• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

B. Saran

1. Selain diatur didalam KUH Perdata sebagai dasar pembuatan perjanjian yang berdasarkan kesepakatan para pihak, maka perlu adanya 1 (satu) pengaturan perundang-udangan yang mengatur secara tegas berbagai aspek yang mengatur tentang franchise/ waralaba di Indonesia. Sehingga pengaturan franchise di Indonesia jelas karena adanya suatu kodifikasi peraturan perundang-undangan franchise yang jelas dan tegas. Perlu adanya pembedaan antara peraturan umum tentang franchise, apakah franchise besar atau franchise UKM.

2. Di dalam pembuatan kontrak hendaknya franchisor memperhatikan aspek kemanfaatan, bukan hanya bagi diri sendiri tetapi juga bagi franchisee. Terutama pada saat seorang franchisor mendirikan suatu jenis franchise, khususnya untuk franchise jenis UKM, maka perlunya bagi franchisor menyusun suatu perjanjian franchise yang mengandung manfaat bagi rasa keadilan dan UKM yang terdiri dari pengusaha kecil. Penyusunan perjanjian kontrak harus membedakan apakah ditujukan untuk pengusaha UKM atau besar.

3. Hendaknya perselisihan diantara franchisor dan franchisee harus dapat dihindarkan mengingat biaya untuk berperkara di pengadilan mahal, hendaknya setiap permasalahan hanya di lakukan dengan musyawarah/ negosiasi. Apabila ada sengketa, maka hendaknya di pilih satu pribadi atau badan atau lembaga yang dapat bertindak sebagai negosiator yang ahli sehingga perkara tidak sampai ke Pengadilan yang memakan biaya yang mahal.

DAFTAR PUSTAKA 1. Buku

Adolf, Huala, dkk., Masalah-Masalah Hukum Dalam Perdagangan Internasional, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 1995.

Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Grafitti Press, 2006.

Anderson, Ronald A., Dan Ivan Fox, dan David P. Twomey, Bussiness Law, South Western Publishing Co., USA, 1984.

Badrulzaman, Mariam Darus, KUH Perdata Buku III: Hukum Perikatan dengan Penjelasannya, Bandung: Alumni, 1983.

Bako, Ronny Sautma Hotma, Hubungan Bank dan Nasabah Terhadap Produk Tabungan dan Deposito, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, Cetakan Pertama, 1995.

Berg, A.G.J., Drafting Commercial Agreement, Kerry Press Ltd, Luton, Bedfordshire, Great Britain, 1992.

Campbell, Dennis, dan Louis Latifi (eds), Distributorships, Agency and Franchising in an International Arena: Europe, The United State, Japan and Latin America, Kluwer Law and Texation Publisher, Deventer, The Netherlands, 1990.

Calamari, John D., dan Joseph M. Perillo, The Law of Contract, Hombook Series, St. Paul, Minnesota: West Publishing Co., 1987.

Catherine, dan Kian Tay Swee, dan Chim, Tang See, Contract Law: A Layman’s Guide, Times Books International, Singapore 1987.

Davidson, Daniel V., dkk, Comprehensive Business Law; Principles and Cases, Kent Publishing Company, Boston- Massachusetts USA, 1987. Dobkin, James A., (ed), International Technology Joint Ventures in the Countries

of the Pasific Rim, Butterworth Legal Publishers, USA, 1988.

Donnell, Barnes, dan Metzger, Law for Bussiness, USA: Richard D. Irwin, Inc., 1980.

Donnel, John D., dan A. James Barnes, dan Michael B. Metzger, Law for Bussiness 2, Richard D. Irwin, Inc, USA, 1983.

Downes, John, dan Jordan Elliot Goodman, Kamus Istilah Keuangan dan Investasi, Elex Media Computindo, Gramedia-Jakarta, Edisi Ketiga. Eckstrom, L.J., Licensing in Foreign and Domestic Operation, Clark Boardman,

Ney York, Vol. I, 3rd ed, 1982,

Ekotama, Suryono, Cara Gampang Bikin Bisnis Franchise, Yogyakarta: Media Pressindo, 2008.

Friedrich, Carl Joachim, Filsafat Hukum Perspektif Historis, Bandung: PNM, 2004.

