• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

B. Saran

Sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian ini, maka dapat dikemukakan beberapan saran sebagai berikut:

1. Kualitas tampilan instrumen penilaian khususnya pada ilustrasi gambar di tiap deskripsi kinerja dapat diperbaiki dengan mengubah tampilan gambar manual (menggunakan pensil) menjadi gambar digital dalam bentuk foto nyata atau animasi.

2. Penelitian hendaknya dilakukan sampai ke tahap penyebaran atau uji coba secara luas untuk mengetahui efektivitas penggunaan instrumen penilaian dalam kegiatan pembelajaran.

3. Hendaknya dilakukan penelitian pengembangan instrumen penilaian aspek psikomotor yang serupa dengan penelitian ini pada materi kimia lainnya.

Daftar Pustaka

Ardli, I., Abdullah, A.G., Mujdalipah, A., & Ana. (2012). Perangkat penilaian kinerja untuk pembelajaran teknik pemeliharaan ikan. Invotec, 8(2), hlm. 147-166.

Arifin, Z. (2011). Evaluasi pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Arikunto, S. dan Jabar, C.S.A. (2009). Evaluasi program pendidikan: pedoman

teoritis praktis bagi mahasiswa dan praktisi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, S. (2012). Dasar-dasar evaluasi pendidikan edisi kedua. Jakarta: Bumi Aksara.

Chang, R. (2005). Kimia dasar konsep-konsep inti edisi ketiga jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Dimyati & Mudjiono. (2009). Belajar dan pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Direktorat Pendidikan Madrasah. (2014). Model penilaian pencapaian kompetensi

peserta didik madrasah tsanawiyah (MTs). Jakarta: Direktorat Pendidikan Madrasah.

Direktorat Pembinaan SMA. (2010). Juknis penyusunan perangkat penilaian psikomotor di SMA. Jakarta: Depdikbud.

Direktorat Pembinaan SMA. (2014). Modul pendampingan implementasi kurikulum 2013 di SMA tahun 2014. Jakarta: Kemendikbud.

Ekawati, E. & Sumaryanta. (2011). Pengembangan instrumen penilaian matematika SD/SMP. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional.

Fauziah, N. (2009). Kimia 2 SMA dan MA kelas XI IPA. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Hakiim, L. (2009). Perencanaan pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima. Harnanto, A. & Ruminten. (2009). Kimia 2: untuk SMA/MA kelas XI. Jakarta:

Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Indria, M. (2014). Pengembangan instrumen penilaian kinerja team teaching di SMK. Educational Management, 3(2), hlm. 133-139

Joko & Widodo, G. (2012). Pengembangan dan uji coba terbatas tes kinerja psikomotorik perbaikan motor listrik berbasis kinerja di industri listrik. Jurnal Pendidikan Teknik Elektro, 2(3), hlm. 981-991

Jumaini, S. (2013). Pengembangan instrumen penilaian aspek psikomotorik pada praktikum kimia SMA/MA kelas XI materi pokok faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi berdasarkan standar isi 2006. UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta.

Munadi, Y. (2012). Media Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada Press.

Nuraeni, N. (2015). Pengembangan instrumen penilaian aspek psikomotorik siswa SMA/MA pada praktikum titrasi asam basa. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Nurjanah, S. (2013). Pengembangan instrumen penilaian psikomotorik IPA terpadu SMP/MTs kelas VII semester 1. UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Ormrod, J.E. (2009). Psikologi pendidikan. Jakarta: Erlangga.

Oxtoby, D., Gillis, H.P., & Nachtrieb, N. H. (2001). Prinsip-prinsip kimia modern. Jakarta: Erlangga.

Parning, Horale, & Tiopan. (2006). Kimia SMA kelas XI semester pertama. Jakarta: Yudhistira.

Purwanto, N. (2010). Prinsip-prinsip dan teknik evaluasi pengajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Rasyid, H. & Mansur. (2009). Penilaian hasil belajar. Bandung: CV Wacana Prima.

Riduwan dan Akdon (2010). Rumus dan data dalam aplikasi statistika. Bandung: Alfabeta.

Romlah, O. (2009). Peranan praktikum dalam mengembangkan keterampilan proses dan kerja laboratorium. Pertemuan MGMP Biologi Kabupaten Garut. Bandung : Bio-UPI.

