• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

B. Saran

memiliki surat ijin mengemudi diberikan melalui SIM massal oleh sekolah.

Sekolah mendapatkan kewenangan dari Dinas Pendidikan untuk mengelola dana yang diberikan, selain itu sekolah juga memiliki kewenangan dalam mengembangkan perangkat pembelajaran silabus dan RPP dengan tetap mengacu pada pedoman dari Dinas Pendidikan.

c. Disposisi

Sikap dari pelaksana maupun sasaran kebijakan pendidikan etika lalu lintas cukup baik. Hal ini karena sekolah telah membangun dan menekankan kedisiplinan selain itu, para pelaksana kebijakan atau guru telah mengerti tentang konsep kebijakan pendidikan etika lalu lintas melalui petunjuk teknis dari Dinas Pendidikan melalui workshop.

d. Struktur Birokrasi

Struktur birokrasi mencakup standar prosedur operasi atau SOP dan fregmentasi. SOP yang digunakan dalam pelaksanaan pendidikan etika lalu lintas di SMA Negeri 5 Yogyakarta mengacu pada pedoman yang telah dibuat oleh Dinas Pendidikan kota Yogyakarta. Selain itu koordinasi dalam pelaksanaan pendidikan etika lalu lintas dilakukan dengan berbagai pihak yaitu Dinas Pendidikan kota Yogyakarta, Astra Honda Motor dan kepolisian.

B.Saran

1. Bagi Dinas Pendidikan untuk selalu memberikan dukungan dan mengevaluasi terhadap pelaksanaan pendidikan etika lalu lintas.

 

2. Bagi Sekolah, agar selalu memberikan pengawasan dalam pelaksanaan pendidikan etika lalu lintas.

 

DAFTAR PUSTAKA

Achmad Faris. (2011). Harapan Transportasi Hijau dari Yogyakarta. Diakses dari http://farismind.wordpress.com . Pada tanggal 04 Desember 2013, Jam 15.00 WIB.

Arif Rohman. (2009). Politik Ideologi Pendidikan. Yogyakarta: Laksbang Mediatama.

Budi Winarno. (2005). Teori & Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta: Media Pressindo.

       . (2007). Kebijakan Publik: Teori dan Proses. Yogyakarta: Media Pressindo.

Dani Prabowo. (2013). Setiap hari, 69 tewas di jalan. Diakses dari http://www.kompas.com, pada tanggal 06 April 2013, Jam 13.00 WIB. H.A.R. Tilaar & Riant Nugroho. (2008). Kebijakan Pendidikan, Pengantar Untuk

Memahami Kebijakan Pendidikan dan Kebijakan Pendidikan Sebagai Kebijakan Publik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Joko Widodo. (2012). Analisis Kebijakan Publik, Konsep dan Aplikasi Analisis Proses Kebijakan Publik. Malang: Bayumedia.

Lexy J. Moleong. (2009). Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Rivisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nana Syaodih Sukmadinata. (2006). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosda Karya.

Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yoyakarta Nomor. 54 Tahun 2011. Pendidikan Etika Berlalu Lintas Pada Satuan Pendidikan. Yogyakarta. Riant Nugroho. (2008). Kebijakan Pendidikan Yang Unggul. Yogyakarta: PT

Pustaka Pelajar.

       . (2012). Public Policy. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Rizki Maulana. (2012). Angka Kecelakaan Masih Tinggi, Kultur Masyarakat Harus Diubah. Diakses dari http://news.detik.com/, pada tanggal 06 April 2013, Jam 11.00 WIB

Solahuddin, Kusumanegara. (2010). Model dan Aktor dalam Proses Kebijakan Publik.Yogyakarta: Gava Media.

 

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alvabeta.

Suharsimi Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. 

 

Syafaruddin. (2008). Efektivitas Kebijakan Pendidikan: Konsep, Strategi, dan Aplikasi Kebijakan Menuju Organisasi Sekolah Efektif. Jakarta: Rineka Cipta.

