• Tidak ada hasil yang ditemukan

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.2 Saran

1. Dalam penyusunan ketentuan-ketentuan pelaksanaan HTR sebaiknya

mempertimbangkan kondisi sosial budaya masyarakat, kemampuan masyarakat dalam melaksanakan ketentuan dan pemenuhan persyaratan administratif serta kondisi lahan hutan yang ada. Pemerintah daerah sebaiknya diberi kebebasan untuk membuat penyesuaian-penyesuaian terhadap ketentuan yang berlaku sesuai karakteristik dan budaya setempat untuk memudahkan pelaksanaan. Penyesuaian ini dibolehkan selama tidak menyimpang atau berlawanan dengan tujuan suatu ketentuan dibuat.

2. Mengenai ketentuan pewarisan, jika pemegang ijin telah meninggal dunia maka sebaiknya ahli waris atau keluarganya diberi kesempatan untuk tetap mengusahakan lahan di areal tersebut hingga jangka waktu ijin usahanya habis (60 tahun).

3. Perlu dilakukan perubahan atau penyesuaian terhadap ketentuan HTR yang mengatur masalah hak dan kewajiban terutama kewajiban untuk membuat

111

RKU dan RKT. Apabila RKU dan RKT digunakan sebagai alat kontrol pemerintah terhadap kegiatan HTR di lapangan, maka pemerintah seharusnya memfasilitasi kegiatan ini dengan meminjamkan tenaga ahli atau dengan mencari bentuk dan mekanisme pengawasan lain yang lebih sederhana dan tidak fokus pada administrasi saja.

4. Percepatan kegiatan sebaiknya dilakukan dengan melakukan penguatan

kelembagaan di tingkat masyarakat dengan melibatkan stake holder yang lain terutama LSM kehutanan serta penguatan kelembagaan di institusi pelaksana lainnya seperti pemerintah desa, kabupaten serta institusi lain di atasnya yang terlibat dalam kegiatan HTR.

5. Aktivitas masyarakat di daerah ini lebih banyak digerakkan oleh tokoh masyarakat, tokoh agama, atau masyarakat dengan akses pendidikan, sumberdaya dan informasi yang lebih baik. Oleh karena itu pendekatan dan kegiatan sosialisasi HTR sebaiknya dilakukan lebih intensif kepada golongan masyarakat tersebut. Kegiatan sosialisasi HTR juga perlu ditingkatkan dengan perbaikan materi, metode, memperbanyak frekuensi dan memperluas kelompok sasaran.

6. Pendampingan dalam kegiatan HTR harus dilakukan secara intensif sehingga sebaiknya tenaga pendamping dipilih dari orang atau institusi yang menjadikan kegiatan ini sebagai tugas prioritasnya.

DAFTAR PUSTAKA

Agresti A, Finlay B. 1997. Statistical Methods for the Social Sciences. Third Edition. USA: Prentice Hall Inc.

Chartrand TL, Bargh JA. 1999. The Chameleon Effect: The Perception-Behavior Link and Social Interaction. Journal of Personality and Social Psychology 76(6):893-910.

Colchester M, Fay C. 2007. Land, Forest and People: Facing the Challenges in South-East Asia. Rights and Resources Initiative Listening, Learning and Sharing, Asia Final Report September 2007.

[Dephut] Departemen Kehutanan. 2007. Peraturan Pemerintah RI Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan. Jakarta. Dephut.

[Dephut] Departemen Kehutanan. 2008. Peraturan Pemerintah RI Nomor 3 Tahun 2008 Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 Tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana PengelolaanHutan, Serta Pemanfaatan Hutan. Jakarta. Dephut.

[Dephut] Departemen Kehutanan. 2007. Peraturan Menteri Kehutanan No. P.23/Menhut-II/2007 tentang Tata Cara Permohonan IUPHHK-HTR dalam Hutan Tanaman. Jakarta. Dephut.

[Dephut]. Departemen Kehutanan. 2008. Peraturan Menteri Kehutanan No. P.5/Menhut-II/2008 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kehutanan No. P.23/Menhut-II/2007 tentang Tata Cara Permohonan IUPHHK-HTR dalam Hutan Tanaman. Jakarta. Dephut.

[Dephut] Departemen Kehutanan. 2008. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.9/Menhut-II/2008 tentang Persyaratan kelompok Tani Hutan untuk Mendapatkan Pinjaman Dana Bergulir Pembangunan Hutan Tanaman Rakyat. Jakarta. Dephut.

