• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.2. Saran

1. Perpustakaan STIKes Senior diharapkan menambah koleksi bahan pustaka di perpustakaan dan membuat daftar-daftar website dan jurnal ilmiah yang dapat di akses oleh pemustaka, yaitu daftar website gratis tentang jurnal kesehatan, artikel, dan buku elektronik online serta daftar website interaktif tentang 3D dan 2D anatomi tubuh manusia. 2. Penyusunan koleksi di perpustakaan diharapkan berdasarkan urutan

klasifikasi agar memudahkan pemustaka dalam temu kembali koleksi bahan pustaka.

3. Perpustakaan STIKes Senior perlu memberi bimbingan pemustaka tentang memanfaatkan fasilitas di perpustakaan, khususnya pada

OPAC.

4. Pustakawan sudah baik dalam membantu pemustaka. Akan tetapi, perlu dilakukan penambahan pustakawan agar kegiatan di perpustakaan dapat berjalan dengan baik dan lancar.

5. Perpustakaan STIKes Senior perlu mempertahankan layanan akses internetnya yang baik. Di samping itu, perpustakaan sebaiknya menyediakan perangkat komputer untuk akses informasi yang dapat dimanfaatkan oleh pemustaka.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Perpustakaan Perguruan Tinggi

Perpustakaan Perguruan Tinggi adalah organ pusat dari suatu perguruan tinggi. Sebagai suatu sumberdaya perpustakaan memperoleh tempat utama sentral universitas yaitu pengajaran, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat. Untuk menjalankan fungsi tersebut, perpustakaan menyediakan pelayanan yang bersifat fundamental dan mutlak. Pelayanan yang diberikan akan mempengaruhi keseluruhan program perguruan tinggi.

Menurut Sjahrial-Pamuntjak (2000, 4), “Perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang tergabung dalam lingkungan lembaga pendidikan tinggi, baik yang berupa perpustakaan universitas, perpustakaan fakultas, perpustakaan akademi, perpustakaan sekolah tinggi”.

Perpustakaan sangat penting pada setiap institusi pendidikan tinggi, sehingga semestinya setiap lembaga tersebut memiliki perpustakaan yang lengkap dan berfungsi dengan baik, serta dimanfaatkan secara maksimal. Noerhayati (1987, 1), menyatakan bahwa:

Perpustakaan perguruan tinggi adalah suatu unit kerja yang merupakan bagian integral dari suatu lembaga induknya yang bersama-sama unit lainnya tetapi dalam peranan yang berbeda, bertugas membantu perguruan tinggi yang bersangkutan melaksanakan Tri Dharma nya.

Keberadaan, tugas, dan fungsi perpustakaan perguruan tinggi tersebut adalah dalam rangka melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi, meliputi pendidikan, penelitian atau riset, dan pengabdian kepada masyarakat.

Sedangkan dalam Standar Nasional Indonesia Perpustakaan Perguruan Tinggi (SNP 010, 2011), “Perpustakaan Perguruan Tinggi adalah Perpustakaan yang bertujuan memenuhi kebutuhan informasi pengajar dan mahasiswa di perguruan tinggi dan perpustakaan perguruan tinggi dapat juga terbuka untuk publik”.

Perpustakaan merupakan tempat berbagai sumber informasi. Dilihat dari pennyelenggaraannya perpustakaan perguruan tinggi dilakukan oleh lembaga pendidikan tinggi yang bersangkutan. Pemustaka dari perpustakaan perguruan tinggi terdiri atas para staf pengajar (dosen), mahasiswa, peneliti, dan mereka yang terlibat di dalam kegiatan akademik (sivitas akademika).

Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa Perpustakaan Perguruan Tinggi adalah Perpustakaan yang berada di lingkungan lembaga perguruan tinggi yang memiliki tujuan dalam memenuhi kebutuhan informasi sivitas akademika serta membantu perguruan tinggi menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi.

2.1.1 Peran Perpustakaan Perguruan Tinggi

Perpustakaan perguruan tinggi sangat berperan penting dalam penyelenggaraan pendidikan karena dengan adanya perpustakaan yang dikelola dengan baik, perpustakaan tersebut dapat menyumbang sumber informasi yang lengkap bagi pemustakanya. Perkembangan pendidikan yang semakin maju membuat peran perpustakaan perguruan tinggi harus dapat memenuhi kebutuhan informasi sivitas akademikanya.