Gautama, Sudargo, Hukum Perdata Internasional Indonesia, Jilid II Bagian Hartono, Sunaryati, Penelitian Hukum di Indonesia Pada Akhir Abad ke-20, Bandung: Rineka Cipta, 1994.

__________, Hukum Ekonomi Pembangunan Indonesia, Bandung: Bina Cipta, 1982.

__________, Politik Hukum Menuju Satu Sistem Hukum Nasional, Bandung: Alumni, 1991.

Hotchkiss, Carolyn, International Law for Business, Mc Graw-Hill Inc., New York, 1994.

Huijbers, Theo, Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah, Yogyakarta: Kanisius, 1982.

Ibrahim, Johnny, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2007.

Izraeli, Dov, Franchising and The Total Distribution System, Longman Group Limited, Bristol London, Cetakan Pertama, 1972.

Kabul, Imam, Paradigma Pembangunan Hukum di Indonesia, Yogyakarta: Kurnia Kalam, 2005.

Karamoy, Amir, Sukses Usaha Lewat Waralaba, Jakarta: PT Jurnalindo Aksara Grafika, 1996.

Keraf, A. Sonny, Etika Bisnis Tuntutan dan Relevansinya, Yogyakarta: Kanisius, 1998.

Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: Prenada Media, 1997.

Mancuso Joseph, & Donald Boroian, Peluang Sukses Bisnis Waralaba, Bagaimana Membeli dan Mengelola Bisnis Waralaba, Jakarta: Dolphin Books, 2006.

Marimbo, Rizal Calvary, Rasakan Dahsyatnya Usaha Franchise !, Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2007.

Mertokusumo, Sudikno, Hukum Acara Perdata Indonesia, Liberty, Yogyakarta, 1985.

Mendelsohn, Martin, Franchising - Petunjuk Praktis Bagi Franchisor Dan Franchisee, Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo, 1993.

Marzuki, Petter Mahmud, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana, 2006.

Moore, Gary A., dan Arthur M. Magaldi, and John A. Gray, The Legal Environment of Business: A Contextual Approach, South Western Publishing Co., Ohio-USA.

Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002.

Paton, George Whitecross, A Text-Book of Jurisprudence, edisi kedua, London: Oxford University Press, 1951.

Queen, Douglass J., Pedoman Membeli dan Menjalankan franchise, Jakarta: Y., Witingsih, Bisnis Waralaba dan Permasalahannya, Usahawan, No. II Tahun XXV, 1996.

Rasjidi, Lili, dan Putra, I.B. Wyasa, Hukum Sebagai Suatu Sistem, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993.

Riduan, Metode & Teknik Menyusun Tesis, Bandung : Bina Cipta, 2004.

Robinson, Richard D., The International Transfer of Technology: Theory, Issues and Practice, Ballinger Publishing Company, USA, 1998.

Saleh, Roeslan, Seluk Beluk Praktik Lisensi, Sinar Grafika, Jakarta, Cetakan Kedua, 1991.

Setiawan, R., Pokok-pokok Hukum Perikatan, Bandung: Bina Cipta, 1987.

Sewu, P. Lindawaty S., Franchise, Pola Bisnis Spektakuler Dalam Perspektif Hukum Dan Ekonomi, Bandung: CV. Utomo, 2004.

Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Grafindo, 2006.

_______________ , dan Sri Mamudi, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta: Grafindo, 1990.

Soekardono, R., Hukum Dagang Indonesia, Jilid I (Bagian I), Dian Rakyat, Jakarta, 1983.

Supranto, J., Metode Penelitian Hukum dan Statistik, Jakarta: Rineka Cipta, 2003. Simatupang, Richard Burton, Aspek Hukum Dalam Bisnis, Rineka Cipta, Jakarta,

Cetakan Pertama, 1996.

Sundaram, Anan K., The International Bussiness Environtment Text, USA: Prentice Inc., 1995.

Sumardi, Juajir, Aspek-Aspek Hukum franchise dan Perusahaan Transnasional, Bandung: PT Citra Adita Bakti, 1995.

Sicat, Gerardo P., dkk., Ilmu Ekonomi Indonesia, Jakarta: LP3ES, 1991.

Tarbutton, Llyod T., Franchising The How-To Book, USA: Englewood Cliffs N.J., 1986.

Tunggal, Hadi Setia, Dasar-Dasar Pewaralabaan (Franchising), Jakarta: Harvarindo, 2006.