Departemen Kehutanan. 2008. Statistik Kehutanan Indonesia 2007. Departemen Kehutanan. Jakarta.

Dunn WN. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik Edisi Kedua. Wibawa S, Asitadani D, Hadna AH, Purwanto EA, penerjemah; Darwin M, editor. Yogyakarta: Gadah Mada University Press. Terjemahan dari: Public Policy Analysis: An Introduction Second Edition.

Echols JM, Shadily H. 1989. Kamus Inggris Indonesia. Cetakan XVII. Jakarta: Gramedia.

Ekawati S, Daryono H, Zuraida. 2008. Kesiapan Masyarakat Sekitar Hutan dalam Pembangunan Hutan Tanaman Rakyat. Makalah Seminar Hutan Tanaman Rakyat yang diselenggarakan oleh Puslit Sosek dan Kebijakan Kehutanan, Badan Litbang Kehutanan tanggal 14 Agustus 2008.

Emila, Suwito. 2007. Hutan Tanaman Rakyat (HTR): Agenda Baru untuk Pengentasan Kemiskinan? Warta Tenure Nomor 4 - Februari 2007

Grice HP. 1961. The Causal Theory of Perception. Proceedings of the Aristotelian Society Supp. vol. xxxv. 1961. pp. 121-53

Hakim I dan Effendi R. 2008. Prospek Hutan Tanaman Rakyat: Mengkaji Potensi Kelembagaan yang Tumbuh di Masyarakat. Makalah Seminar Hutan Tanaman Rakyat yang diselenggarakan oleh Puslit Sosek dan Kebijakan Kehutanan, Badan Litbang Kehutanan tanggal 14 Agustus 2008.

Hakim I. 2009. Kajian Kelembagaan dan Kebijakan Hutan Tanaman Rakyat: Sebuah Terobosan Dalam Menata Kembali Konsep Pengelolaan Hutan Lestari. Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan 6(1) April 2009: 27 - 41 Hosmer D, Lemeshow S. 2000. Applied Logistic Regression. Second edition. John

USA: Wiley and Son Inc.

Hufman K., Vernoy M. and Williams B. 1987. Psychology in Action. Singapore: John Wiley & Son, Inc.

Iqbal M. 2007. Analisis Peran Pemangku Kepentingan dan Implementasinya dalam Pembangunan Pertanian. Jurnal Litbang Pertanian 26(3):89-99. Kartodihardjo H. 2007. Di Balik Kerusakan Hutan dan Bencana Alam: Masalah

Transformasi Kebijakan Kehutanan. Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia. Jakarta.

Kartodihardjo H, Suharjito D, Nugroho B. 2011. Hambatan Pembaruan Kebijakan Pemanfaatan Hutan Bagi Masyarakat Lokal: Kasus Pembagunan Hutan

Tanaman Rakyat. Di dalam: Seminar dan Workshop Hutan Tanaman

Rakyat; Bogor, 22 Februari 2011.

Krech BD, Crutchfield RS, Ballachey AE. 1962. Individual in Society: a Textbook of Social Psychology. New York: Mc Graw-Hill Kogakusha, Ltd.

Lindsay P, Norman DA. 1977. Human Information Processing: An Introduction to Psychology.

Mehta JN, Kellert SR. 1998. Local Attitudes Toward Community-Based Conservation Policy and Programmes in Nepal: A Case Study in the Makalu-Barun Conservation Area. Environmental Conservation 25(4):320– 333.

115

Munir DA. 2004. Ada Tiga Pilar dalam Menumbuhkan Partisipasi Masyarakat.

Majalah Gema Desa Hutan (GEDEHA) Edisi XIV Pebruari 2004.

Nawir AA, Kassa H, Sandewall M, Dore D, Campbell B, Ohlsson B, Bekele M. 2007. Stimulating Smallholder Tree Planting – Lessons from Africa and Asia. Unasylva 228 Vol. 58, 2007.

Nazir M. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia

Neupane RP, Sharmab KR, Thapaa GB. 2002. Adoption of Agroforestry in the Hills of Nepal: A Logistic Regression Analysis. Agricultural Systems 72:177–196.

Ngakan PO, Komarudin H, Achmad A, Wahyudi, Tako A. 2006. Ketergantungan, Persepsi dan Partisipasi Masyarakat terhadap Sumberdaya Hayati Hutan Studi Kasus di Dusun Pampli Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan. Forests and Governance Programme Series. CIFOR. Bogor.