Menurut Saleh (2011, 12), “Peran perpustakaan adalah sebagai penghubung (liason) antara pakar teknologi tepat guna dengan masyarakat pemustaka yang membutuhkan bimbingan teknis”.

Perpustakaan merupakan salah satu sarana dalam mendukung proses pembelajaran di perguruan tinggi. Perpustakaan berperan aktif memenuhi kebutuhan informasi mahasiswa dalam menjalankan proses pembelajaran.

Menurut Nagata, Toda dan Kytömäki (2004, 2), “Perpustakaan dimanfaatkan salah satu unsur pendukung bagi mahasiswa dalam mencapai output akademis yang mereka inginkan”.

Sedangkan menurut Brophy (2000, 47), “Dimana perpustakaan saat ini tidak hanya berperan dalam menyimpan dan mendistribusikan informasi secara fisik, namun juga berperan dalam penyediaan akses terhadap sumber informasi yang ada di perpustakaan”.

Sifat dari perpustakaan perguruan tinggi adalah memberikan akses informasi secara bebas bagi sivitas akademika. Perpustakaan perguruan tinggi pada masa ini telah dilengkapi dengan bahan-bahan koleksi audiovisual, koleksi khusus, pelayanan informasi dan referensi, serta pelayanan penelusuran informasi melalui indeks dan abstrak, bahkan menggunakan sistem online dalam pelayanannya.

Berdasarkan uraian di atas dapat dinyatakan bahwa perpustakaan sebagai penyedia akses terhadap sumber informasi yang ada di perpustakaan dan membantu dalam memenuhi kebutuhan informasinya.

2.1.2 Peran Perpustakaan dalam Memenuhi Kebutuhan Informasi

Perpustakaan mempunyai tugas menghimpun, mengolah, dan menyebarluaskan informasi untuk kepentingan masyarakat luas. Informasi tersebut harus berfungsi edukatif, informatif, rekreatif, bahkan dapat digunakan untuk kepentingan penelitian. Perpustakaan juga mempunyai peran untuk meningkatkan pengetahuan akan informasi ilmu pengetahuan dan teknologi.

Perpustakaan perguruan tinggi dibentuk atas dasar untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan akan informasi yang sesuai dengan kepentingan sivitas akademika.

Menurut Siregar (1998), “Perpustakaan sebagai pusat sumber informasi, perpustakaan secara tradisional berfungsi menyediakan berbagai sumber informasi untuk memenuhi kebutuhan pemustakanya.”

Perpustakaan perguruan tinggi berupaya menyediakan informasi dan sumber-sumber informasi guna dimanfaatkan seluas mungkin oleh seluruh sivitas akademika yang membutuhkannya. Sumber-sumber informasi tersebut harus tersedia di tempat yang sangat memerlukannya, seperti lembaga-lembaga pendidikan, penelitian, pusat-pusat informasi, dan perpustakaan.

Yusuf (2009, 346), menyatakan bahwa “Perpustakaan merupakan salah satu contoh bentuk lembaga pelayanan karena fungsi dan tujuannya adalah untuk melayani kebutuhan informasi bagi masyarakat secara luas”.

Agar memenuhi tujuannya untuk melayani kebutuhan informasi bagi pemustakanya, perpustakaan harus dapat menyediakan informasi dan

sumber-sumber informasi yang multi-tujuan, memadai dan bervariasi dalam hal koleksi bahan pustaka, baik dalam isi, format, maupun ukurannya.

Perpustakaan yang sebagai pusat sumber informasi, dapat dikelompokkan ke dalam beberapa jenis berdasarkan pemustakanya antara lain untuk melayani kebutuhan informasi masyarakat, kebutuhan informasi peneliti, dan kebutuhan informasi di perguruan tinggi. Siregar (1998), menyatakan bahwa:

Perpustakaan universitas biasanya membedakan pemustaka berdasarkan tingkat kebutuhan informasinya, yaitu: mahasiswa undergraduate (S0 dan S1), postgraduate (S2 dan S3), dan dosen. Kebutuhan kelompok pertama terutama adalah untuk mendukung kurikulum yang sebagian besar sumber informasinya berbentuk buku teks. Kelompok kedua dan ketiga, karena tugasnya antara lain harus melakukan penelitian, kebutuhan informasinya sifatnya lebih spesifik, mendalam, dan mutakhir. Kelompok ini kebutuhannya terutama adalah artikel jurnal, disamping bahan-bahan lainnya seperti monografi riset, proceedings, disertasi, dan informasi tentang penelitian yang telah, sedang dan akan dilakukan.

