• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

B. Saran

Sebagai saran dapat saya rangkumkan dalam hal-hal berikut ini:

1. Selain menggunakan peraturan hukum nasional, sebaiknya kita juga harus lebih banyak lagi mengadaptasi konvensi-konvensi internasional sebagai bahan pertimbangan untuk mengatasi masalah perdagangan orang (Human Trafficking) yang sudah semakin komplek.

2. Faktor-faktor sebagai pendorong terjadinya perdagangan orang (Human Trafficking) harus lebih dipahami secara menyeluruh, seperti misalnya didalam faktor sosial-budaya, seharusnya dipahami bahwa mendapatkan kekayaan, kedudukan yang tinggi bukan merupakan hal yang mutlak bagi

Alexander Kristian D. I. Silaen : Peran Kepolisian Terhadap Penanggulangan Tindak Pidana Perdagangan Orang

(Human Trafficking) (Studi Di Poltabes Medan), 2008.

USU Repository © 2009

seseorang boleh melakukan hal-hal yang dilarang oleh hukum, dan didalam faktor ekonomi dimana kemiskinan menjadi alasan utama untuk melakukan kegiatan perdagangan orang ini, dan seharusnya pemerintah dapat menciptakan lapangan pekerjaan yang lebih banyak agar masalah kemiskinan ini dapat diatasi dengan baik.

3. Upaya pencegahan terhadap perdagangan orang ini, diharapkan dapat benar- benar dilaksanakan agar perdagangan orang ini dapat diatasi dengan lebih cepat. Dalam hal melakukan perlindungan dan penanganan hukum terhadap masalah ini, diharapkan agar kepada pihak-pihak yang terkait dapat melaksanakan hak-hak dan kewajibannya secara serius dan benar-benar dilaksanakan.

DAFTAR PUSTAKA

Bawengan, W. Gerson, 2000, Pengantar Psikologi Kriminal, Djambatan, Jakarta E. Utrecht, 1962, Hukum Pidana II, Universitas Bandung, Bandung

Husein, Syahruddin, makalah Kejahatan dalam Masyarakat dan upaya penanggulangannya

Haris, Abdul, 2005, Gelombang Migrasi dan Jaringan Perdagangan Manusia, Pustaka Pelajar, Jakarta

Irianto, Sulistyowati, 2005, Perdagangan Perempuan, Obor indonesia, Bandung Jan Remmelink, 2000, Hukum Pidana, Gramedia, Jakarta

Mozasa, Chairul Bariah, 2005, Aturan-aturan hukum Trafficking, USU Press

Prodjodikoro, Wirjono, Agustus 2003, Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia, Refika Aditama, Bandung

Alexander Kristian D. I. Silaen : Peran Kepolisian Terhadap Penanggulangan Tindak Pidana Perdagangan Orang

(Human Trafficking) (Studi Di Poltabes Medan), 2008.

USU Repository © 2009

Polak, Leo, 1981, Hukuman Sebagai Perbuatan Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta Sahetapy, J.E dan Reksodiputro, B. Marjono, 1983, Paradoks dalam Kriminogi,

Buku Obor, Jakarta

Sutherland, H. Edwin, 1989, Principles of Criminology, Nova, Jakarta Sudarto, 1986, Hukum dan Hukum Pidana, Bandung, Alumni

Syafaat, Rachmad dkk, 2003, Dagang Manusia, Lappera, Yogyakarta Shihab, Alwi, 30 maret 2005, makalah Permasalahan Trafficking, Jakarta

HARIAN SURAT KABAR/KORAN ATAU MAJALAH

Media Indonesia, 23 oktober 2002, Banyak TKW dari Indonesia dipaksa Jadi WTS di Tawao

Republika, Jumat, 13 Mei 2005, 12,3 Juta Orang Kerja Paksa

Republika, 07 Agustus 2000, Maraknya Perdagangan orang sebagai budak

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN INDONESIA :

Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP)

Undang-undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang

Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM (Hak Asasi Manusia) Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak-anak

INTERNET :

diakses tanggal 7 maret 2008

Alexander Kristian D. I. Silaen : Peran Kepolisian Terhadap Penanggulangan Tindak Pidana Perdagangan Orang

(Human Trafficking) (Studi Di Poltabes Medan), 2008.

