ amp/hari √ √ √ √ -

Aminofilin 1,7 cc +D5% 8,3 cc IV drip 4x/hari √ √ √ √ -

Gentamisin IV 2x 24 mg/hari √ √ √ √ √

Sirup Salbutamol sulfat 1 mg; Guaifenesin 50 mg

62

Pulv. Metilprednisolon 10 mg 1x/hari - - √ √ √

Pulv. Spiramisin 500 mg - - - - √

ASSESSMENT

- Belum ada penelitian tentang perbedaan regimen cairan pada pasien asma. Pasien asma umumnya membutuhkan rehidrasi dan koreksi pada ketidakseimbangan elektrolit (British Thoracic Society, 2012).  pemberian cairan infus sudah tepat

- Terapi lini pertama pada serangan asma adalah inhalasi SABA (Global Initiative for Asthma, 2014; British Thoracic Society, 2012). Anak dengan asma sebaiknya diberi 1-3 nebulisasi 2,5–5 mg salbutamol atau 5-10 mg terbutaline (World Health Organization, 2013; British Thoracic Society, 2012). 

pemberian Neb. salbutamol 2,5 mg sudah tepat

- Kortikosteroid efektif dalam manajemen asma karena dapat mengurangi inflamasi jalan napas. Pemberian kortikosteroid secara oral sama efektif dengan pemberian secara intravena. Kortikosteroid intravena dapat diberikan pada pasien dengan serangan berat atau tak mampu menelan (Global Initiative for Asthma, 2014; Depkes RI, 2008). Dosis pemberian steroid intravena adalah 0,5-1 mg/kgBB/hari (IDAI, 2009).  pemberian Deksametason IV sudah tepat - Pemberian aminofilin intravena dapat diberikan pada serangan asma berat (IDAI, 2009; Depkes RI, 2008). Dosis awal aminofilin 6-8 mg/kgBB diberikan

selama 20-30 menit, dosis rumatan 5mg/kg/6jam (World Health Organization, 2013; IDAI, 2009) Dosis kurang

- Antibiotik sebaiknya tidak diberikan secara rutin pada pasien asma tanpa demam. Antibiotik dapat diberikan pada pasien asma dengan demam atau adanya tanda pneumonia (Global Initiative for Asthma, 2014; World Health Organization, 2013)  pemberian Gentamisin IV dan pulveres Spiramisin sudah tepat - Guaifenesin dapat meningkatkan mucocilliary clearance melalui penurunan produksi mucin (Seagrave, et al., 2012).

- Dosis maksimal teofilin 10 mg/kgBB/hari (PDPI, 2003)  pemberian Teofilin sudah tepat - Pemberian metilprednisolon ditujukan untuk switching kortikosteroid intravena

- Kombinasi antara kortikosteroid dan salbutamol dapat menyebabkan hipokalemia (Baxter, 2010). Efek samping obat (potensial)

- Kortikosteroid dan aminofilin/teofilin keduanya dapat menyebabkan hipokalemia, yang mungkin bersifat aditif (Baxter, 2010).Efek samping obat (potensial)

- Kombinasi salbutamol dan aminofilin/teofilin dapat menyebabkan hipokalemia dan takikardi (Baxter, 2010). Efek samping obat (potensial) PLAN/RECOMMENDATION

- Perlu dilakukan pemantauan denyut nadi, kadar kalium darah

- Perlu dilakukan pengukuran saturasi oksigen dan/atau FEV1 untuk mengetahui perbaikan/perburukan fungsi saluran napas - Pertimbangkan pemberian terapi non farmakologi berupa minum air hangat untuk meredakan batuk

63

SUBJECTIVE

Usia/Jenis Kelamin: 9 bulan 24 hari/ L Tanggal Rawat : 18/07/2013 – 19/07/2013 Keluhan Utama : sesak napas, batuk Diagnosis : asma bronkial Status Keluar : sembuh

Alergi : -

Riwayat Penyakit : - Riwayat Penggunan Obat: -

OBJECTIVE

Hasil Pemeriksaan Fisik dan Vital Hasil Pemeriksaan Laboratorium

BB : 8 kg Kesadaran : CM P : 100 x/menit RR : 30 x/menit SaO2 : - Cyanosis : -

Suara Napas : Wheezing (-); Rhonki (-) Lainnya : - Hemoglobin: 10,7 (12-18) Leukosit : 9,3 (4,5-15) Basofil : 0 (0–1) Eosinofil: 1 (1–3) Neutrofil: 75 (54-62) Limfosit : 21 (25-30) Monosit : 3 (0–9) Tanggal 18/07 19/07