Untuk menjalankan fungsinya dalam memenuhi kebutuhan informasi pemustaka, perpustakaan melakukan kegiatan antara lain mengindentifikasi, memilih, mengadakan, mengatalog, dan memproses sumber-sumber informasi sehingga tersedia dan dapat ditemu-balik dan digunakan secara efisien. Dalam hal ini pustakawan sangat diperlukan untuk melakukan kegiatan-kegiatan tersebut. Sedangkan Sutarno (2006, 12), menyatakan bahwa:

Pustakawan adalah orang yang bergerak, berkarya dibidang perpustakaan, ahli perpustakaan. Dalam pengertian tersebut dapat diartikan bahwa pustakawan adalah orang yang bekerja, memiliki kemampuan, pengalaman, dan keahlian untuk mengelola dan menyelenggarakan pekerjaan perpustakaan.

Pustakawan harus bekerja secara profesional dalam melayani pemustaka perpustakaan. Peran pustakawan semakin bergeser dari melayani secara pasif menjadi melayani secara aktif. Peran konsultasi dari perpustakaan semakin

berkembang di perpustakaan. Dengan kata lain, pustakawan adalah konsultan-konsultan informasi, tugasnya adalah untuk membantu pemustaka dalam hal pencarian informasi spesifik yang sesuai dengan kebutuhan pemustaka perpustakaan.

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa perpustakaan sebagai lembaga yang menyediakan dan memberikan pelayanan berbagai sumber informasi untuk memenuhi kebutuhan informasi berdasarkan pemustakanya yaitu antara lain kebutuhan informasi masyarakat, kebutuhan informasi peneliti, dan kebutuhan informasi perguruan tinggi.

2.2 Kebutuhan Informasi

Informasi menjadi media komunikasi ide, bahan sumber penelitian, dan pengembangan bidang-bidang yang memberikan kemudahan bagi manusia. Maka dengan itu, muncul adanya kebutuhan akan informasi yang efektif untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Seiring dengan perkembangan informasi yang semakin luas maka informasi sudah menjadi kebutuhan dasar yang tidak dapat dipisahkan dari diri seseorang. Dengan informasi seseorang dapat menyelesaikan pekerjaan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.

2.2.1 Informasi

Informasi memang menjadi kebutuhan yang dibutuhkan oleh setiap orang dalam skala yang sangat luas. Tujuan utama pemerolehan informasi adalah untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dan konsisten dari aspek-aspek kegiatannya dengan pengadaan biaya yang relatif lebih murah.

Menurut Estabrook (1997) yang dikutip oleh Yusuf (2009, 11), “Informasi adalah suatu rekaman fenomena yang diamati atau bisa juga berupa putusan yang dibuat seseorang”.

Dalam hal ini informasi lahir dari suatu peristiwa. Informasi yang hanya diceritakan secara lisan tidak dikembangkan di dunia ilmu informasi, kepustakaan, dan perpustakaan. Sedangkan informasi yang terekam dapat diolah oleh lembaga-lembaga pengelolaan informasi, termasuk perpustakaan, dokumentasi, dan arsip.

Sebelum menjadi sebuah informasi, data yang telah di pilih kemudian diolah melalui suatu model untuk menghasilkan informasi. Model yang digunakan untuk mengolah data tersebut disebut model pengolahan data atau dikenal dengan siklus pengolahan data (siklus informasi). Menurut Jhon Feather (2003, 244), “informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna, lebih berarti dan bermanfaat bagi pengunanya. Data menggambarkan kenyataan suatu kejadian dan kesatuan yang nyata”. (Tawaf 2012, 50).

Informasi harus bermakna bagi seseorang, meskipun tidak nyata adanya, namun masih berguna bagi orang-orang tertentu yang membutuhkannya.