Noordwijk M van, Suyanto S, Budidarsono S, Sakuntaladewi N, Roshetko JM,

Tata HL, Galudra G, Fay C. 2007. Is Hutan Tanaman Rakyat A New

Paradigm in Community Based Tree Planting in Indonesia? ICRAF Southeast Asia. Bogor.

Predo CD. 2003. What Motivates Farmers? Tree Growing and Land Use Decision in the Grassland of Claveria Philippines. Research Report No. 2003-RR7. Economy and Environmental Program for South East Asia. Singapore. Pregernig M. 2002. Perceptions, Not Facts: How Forestry Professional’s Decide

on the Restoration of Degraded Forest Ecosystems. Journal of Environmental Planning and Management 45(1):25–38.

Purnawan P, Widayati SI. 2005. Pendekatan Partisipatif dalam Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat. Majalah Penyuluhan Kehutanan KENARI Ed 45:6-8 Robertson J, Lawes MJ. 2005.User Perceptions of Conservation and Participatory

Management of Igxalingenwa Forest, South Africa. Environmental Conservation 32(1):64–75.

Salam MA, Noguchi T, Koike M. 2005. Factors Influencing the Sustained Participation of Farmers in Participatory Forestry: A Case Study in Central Sal Forests in Bangladesh. Journal of Environmental Management 74 (2005): 43–51.

Sattar AL. 1985. Persepsi Masyarakat Pedesaan terhadap Usaha Konservasi Sumberdaya Alam dan Lingkungan di DAS Bila Walanae Sulawesi Selatan. [tesis]. Bogor: Fakultas Pasca Sarjana KPK IPB-UNHAS.

Schneck, J. 2009. Assessing the Viability of HTR Indonesia’s Community Based Forest Plantation Program [tesis]. Masters project submitted in partial fulfillment of the requirements for the Master of Environmental Management Degree in the Nicholas School of the Environment of Duke University.

Shively GE. 1999. Price and Tree Planting on Hillside Farms in Palawan. World Development 27(6).

Sinha H, Suar D. 2005. Leadership and People’s Participation in Community Forestry. International Journal of Rural Management I (I):125-143

Sugiyono. 2007. Statistik Non Parametris untuk Penelitian. Cetakan kelima. Bandung: CV. Alfabeta.

Susiatik T. 1998. Persepsi dan Partisipasi Masyarakat Terhadap Kegiatan Pembangunan Masyarakat Desa Terpadu (PMDHT) di Desa Mojokerto Kecamatan Wirosari Kabupaten Dati II Grobogan Jawa Tengah [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Swanky OH. 2006. The Self-Perception Theory Versus A Dynamic Learning Model. Tinbergen Institute Discussion Paper TI 2006-092/1. Erasmus University Rotterdam and Tinbergen Institute.

Trison S. 2005. Pengembangan Partisipasi Masyarakat dalam Kegiatan Rehabilitasi Hutan [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Winarto H. 2003. Partisipasi Masyarakat dalam Kegiatan Agroforestri [tesis].

Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Yuwono S. 2006. Persepsi dan Partisipasi Masyarakat terhadap Pembangunan Hutan Rakyat Pola Kemitraan di Kabupaten Musi Rawas Provinsi Sumatera Selatan [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Zbinden S, Lee DR. 2005. Paying for Environmental Services: An Analysis of

Participation in Costarica’s PSA Program. World Development 33(2):255- 272.

117

Lampiran 1 Kuisioner penelitian

PERSEPSI DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM KEGIATAN HUTAN TANAMAN RAKYAT (HTR)

DI KABUPATEN SAROLANGUN, JAMBI PETUNJUK PENGISIAN

1. Setiap responden diharapkan dapat menjawab semua pertanyaan dalam kuisioner ini.

2. Untuk pertanyaan yang telah tersedia alternatif jawabannya, pilih salah satu jawaban yang telah tersedia dengan memberikan tanda pada kotak di sebelah jawaban yang Bapak pilih

Contoh:

Masyarakat yang tinggal di sekitar hutan mempunyai kewajiban untuk ikut serta melestarikan hutan yang ada di sekitarnya

setuju

Kurang setuju

Tidak setuju

. Jawaban yang benar adalah pilihan yang sesuai dengan masing-masing pendapat pribadi Bapak/Ibu

3. Untuk pertanyaan isian, tulislah jawaban yang sesuai dengan kondisi dan pendapat Bapak di tempat yang telah disediakan.