 

Lampiran 1. Pedoman Observasi

Pedoman observasi digunakan untuk mendukung dan memudahkan peneliti dalam melakukan pengamatan sesuai dengan tujuan penelitian mengenai Implementasi Kebijakan Pendidikan Etika Lalu Lintas di SMA Negeri 5 Yogyakarta meliputi :

1. Mengamati lokasi dan keadaan sekitar SMA Negeri 5 Yogyakarta a. Alamat SMA Negeri 5 Yogyakarta

b. Lingkungan SMA Negeri 5 Yogyakarta c. Bangunan SMA Negeri 5 Yogyakarta 2. Mengamati Proses pelaksanaan pembelajaran

a. Media pembelajaran yang digunakan b. Alokasi waktu pembelajaran

3. Mengamati pelaksanaan pendidikan etika lalu lintas di SMA Negeri 5 Yogyakarta

a. Mengamati warga sekolah yang mengendarai sepeda motor.

b. Mengamati sarana prasarana yang mendukung pelaksanaan kebijakan pendidikan etika lalu lintas.

c. Mengamati kegiatan ekstrakurikuler yang berkaitan dengan kebijakan pendidikan etika lalu lintas.

 

Lampiran 2. Pedoman Wawancara

A. Pedoman Wawancara Kepala Sekolah

1. Sejak kapan sekolah menerapkan pendidikan etika lalu lintas ?

2. Bagaimana cara mengintegrasikan pendidikan etika lalu lintas kedalam proses pembelajaran?

3. Bagaimana cara sekolah dalam membiasakan disiplin dan beretika lalu lintas?

4. Apakah ada kegiatan rutin yang dilakukan sekolah untuk menanamkan kedisiplinan ?

5. Seperti apakah kateladanan guru dalam menanamkan etika lalu lintas kepada siswa ?

6. Seperti apakah bentuk pengkondisian yang dilakukan sekolah dalam menanamkan etika lalu lintas?

7. Apakah ada ekstrakurikuler tentang etika lalu lintas? Jika ada apa saja? 8. Berapakah jumlah guru yang mengimplementasikan pendidikan etika

lalu lintas?

9. Apakah latar belakang pendidikan Bapak/Ibu?

10.Apakah terdapat anggaran untuk implementasi kebijakan pendidikan etika lalu lintas?

11.Seperti apakah sarana prasarana sekolah yang mendukung pelaksanaan pendidikan etika lalu lintas ?

12.Bagaimana respon warga sekolah dengan adanya pendidikan etika lalu lintas ?

13.Seperti apakah peran Dinas Pendidikan terkait pelaksanaan pendidikan etika lalu lintas?

14.Seperti apakah standar prosedur operasi pelaksanaan pendidikan etika lalu lintas?

15.Apakah ada koordinasi dengan pihak lain terkait pelaksanaan kebijakan pendidikan etika lalu lintas ? Jika ada siapa saja dan seperti apakah?

 

16.Seperti apakah penyampaian komunikasi kepada guru sebagai pelaksana kebijakan pendidikan etika lalu lintas?

17.Seperti apakah penyampaian komunikasi kepada siswa sebagai sasaran kebijakan?

18.Apakah sekolah dilibatkan langsung dalam mengkomunikasikan pendidikan etika lalu lintas ?

B. Pedoman Wawancara Guru

1. Apa yang Bapak/Ibu guru ketahui tentang pendidikan etika lalu lintas? 2. Bagaimana cara mengintegrasikan pendidikan etika lalu lintas kedalam

proses pembelajaran?

3. Bagaimana cara sekolah dalam membiasakan disiplin dan beretika lalu lintas?

4. Apakah ada kegiatan rutin yang dilakukan sekolah untuk menanamkan kedisiplinan ?

5. Seperti apakah keteladanan guru dalam menanamkan etika lalu lintas kepada siswa ?

6. Seperti apakah bentuk pengkondisian yang dilakukan sekolah dalam menanamkan etika lalu lintas?

7. Apakah ada ekstrakurikuler tentang etika lalu lintas? Jika ada apa saja? 8. Berapakah jumlah guru yang mengimplementasikan pendidikan etika

lalu lintas?

9. Apakah latar belakang pendidikan Bapak/Ibu?

10.Apakah terdapat anggaran untuk mengimplementasikan kebijakan pendidikan etika lalu lintas?