Salim, K.R., Puteh, M., & Daud M.S. (2012). Assessing students‟ practical skills in basic electronic laboratory based on psychomotor domain model. Provedia-Social and Behavioral Sciences, 56, hlm. 546-555

Sanjaya, W. (2011). Perencanaan dan desain sistem pembelajaran. Jakarta: Prenada Media Grup.

Sapriati, A. (2006). Pengembangan instrumen penilaian praktikum fotosintesis. Jurnal Pendidikan, 7(1), hlm. 1-11.

Sofyan, A., Feronika, T., & Milama, B. (2006). Evaluasi pembelajaran IPA berbasis kompetensi. Jakarta: UIN Jakarta Press.

Sudjana, N. (2009). Penilaian hasil proses belajar mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Sugiyono. (2013). Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukardi. (2012). Evaluasi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Sukmadinata, N.S. (2013). Metode penelitian pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Syah, M. (2013). Psikologi pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Thiagarajan, S., Semmel, D.S., & Semmel, M.I. (1974). Instructional development for training teacher of exceptional children: a sourcebook. Indiana: Center for Innovation in Teaching the Handicapped.

Trianto. (2009). Mendesain model pembelajaran inovatif-progresif. Jakarta: Prenadamedia Group.

Trianto. (2010). Model pembelajaran terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.

Trianto. (2011). Pengantar penelitian pendidikan bagi pengembangan profesi pendidikan dan tenaga kependidikan. Jakarta: Prenadamedia Group.

Trianto. (2014). Mendesain model pembelajaran inovatif, progresif, dan kontekstual. Jakarta: Prenadamedia Group.

Trowbridge, L. & Bybee, R. (1986). Becoming a secondary school science teacher. Columbus: Merrill.

Widoyoko, E.P. (2014). Teknik penyusunan instrumen penelitian. Jakarta: Pustaka Pelajar.

Yuniarti, B., Fatmaryanti, S.D., & Maftukhin, A. (2014). Pengembangan instrumen penilaian psikomotorik pada pelaksanaan praktikum fisika siswa kelas X SMA Negeri 5 Purworejo tahun pelajaran 2013/2014. Radiasi, 5(1), hlm. 77-81.

Zainul, A. (2001). Alternative Assesment. Jakarta: PAU-PPAI Universitas Terbuka.

Zulfiani, Feronika, T., & Suartini, K. (2009). Strategi pembelajaran sains. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta.

Lampiran 1: Pedoman dan Hasil Wawancara Analisis Ujung Depan A. Pedoman Wawancara

1. Apakah pada proses pembelajaran kimia, bapak/ibu menggunakan metode praktikum?

2. Seberapa sering bapak/ibu melakukan kegiatan praktikum dalam pembelajaran? 3. Materi apa saja yang sering menggunakan metode praktikum dalam pembelajaran? 4. Dari mana bapak/ibu mendapat petunjuk praktikum yang digunakan?

5. Aspek apa saja yang dinilai dalam kegiatan praktikum kimia?

6. Apakah dilakukan penilaian psikomotorik dalam kegiatan praktikum kimia? jika tidak, apa alasannya?

*jika tidak, lanjut ke pertanyaan no 1 pada bagian pertanyaan selanjutnya

7. Bagaimana cara bapak/ibu menilai aspek psikomotor siswa dalam kegiatan praktikum?

8. Adakah instrumen penilaian aspek psikomotorik yang dapat digunakan sebagai acuan bapak/ibu untuk menilai kemampuan psikomotor siswa dalam melakukan kegiatan praktikum?