Tanda Vital: T(oC)/P(x/menit)/RR(x/menit)

Normal: 36,1-37,8/<160/<50 37/100/30 -

Kondisi/ Keluhan Pasien sesak napas, batuk sesak napas berkurang, batuk berkurang Tatalaksana Obat

Infus KAEN 1B √ √

Neb. Salbutamol 2,5 mg3x 1 amp/hari √ √

Deksametason IV 3x ½ amp/hari √ -

CeftriaxonIV 1x ½ g √ -

Sirup Parasetamol 1 cth prn √ -

ASSESSMENT

- Belum ada penelitian tentang perbedaan regimen cairan pada pasien asma. Pasien asma umumnya membutuhkan rehidrasi dan koreksi pada ketidakseimbangan elektrolit (British Thoracic Society, 2012).  pemberian cairan infus sudah tepat

- Terapi lini pertama pada serangan asma adalah inhalasi SABA (Global Initiative for Asthma, 2014; British Thoracic Society, 2012). Anak dengan asma sebaiknya diberi 1-3 nebulisasi 2,5–5 mg salbutamol atau 5-10 mg terbutaline (World Health Organization, 2013; British Thoracic Society, 2012). 

64

pemberian secara intravena. Kortikosteroid intravena dapat diberikan pada pasien dengan serangan berat atau tak mampu menelan (Global Initiative for Asthma, 2014; Depkes RI, 2008). Dosis pemberian steroid intravena adalah 0,5-1 mg/kgBB/hari (IDAI, 2009).  pemberian Deksametason IV sudah tepat - Antibiotik sebaiknya tidak diberikan secara rutin pada pasien asma tanpa demam. Antibiotik dapat diberikan pada pasien asma dengan demam atau adanya

tanda pneumonia (Global Initiative for Asthma, 2014; World Health Organization, 2013)  pemberian Ceftriaxon IV sudah tepat

- Indikasi utama pemberian antipiretik pada anak adalah jika suhu tubuh lebih dari 38,3oC (Sullivan, et al., 2011).  pemberian sirup Parasetamol kurang tepat: Obat tidak dibutuhkan (potensial)

- Kombinasi antara kortikosteroid dan salbutamol dapat menyebabkan hipokalemia (Baxter, 2010). Efek samping obat (potensial) PLAN/RECOMMENDATION

- Pertimbangkan pemberian sirup Parasetamol - Perlu dilakukan pemantauan kadar kalium darah

- Perlu dilakukan pengukuran saturasi oksigen dan/atau FEV1 untuk mengetahui perbaikan/perburukan fungsi saluran napas - Beri minum air hangat untuk meredakan batuk

65

SUBJECTIVE

Usia/Jenis Kelamin: 4 tahun 10 bulan 29 hari/ P Tanggal Rawat : 21/07/2013 – 27/07/2013 Keluhan Utama : sesak napas, badan hangat Diagnosis : asthma bronchiale

Status Keluar : sembuh

Alergi : makanan (cokelat, chiki) Riwayat Penyakit : -

Riwayat Penggunan Obat: -

OBJECTIVE

Hasil Pemeriksaan Fisik dan Vital Hasil Pemeriksaan Laboratorium

BB : 18 kg Kesadaran : CM P : 110 x/menit RR : 34 x/menit SaO2 : - Cyanosis : -

Suara Napas : Wheezing (-); Rhonki (+) Lainnya : - Hemoglobin: 12,8 (12-18) Leukosit : 10,2 (4.5-15) Hematokrit: 37 (5-50) Trombosit: 298 (150–450) Eritrosit : 4,9 (1,4-3,4) Basofil : 0 (0–1) Eosinofil: 0 (1–3) Neutrofil: 84 (54-62) Limfosit : 14 (25-30) Monosit : 2 (0–9)

Laju Endap Darah: 56 (0–20)

Tanggal 21/07 22/07 23/07 24/07 25/07 26/07 27/07 Tanda Vital: T(oC)/P(x/mnt)/RR(x/mnt) Normal: 36,1-37,8/<110/<40 37,5/110/34 - 37,6/-/- 37/-/- 36,8/-/- 36,4/-/- - 36/80/20

Kondisi/ Keluhan Pasien demam, sesak

napas demam demam, sakit sedang demam mulai turun demam mulai turun tidak demam lagi tampak tenang Tatalaksana Obat

Infus KAEN 1B 10 tts/mnt (UGD) √ - - - -

Infus KAEN 1B 16 tts/mnit √ √ √ √ √ √ √

Neb. Ipratropium bromida 0,5 mg; Salbutamol sulfat 2,5 mg

1 amp 1x (UGD)