11.Seperti apakah sarana prasarana sekolah yang mendukung pelaksanaan pendidikan etika lalu lintas ?

12.Bagaimana respon warga sekolah dengan adanya pendidikan etika lalu lintas ?

13.Seperti apakah peran Dinas Pendidikan terkait pelaksanaan pendidikan etika lalu lintas?

 

14.Seperti apakah standar prosedur operasi pelaksanaan pendidikan etika lalu lintas?

15.Apakah ada koordinasi dengan pihak lain terkait pelaksanaan kebijakan pendidikan etika lalu lintas ? Jika ada, siapa saja dan seperti apa?

16.Seperti apakah penyampaian informasi atau komunikasi kepada guru sebagai pelaksana kebijakan pendidikan etika lalu lintas?

17.Seperti apakah penyampaian informasi atau komunikasi kepada siswa sebagai sasaran kebijakan?

C. Pedoman Wawancara Siswa

1. Apakah anda mengetahui adanya kebijakan pendidikan etika lalu lintas di sekolah ini ?

2. Bagaimana sosialisasi yang dilakukan sekolah mengenai implementasi kebijakan pendidikan etika lalu lintas ?

3. Apakah terdapat ekstrakurikuler patroli keamanan sekolah ?

4. Kegiatan apa saja didalam ekstrakurikuler patroli keamanan sekolah ? 5. Seperti apakah tujuan dan manfaat mengikuti ekstrakurikuler patroli

keamanan sekolah ?

6. Apakah anda mengetahui bahwa kelas 10 tidak di bolehkan membawa motor ke lingkungan sekolah ? Mengapa ?

     

 

Lampiran. 3 Catatan Lapangan

CATATAN LAPANGAN I

Hari : Senin

Tanggal : 10 Febuari 2013

Tempat : SMA Negeri 5 Yogyakarta

Kegiatan : Observasi awal dan permohonan ijin penelitian

  Pukul 8.40 WIB, peneliti datang ke SMA Negeri 5 Yogyakarta yang beralamat di Jalan Nyi Pembayun No. 39 Kotagede Yogyakarta. Pada awalnya peneliti bertemu dengan satpam, kemudian peneliti dipersilakan untuk menuju ruang tata usaha, di ruang tersebut peneliti dipertemukan dengan SR selaku Wakasek Humas. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan yaitu untuk mendapatkan informasi tentang implementasi kebijakan pendidikan etika lalu lintas di SMA Negeri 5 Yogyakarta.

Pihak sekolah yang diwakili oleh SR mengijiinkan kepada peneliti untuk melakukan penelitian tentang implementasi kebijakan pendidikan etika lalu lintas di SMA Negeri 5 Yogyakarta dan disarankan agar peneliti mengurus dan membuat suarat perijinan. Selanjutnya pada kesempatan tersebut peneliti juga mencari informasi kepada SR tentang implementasi kebijakan pendidikan etika lalu lintas di SMA Negeri 5 Yogyakarta. Setelah informasi yang diperoleh dirasa telah mencukupi, maka peneliti memutuskan pamit dan akan kembali melakukan penelitian setelah mendapatkan surat ijin penelitian.

 

CATATAN LAPANGAN II

Hari : Senin

Tanggal : 16 september 2013

Tempat : SMA Negeri 5 Yogyakarta Kegiatan : Observasi dan Wawancara

Pada kesempatan hari ini, peneliti datang ke sekolah dan bertemu dengan satpam, kemudian mengantarkan peneliti menuju ke ruang tata usaha dan di tempat tersebut peneliti menjelaskan maksud dan tujuan untuk menyerahkan surat ijin penelitian dan akan memulai penelitian. Petugas tata usaha kemudian mengantarkan peneliti ke ruang kepala sekolah yaitu Bapak JM, di ruang tersebut peneliti mengungkapkan maksud dan tujuan peneliti. Peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada JM mengenai implementasi kebijakan pendidikan etika lalu lintas di SMA Negeri 5 Yogyakarta. JM memberi saran pada peneliti agar menggali data kepada WS selaku Waka Kesiswaan dan juga sekertaris dari tim pelaksana pendidikan etika lalu lintas di SMA Negeri 5 Yogyakarta.