*jika tidak, lanjut ke pertanyaan no 12

9. Apakah instrumen penilaian yang digunakan sudah spesifik untuk setiap praktikum atau masih bersifat umum/global?

10. Bagaimana bentuk instrumen penilaian yang digunakan?

11. Apakah instrumen penilaian tersebut sudah dilengkapi dengan rubrik sebagai acuan penilaian?

12. Menurut bapak/ibu, apakah perlu dikembangkan instrumen penilaian aspek psikomotor pada praktikum kimia?

13. Bagaimana bentuk instrumen penilaian yang diharapkan? Pertanyaan mengenai pelaksanaan kegiatan praktikum

Pertanyaan mengenai penilaian pada kegiatan praktikum

B. Identitas Narasumber

Narasumber 1 :Nita Karmilasari, S.Pd

Instansi :SMA Triguna

Narasumber 2 :Budhi Endarwati, S.Pd

Instansi :SMA Muhammadiyah 25 Pamulang

Narasumber 3 :Bahrudin, S.Pd

C. Transkrip Hasil Wawancara

No. Pertanyaan Jawaban

Narasumber 1 Narasumber 2 Narasumber 3

1. Apakah pada proses pembelajaran kimia, bapak/ibu menggunakan metode praktikum?

Iya menggunakan

metode praktikum

Ya, disini saya banyak menggunakan praktikum. Karena sesuai dengan anak-anak disini yang rata-rata cara belajarnya lebih ke kinestetik daripada visual dan audio. Jadi terlihat ada beberapa anak yang mungkin saat di kelas lebih diam, minat belajarnya kurang tapi saat diajak praktikum justru nilai nya lebih besar dibanding dengan siswa yang lebih baik di kognitifnya

Iya, tergantung materinya

2. Seberapa sering bapak/ibu melakukan kegiatan praktikum dalam pembelajaran?

Tidak bisa dihitung karena tergantung dengan materinya. Sesuai dengan lab nya juga, kalau bahannya ada praktikumnya kita lakukan, tapi kalau tidak

Cukup sering,

diusahakan setiap bab ada praktikum. Namun kadang terkendala waktu

dan kesiapan

laboratorium

Tergantung materinya. Karena ada materi yang bisa praktik ada yang tidak. Juga tergantung dengan bahan dan alat di laboratorium

ada ya kita sesuaikan dengan praktikumnya 3. Materi apa saja yang sering

menggunakan metode praktikum dalam pembelajaran?

Untuk kelas sepuluh yang sering itu larutan

elektrolit dan

nonelektrolit. Kelas sebelas materi asam basa, dan kelas dua belas materi yang sering dipraktikumkan materi kelarutan

Titrasi asam basa, larutan asam basa, reaksi eksoterm dan endoterm, kalorimetri, reaksi kimia, sifat-sifat unsur periode tiga

Ada tujuh materi yag sering diujikan, seperti reaksi nyala dan titrasi asam basa

4. Dari mana bapak/ibu mendapat petunjuk praktikum yang digunakan?

Biasanya dari LKS dan buku

Memodifikasi dari buku, terus disesuaikan dengan alat dan bahan di lab

Dari buku-buku yang ada petunjuk praktikumnya 5. Aspek apa saja yang dinilai dalam

kegiatan praktikum kimia?

Penilaiannya tentunya penilaian kelompok, yang pertama kerjasamanya, kemudian pemahaman terhadap materi tersebut, kemudian hasil dari laporan praktikumnya

Pra-praktikum saat persiapan praktikum seperti jas lab, kelengkapan alat, dan ketepatan waktu, cara kerja seperti urutan prosedur kerja, apa sesuai dengan urutan atau tidak, dan hasil dari laporan praktikum

Lebih ke psikomotor, karena praktikum itu lebih dominan di psikomotor walaupun nanti pada akhirnya akan ke arah kognitif juga.

6. Apakah dilakukan penilaian psikomotor dalam kegiatan praktikum kimia? jika tidak, apa alasannya? *jika jawabannya tidak, lanjut

Iya, seperti tata cara mereka melakukan praktikum. Dari mulai menyiapkan bahan, cara

Ya, seperti cara kerja dalam merangkai alat

Ya, seperti cara kerja,

ketelitian, dan

keteraturan dia dalam membaca petunjuk

pertanyaan no 8 melakukan praktikumnya benar atau tidak, apakah sendok atau pipetnya tercampur-campur atau tidak

7. Bagaimana cara bapak/ibu menilai aspek psikomotor siswa dalam kegiatan praktikum? Keliling untuk mengamati secara perkelompok Observasi secara berkelompok kemudian mengingat kegiatan siswa dalam pembelajaran

Dilihat dari cara kerjanya

8. Adakah instrumen penilaian aspek psikomotor yang dapat digunakan sebagai acuan bapak/ibu untuk menilai kemampuan psikomotorik siswa dalam melakukan kegiatan praktikum? * jika tidak, lanjut ke no 12