√ - - - -

Neb Salbutamol 2,5 mg3 x 1 amp √ √ √ √ - - -

Gentamisin IV 2 x 36 mg √ √ √ √ √ √ √

Deksametason IV 2 x 1 amp √ √ √ √ √ - -

66

ASSESSMENT

- Belum ada penelitian tentang perbedaan regimen cairan pada pasien asma. Pasien asma umumnya membutuhkan rehidrasi dan koreksi pada ketidakseimbangan elektrolit (British Thoracic Society, 2012).  pemberian cairan infus sudah tepat

- Pada kasus berat, pemberian kombinasi nebulisasi β2 agonis dengan antikolinergik (Ipratropium bromida) dapat memberikan efek bronkodilatasi yang lebih baik dengan memperbaiki nilai PEV/FEV1 dibandingkan pemberian SABA tunggal (Global Initiative for Asthma, 2014).  pemberian Neb. Combivent (Ipratropium bromida 0,5 mg; salbutamol 2,5 mg) sudah tepat

- Terapi lini pertama pada serangan asma adalah inhalasi SABA (Global Initiative for Asthma, 2014; British Thoracic Society, 2012). Anak dengan asma sebaiknya diberi 1-3 nebulisasi 2,5–5 mg salbutamol atau 5-10 mg terbutaline (World Health Organization, 2013; British Thoracic Society, 2012). 

pemberian Neb. Salbutamol 2,5 mgsudah tepat

- Antibiotik sebaiknya tidak diberikan secara rutin pada pasien asma tanpa demam. Antibiotik dapat diberikan pada pasien asma dengan demam atau adanya tanda pneumonia (Global Initiative for Asthma, 2014; World Health Organization, 2013)  pemberian IV Ethigent (gentamicin) sudah tepat

- Penggunaan antihistamin tunggal maupun kombinasi dapat menurunkan obstruksi jalan napas (Wilson, 2003)  penggunaan Cetirizin sudah tepat

- Kortikosteroid efektif dalam manajemen asma karena dapat mengurangi inflamasi jalan napas. Pemberian kortikosteroid secara oral sama efektif dengan pemberian secara intravena. Kortikosteroid intravena dapat diberikan pada pasien dengan serangan berat atau tak mampu menelan (Global Initiative for Asthma, 2014; Depkes RI, 2008). Dosis pemberian steroid intravena adalah 0,5-1 mg/kgBB/hari (IDAI, 2009).  pemberian Deksametason IV sudah tepat, namun dosis pemberian kurang. Dosis yang seharusnya diterima pasien 9-18 mg/hari, sementara pasien hanya menerima 2x1 amp (4 mg)= 8 mg/hari: Dosis kurang

- Kombinasi antara kortikosteroid dan salbutamol dapat menyebabkan hipokalemia (Baxter, 2010). Efek samping obat (potensial) PLAN/RECOMMENDATION

- Perlu dilakukan penyesuaian dosis pemberian Deksametason IV menjadi 9-18 mg/hari - Perlu dilakukan pemantauan kadar kalium darah

- Perlu dilakukan pengukuran saturasi oksigen dan/atau FEV1 untuk mengetahui perbaikan/perburukan fungsi saluran napas - Usahakan pasien terhindar dari paparan alergen

67

SUBJECTIVE

Usia/Jenis Kelamin: 5 tahun 4 bulan 3 hari/ P Tanggal Rawat : 25/12/2013 – 29/12/2013

Keluhan Utama : sesak napas sejak kemarin, batuk berdahak Diagnosis : status asthmaticus

Status Keluar : sembuh

Alergi : -

Riwayat Penyakit : kakek asma Riwayat Penggunan Obat: –

OBJECTIVE

Hasil Pemeriksaan Fisik dan Vital Hasil Pemeriksaan Laboratorium

BB : 18 kg Kesadaran : CM P : 100 x/menit RR : 30 x/menit SaO2 : - Cyanosis : -

Suara Napas : Wheezing (+/+); Rhonki (-) Lainnya : -

-

Tanggal 25/12 26/12 27/12 28/12 29/12

Tanda Vital: T(oC)/P(x/menit)/RR(x/menit)

Normal: 36,1-37,8/<110/<30 37/108/30 -/-/32 -/-/25 - -

Kondisi/ Keluhan Pasien sesak napas sesak napas sesak napas sesak napas berkurang tidak sesak napas lagi Tatalaksana Obat

