• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nilai-Nilai Multikultural dalam Lembaga Pendidikan

KAJIAN PUSTAKA 1.5.1 Interaksi Sosial

1.5.2.1 Nilai-Nilai Multikultural dalam Lembaga Pendidikan

Nilai budaya merupakan pedoman penilaian dalam bertindak yang benar dan pantas dalam setiap kehidupan. Nilai-nilai tersebut terserap dalam semua bidang, secara sadar atau tidak sadar, nilai budaya itu digunakan sebagai acuan bagi penjelasan yang masuk akal dan pembenaran atas suatu tindakan yang dilakukan baik tindakan sosial,individual maupun kolektif. Negara Indonesia yang terdiri lebih dari 1340 suku bangsa yang menjadikan keberagaman suku bangsa tersebutlah maka harus ada institusi yang mengemas nilai multikultural di dalam sebuah wadah yang mengintegrasikan nilai-nilai tersebut menjadi satu kesatuan. Pendidikan di jadikan sebagai

institusi penting didalam menjaga nilai-nilai multikultural yang menjadi landasan masyarakat. Hal ini di karenakan masyarakat tidak bisa hidup sendiri dalam melakukan pemenuhan kebutuhan tanpa ada kontak langsung dengan kebudayaan lain, sehingga dengan mempelajari bahasa, adat istiadat, nilai -nilai kolektif tersebut akan menjadikan masyarakat tetap survive dalam tatanan sosial masyarakat (Suparlan, 2005: 101).

Pengelolaan pendidikan haruslah berasal dari suatu keyakinan bahwa setiap warga negara masyarakat memiliki identitas budaya yang berbeda. Menurut Maliki (2008)Pendidikan harus memiliki keterbukaan bagi masyarakat untuk mengekspresikan simbol dan lambang partikularitas budaya. Institusi Pendidikan menempatkan diri sebagai wadah dalam kelangsungan sosialisasi nilai-nilai multikultural. Sosialisasi primer dianggap sebagai pendidikan pertama yang berlangsung di tengah keluarga yang menananamkan nilai-nilai tersebut pada anak. Selanjutnya perkembangan nilai-nilai tersebut diberikan kepada sekolah yang berkontribusi dalam menuju perubahan, memecahkan egoisme, mengendalikan sikap etnocentrisme ataupun primordialisme sehingga membentuk keseimbangan. Pendidikan sebagai modal dasar manusia yang dikembangkan berdasarkan nilai-nilai kolektif dan keyakinan yang dianut oleh masyarakat.

Di level sekolah maka pelajar atau siswa diberi ruang untuk menciptakan struktur pengetahuan dan kontruks tentang identitas budaya mereka sendiri. Perspektif ini mengimplikasikan keharusan menerima keberagaman, karena sekolah berasal dari latar belakang nilai yang berbeda, keyakinan, kultur, etnisitas, ideologi maupun agama. Oleh karena itu institusi pendidikan memasukkan nilai-nilai multikultural dalam kebijakan pendidikan.

Menurut Muthoharoh dalam Imam (2012) bahwa indikator keterlaksanaan nilai-nilai multikultural yaitu :

a. Nilai inklusif (terbuka) yaitu nilai ini memandang bahwa kebenaran yang dianut oleh suatu kelompok, dianut juga oleh kelompok lain. Nilai ini mengakui terhadap pluralisme dalam suatu komunitas atau kelompok sosial. b. Nilai mendahulukan dialog (aktif) yaitu melalui dialog, pemahaman yang berbeda tentang suatu hal yang dimiliki masing-masing kelompok yang berbeda dapat saling diperdalam tanpa merugikan masing-masing pihak. Hasil dari mendahulukan dialog adalah hubungan erat, sikap saling memahami, menghargai, percaya, dan tolong menolong.

c. Nilai kemanusiaan (humanis) pada dasarnya adalah pengakuan akan pluralitas, heterogenitas, dan keragaman manusia itu sendiri. Keragaman itu bisa berupa ideologi, agama, paradigma, suku bangsa, pola pikir, kebutuhan, tingkat ekonomi, dan sebagainya.

d. Nilai toleransi yaitu dalam hidup bermasyarakat toleransi dipahami sebagai perwujudan mengakui dan menghormati hak-hak asasi manusia. Kebebasan berkeyakinan dalam arti tidak adanya paksaan dalam hal agama, kebebasan berpikir atau berpendapat, kebebasan berkumpul, dan lain sebagainya. e. Nilai tolong menolong, sebagai makhluk sosial manusia tak bisa hidup

sendirian meski segalanya ia miliki. Harta benda berlimpah sehingga setiap saat apa yang ia mau dengan mudah dapat terpenuhi, tetapi ia tidak bisa hidup sendirian tanpa bantuan orang lain dan kebahagiaan pun mungkin tak akan pernah ia rasakan.

f. Nilai keadilan (demokratis) merupakan sebuah istilah yang menyeluruh dalam segala bentuk, baik keadilan budaya, politik, maupun sosial.