Setelah selesai wawancara dengan JM peneliti menuju keruang Wakil Kepala Sekolah untuk dapat wawacara dengan WS, berhubung beliau akan pergi maka peneliti disarankan untuk melakukan wawancara pada hari berikutnya.

 

CATATAN LAPANGAN III Hari : Senin

Tanggal : 17 september 2013

Tempat : SMA Negeri 5 Yogyakarta Kegiatan : Observasi dan Wawancara

Peneliti datang ke sekolah pukul 12.00 dan akan bertemu dengan Bapak WS selaku Wakasek Kurikulum untuk melakukan wawancara berhubung bapaknya sedang sibuk maka beliau mengajak peneliti untuk melakukan wawancara pada jam 14.00 kemudian peneliti menyetujui saran tersebut. Selama menunggu WS, peneliti melakukan observasi tempat parkir dan terlihat ada beberapa tempat parkir antara lain parkir untuk tamu, siswa, serta guru dan karyawan, selain itu terdapat rambu-rambu lalu lintas didekat tempat parkir.

Peneliti melakukan wawancara dengan WS di ruang Wakil Kepala Sekolah. Pada saat wawancara WS memberikan dokumen pada peneliti tentang tim pelaksana pendidikan etika lalu lintas di SMA Negeri 5 Yogyakarta. Setelah proses wawancara dirasa sudah cukup, maka peneliti mengucapkan terima kasih dan pamit pulang.

 

CATATAN LAPANGAN IV Hari : Rabo

Tanggal : 18 September 2013

Tempat : SMA Negeri 5 Yogyakarta Kegiatan : Observasi dan Wawancara

Peneliti datang ke sekolah SMA Negeri 5 Yogyakarta, pada pukul 09.00 dan menemui petugas piket dan memberikan keterangan maksud dan tujuan peneliti untuk bertemu dengan SF, kemudian petugas piket mengantarkan peneliti keruang guru dan di ruang tersebut peneliti memberikan salam kepada SF dan meminta ijin untuk memulai melakukan wawancara. SF mempersilahkan peneliti untuk memulai wawancara dengannya. Ketika proses wawancara SF memberikan dokumen silabus yang masih terdapat hubungannya dengan apa yang dicari oleh peneliti, dokumen silabus tersebut diberikan pada peneliti untuk difotokopi dan peneliti meminta ijin untuk memfotokopi dan setelah memfotokopi peneliti meminta ijin untuk pamit pulang.

Pukul 12.00 peneliti datang ke sekolah untuk melakukan wawancara kepada beberapa siswa karena sebelumnya sudah membuat janji untuk wawancara, setelah wawancara cukup maka peneliti memutuskan untuk pulang.

 

CATATAN LAPANGAN V Hari : Kamis

Tanggal : 19 September 2013

Tempat : SMA Negeri 5 Yogyakarta Kegiatan : Observasi dan Wawancara

Pukul 11.00 peneliti datang ke sekolah dan berkoordinasi pada satpam bahwa ingin bertemu dengan WS, satpam mengantarkan peneliti keruangannya dan di ruang tersebut peneiliti bertemu dengan WS, beliau memberikan arahan pada peneliti untuk menggali data pada BS karena beliau juga ikut menjadi anggota dari tim SMA Negeri 5 Yogyakarta yang mengimplementasikan kebijakan pendidikan etika lalu lintas. Peneliti diantarkan oleh WS menemui BS dan peneliti memohon ijin untuk melakukan wawancara, BS menyetujui untuk dilakukan wawancara namun karena beliau akan mengajar maka peneliti disuruh untuk menunggu sekitar satu jam untuk melakukan proses wawancara.

Ketika menunggu BS mengajar, peneliti melakukan observasi ke lingkungan sekolah dan mendapatkan poster rambu-rambu lalu lintas serta tulisan-tulisan tentang etika lalu lintas yang dipasang di dinding sekolah. Setelah menunggu satu jam BS mempersilahkan peneliti untuk melakukan wawancara dan setelah peneliti merasa cukup menggali data wawancara maka peneliti memutuskan untuk ijin pulang.