Infus KAEN 1B 5 tts/mnt (UGD) √ - - - -

Infus KAEN IB 10 tts/mnt - √ √ √ -

Neb. Salbutamol 2,5 mg+ Budenosid 0,5 mg

1x (UGD) √ - - - -

Neb.Salbutamol 2,5 mg3x 1 amp/hari √ √ √ - -

GentamisinIV 1x 40 mg/hari √ √ √ - -

AminofilinIV drip 2,5 cc + D5% 7,5 cc /6jam √ √ √ - -

Deksametason IV 1x 2,5 mg √ - - - -

Deksametason IV 2x ¾ amp /hari - √ √ - -

Sirup Salbutamol 2 mg; GG 75 mg per 5 mL - - - √ -

68

- Belum ada penelitian tentang perbedaan regimen cairan pada pasien asma. Pasien asma umumnya membutuhkan rehidrasi dan koreksi pada

ketidakseimbangan elektrolit (British Thoracic Society, 2012).  pemberian cairan infus sudah tepat

- Terapi lini pertama pada serangan asma adalah inhalasi SABA (Global Initiative for Asthma, 2014; British Thoracic Society, 2012). Anak dengan asma sebaiknya diberi 1-3 nebulisasi 2,5–5 mg salbutamol atau 5-10 mg terbutaline (World Health Organization, 2013; British Thoracic Society, 2012). Pemberian kortikosteroid inhalasi pada serangan asma dapat menurunkan kemungkinan rawat inap pada pasien yang tidak menggunakan kortikosteroid sistemik (Global Initiative for Asthma, 2014).  pemberian Neb. Salbutamol 2,5 mgdan Budenosid 0,5 mg sudah tepat

- Kortikosteroid efektif dalam manajemen asma karena dapat mengurangi inflamasi jalan napas. Pemberian kortikosteroid secara oral sama efektif dengan pemberian secara intravena. Kortikosteroid intravena dapat diberikan pada pasien dengan serangan berat atau tak mampu menelan (Global Initiative for Asthma, 2014; Depkes RI, 2008). Dosis pemberian steroid intravena adalah 0,5-1 mg/kgBB/hari (IDAI, 2009).  pemberian Deksametason IV sudah tepat, namun dosis pemberian kurang. Dosis yang seharusnya diterima pasien 9-18 mg/hari, sementara pasien hanya menerima 2 x ¾ amp (4 mg)= 6 mg/hari: Dosis kurang

- Antibiotik sebaiknya tidak diberikan secara rutin pada pasien asma tanpa demam. Antibiotik dapat diberikan pada pasien asma dengan demam atau adanya tanda pneumonia (Global Initiative for Asthma, 2014; World Health Organization, 2013)  pemberian Gentamisin IV kurang tepat: Obat tidak dibutuhkan (potensial)

- Pemberian aminofilin intravena dapat diberikan pada serangan asma berat (IDAI, 2009; Depkes RI, 2008). Dosis awal aminofilin 6-8 mg/kgBB diberikan selama 20-30 menit, dosis rumatan 5mg/kg/6jam (World Health Organization, 2013; IDAI, 2009) Dosis kurang

- Guaifenesin dapat meningkatkan mucocilliary clearance melalui penurunan produksi mucin (Seagrave, et al., 2012). - Dosis maksimal teofilin 10 mg/kgBB/hari (PDPI, 2003) Dosis berlebih (aktual)

- Kombinasi antara kortikosteroid dan salbutamol dapat menyebabkan hipokalemia (Baxter, 2010). Efek samping obat (potensial)

- Kortikosteroid dan aminofilin/teofilin keduanya dapat menyebabkan hipokalemia, yang mungkin bersifat aditif (Baxter, 2010).Efek samping obat (potensial)

- Kombinasi salbutamol dan aminofilin/teofilin dapat menyebabkan hipokalemia dan takikardi (Baxter, 2010). Efek samping obat (potensial) PLAN/RECOMMENDATION

- Pertimbangkan penghentian terapi Gentamisin IV

- Perlu dilakukan penyesuaian dosis pemberian Deksametason IV menjadi 9-36 mg/hari - Perlu dilakukan penyesuaian dosis pemberian teofilin menjadi maksimal 180 mg/hari - Perlu dilakukan pemantauan denyut nadi, kadar kalium darah, dan kadar teofilin darah

69

SUBJECTIVE

Usia/Jenis Kelamin: 2 tahun 3 bulan 26 hari/ P Tanggal Rawat : 27/07/2013 – 30/07/2013 Keluhan Utama : sesak napas, batuk, muntah Diagnosis : asthma bronchiale