I. IDENTITAS RESPONDEN

Nomor : ……… (diisi oleh petugas)

Nama : ………

Jenis kelamin :  Laki-laki  Perempuan Umur : ……… tahun

Alamat RT/RW :………. Dusun :………

Pekerjaan utama :  petani  PNS  karyawan swasta  pedagang  Lainnya (sebutkan) : …………. Pekerjaan sampingan : ……….. Kelompok Tani : ………..

(diisi jika Bapak/Ibu terdaftar sebagai anggota)

II. KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI RESPONDEN

Tingkat Pendidikan

1. Apakah pendidikan formal terakhir Bapak/Ibu?

 tidak sekolah/tidak lulus SD  SD-SMP  SMU-akademi/PT

2. Apakah Bapak/Ibu pernah mengikuti pelatihan/kursus/penataran/training yang berkaitan dengan kegiatan kehutanan ?

 tidak pernah  pernah

Jika pernah mengikuti kegiatan pelatihan/kursus/penataran/training isi tabel berikut ini: No Nama pelatihan/kursus/ penataran Waktu (tanggal/bulan/ tahun) Tempat Penyelenggara 1 2 3 4

Luas dan kepemilikan lahan

3. Berapa luas lahan pertanian, pekarangan dan perkebunan yang Bapak/Ibu miliki atau garap pada saat ini:

No Uraian Milik sendiri (ha) Milik orang lain (ha) Asal usul* 1 Ladang 2 Kebun 3 Pekarangan 4 Lahan HTR 5 lainnya jumlah

*: membuka lahan, membeli, warisan, tanah adat, dll Jarak ke lahan HTR

4. Berapa kilometer kira-kira jarak antara tempat tinggal Bapak/Ibu dengan lahan yang disediakan untuk HTR ?

 ……….. kilometer (km) Pendapatan

5. Berapa jumlah pendapatan keluarga Bapak/Ibu dari berbagai sumber baik pendapatan tetap maupun sampingan, rata-rata dalam satu bulan?

 Rp………/bulan

6. Apakah penghasilan Bapak/Ibu saat ini sudah mencukupi untuk hidup sehari-hari?

 tidak  ya

7. Berapa pengeluaran keluarga Bapak/Ibu rata-rata dalam satu bulan?  Rp………/bulan

8. Bisakah Bapak/Ibu menyisihkan sebagian dari penghasilan tersebut untuk ditabung?

 tidak bisa  kadang-kadang  selalu bisa

9. Pernahkah Bapak/Ibu menabung, mengambil uang, mengirim uang atau meminjam uang di Bank, koperasi atau lembaga keuangan lainnya?

 tidak  ya

Jumlah tanggungan

10. Berapa jumlah anggota keluarga yang masih menjadi tanggungan Bapak/Ibu?  ………. orang

Pengalaman bertani

11. Berapa lama kira-kira Bapak/Ibu telah memiliki pengalaman berusaha tani ?  ………..tahun

12. Berapa lama Bapak/Ibu memiliki pengalaman budidaya tanaman kehutanan?  ………tahun

13. Apakah sebelumnya Bapak/Ibu pernah ikut serta dalam kegiatan kehutanan (misalnya hutan kemasyarakatan atau hutan rakyat)?

 tidak pernah

 pernah tapi sekarang tidak lagi  pernah dan masih sampai sekarang Kekosmopolitan

14. Berapa kali dalam sebulan Bapak/Ibu pernah keluar desa untuk mencari informasi dan menambah pengetahuan tentang program hutan tanaman rakyat (HTR) atau kehutanan pada umumnya ?

 tidak pernah  sebutkan :……….kali/bulan

15. Berapa kali Bapak/Ibu pernah melakukan kunjungan atau konsultasi secara pribadi dengan petugas penyuluh lapangan atau pendamping kehutanan ?

 tidak pernah  sebutkan :……….kali/bulan

16. Sampai dengan saat ini berapa kali Bapak/Ibu pernah membaca surat kabar atau artikel majalah khususnya tentang kehutanan atau program HTR ?