 

CATATAN LAPANGAN VI Hari : Sabtu

Tanggal : 21 September 2013

Tempat : SMA Negeri 5 Yogyakarta Kegiatan : Observasi dan Wawancara

Pada pukul 06.35 peneliti datang ke sekolah di pintu gebang sekolah peneliti mengamati siswa-siswa yang datang ke sekolah dan melihat para siswa berjabat tangan dan memberikan salam pada guru yang berada di pintu masuk sekolah. Kemudian peneliti menuju ruang guru untuk bertemu dengan SS selaku Waka Kurikulum. Kemudian peneliti melakukan wawancara dengan SS. Selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan SR. Setelah observasi dan wawancara cukup maka peneliti memutuskan untuk pulang.

 

Lampiran 4. TranskripWawancara

TRANSKRIP WAWANCARA Hari : Kamis

Tanggal : 19 September 2013

Tempat : SMA Negeri 5 Yogyakarta Nama : BS

1. Bagaimana cara mengintegrasikan pendidikan etika lalu lintas kedalam proses pembelajaran?

memasukkan materi etika lalu lintas, materi tersebut disisipkan kedalam mata pelajaran yang relevan seperti Bahasa Indonesia, PPKN dan sebagainya. 2. Bagaimana cara sekolah dalam membiasakan disiplin dan beretika lalu

lintas ?

Menghimbau pada siswa agar selalu membawa atribut berkendara seperti memakai helm, membawa surat-surat kendaraan.

3. Apakah ada kegiatan rutin yang dilakukan sekolah untuk menanamkan kedisiplinan lalu lintas?

Setiap pagi ada guru yang menyambut kedatangan siswa masuk sekolah, fungsinya memberikan salam dan menyapa siswa serta untuk melihat kerapian dan disiplin siswa yang memasuki lingkungan sekolah, dan memantau siswa yang berkendara ke sekolah, apakah mereka menggunakan keselamatan berkendara atau tidak seperti memakai helm. bila siswa tidak memakai helm maka guru akan menegur siswa tersebut.

4. Seperti apakah kateladanan guru dalam menanamkan etika lalu lintas kepada siswa ?

Selalu berhati-hati ketika berkendaraan, memakai perlengkapan keselamatan ada helm, surat-surat, SIM, STNK serta kendaraan yang lengkap.

5. Seperti apakah bentuk pengkondisian yang dilakukan sekolah dalam menanamkan etika lalu lintas?

Para siswa diperbolehkan memarkir sepeda motor di halaman sekolah jika memiliki SIM. Sebaliknya, siswa yang tidak memiliki SIM hanya boleh

 

memarkir kendaraan di lahan luar pagar sekolah. Keamanan sepeda motor siswa yang diparkir di luar pagar tentu tidak terjamin.

6. Apakah ada ekstrakurikuler tentang etika lalu lintas? Jika ada apa saja? Ada, patroli kemanan sekolah, kemudian di PMR juga ada kaitannya dengan etika lalu lintas.

7. Berapakah jumlah guru yang mengimplementasikan pendidikan etika lalu lintas?

Jumlah staf guru di sekolah ini ada 52 orang, sebagian besar telah mengintegrasikan pendidikan etika lalu lintas dalam proses belajar mengajar. 8. Seperti apakah sarana prasarana sekolah yang mendukung pelaksanaan

pendidikan etika lalu lintas ?

Sejak dulu kami sudah biasa mengadakan SIM massal, sebagai suatu langkah kami untuk menegakkan siswa supaya mempunyai surat ijin mengemudi, sejak awal sebelum ada pendidikan etika lalu lintas kami sudah tegakkan . 9. Apakah terdapat anggaran untuk implementasi kebijakan pendidikan

etika lalu lintas?

Pernah kami mendapatkan bantuan dana, sekarang kalau tidak ada bantuan dana, kami mau mengadakan kegiatan tidak bisa dianggarkan di APBS, sehingga ketika tidak ada dana berhenti, cuma paling-paling contoh-contoh dalam kehidupan sehari-hari, tetapi kalau kegiatan yang membutuhkan dana tidak dapat dilaksanakan karena belum dianggarkan dalam APBS.