______________ , Frequently Ask Questions (FAQs) Franchising, Jakarta: Harvarindo, 2006.

Voillement, Dominique, Franchising French, Jakarta: LPPM-AFI, 2003. West, Alan, Pedagang Eceran, Jakarta: PT Pustaka Binaman Pressindo, 1992. West Naisbitt, John, dkk., Megatrends 2000, Jakarta: Binarupa Aksara, 1990.

Webster, Bryce, The Insider’s Guide to Franchising, Amerika: Amerika Management Association, 2001.

Winarto, V., Identifikasi Jenis Usaha Potensial Untuk Di- franchise-kan, Jakarta: LPPM, 1993.

Yelpala, Kojo, dan Donald R. Worley and Dennis Campbell (eds), Licensing Agreement: Patens, Know How, Trade Secret and Software, Kluwer Law and Taxation Publishers, USA, 1988

2. Artikel/Makalah/Jurnal

Anonim, Aspek Hukum dari “Franchise”, Artikel dalam Kliping Perpustakaan IPPM, tanggal 21 Januari 1996.

Delli, Jerome, Prosedur Penyelesaian Sengketa: Rangkaian Kesatuan, artikel dalam Alternative Dispute Resolution (ADR), CDR Associates, didokumentasikan oleh Pustadok LKBH UII, tanpa tahun, Yogyakarta.

Downes, Antony W., A Case- Study Analysis of Franchise Contracts, Journal of Legal Studies, Vol. XXII June 1993, University of Chicago.

Emerson, Robert W., Franchising and the Collective Rights of Franchisees, Journal of Legal Studies, Vol. 43:1503, tanpa tahun.

Hardjowidigdo, Rooseno, Beberapa Aspek Hukum Franchising, dalam Seminar Sehari Aspek-Aspek Hukum Tentang Franchise, diselenggarakan oleh IKADIN Cabang Surabaya, di Surabaya, 23 Oktober 1993. Jurnal Hukum ekonomi Edisi IV Tahun 1996.

Nasution, Bismar, Mengkaji Ulang Hukum Sebagai Landasan Pembangunan Ekonomi, disampaikan pada “Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Ilmu Hukum Ekonomi Universitas Sumatera Utara”, Medan: Dosen Pascasarjana Ilmu Hukum Ekonomi Universitas Sumatera Utara, 17 April 2004.

Prawirokusumo, Soeharto, “Usaha Kecil dalam Pembangunan Ekonomi Mengantisipasi Globalisasi Pasar Bebas dalam Internasional Seminar dengan Topik: Small Scale and Micro Enterprises in Economic Development Anticipating Globalization and Free Trade”, di Jakarta, 20 Mei 2001.

Pound, Roscoe, Jurisprudence, Vol.3, Cet.1. Filsafat Hukum dari Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta: Universitas Indonesia, 2001.

Suryati, Atih, “Pembinaan dan Pengembangan Industri Kecil di Indonesia”, dalam Internasional Seminar dengan Topik “Small Scale and Micro Enterprises in Economic Development Anticipating Globalization and Free Trade”, di Bandung, 23 April 2004.

Stone, Human Law and Human Justice 1965.

Soebagjo, Felix O., Perkembangan Asas-Asas Hukum Kontrak Dalam Praktik Bisnis selama 25 tahun terakhir, Makalah dalam Penataran Hukum Perdata yang diselenggarakan Fakultas Hukum UGM, Yogyakarta, 25-31 Oktober 1995.

Tim IKOPIN, “Tantangan-Tantangan Yang Dihadapi Koperasi, BUMN, Dan BUMS Dalam Era Globalisasi”, dalam Seminar Aspek-Aspek Hukum dalam Kerjasama Bidang Usaha Koperasi, BUMN, dan Swasta, di Jakarta, 26-28 September 1997.

Zachary, Shulman, Fraud-On-The-Market Theory After Basic Inc. v. Levinson, Cornel Law Jurnal Review, Vol. 74, 1989.

Disarikan dari Hasil wawancara dengan Departemen Hukum dan HAM di Jakarta pada tanggal 22-24 Juni 2009.

3. Peraturan Perundang-undangan

Republik Indonesia, Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.

Republik Indonesia, Undang-Undang No. 14 Tahun 2001 tentang Paten. Republik Indonesia, Undang-Undang No. 15 Tahun 2001 tentang Merek.