USU Repository © 2009

www.Ifip .org/report/traffickingdata in indonesia table pdf, diakses tanggal 10 maret 2008

Syahruddin Husein, Kejahatan dalam Masyarakat dan upaya penanggulangannya,

htmhttp://www.google.com/search?q=cache:slnwf2l4mjcJ:indonesiaacts.com/002/% 3Fp%3D7+mafia+perdagangan+incar+daerah+miskin&hl=id&ct=clnk&cd=1&gl=i d, diakses tanggal 10 mei 2008.

tanggal 12 mei 2008 mei 2008 tanggal 1 mei 2008 diakses tanggal 5 mei 2008

Alexander Kristian D. I. Silaen : Peran Kepolisian Terhadap Penanggulangan Tindak Pidana Perdagangan Orang

(Human Trafficking) (Studi Di Poltabes Medan), 2008.

USU Repository © 2009 tanggal 20 mei 2008 indonesiaacts.com/002/%3Fp%3D5+dampak+fisik+dari+perdagangan+orang&hl=id &ct=clnk&cd=1&gl=id, diakses tanggal 07 mei 2008

WpjSIMNmRjkJ:thinkprogress.org/2006/02/22/legally requiredinvestigation/+Intter national+regulation+of+human+trafficking&hl=id&ct=clnk&cd=1&gl=id, diakses tanggal 17 mei 2008 halaman 1

LAMPIRAN

HASIL WAWANCARA DENGAN PANIT LINDUNG POLTABES MS HASIL WAWANCARA

1. Apakah Bapak/Ibu mengenal atau mengetahui tentang keberadaan atau diberlakukannya Undang-undang Nomor 21 tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang?

“Ya, mengetahui tentang keberadaan Undang-undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang”

Alexander Kristian D. I. Silaen : Peran Kepolisian Terhadap Penanggulangan Tindak Pidana Perdagangan Orang

(Human Trafficking) (Studi Di Poltabes Medan), 2008.

USU Repository © 2009

2. Bagaimanakah selama ini sebelum Undang-undang Nomor 21 Tahun 2007 ini lahir atau berlaku, pihak Kepolisian dalam menangani Kejahatan Tindak Pidana perdagangan Orang menggunakan peraturan atau undang-undang apa?, dan bagaimanakah substansi atau isi dari peraturan dan undang-undang atau peraturan tersebut serta penerapannya dalam menyelesaikan kasus tindak pidana Perdagangan Orang di kota Medan?

“Sebelum adanya Undang-undang Nomor 21 Tahun 2007 atau diberlakukan, Kepolisian menggunakan KUHP, yaitu pasal 297 KUHP tentang Perdagangan Anak-anak yang belum cukup umurdan Pasal 324 KUHP tentang Perniagaan budak, kemudian pelaku juga dapat dijerat dengan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan Anak-anak”

3. Bagaimanakah Peran dan Tanggung Jawab Kepolisian dalam menangani Kasus tindak pidana Perdagangan Orang (Human Trafficking) di Wilayah Hukum Kota Medan?

“Peran dan Tanggung Jawab Kepolisian dalam menangani Trafficking di wilayah Kota Medan yaitu mencegah terjadinya Tindak Pidana tersebut dengan memberikan penyuluhan-penyuluhan di sekolah-sekolah serta berdasarkan Hukum menindak para pelaku Tindak Pidana dengan tegas untuk membuktikan efek jera kepada yang lain”

4. Apakah Faktor-faktor penghambat yang dihadapi Kepolisian dalam menangani tindak pidana Perdagangan Orang (Human Trafficking) di Wilayah Kota Medan? “Faktor-faktor penghambat yaitu dilihat dari korban kejahatan kebanyakan adalah perempuan, sehingga penghambat tersebut datang dari korban sendiri

Alexander Kristian D. I. Silaen : Peran Kepolisian Terhadap Penanggulangan Tindak Pidana Perdagangan Orang

(Human Trafficking) (Studi Di Poltabes Medan), 2008.

USU Repository © 2009

yang masih takut untuk melaporkan masalahnya, dan takut untuk berusaha lari dari pelaku untuk mencari bantuan. Juga dalam kasus Perdagangan Manusia tidak ada saksi yang melihat dan mengetahui kejadian tersebut”

5. Apakah Faktor-faktor pendukung yang dihadapi Kepolisian dalam menangani tindak pidana Perdagangan Orang (Human Trafficking) di Wilayah Kota Medan? “Faktor-faktor pendukung yaitu dengan keluarnya undang-undang Nomor 21 Tahun 2007 pelaku dapat ditindak tegas dan ancaman hukumannya lebih tinggi, kemudian banyak pihak-pihak terkait yang bisa bekerja sama dengan kepolisian yaitu Instansi terkait danLSM Pemerhati Perempuan dan Anak.”