11. Bagaimana respon warga sekolah dengan adanya pendidikan etika lalu lintas ?

Cukup baik, contohnya siswa bila ke sekolah memakai helm, dan untuk kelas sepuluh, saya melarang membawa kendaraan karena usia, mereka belum dapat memiliki SIM.

12. Seperti apakah peran Dinas Pendidikan terkait pelaksanaan pendidikan etika lalu lintas?

Peran Dinas Pendidikan saat ini, yang dilakukan adalah memberikan pelatihan pada guru untuk pembuatan perangkat pembelajaran etika lalu lintas di sebuah workshop.

 

13. Seperti apakah standar prosedur operasi pelaksanaan pendidikan etika lalu lintas?

Kami memasukkan etika lalu lintas pada materi yang relevan, tetapi di sekolah tidak hanya sebatas dalam materi pelajaran, tetapi juga dalam peraturan sekolah yang melarang siswa yang belum punya SIM untuk tidak membawa kendaraan kesekolah.

14. Apakah ada koordinasi dengan pihak lain terkait pelaksanaan kebijakan pendidikan etika lalu lintas ? Jika ada siapa saja dan seperti apakah? Sekolah bekerjama dengan kepolisian mengadakan safety riding yang dulu pernah dilakukan di Dinas Pendidikan. kami juga pernah mengundang dari kepolisian untuk menjadi pemimpin upacara untuk memberikan pengarahan tentang kenakalan remaja dan tentang keselamatan berkendara.

15. Seperti apakah bentuk-bentuk informasi atau sosialisasi yang diterima guru sebagai pelaksana kebijakan pendidikan etika lalu lintas?

Melalui forum MGMP para guru mendapatkan pemahaman dan pengetahuan tentang hal tersebut.

16. Seperti apakah kebijakan pendidikan etika lalu lintas disosialisasikan atau komunikasi kepada siswa sebagai sasaran kebijakan?

Sosialisasi ada yang dilakukan di kelas oleh guru yang bersangkutan, melalui upacara dan sosialisasi secara umum, dimana ketika siswa masuk mereka diberitahu kenapa dasarnya siswa kelas 10 tidak boleh membawa sepeda motor.

 

TRANSKRIP WAWANCARA Hari : Rabo

Tanggal : 18 September 2013

Tempat : SMA Negeri 5 Yogyakarta Nama : SF

1. Bagaimana cara mengintegrasikan pendidikan etika lalu lintas kedalam proses pembelajaran?

Pertama yang harus dipersiapkan perencanaan pengajaran. Proses pembelajaran harus mengintegrasikan atau menanamkan etika lalu lintas kedalam silabus dan RPP. Kedua pada tahap pelaksanaan harus mempersiapkan diri dalam proses pembelajaran yang mengarah pada pemahaman dan pembentukan etika lalu lintas. Ketiga adanya monitoring dan evaluasi.

2. Bagaimana cara sekolah dalam membiasakan disiplin dan beretika lalu lintas ?

Menekankan pada siswa agar berhati-hati bila berkendara dan selalu menaati aturan dan mengingatkan agar siswa yang sudah berusia 17 th untuk membuat SIM.

3. Apakah ada kegiatan rutin yang dilakukan sekolah untuk menanamkan disiplin lalu lintas?

Jalan raya depan sekolah ramai, apalagi saat jam masuk kerja atau masuk sekolah, jadi setiap hari itu ada petugas yang membantu menyeberangkan warga sekolah.

4. Seperti apakah kateladanan guru dalam menanamkan etika lalu lintas kepada siswa ?

Melengkapi kendaran bermotor, tidak merokok dan menerima telepon ketika berkendara.

 

5. Seperti apakah bentuk pengkondisian yang dilakukan sekolah dalam menanamkan etika lalu lintas?

Berupaya selalu mengingatkan siswa untuk berhati-hati ketika berkendara dan selalu menaati peraturan.

6. Apakah ada ekstrakurikuler tentang etika lalu lintas? Jika ada apa saja? Ektrakurikuler seperti pramuka, patroli keamanan sekolah dan unit kesehatan sekolah. Kegiatan ektrakurikuler ini dapat dimanfaatkan sebagai sarana menanamkan kemahiran dan disiplin berlalu lintas.