Sedangkan Yusuf (1995, 1) menyatakan bahwa:

Informasi bermakna segala jenis data, fakta, ataupun keterangan yang banyak berhubungan dengan tugas-tugas akademik pelajar yang bersangkutan sebagai orang yang sedang melakukan proses kehidupannya, bersekolah (belajar).

Perpustakaan perguruan tinggi umumnya lebih banyak dikunjungi oleh mahasiswa, baik dari perguruan tinggi yang bersangkutan maupun dari perguruan tinggi lain. Kunjungan mereka untuk mencari berbagai jenis informasi akademik

sebagai bahan pendukung tugas-tugasnya. Tugas-tugas akademik ini berdasarkan kurikulum perguruan tinggi yang bersangkutan, yang juga mengacu kepada Tri Dharma perguruan tinggi.

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa informasi adalah data atau peristiwa yang diperoleh dan diolah menjadi bentuk yang berarti dan berguna bagi pemustakanya sebagai penunjang kegiatan, dan untuk memenuhi kebutuhan informasinya.

2.2.2 Sumber-Sumber Informasi

Sebagai pusat sumber informasi, perpustakaan secara tradisional berfungsi menyediakan berbagai sumber-sumber informasi untuk memenuhi kebutuhan pemustakanya. Sumber-sumber informasi dari berbagai jenis dan bentuknya itu tersebar dan dikelola oleh perpustakaan sehingga tersedia dan dapat ditemu-balik serta dapat digunakan secara efisien. Sumber-sumber informasi menurut Satriana (2010, 17), ada tiga sumber informasi yaitu:

a. Sumber pertama (Primary Sources)

Memuat informasi yang berupa karangan asli yang ditulis secara lengkap. Kepustakaan ini biasanya berupa hasil penelitian orisinil, yaitu penelitian tentang teori baru maupun aplikasinya, atau penjelasan suatu ide atau gagasan dalam disiplin ilmu tertentu.

b. Sumber Kedua (Second Sources)

Merupakan sumber rujukan yang menunjukkan keberadaan kepustakaan primer yang berisi informasi yang disajikan secara singkat yaitu: 1. Bibliografi, 2. Majalah indeks, 3. Majalah sari karangan, seperti majalah indeks. 4. Review, 5. Risalah (treates), 6. Ensiklopedi, 7. Kamus, 8. Buku panduan/handbook.

c. Sumber Ketiga (Tertiary Sources)

Meliputi: 1. Buku ajar (buku teks), 2. Direktori, 3. Panduan literatur. 1. Print Resources (sumber-sumber tercetak)

a. Buku/Monograf 1) Buku Fiksi

3) Buku Referensi

Berikut ini jenis-jenis koleksi perpustakaan yang termasuk bahan referensi (rujukan):

1. Kamus 2. Ensiklopedi

3. Buku Tahunan (yearbook)

4. Buku Panduan (handbook)

5. Direktori 6. Almanak

7. Buku Tahunan berisi statistika dan informasi lain kadang-kadang terbatas pada sebuah bidang saja.

8. Bibliografi 9. Indeks 10.Abstrak 11.Atlas

12.Dokumen Pemerintah 13.Laporan Hasil Penelitian b. Serial

c. Grey Literature

2. Non Print Resource (Sumber-sumber Non-Tercetak) a. Microform

b. CD-ROM

c. Online Katalog (OPAC)

d. Electronic Publishing

e. Online Information Services

Sedangkan menurut Sanjaya (2012, 447), perpustakaan disebut berfungsi sebagai pusat sumber informasi karena memenuhi ciri-ciri:

(1) Tempat dihimpunnya berbagai jenis sumber informasi; (2) tempat diolahnya berbagai macam sumber informasi; (3) tempat penyebaran informasi kepada masyarakat; (4) perpustakaan sebagai tempat lahirnya informasi, misalnya informasi tentang pengembangan perpustakaan; (5) tempat pemeliharaan dan pelestarian segala jenis informasi; dan (6) perpustakaan sebagai tempat pewarisan budaya bangsa.

Perpustakaan bertugas menyebarluaskan segala macam informasi dan sumber-sumber informasi yang bermanfaat bagi masyarakat luas tanpa membeda-bedakan status sosial dan kedudukannya.