Status Keluar : sembuh

Alergi : -

Riwayat Penyakit : - Riwayat Penggunan Obat: -

OBJECTIVE

Hasil Pemeriksaan Fisik dan Vital Hasil Pemeriksaan Laboratorium

BB : 12 kg Kesadaran : CM P : 100 x/menit RR : 30 x/menit SaO2 : - Cyanosis : -

Suara Napas : Wheezing (-); Rhonki (-) Lainnya : - Hemoglobin: 12,8 (12-18) Leukosit : 13,9 (4.5-15) Hematokrit: 37 (35–50) Trombosit: 215 (150–450) Eritrosit : 4,8 (1,4-3,4) Basofil : 0 (0-1) Eosinofil: 3 (0-3) Neutrofil: 86 (54-62) Limfosit : 9 (25-30) Monosit : 4,8 (0-9) Retikulosit: 1,1 (0.5-1.5) Laju Endap Darah: 8 (0-20)

Tanggal 27/07 28/07 29/07 30/07

Tanda Vital: T(oC)/P(x/menit)/RR(x/menit) Normal: 36,1-37,8/<110/<40

36/100/30

36/140/44 - - 37/100/28

Kondisi/ Keluhan Pasien dyspnea, sesak, batuk, muntah

batuk berdahak, sesak napas

batuk berdahak, sesak

napas sesak berkurang

Tatalaksana Obat

Infus KAEN 1B 10 tts/mnt √ √ √ √

Neb. Salbutamol 2,5 mg3x 1 amp/hari √ √ - -

Gentamisin IV 2x 24 mg/hari √ √ - -

Deksametason IV 1x 2 g (UGD) √ - - -

Deksametason IV 2x ½ amp/hari √ √ - -

Pulv. Ambroksol 4x 1/hari √ √ √ √

ASSESSMENT

- Belum ada penelitian tentang perbedaan regimen cairan pada pasien asma. Pasien asma umumnya membutuhkan rehidrasi dan koreksi pada ketidakseimbangan elektrolit (British Thoracic Society, 2012).  pemberian cairan infus sudah tepat

70

sebaiknya diberi 1-3 nebulisasi 2,5–5 mg salbutamol atau 5-10 mg terbutaline (World Health Organization, 2013; British Thoracic Society, 2012). 

pemberian Neb. Salbutamol 2,5 mg sudah tepat

- Kortikosteroid efektif dalam manajemen asma karena dapat mengurangi inflamasi jalan napas. Pemberian kortikosteroid secara oral sama efektif dengan pemberian secara intravena. Kortikosteroid intravena dapat diberikan pada pasien dengan serangan berat atau tak mampu menelan (Global Initiative for Asthma, 2014; Depkes RI, 2008). Dosis pemberian steroid intravena adalah 0,5-1 mg/kgBB/hari (IDAI, 2009).

 pemberian Deksametason IV di UGD sudah tepat. Pemberian kortikosteroid dilakukan jika terapi dengan SABA tidak memberikan respons. Dosis pemberian 1 x 2 g berlebih, seharusnya dosis yang diterima pasien 6-12 mg/hari: Dosis berlebih

 pemberian Deksametason IV di ruang rawat sudah tepat, namun dosis pemberian kurang. Dosis yang seharusnya diterima pasien 6-12 mg/hari, sementara pasien hanya menerima 2 x ½ amp (4 mg)= 4 mg/hari: Dosis kurang

- Antibiotik sebaiknya tidak diberikan secara rutin pada pasien asma tanpa demam. Antibiotik dapat diberikan pada pasien asma dengan demam atau adanya tanda pneumonia (Global Initiative for Asthma, 2014; World Health Organization, 2013)  pemberian Gentamisin IV sudah tepat

- Pemberian mukolitik tidak disarankan karena dapat memperburuk obstruksi jalan napas dan batuk, khususnya pada asma parah (Global Initiative for Asthma, 2011; PDPI, 2003).  pemberian Ambroksol kurang tepat: Efek samping obat (potensial)

- Kombinasi antara kortikosteroid dan salbutamol dapat menyebabkan hipokalemia (Baxter, 2010). Efek samping obat (potensial) PLAN/RECOMMENDATION

- Pertimbangkan penghentian terapi Ambroksol

- Perlu dilakukan penyesuaian dosis pemberian Deksametason IVmenjadi 6-12 mg/hari - Perlu dilakukan pemantauan kadar kalium darah dan tanda vital

- Perlu dilakukan pengukuran saturasi oksigen dan/atau FEV1 untuk mengetahui perbaikan/perburukan fungsi saluran napas

Dokumen terkait