7. Berapakah jumlah guru yang mengimplementasikan pendidikan etika lalu lintas?

Hampir sebagian besar guru telah melaksanakan kebijakan pendidikan etika lalu lintas atau dalam hal ini mengintegrasikan pendidikan etika lalu lintas di pembelajarannya dan hanya ada beberapa guru yang belum mengintegrasikan. 8. Apakah latar belakang pendidikan Bapak/Ibu?

Saya S1 pendidikan Fisika, selama ini tidak begitu menjadi masalah karena apa, di mata pelajaran fisika ada materi tentang gerak lurus papan kinematika disitu kami mempelajari kecepatan kendaraan kemudian alatnya apa dalam kendaraan itu, kemudian ketika membahas pegas ada suspensi dalam kendaraan bermotor. Jadi tidak begitu sulit dan kalau ada yang mengalami kesulitan dapat disampaikan dalam forum MGMP.

9. Seperti apakah sarana prasarana sekolah yang mendukung pelaksanaan pendidikan etika lalu lintas ?

Rambu-rambu dan zebra cross.

10. Apakah terdapat anggaran untuk implementasi kebijakan pendidikan etika lalu lintas?

Kami mendapatkan bantuan dana dari Astra Honda Motor berapa juta, kemarin itu 5 juta rupiah untuk pembuatan perangkat untuk setiap MGMP bukan masing-masing sekolah, MGMP fisika sekota dikasih 5 juta rupiah, MGMP matematika sekota dikasih 5 juta rupiah.

 

11.Bagaimana respon warga sekolah dengan adanya pendidikan etika lalu lintas ?

Mereka mendukung, karena disamping ini program dari Dinas Pendidikan, juga dapat memberikan manfaat yang besar.

12.Seperti apakah peran Dinas Pendidikan terkait pelaksanaan pendidikan etika lalu lintas?

Mereka mengadakan suatu seminar atau workshop di sekolah, mereka menyampaikan tentang bagaimana beretika dalam berlalu lintas.

13.Seperti apakah standar prosedur operasi pelaksanaan pendidikan etika lalu lintas?

Berdasarkan petunjuk dan arahan dari kepala sekolah dan Dinas Pendidikan. 14.Apakah ada koordinasi dengan pihak lain terkait pelaksanaan kebijakan

pendidikan etika lalu lintas ? Jika ada siapa saja dan seperti apakah? Dinas Pendidikan dan kepolisian dalam membuat perangkat pembelajaran. 15.Seperti apakah bentuk-bentuk informasi atau sosialisasi yang diterima

guru sebagai pelaksana kebijakan pendidikan etika lalu lintas?

Sekolah mengkomunikasikan atau mensosialisasikan melalui rapat guru dan menyampaikan pada saat upacara, dan guru juga menyampaikan di dalam kelas masing-masing.

16.Seperti apakah kebijakan pendidikan etika lalu lintas disosialisasikan atau komunikasi kepada siswa sebagai sasaran kebijakan?

Pada saat upacara bendera, saat di kelas kami sampaikan.

 

TRANSKRIP WAWANCARA Hari : Sabtu

Tanggal : 21 September 2013

Tempat : SMA Negeri 5 Yogyakarta Nama : SR

1. Bagaimana cara mengintegrasikan pendidikan etika lalu lintas kedalam proses pembelajaran?

Dilakukan melalui penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dengan menyisipkan materi etika lalu lintas.

2. Bagaimana cara sekolah dalam membiasakan disiplin dan beretika lalu lintas ?

Memberikan pengetahuan tentang tertib berlalu lintas, mengadakan safety riding.

3. Apakah ada kegiatan rutin yang dilakukan sekolah untuk menanamkan kedisiplinan ?

Setiap pagi dan siang ada petugas satpam yang berada di jalan raya depan sekolah untuk mengatur lalu lintas warga sekolah yang akan menuju dan pulang sekolah.

4. Seperti apakah kateladanan guru dalam menanamkan etika lalu lintas

Dokumen terkait