Keadilan sendiri merupakan bentuk bahwa setiap insan mendapatkan apa yang ia butuhkan, bukan apa yang ia inginkan.

g. Nilai persamaan dan persaudaraan, dalam Islam istilah persamaan dan persaudaraan itu dikenal dengan nama ukhuwah. Ada tiga jenis ukhuwah dalam kehidupan manusia, yaitu: Ukhuwah Islamiah (persaudaraan seagama), ukhuwah wathaniyyah (persaudaraan sebangsa), ukhuwah

bashariyah (persaudaraan sesama manusia). Dari konsep ukhuwah itu,

dapat disimpulkan bahwa setiap manusia baik yang berbeda suku, agama, bangsa, dan keyakinan adalah saudara. Karena antar manusia adalah saudara, setiap manusia memiliki hak yang sama.

h. Berbaik sangka, ketika memandang seseorang atau kelompok lain dengan melihat pada sisi positifnya dan dengan paradigma itu maka tidak akan ada antar satu kelompok dengan kelompok lain akan saling menyalahkan. Sehingga kerukunan dan kedamaian pun akan tercipta.

i. Cinta tanah air dalam hal ini tidak bermakna sempit, bukan chauvanisme yang membangga-banggakan negerinya sendiri dan menghina orang lain, bukan pula memusuhi negara lain. Akan tetapi rasa kebangsaan yang lapang dan berperikemanusiaan yang mendorong untuk hidup rukun dan damai dengan bangsa-bangsa lain.

Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Amin (2011) beberapa program yang mampu merespon terhadap keanekaragaman perbedaan latar belakang etnis dan agama pada siswa, yaitu

a. Content integration (integrasi isi/materi) yaitu Upaya untuk mengintegrasikan nilai multikultural di dalam kurikulum pembelajaran

berkaitan dengan masalah bagaimana mengurangi berbagai prasangka di dalam perlakuan dan tingkah laku rasial dari etnis-etnis dan agama.

b. Knowledge construction (kontruksi ilmu pengetahuan), yaitu siswa diberikan pengetahuan mengenai sejarah perkembangan masyarakat dalam upaya memberikan pemahaman mengapa negara Indonesia majemuk yang terdiri dari beragam etnis dan agama.

c. Prejudice reduction (pengurangan prasangka) yaitu melalui pergaulan antar kelompok yang intensif, prasangka prasangka buruk dapat dihilangkan dan dapat dibina kerja sama yang erat dan saling menghargai. Peringatan akan pahlawan - pahlawan, tanpa membedakan warna kulit dan agamanya merupakan cara-cara untuk menanamkan sikap positif terhadap kelompok etnis tertentu. Nilai-nilai tersebut dimasukkan di dalam kurikulum tanpa merubah struktur kurikulum itu sendiri. Akhirnya pengetahuan yang dimiliki oleh peserta didik ditransformasikan di dalam perbuatan, misalnya di dalam memperingati hari-hari besar dari masing-masing kelompok etnis yang ada di dalam sekolah atau masyarakatnya.

d. Empowering school culture and social cultur (pemberdayaan budaya sekolah dan struktur sosial). Sekolah haruslah merupakan suatu motor penggerak di dalam perubahan struktur masyarakat yang timpang karena kemiskinan ataupun tersisih di dalam budaya masyarakat. Dalam konteks ini dapat dikatakan, tujuan utama dari sekolah dalam memberikan pendidikan multikultural adalah untuk menanamkan sikap simpati, respek, apresiasi, dan empati terhadap penganut agama dan budaya yang berbeda.

Menurut H.A.R Tilaar dalam imam (2012) menjelaskan beberapa nilai-nilai multikultural yang ada, sekurang-kurangnya terdapat indikator-indikator

sebagai berikut: belajar hidup dalam perbedaan, membangun saling percaya (mutual trust), memelihara saling pengertian (mutual understanding), menjunjung sikap saling menghargai (mutual respect), terbuka dalam berpikir. Sedangkan untuk memahami nilai-nilai multikultural secara umum terdapat empat nilai inti (core values) antara lain: Pertama, apresiasi terhadap adanya kenyataan pluralitas budaya dalam masyarakat. Kedua, pengakuan terhadap harkat manusia dan hak asasi manusia. Ketiga, pengembangan tanggung jawab masyarakat dunia. Keempat, pengembangan tanggung jawab manusia terhadap planet bumi.

BAB I

PENDAHULUAN

Dokumen terkait