Ada Ada Ada, dibuat berdasarkan

petunjuk pembuatan yang sudah ada

9. Apakah instrumen penilaian yang digunakan sudah spesifik untuk setiap praktikum atau masih bersifat umum/global?

Paling hanya menilai cara mereka melakukan praktikumnya, memakai alatnya, kemudian pemahaman materinya. Kalau mereka belum paham berarti ada yang salah nanti. Penilaian untuk semua praktikum secara umum sama

Tidak Tidak

10. Bagaimana bentuk instrumen penilaian yang digunakan?

Dengan point-point tertentu

Lembar observasi dengan rubrik penilaian

11. Apakah instrumen penilaian tersebut sudah dilengkapi dengan rubrik sebagai acuan penilaian?

Tidak menggunakan rubrik penilaian

Ya Tidak

12. Menurut bapak/ibu, apakah perlu dikembangkan instrumen penilaian aspek psikomotor pada praktikum kimia?

Mungkin perlu, karena

penilaian yang

diterapkan selama ini kadang bersifat subjektif

Perlu, karena penilaian yang diterapkan masih subjektif. Seperti untuk menilai siswa pertama sampai kelima masih objekif, namun siswa keenam dan seterusnya biasanya subjektif

Iya perlu. Karena belajar pelajaran tertentu dengan menurut teori link and match, harus menyatu antara pendengaran, penglihatan, dan otak. Dan itu semuanya butuh penilaian

13. Bagaimana bentuk instrumen penilaian yang diharapkan?

Sederhana dan mudah digunakan

Sederhana, mudah untuk dipahami, dan rubrik penilaian jelas

Mudah digunakan oleh guru

D. Pengolahan Data Hasil Wawancara

No. Pertanyaan Jawaban Tallies Jumlah

1. Apakah pada proses pembelajaran kimia, bapak/ibu menggunakan metode praktikum?

Ya /// 3

2. Seberapa sering bapak/ibu melakukan kegiatan praktikum dalam pembelajaran? Cukup sering / 1 Tidak dapat ditentukan karna tergantung materi dan ketersediaan alat dan bahan

// 2

3. Materi apa saja yang sering menggunakan metode

praktikum dalam

pembelajaran?

Larutan elektrolit dan nonelektrolit

/ 1

Asam basa /// 3

Kelarutan / 1

Reaksi eksoterm dan endoterm / 1 Kalorimetri / 1 Reaksi kimia / 1 Sifat-sifat unsur periode tiga / 1 Reaksi nyala / 1

4. Dari mana bapak/ibu

mendapat petunjuk

praktikum yang digunakan?

LKS / 1

Buku /// 3

5. Aspek apa saja yang dinilai dalam kegiatan praktikum kimia?

Persiapan praktikum seperti jas lab, kelengkapan alat, dan ketepatan waktu / 1 Kerjasama / 1 Pemahaman terhadap materi / 1 Cara kerja / 1 Laporan praktikum // 2

6. Apakah dilakukan penilaian psikomotor dalam kegiatan praktikum kimia? jika tidak, apa alasannya?

*jika jawabannya tidak, lanjut pertanyaan no 8

Ya /// 3

7. Bagaimana cara bapak/ibu menilai aspek psikomotor siswa dalam kegiatan

Observasi secara berkelompok

praktikum?

8. Adakah instrumen penilaian aspek psikomotor yang dapat digunakan sebagai acuan bapak/ibu untuk

menilai kemampuan

psikomotorik siswa dalam melakukan kegiatan praktikum?

* jika tidak, lanjut ke no 12

Ada /// 3

9. Apakah instrumen penilaian yang digunakan sudah spesifik untuk setiap praktikum atau masih bersifat umum/global?

Tidak /// 3

10. Bagaimana bentuk

instrumen penilaian yang digunakan? Dengan point-point tertentu / 1 Lembar observasi dengan rubrik penilaian / 1 Lembar penilaian / 1

11. Apakah instrumen penilaian tersebut sudah dilengkapi dengan rubrik sebagai acuan penilaian?

Tidak // 1

Ya / 2

12. Menurut bapak/ibu, apakah perlu dikembangkan instrumen penilaian aspek psikomotor pada praktikum kimia?

Perlu karena

penilaian yang selama ini diterapkan bersifat subjektif

// 2

Perlu karena setiap kegiatan pembelajaran membutuhkan penilaian / 1 13. Bagaimana bentuk

instrumen penilaian yang diharapkan? Sederhana dan mudah digunakan /// 3 Mudah digunakan // 2 Mudah untuk dipahami / 1 Rubrik penilaian jelas / 1

E. Hasil Wawancara

Berdasarkan pengolahan data hasil wawancara, didapatkan hasil wawancara yang sesuai dengan tujuan dilakukannya kegiatan wawancara pada analisis ujung depan yakni sebagai berikut:

1. Metode praktikum sering diterapkan dalam kegiatan pembelajaran kimia. 2. Penilaian dalam kegiatan praktikum dilakukan dalam bentuk penilaian

kelompok.