119

17. Apakah Bapak/Ibu pernah mempraktekkan ilmu atau pengetahuan baru yang diperoleh dari surat kabar atau majalah tentang budidaya pohon atau tanaman, teknik bertani, dsb ?

 tidak pernah  kadang-kadang  sering

18. Darimana Bapak/Ibu mendengar atau memperoleh informasi mengenai HTR ? (jawaban yang dipilih boleh lebih dari satu)

 penyuluh  aparat desa  teman

 surat kabat  televisi

 lainnya (sebutkan) :………..

III. PERSEPSI RESPONDEN

Hutan Tanaman Rakyat (HTR) adalah hutan tanaman yang dibangun oleh perorangan atau koperasi, di areal hutan produksi milik negara yang telah ditetapkan Menteri Kehutanan sebagai areal HTR, dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas hutan produksi dengan menerapkan sistem silvikultur yang menjamin kelestarian sumber daya hutan.

1. Apakah Bapak/Ibu pernah mendengar tentang program Hutan

Tanaman Rakyat (HTR)

ya

tidak 2. Apakah Bapak/Ibu saat ini sedang mengikuti program HTR

atau memiliki keinginan untuk mengikuti program HTR ?

ya tidak Persepsi terhadap alokasi lahan HTR

3. Areal yang diperuntukkan bagi kegiatan HTR adalah lahan milik negara yang tidak produktif lagi dan menjadi lahan kritis

tidak setuju Alasan: ………

kurang setuju Alasan: ………

setuju Alasan: ………

4. Lahan yang diperuntukkan bagi kegiatan HTR saat ini letaknya dekat dengan tempat tinggal Bapak/Ibu dan mudah didatangi

tidak setuju Alasan: ………

kurang setuju Alasan: ………

setuju Alasan: ………

5. Lahan yang diperuntukkan bagi kegiatan HTR saat ini tidak dalam konflik atau sengketa kepemilikan dengan pihak lain

tidak setuju Alasan: ………

kurang setuju Alasan: ………

setuju Alasan: ………

Persepsi terhadap pola HTR

6. Masyarakat dapat membangun HTR secara mandiri dengan bimbingan dari penyuluh atau pendamping

tidak setuju Alasan: ………

kurang setuju Alasan: ………

setuju Alasan: ………

7. Masyarakat berhak menentukan sendiri jenis tanaman, teknik penanaman, pemeliharaan dan pemanenan dengan bimbingan dari penyuluh atau pendamping

tidak setuju Alasan: ………

kurang setuju Alasan: ………

setuju Alasan: ………

8. Masyarakat tidak memerlukan mitra kerjasama seperti perusahaan swasta atau investor dalam pelaksanaan HTR, sehingga tidak harus membagi keuntungan dengan mereka

tidak setuju Alasan: ………

kurang setuju Alasan: ………

9. Jika tidak memiliki kemampuan yang cukup, masyarakat dapat bekerjasama dengan mitra atau pihak lain untuk membangun HTR berdasarkan kesepakatan yang saling menguntungkan

tidak setuju Alasan: ………

kurang setuju Alasan: ………

setuju Alasan: ………

10. Mitra kerjasama dalam pembangunan HTR tersebut dapat berasal dari luar daerah dimana areal HTR berada

tidak setuju Alasan: ………

kurang setuju Alasan: ………

setuju Alasan: ………

11. Mitra kerjasama dalam pembangunan HTR dapat berupa perorangan atau perusahaan swasta

tidak setuju Alasan: ………

kurang setuju Alasan: ………

setuju Alasan: ………

12. Menurut pendapat Bapak/Ibu, Bapak/Ibu lebih memilih untuk mengelola HTR secara perorangan dibandigkan dengan atas nama koperasi

tidak setuju Alasan: ………

kurang setuju Alasan: ………

setuju Alasan: ………

Persepsi terhadap kegiatan pemanfaatan

13. Kegiatan HTR meliputi penyiapan lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan dan pemasaran hasil

tidak setuju Alasan: ………

kurang setuju Alasan: ………

setuju Alasan: ………

14. Kegiatan HTR hanya diprioritaskan untuk memproduksi kayu

tidak setuju Alasan: ………

kurang setuju Alasan: ………

setuju Alasan: ………

15. Hasil hutan bukan kayu (getah, kulit kayu, daun, rotan, dll) yang dihasilkan di dalam areal HTR tidak boleh dipasarkan

tidak setuju Alasan: ………

kurang setuju Alasan: ………

setuju Alasan: ………

Persepsi terhadap jenis tanaman

16. Jenis tanaman apakah yang akan atau sedang dikembangkan dalam kegiatan HTR di tempat Bapak/Ibu?

……….