Republik Indonesia, Undang-Undang No. 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang.

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007 tentang Waralaba.

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1997 tentang Waralaba.

Republik Indonesia, Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 31/M-DAG/PER/8/2008 tentang Penyelenggaraan Waralaba.

Republik Indonesia, Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI No. 259/MPP/KEP/7/1997 Tanggal 30 Juli 1997 tentang Ketentuan Tata Cara Pelaksanaan Pendaftaran Usaha Waralaba.

Lihat European Code Of Ethics For Franchising, tahun 1992.

Direktorat Jenderal Pembinaan Pengusaha Kecil dan Departemen Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil, Pedoman Pelaksanaan Keterkaitan Kemitraan di Bidang Industri Kecil, tahun 1995.

4. Internet

Damayanti, Madayuti, Sistem Bisnis Waralaba di Indonesia. www.formatnews.com. Diakses tanggal 11 Juni 2009.

“Berita Waralaba”, Dikutip dari http://www.inilah.com/berita/2009/10/03/957/ images/beritawaralaba.swf, Diakses tanggal 18 April 2009.

Herustiati dan Simanungkalit, Victoria, “Waralaba: Bisnis Prospektif Bagi UKM”, Dikutip dari http://www.smecda.com/ deputi7/file_Infokop/ WARALABA-W.htm, Diakses tanggal 24 Maret 2009.

Rasyid, D. Sudradjat, selaku Menteri Koperasi dan UKM, di acara Franchise ActionCOACH Indonesia, Jakarta, 23 Februari 2009, lihat www.google.co.id/actioncoach-indonesia.htm., diakses tanggal 24 Mei 2009.

Sardjono, Sada, “Perkembangan Bisnis Waralaba: Krisis, Bisnis Waralaba Kian Diburu”, Dikutip dari http://www.kontan.co.id/ index.php/Bisnis/news/8932/Krisis__ Bisnis_ Waralaba_ Kian _ Diburu, Diakses tanggal 24 Maret 2009.

Thariza, O.K., “Teori Keadilan: Perspektif John Rawls”, Dikutip dari www.okthariza.multiply.com/journal/item, Diakses tanggal 5 Mei 2009.

“Waralaba”, Dikutip dari http://id.wikipedia.org/wiki/Waralaba, Diakses tanggal 24 Maret 2009.

LAMPIRAN

PERJANJIAN KEMITRAAN Nomor: 032/MOU/6/2009

PERJANJIAN KEMITRAAN (selanjutnya disebut sebagai “Perjanjian”) ini dibuat dan ditandatangani di Medan. Pada hari ini, Selasa 16 (enam belas) bulan Juni tahun 2009 (dua ribu sembilan), oleh dan antara:

Tuan A, berkedudukan di MEDAN, yang dalam melakukan perbuatan hukum ini selaku BUSINESS OWNER. Selanjutnya disebut sebagai OWNER

Dan

……… bertempat tinggal di ……….., untuk selanjutnya disebut sebagai MITRA

Bahwa para pihak sebelumnya menerangkan hal-hal sebagai berikut:

a. Bahwa OWNER adalah pemilik yang sah dari usaha franchise xx, yaitu usaha makanan yang dikelola dengan suatu format dan teknik manajemen serta dengan metode, prosedur, standar dan teknik mengelola dengan menggunakan peralatan standar franchise xx dan perangkat-perangkat pendukung lain yang dijalankan sedemikian rupa, sehingga dapat diperoleh hasil dengan kualitas relatif baik dan dalam waktu relatif singkat.

b. Bahwa OWNER setuju dan tidak berkeberatan untuk memberikan hak kepada MITRA untuk menjalankan usaha franchise xx tersebut dengan mengindahkan syarat-syarat yang akan ditentukan oleh OWNER.

c. Bahwa perjanjian ini ditandatangani oleh kedua belah pihak setelah MITRA membayar kewajiban awal.

Sehubugan dengan hal-hal sebagaimana diuraikan di atas, maka kedua belah pihak telah sepakat untuk dan dengan ini mengadakan perjanjian waralaba dengan syarat- syarat dan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

Pasal 1 DEFINISI

PARA PIHAK sepakat untuk menggunakan dan atau menafsirkan definisi dan pengertian-pengertian, istilah-istilah yang dipergunakan dalam perjanjian ini sebagai berikut:

1. KEMITRAAN

Adalah hak khusus yang dimiliki oleh orang perseorangan terhadap sistem bisnis dengan ciri khas usaha dalam rangka memasarkan barang dan/ atau jasa yang telah terbukti berhasil dan dapat dimanfaatkan dan/ atau digunakan oleh pihak lain berdasarkan perjanjian kemitraan.