3. Penilaian kemampuan psikomotor dilakukan dengan cara mengamati kegiatan siswa saat kegiatan praktikum berlangsung. Pelaksaan penilaian masih dipengaruhi subjektivitas guru karena mengandalkan ingatan guru. 4. Kriteria pada instrumen penilaian kemampuan psikomotor yang digunakan

bersifat umum (tidak menilai kemampuan secara detail) dan tidak dilengkapi dengan skor dan deskripsi kinerja yang jelas sebagai acuan penilaian.

Lampiran 2: Pedoman dan Hasil Wawancara Analisis Siswa A. Pedoman Wawancara

1. Apakah pada proses pembelajaran kimia, anda belajar melalui metode praktikum?

2. Bagaimana minat anda terhadap kegiatan praktikum yang dilaksanakan? Alasannya?

3. Tahap-tahap apa saja yang dilakukan pada kegiatan praktikum?

4. Aktivitas apa yang paling banyak dilakukan dalam kegiatan praktikum?

5. Setelah mengikuti kegiatan praktikum, kemampuan apa yang anda dapatkan? 6. Diantara kemampuan yang anda sebutkan sebelumnya, kemampuan apakah

yang anda rasakan paling banya mengalami peningkatan?

Pertanyaan mengenai pengalaman saat mengikuti kegiatan praktikum

B. Identitas Narasumber

Narasumber 1 :Panji Alam Ramadhan

Kelas/Sekolah :XI IPA 2/ SMA Muhammadiyah 25 Pamulang Narasumber 2 :Muhammad Zikra

Kelas/Sekolah :XI IPA 2/ SMA Muhammadiyah 25 Pamulang Narasumber 3 :Ashila Haura

C. Transkrip Hasil Wawancara

No. Pertanyaan Jawaban

Narasumber 1 Narasumber 2 Narasumber 3

1. Apakah pada proses pembelajaran kimia, anda belajar melalui metode praktikum?

Ya, pernah belajar dengan praktikum

Ya, melalui praktikum Ya

2. Bagaimana minat anda terhadap

kegiatan praktikum yang

dilaksanakan? Alasannya?

Bagus, karena membuat kita penasaran dan mengerti dengan adanya praktikum

Lumayan, cukup

menyenangkan

Senang, karena bisa menambah ilmu

3. Tahap-tahap apa saja yang dilakukan pada kegiatan praktikum?

Pertama, pembacaan prosedur pembelajaran praktikumnya seperti apa, lalu proses

praktikum dan

menyimpulkan dari praktikum itu

Awalnya membaca

prosedur praktikum yang disediakan oleh guru, persiapkan alat, dan menyediakan bahan. Setelah alat dan bahan siap lalu memulai praktikum. Setelah praktikum selesai meyimpulkan kegiatan praktikum dengan laporan Pertama membaca

prosedur, lalu mulai praktikum dan buat laporan

4. Aktivitas apa yang paling banyak dilakukan dalam kegiatan praktikum?

Yang pasti saat proses praktikumnya dan penyimpulannya

Paling banyak dilakukan di kegiatan praktikum

saat melakukan

percobaan

Saat kegiatan praktikum di lab, mencoba praktik dengan campuran dan lain lain

kemampuan apa yang anda dapatkan? bertambah, wawasan kimia jadi lebih luas dan keterampilan di proses pengerjaan

keterampilan jadi bertambah. Kalau sikap tidak banyak yang berkembang

lebih hati-hati saat kerja di lab, dan terampil menggunakan alat-alat di lab

6. Diantara kemampuan yang anda sebutkan sebelumnya, kemampuan apakah yang anda rasakan paling banya mengalami peningkatan?