17. Selain yang dikembangkan saat ini, jenis tanaman lain apa yang Bapak/Ibu inginkan untuk ditanam di areal HTR? Sebutkan jenis dan alasan Bapak/Ibu memilih jenis tersebut (boleh diisi lebih dari satu jenis)

………….. Alasan: ………

…………. Alasan: ………

18. Jenis tanaman yang akan atau sedang dikembangkan di areal HTR saat ini sesuai dengan keinginan Bapak/Ibu.

tidak setuju Alasan: ………

kurang setuju Alasan: ………

121

19. Jenis tanaman yang dapat ditanam di areal HTR adalah tanaman berkayu (jati, sengon, akasia, tusam atau sejenisnya) atau dikombinasikan dengan tanaman budidaya tahunan berkayu (karet, durian, rambutan atau sejenisnya)

tidak setuju Alasan: ………

kurang setuju Alasan: ………

setuju Alasan: ………

20. Jenis tanaman lain di luar golongan di atas harus ditetapkan oleh Menteri Kehutanan

tidak setuju Alasan: ………

kurang setuju Alasan: ………

setuju Alasan: ………

Persepsi terhadap persyaratan perijinan

Persyaratan untuk memohon ijin HTR (IUPHHK-HTR)

- PERORANGAN : foto copy KTP, keterangan domisili (benar pemohon berdomisili di desa

tersebut) dari Kades,dan sketsa areal yang dimohon

- KOPERASI : foto copy akte pendirian, keterangan Kades bahwa koperasi dibentuk oleh masyarakat setempat, sketsa areal yang dimohon atau peta areal apabila luasan yang dimohon lebih dari 15 Ha skala 1 : 5.000 atau 1: 10.000

21. Persyaratan bagi masyarakat yang ingin mengajukan ijin

pemanfataan HTR (IUPHHK-HTR) di atas mudah dipenuhi

tidak setuju kurang setuju

setuju 22. Persyaratan apa yang menurut Bapak sulit untuk dipenuhi :

tidak ada

jika ada sebutkan ……… 23. Bagi pemohon ijin HTR perorangan disarankan untuk membentuk kelompok untuk

memudahkan pengurusan administrasi

tidak setuju Alasan: ………

kurang setuju Alasan: ………

setuju Alasan: ………

24. Pembuatan sketsa areal atau peta areal yang dimohon dibantu oleh penyuluh atau pejabat yang ditunjuk oleh Bupati/Walikota

tidak setuju

kurang setuju

setuju Persepsi terhadap proses perijinan

25. Proses pengajuan ijin HTR mudah dan tidak berbelit-belit

tidak setuju Alasan: ………

kurang setuju Alasan: ………

setuju Alasan: ………

26. Waktu yang dibutuhkan dalam pengurusan ijin HTR cepat

tidak setuju Alasan: ………

kurang setuju Alasan: ………

setuju Alasan: ………

27. Menurut Bapak/Ibu, dalam pengurusan ijin HTR tidak membutuhkan biaya yang besar

tidak setuju Alasan: ………

kurang setuju Alasan: ………

setuju Alasan: ………

Pertanyaan nomor 28 – 30 hanya diisi apabila Bapak/Ibu pernah punya pengalaman mengurus ijin HTR, kemudian Bapak bisa lanjutkan ke pertanyaan nomor 29 dan seterusnya

Apabila Bapak/Ibu belum punya pengalaman mengurus ijin HTR, mohon agar langsung melanjutkan ke pertanyaan nomor 31 dan seterusnya

28. Jika Bapak pernah mengurus ijin HTR, pada tahap mana menurut Bapak/Ibu yang paling sulit atau membutuhkan waktu paling lama?

………. ………. ………. 29. Jika Bapak pernah mengurus ijin HTR, berapa waktu yang Bapak/Ibu butuhkan mulai dari

pengajuan hingga ijin HTR keluar?

………. ………. 30. Jika Bapak/Ibu pernah mengurus ijin HTR, berapa biaya keseluruhan yang Bapak keluarkan

sampai ijin tersebut Bapak/Ibu terima?