6. Bagaimana menurut Bapak mengenai materi yang ada didalam Undang-undang Nomor 21 tahun 2007 ini?

“Materi yang ada didalam Undang-undang Nomor 21 Tahun 2007 sudah lengkap dan dengan tegas merumuskan pengertian dan mengatur unsur-unsur Perdagangan Orang secara rinci baik itu tindakannya, cara melakukannyamaupun tujuannya”

7. Bagaimana tanggapan bapak mengenai materi atau isi dari pasal 18, pasal 22, pasal 31, pasal 45, dan pasal 47 dari Undang-undang Nomor 21 tahun 2007 tersebut?

“Pasal18” Pasal 18 ini mengatur tentang korban Perdagangan Orang yang dipaksa untuk ikut dalam kejahatan tersebut, misalnya yang bekerja ditempat penampungan korban perdagangan orang tersebut.

“Pasal 22” Pasal 22 Undang-undang Nomor 21 Tahun 2007 ini untuk menjerat orang-orang yang tidak mau bekerjasama dengan Kepolisian

Alexander Kristian D. I. Silaen : Peran Kepolisian Terhadap Penanggulangan Tindak Pidana Perdagangan Orang

(Human Trafficking) (Studi Di Poltabes Medan), 2008.

USU Repository © 2009

sementara ia mengetahui tindak pidana tersebut. Pasal ini mendukung tugas kepolisian untuk menuntaskan proses hukum pelaku Perdagangan Orang.

“Pasal 31” Pasal 31 Undang-undang Nomor 21 tahun 2007 ini mendukung tugas Kepolisian untuk mengungkap kasus Perdagangan Orang dimana sekarang ini kasus Perdagangan Orang sudah dilakukan antar daerah bahkan antar negara, jadi penyadapan perlu dilakukan untuk mencari bukti dan mengungkap jaringan pelaku Tindak Pidana Perdagangan Orang.

“Pasal 45” Karena dalam kasusu Tindak Pidana Perdanganan Orang, korban kebanyakan perempuan dan biasanya korban dalam kondisi ketakutan dan trauma sehingga pasal 45 ini mengatur tentang tempat penerimaan khusus untuk memberikan perlindungan kepada korban sehingga korban merasa aman dan bebas untuk menceritakan Tindak Pidana perdagangan Orang yang dirasakannya tanpa rasa takut”

“Pasal 47” Pasal ini mengatur kewajiban Kepolisian untuk memberi perlindungan kepada korban, saksi maupun keluarga korban, sehingga memberi contoh kepada korban-korban yang lain untuk tidak takut melapor kepada kepolisian”.

8. Selama dalam Proses Tindak Pidana Perdagangan Orang ini, pihak Kepolisian mendapatkan bantuan dari mana saja?, apakah Pihak Pemerintah Daerah, LSM atau mungkin Peranan dan Partisipasi dari Masyarakat?

Alexander Kristian D. I. Silaen : Peran Kepolisian Terhadap Penanggulangan Tindak Pidana Perdagangan Orang

(Human Trafficking) (Studi Di Poltabes Medan), 2008.

USU Repository © 2009

“Selama dalam proses Tindak Pidana Perdangangan Orang Poltabes MS menjalin kerja sama dengan pihak lain yaitu Instansi terkait baik Pemerintah Daerah maupun LSM”

9. Bagaimanakah hubungan Pihak Kepolisian dengan Kejaksaan dan pengadilan dalam menyelesaikan kasus Tindak Pidana Perdagangan Orang, apakah ada hambatan?

“Hubungan Pihak Poltabes MS dengan Kejaksaan dan Pengadilan terjalin kerjasama dimana saling koordinasi tentang berkas-berkas yang belum lengkap sampai vonis pelaku Tindak Pidana”

10.Apakah selama ini pihak Kepolisian aktif dalam mencari kasus-kasus atau kejadian-kejadian dari Tindak Pidana Perdagangan Orang yang terjadi, seperti berupaya dalam pencegahan terhadap perdagangan orang, Dalam arti pihak kepolisian tidak bersifat menunggu sebelum kejadian itu terjadi.

“Ya, kepolisian aktif dalam mencari kasus-kasus Perdagangan Orang, biasanya bila ada masyarakat yang dari luar Sumatera / Medan yang merasa ditipu dengan ditawarin pekerjaan, maka kepolisian akan menyelidiki pihak-pihak yang terkait”.

Dokumen terkait