Pengetahuan tentang zat-zat tertentu jadi bertambah dan keterampilan di praktikum seperti menggunakan gelas ukur dan lain lain

Pengetahuan bertambah dan lebih terampil

Pengetahuaannya

bertambah karena belajarnya melalui praktik langsung

D. Pengolahan Data Hasil Wawancara

No. Pertanyaan Jawaban Tallies Jumlah

1. Apakah pada proses pembelajaran kimia, anda belajar melalui metode praktikum?

Ya /// 3

2. Bagaimana minat anda terhadap kegiatan prakti-kum yang dilaksanakan? Alasannya?

Menyenangkan karena menambah ilmu

// 2

Bagus karena mem-buat penasaran dan lebih paham

/ 1

3. Tahap-tahap apa saja yang dilakukan pada kegiatan praktikum?

Membaca prosedur, lalu proses praktikum dan menyimpulkan

// 2

Membaca prosedur praktikum,

persiapkan alat, dan menyediakan bahan, memulai praktikum, lalu meyimpulkan kegiatan praktikum dengan laporan 1 1

4. Aktivitas apa yang paling banyak dilakukan dalam kegiatan praktikum? Proses praktikumnya dan penyimpulannya / 1 Melakukan percobaan // 2

5. Setelah mengikuti kegiatan praktikum, kemampuan apa yang anda dapatkan?

Pengetahuan /// 3

Keterampilan di proses pengerjaan

/// 3

Lebih hati-hati saat bekerja di laboratorium

/ 1

6. Diantara kemampuan yang anda sebutkan sebelumnya, kemampuan apakah yang anda rasakan paling banya mengalami peningkatan?

Pengetahuan tentang zat-zat tertentu

/// 3

Keterampilan di prakti-kum seperti menggu-nakan gelas ukur dan lain lain

E. Hasil Wawancara

Berdasarkan pengolahan data hasil wawancara, didapatkan hasil wawancara yang sesuai dengan tujuan dilakukannya kegiatan wawancara pada analisis siswa yakni sebagai berikut:

1. Siswa tertarik dengan metode praktikum yang diterapkan dalam kegiatan pembelajaran.

2. Kegiatan praktikum yang dilakukan siswa terbagi menjadi tiga tahap, yakni kegiatan pembukaan berupa membaca prosedur praktikum dan mempersiapkan alat dan bahan, kegiatan pelaksanaan, dan kegiatan penutup berupa menyimpulkan hasil praktikum dan membuat laporan praktikum. 3. Salah satu kemampuan yang paling banyak didapatkan siswa setelah

mengikuti praktikum yaitu keterampilan dalam menggunakan alat-alat laboratorium.

Lampiran 3: Kisi-Kisi Instrumen Penilaian

KISI-KISI INSTRUMEN PENILAIAN ASPEK PSIKOMOTOR PADA PRAKTIKUM KIMIA MATERI TERMOKIMIA Mata Pelajaran : Kimia

Kelas : XI IPA

Semester : Gasal

Materi : Termokimia

Kompetensi Inti : 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan

Kompetensi Dasar : 4.5 Merancang, melakukan, dan menyimpulkan serta menyajikan hasil percobaan penentuan ∆H suatu reaksi.

Indikator : 1. Melakukan percobaan penentuan ∆H reaksi dengan kalorimeter

2. Mempresentasikan hasil percobaan

3. Menentukan ∆H reaksi berdasarkan hasil percobaan 4. Mengajukan ide contoh benda yang mempunyai

prinsip sama seperti kalorimeter

Tujuan Pembelajaran : 1. Siswa dapat menentukan ∆H reaksi berdasarkan percobaan secara kalorimetri melalui metode praktikum

2. Siswa dapat mengajukan ide contoh benda yang mempunyai prinsip sama seperti kalorimeter melalui metode diskusi

Aspek Penilaian Kinerja Kegiatan dalam Praktikum Domain

Psikomotor Indikator Penilaian

Nomor Butir Jumlah Butir Kinerja Proses Persiapan Moving (bergerak)

Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan 1,2,3 3 Pelaksanaan Manipulating (memanipulasi) Menggunakan alat dan bahan 4,6,8,9, 10,12, 14,15 7 Melakukan pengukuran 5,7,11, 13,16 5 Membersihkan alat

dan meja kerja

18,19 2 Kinerja Produk Pelaksanaan Communicating (berkomunikasi) Menuliskan data hasil pengamatan 17 1 Penutup Communicating (berkomunikasi) Menyampaikan analisis data hasil praktikum 20 1 Menyampaikan kendala dalam praktikum 21 1 Menyampaikan kesimpulan praktikum 22 1 Creating (menciptakan) Mengajukan ide contoh benda yang mempunyai prisip sama dengan kalorimeter

23 1

Kalorimeter

Lampiran 4: Rancangan Awal

Lembar Kerja Praktikum

Perubahan Entalpi Standar (∆H°) Reaksi

1. Kompetensi Dasar

Merancang, melakukan, dan menyimpulkan serta menyajikan hasil percobaan penentuan ∆H suatu reaksi.