2. PERJANJIAN KEMITRAAN

Merupakan suatu bentuk kerjasama dimana Pemberi Kemitraan (OWNER) memberikan izin kepada Penerima Kemitraan (Mitra) untuk menggunakan hak intelektualnya, seperti nama, merek dagang, produk/ jasa dan sistem operasi usahanya, dimana sebagai timbal balik, penerima kemitraan membayar suatu jumlah sebagai kewajiban MITRA.

3. OWNER

Adalah badan usaha yang memberikan hak kepada pihak lain untuk memanfaatkan dan atau menggunakan usaha yang dimilikinya kepada Penerima Kemitraan, dalam hal ini adalah Tuan B.

4. MITRA

Adalah badan usaha atau perseorangan yang diberikan hak untuk memanfaatkan dan atau menggunakan yang dimiliki oleh OWNER (Pemberi Kemitraan).

5. FRANCHISE XX

Adalah usaha minuman yang dikelola dengan suatu format dan teknik manajemen serta dengan metode, prosedur, standar dan teknik mengelola dengan menggunakan peralatan standar franchise xx dan perangkat-perangkat pendukung lain yang dijalankan sedemikian rupa, sehingga dapat diperoleh hasil dengan kualitas relatif baik dan dalam waktu relatif singkat.

6. KEWAJIBAN AWAL MITRA

Adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh Mitra sebagai komitmen awal untuk menjalankan usaha franchise xx.

7. KEWAJIBAN SEBAGAI MITRA (Imbalan perolehan Hak Kemitraan) Adalah kontribusi biaya dari MITRA kepada OWNER, sebagai imbalan atas pemberian kemitraan yang dimiliki oleh OWNER dalam kurun waktu tertentu. Kewajiban sebagai MITRA yang dibayarkan dimuka dan hanya dibayarkan untuk satu kali bentuk hak yang diterima untuk jangka waktu tertentu yang telah ditetapkan.

8. OMSET/ PENJUALAN KOTOR

Adalah nilai total penjualan yang diperoleh MITRA dari franchise xx setiap bulannya, termasuk semua hasil penjualan produk dan biaya layanan yang ditransaksikan di dalam outlet, namun tidak termasuk pengembalian uang/ transaksi batal/ retur jual dan potongan harga.

9. HAK EKSKLUSIF

Adalah hak yang diberikan OWNER kepada MITRA untuk menjadi perwakilan kemitraan di lokasi usaha yang telah disepakati bersama.

10. OPERATOR OUTLET

Adalah karyawan/ karyawati yang telah direkrut dan dilatih oleh OWNER untuk mengoperasionalkan outlet-outlet franchise xx.

11. WILAYAH PEMASARAN

Adalah daerah operasional eksklusif sebuah outlet franchise xx dimana OWNER tidak akan memberikan izin membuka outlet franchise xx kepada pihak lain selain MITRA di dalam 1 (satu) daerah eksklusif sebagaimana yang telah disepakati dalam perjanjian ini.

Pasal 2 RUANG LINGKUP

1. Ruang lingkup perjanjian ini meliputi hak penggunaan usaha minuman franchise xx yang dikelola dengan format dan teknik manajemen serta dengan metode, prosedur, standar dan teknik mengelola dengan menggunakan peralatan standar dan perangkat-perangkat pendukung lain yang telah disediakan oleh OWNER kepada MITRA.

2. Beberapa tahapan/ langkah untuk menjadi MITRA franchise xx adalah sebagai berikut:

Presentasi bisnis;

Survey lokasi; (protect lokasi strategis); Penandatangan perjanjian (agreement); Pembayaran investasi 100 % (seratus persen); Time schedule pengerjaan outlet;

Training karyawan; Persiapan opening; dan Grand opening.