Rp. ……….. Persepsi terhadap jangka waktu dan luasan pengusahaan

31. Jangka waktu pengusahaan HTR diberikan selama 60 tahun dan dapat diperpanjang satu kali selama 35 tahun.

tidak setuju Alasan: ………

kurang setuju Alasan: ………

setuju Alasan: ………

32. Luasan areal HTR yang diberikan untuk satu kepala keluarga maksimal 15 hektar.

tidak setuju Alasan: ………

kurang setuju Alasan: ………

setuju Alasan: ………

33. Luasan areal HTR yang diberikan untuk koperasi disesuaikan dengan kemampuan kopersi tersebut

tidak setuju Alasan: ………

kurang setuju Alasan: ………

setuju Alasan: ………

34. Dari kondisi dan kemampuan yang Bapak punya, berapa rata- rata luas areal hutan yang dapat Bapak garap atau kelola dengan baik dan memberikan penghasilan yang cukup untuk Bapak?

………..hektar

Persepsi terhadap pewarisan ijin

35. Jika Bapak/Ibu memiliki ijin HTR, kemudian Bapak/Ibu meninggal dunia sebelum jangka waktu ijin tersebut habis, maka Bapak/Ibu tidak dapat mewariskan ijin tersebut kepada anak Bapak/Ibu atau ahli waris lainnya

tidak setuju Alasan: ………

kurang setuju Alasan: ………

setuju Alasan: ………

36. Jika Bapak/Ibu memiliki ijin HTR, kemudian Bapak /Ibu meninggal dunia, maka ijin tersebut harus dikembalikan kepada pemerintah walaupun jangka waktu yang tersisa masih lama

tidak setuju Alasan: ………

kurang setuju Alasan: ………

setuju Alasan: ………

37. Bapak/Ibu tidak menginginkan anak atau anggota keluarga Bapak/Ibu yang lain untuk meneruskan usaha HTR yang telah Bapak/Ibu bangun setelah Bapak/Ibu meninggal dunia nanti

tidak setuju Alasan: ………

kurang setuju Alasan: ………

123

Persepsi terhadap hak dan kewajiban pemegang ijin HTR

38. Pemegang ijin HTR memiliki kemudahan mendapatkan pinjaman dana untuk pembiayaan HTR. Persyaratan dan prosedur peminjaman dana sudah jelas dan diketahui semua pihak

tidak setuju Alasan: ………

kurang setuju Alasan: ………

setuju Alasan: ………

39. Agar ijin HTR tidak dicabut, maka pemegang ijin harus membuat rencana kerja usaha dan rencana kerja tahunan

tidak setuju Alasan: ………

kurang setuju Alasan: ………

setuju Alasan: ………

40. Rencana kerja usaha dan rencana kerja tahunan tidak menyulitkan karena pembuatannya dibantu oleh konsultan atau Lembaga Swadaya Masyarakat

tidak setuju Alasan: ………

kurang setuju Alasan: ………

setuju Alasan: ………

Persepsi terhadap pasar kayu hasil HTR

41. Areal HTR di daerah Bapak/Ibu yang ada sekarang lokasinya dekat dengan industri pengolahan kayu

tidak setuju Alasan: ………

kurang setuju Alasan: ………

setuju Alasan: ………

42. Sudah ada pasar (industri pengolahan kayu atau pihak lain) yang ingin membeli kayu yang ditanam dalam kegiatan HTR di daerah Bapak/Ibu

tidak setuju Alasan: ………

kurang setuju Alasan: ………

setuju Alasan: ………

43. Harga dasar kayu (harga kayu minimum) yang dihasilkan pada kegiatan HTR ditetapkan oleh pemerintah

tidak setuju Alasan: ………

kurang setuju Alasan: ………

setuju Alasan: ………

44. Berapa harga jual kayu dari jenis tanaman yang dikembangkan dalam kegiatan HTR di tempat Bapak/Ibu?

Rp. ………

45. Menurut pendapat Bapak/Ibu, apakah harga tersebut sudah cukup menguntungkan bagi masyarakat ?

Sudah

Belum, berapa harga yang Bapak/Ibu inginkan ? Rp. ……….. Persepsi terhadap kelembagaan HTR

46. Untuk bisa mengikuti program HTR Bapak/Ibu harus menjadi anggota koperasi atau kelompok tani

tidak setuju Alasan: ………

kurang setuju Alasan: ………

setuju Alasan: ………

47. Anggota kelompok tani hutan saling mengenal dan dapat bekerjasama dengan baik

Dokumen terkait