2. Tujuan Percobaan

Menentukan perubahan entalpi standar (∆H°) berdasarkan percobaan 3. Dasar Teori

Penentuan kalor reaksi diperoleh dari hasil eksperimen yang diperoleh secara kalorimetris. Penentuan kalor reaksi secara kalorimetris dilakukan dengan suatu alat yang disebut dengan kalorimeter. Pengertian dari penentuan kalor reaksi secara kalorimetris adalah kalor reaksi ditentukan (diukur) dari perubahan suhu larutan dan kalorimeter dengan menggunakan prinsip perpindahan kalor.

Kalorimeter terdiri atas penangas air dengan dinding isolasi dan bejana reaksi yang terendam dalam air. Kenaikan suhu diukur dengan thermometer. Kalor yang dilepas oleh sampel sama dengan kalor yang diserap oleh kalorimeter, yaitu sebesar kapasitas kalor dari calorimeter dikalikan dengan suhu.

Penentuan kalor reaksi secara kalorimetris didasarkan pada prinsip perpindahan kalor, yaitu jumlah kalor yang diberikan sama dengan kalor yang diserap. Untuk reaksi eksoterm, kalor yang dilepaskan dari reaksi digunakan untuk menaikkan suhu larutan dan kalorimeter. Kalor reaksi dari reaksi eksoterm ini dapat ditentukan dengan menggunakan rumus:

∆H° = - (qlarutan + qkalorimeter)

Jika pada reaksi eksoterm kalor yang diserap oleh calorimeter diabaikan maka kalor reaksi sama dengan kalor yang diserap larutan. Jadi, dapat ditentukan dengan rumus:

∆H° = - (qlarutan)

Untuk reaksi endoterm, kalor yang diserap dari reaksi berasal dari larutan dan kalorimeter. Kalor reaksi dari reaksi endoterm ini dapat ditentukan dengan menggunakan rumus:

∆H° = qlarutan + qkalorimeter

Jika pada reaksi endoterm kalorimeter dianggap tidak memberikan kalor, maka kalor reaksi sama dengan kalor yang dilepaskan larutan. Jadi, dapat ditentukan dengan rumus:

∆H° = qlarutan

4. Alat dan Bahan

Alat dan Bahan Jumlah

Kalorimeter 1 buah

Pipet Volume 1 buah

Bulb 1 buah

Gelas Kimia 100ml 2 buah

Gelas Ukur 100ml 1 buah

Termometer 1 buah

Batang Pengaduk 1 buah

NaOH(aq) 1M 50 ml

5. Cara kerja:

a. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum dan periksa kelengkapannya.

b. Masukkan 50 ml NaOH(aq) 1M dari botol reagen ke dalam gelas ukur dengan bantuan batang pengaduk (cara dekantir).

c. Pindahkan NaOH(aq) tersebut dari gelas ukur ke dalam gelas kimia. d. Ukur suhu NaOH(aq) dengan menggunakan termometer. Kemudian catat

suhu yang terukur.

e. Masukkan NaOH(aq) ke dalam kalorimeter.

f. Masukkan HCl(aq) ke dalam pipet volume sebanyak 50ml dengan cara menekan bagian „s‟ pada bulb.

g. Letakkan gelas kimia tepat di bawah pipet volume. Lalu tekan bagian „e‟ pada bulb agar aliran HCl(aq) dapat keluar.

h. Ukur suhu HCl(aq) dengan menggunakan termometer. Kemudian catat suhu yang terukur.

i. Tuangkan HCL(aq) kedalam kalorimeter yang telah berisi NaOH(aq), Aduk larutan.

j. Catat suhu stabil yang ditunjukkan oleh campuran kedua larutan.

Dokumen terkait