Pasal 3

JANGKA WAKTU PERJANJIAN

Perjanjian ini berlaku untuk jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung mulai tanggal 16 (enam belas) bulan Juni tahun 2009 (dua ribu sembilan) dan berakhir pada tanggal 16 (enam belas) bulan Juni tahun 2014 (dua ribu empat belas), kecuali berakhir atau diakhiri sebelumnya berdasarkan alasan-alasan yang diatur dalam perjanjian ini.

Pasal 4

PERPANJANGAN JANGKA WAKTU PERJANJIAN

Jangka waktu perjanjian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 (tiga), dapat diperpanjang oleh MITRA dengan memberitahukan secara tertulis kepada OWNER selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum berakhirnya jangka waktu perjanjian.

Pasal 5 LOKASI USAHA

1. MITRA menjalankan usaha franchise xx ini setelah mendapat persetujuan tertulis dari OWNER.

2. Dalam evaluasi area disesuaikan antara kapasitas pasar dengan jumlah outlet yang sudah beroperasi. Apabila kapasitas pasar mempunyai potensi penambahan outlet, pemegang area disarankan untuk menambah outlet. Pembagian area tersebut tidak termasuk dalam program cafe/ restaurant khususnya di jalan-jalan utama.

3. Selama 5 (lima) tahun perjanjian MITRA tidak diperolehkan berjualan makanan yang sejenis dengan produk franchise xx dilokasi atau di sekitar wilayah usaha tersebut.

4. Jika MITRA berencana melakukan pemindahan lokasi usaha, wajib mendapat persetujuan tertulis dari OWNER terlebih dahulu dan mengikuti prosedur yang sudah ditetapkan oleh OWNER.

5. Segala biaya yang timbul akibat pemindahan lokasi usaha tersebut, ditanggung sepenuhnya oleh MITRA.

Pasal 6

WILAYAH PEMASARAN

MITRA diberi hak untuk memasarkan franchise xx tidak lebih dari radius 1 (satu) km lokasi usaha Franchisee yang lain.

Pasal 7

CARA PEMBAYARAN

(KEWAJIBAN AWAL DAN KEWAJIBAN SEBAGAI MITRA)

1. Atas pemberian hak untuk menjalankan usaha franchise xx sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 di lokasi usaha, dengan ini akan membayarkan kepada OWNER, kewajiban untuk investasi sebesar Rp. 4.500.000,- (empat juta lima ratus ribu rupiah).

2. Atas penerimaan uang akan diberikan tanda penerimaan (kuitansi) yang sah dari OWNER.

Pasal 8

PEMBERIAN LISENSI DAN HAK EKSKLUSIF

1. OWNER dalam hal ini diwakili oleh Tuan A sebagai Pemilik Merek, telah memiliki hak atas kekayaan intelektual berupa hak cipta.

2. Usaha KEMITRAAN franchise xx memiliki ciri khas sistem bisnis yang berbeda dengan usaha KEMITRAAN pada umumnya dimana sistem manajemen yang dipakai adalah terpusat, sedangkan sistem yang dipakai oleh franchise xx mengharuskan kontribusi dari MITRA.

3. OWNER dengan ini memberikan hak eksklusif kepada MITRA untuk menjalankan usaha franchise xx berdasarkan sistem manajemen, metode, standar prosedur dan teknik yang telah ditentukan oleh OWNER.

4. OWNER dengan ini pula memberikan izin kepada MITRA untuk menggunakan Hak Kekayaan Intelektual yang dimiliki oleh OWNER.

Pasal 9

BAHAN BAKU DAN SARANA PENJUALAN

1. OWNER wajib menyiapkan semua sarana penjualan: outlet dan peralatan serta bahan baku awal sesuai dengan standar yang berlaku.

2. OWNER berkewajiban menyiapkan bahan baku utama:Cendol, santan, gula dan bahan baku lainnya yang dapat disuplai dari pusat.

3. Jika timbul kerusakan sarana penjualan, maka semua biaya up grade franchise xx yang timbul ditanggung oleh MITRA.

4. FRANCHISEE harus melakukan peremajaan outlet (penggantian cat dan stiker), setiap 1 (satu) tahun sekali. Proses tersebut dapat dilakukan melalui OWNER dan MITRA, dan biaya yang timbul tetap ditanggung oleh MITRA.

Pasal 10

PENGAWASAN DAN PEMELIHARAAN MUTU PRODUK 1. OWNER dan MITRA wajib menjaga dan memelihara kualitas franchise xx. 2. MITRA berwenang untuk mengawasi setiap proses produk yang dihasilkan oleh

OWNER setiap saat.

3. Apabila dari hasil pengawasan ditemukan bukti-bukti bahwa OWNER dengan sengaja atau lalai dalam menjaga kualitas produk, MITRA berhak untuk memberi sanksi sebagaimana diatur dalam Pasal 21 perjanjian ini.

Pasal 11

KERAHASIAN PRODUK

1. MITRA berwajiban menerima, melaksanakan dan menjaga kerahasiaan serta nama baik sistem usaha franchise xx

2. MITRA wajib dan karena itu berjanji dan mengikatkan diri kepada OWNER untuk tidak mengungkapkan pada pihak lain dan atau memakai segala informasi yang diperoleh MITRA berdasarkan kepada perjanjian ini, termasuk namun tidak terbatas pada keterangan teknik, data dan informasi lainnya yang berkaitan dengan pengolahan, perlengkapan, peralatan, bahan-bahan, tata cara pengoperasian, tata cara keamanan, persyaratan penggunaan, teknik pemasaran, jaringan distribusi, data penjualan, formula produk, biaya-biaya dan segala informasi lainnya yang berhubungan dengan kegiatan usaha franchise xx.

Pasal 12

PENGGUNAAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL 1. MITRA berhak untuk memakai nama (merek) franchise xx.

2. MITRA berhak untuk menggunakan hak cipta berupa logo “franchise xx”, selama perjanjian berlangsung.

3. Design pembungkus untuk franchise xx ditentukan oleh OWNER.

4. MITRA berhak mengajukan usulan mengenai pengembangan design tersebut kepada OWNER.

5. design outlet harus sesuai dengan standar yang diberikan oleh OWNER. Pasal 13

REKRUTMEN DAN PELATIHAN

1. OWNER melakukan training untuk karyawan yang akan ditempatkan sebagai Operator Outlet franchise xx di lokasi usaha.

2. OWNER berkewajiban memberikan pengetahuan atau pelatihan (training) yang berkaitan dengan proses usahanya kepada Operator Outlet MITRA selama 1 (satu) minggu.

3. Segala biaya yang timbul setelah melakukan training dan setelah beroperasinya lokasi usaha, seperti gaji, transportasi, makan, tempat tinggal operator outlet ditanggung dan dibayar oleh OWNER dan MITRA.

4. OWNER melakukan training kepada operator outlet usaha untuk produk baru, standarisasi dan lain-lain serta menanggung segala biaya yang terjadi atasnya.

Pasal 14

PEMASARAN DAN PERIKLANAN

1. MITRA setuju untuk turut serta aktif dalam memasarkan dan mengiklankan franchise xx di wilayah penjualannya.

2. OWNER berkewajiban memberikan konsep pemasaran dan pengembangan usaha franchise xx.

Pasal 15

PENJUALAN PRODUK LAIN

1. MITRA hanya diperbolehkan menjual produk-produk yang dikeluarkan oleh OWNER.

2. MITRA hanya diperbolehkan untuk melakukan kerjasama dengan pihak ketiga dalam penyediaan air minum.

3. Kerjasama yang dilakukan oleh MITRA dengan pihak ketiga sebagaimana diatur dalam angka 2 (dua) di atas, wajib memberitahukan kepada OWNER.

4. Apabila MITRA dengan sengaja menjual produk-produk selain yag diperbolehkan tersebut, maka OWNER berhak mengenakan sanksi sebagaimana diatur dalam Pasal 21 (dua puluh satu) perjanjian ini.

Pasal 16

IURAN, PAJAK DAN RETRIBUSI

OWNER dan MITRA atas tanggungan sendiri wajib memenuhi semua kewajiban yang timbul dalam menjalankan perjanjian ini termasuk tetapi tidak terbatas pada kewajiban membayar retribusi reklame, iuran lingkungan dan semua kewajiban terhadap pemerintah baik pusat maupun daerah.

Pasal 18 LARANGAN

Selama perjanjian ini berlangsung, MITRA dilarang untuk melakukan perbuatan/ tindakan yang dapat merugikan atau menghambat kelangsungan usaha OWNER, sebagai berikut:

a. MITRA dan atau keluarganya meliputi orang tua, anak, saudara yang tinggal serumah dan atau karyawannya tidak diperkenankan bekerja pada atau

Dokumen terkait