Yusuf (1995, 14), menyatakan bahwa:

Memfokuskan sumber informasi yaitu hanya kepada segala macam informasi yang secara khusus bisa diawasi, dikendalikan, diolah dan dikelola untuk kepentingan umat manusia, yakni informasi terekam yang bisa diperoleh di perpustakaan-perpustakaan dan segala jenisnya, baik informasi yang bersifat ilmiah (bisa dimanfaatkan untuk kepentingan penelitian dan ilmu pengetahuan) maupun informasi yang bersifat nonilmiah seperti informasi tentang keluarga, berita kematian dan iklan komersial.

Segala informasi dan sumber-sumber informasi yang dimiliki perpustakaan secara terus-menerus bertambah jumlah koleksinya sejalan dengan perkembangan informasi, ilmu pengetahuan, dan teknologi, haruslah dimanfaatkan secara lebih optimal oleh masyarakat yang membutuhkannya

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa sumber-sumber informasi adalah segala bentuk informasi yang diolah dan dikelola oleh perpustakaan untuk dimanfaatkan pemustaka dalam memenuhi kebutuhan informasinya.

2.2.3 Kebutuhan Informasi

Informasi menjadi kebutuhan pokok bagi pemustaka tertentu, sehingga jika kebutuhan informasinya tidak terpenuhi akan menjadi masalah bagi pemustaka. Informasi dibutuhkan pemustaka bertujuan untuk menambah pengetahuan, dan meningkatkan keterampilan yang pada akhirnya dapat merubah sikap dan perilakunya.

Kebutuhan informasi bagi setiap pemustaka berbeda-beda antara pemustaka yang satu dengan lainnya. Kebutuhan informasi bagi pemustaka dapat diketahui dengan cara melakukan identifikasi kebutuhan pemustaka.

Menurut Krikelas (1983, 5), definisi dari kebutuhan informasi adalah : Kebutuhan informasi adalah pengakuan tentang adanya ketidakpastian dalam diri seseorang yang mendorong seseorang untuk mencari informasi. Dalam kehidupan yang sempurna, kebutuhan informasi (information needs) sama dengan keinginan informasi (information wants), namun umumnya ada kendala seperti ketiadaan waktu, kemampuan, biaya, faktor fisik dan faktor individu lainnya, yang menyebabkan tidak semua kebutuhan informasi menjadi keinginan informasi. Jika seseorang sudah yakin bahwa sesuatu informasi benar-benar diinginkan, maka keinginan informasi akan berubah menjadi permintaan informasi (information demands).

Tawaf (2012, 51), menyatakan bahwa “Kebutuhan informasi timbul ketika pengetahuan yang dimiliki seseorang kurang dari yang dibutuhkan, sehingga mendorong seseorang untuk mencari informasi”.

Menurut Devadson (1996, 3), menjelaskan pendapat Crowford tentang kebutuhan informasi seseorang bergantung kepada 10 (sepuluh) hal yang berkenaan dengan individu selengkapnya Devadson menjelaskan sebagai berikut :

1. Work activity (aktivitas pekerja)

2. Discipline/ Field / Area of interest (Disiplin/lapangan/area ketertarikan)

3. Availability of facilities (Ketersediaan fasilitas)

4. Hierarchical position of individuals (Posisi hirarki seorang individu)

5. Motivation factors for information needs (faktor motivasi terhadap kebutuhan informasi)

6. Need to take a decision (kebutuhan untuk membuat keputusan) 7. Need to seek new ideas (kebutuhan dalam mencari ide baru)

8. Need to validate the correct ones (kebutuhan untuk mempalidasikan agar sesuatu menjadi benar)

9. Need to make professional contributions (kebutuhan untuk membuat kontribusi yang professional)

10. Need to establish priority for discovery etc (kebutuhan untuk

membangun prioritas dalam penemuan,dan sebagainya).(Dikutip oleh Tawaf, 2012).

Menurut Eastabrook (1977) yang dikutip oleh Yusuf (2009, 356) “Dalam langkah pengambilan keputusan, kehadiran informasi dapat menciptakan pilihan-pilihan dan dapat menetapkan langkah pengambilan suatu keputusan yang berarti”.

Dengan menggunakan informasi yang sesuai untuk mengambil sebuah keputusan, dengan hal ini akan diharapkan yang paling bermanfaat dan paling baik yang pada akhirnya akan dipilih. Informasi untuk pengambilan keputusan juga dibatasi oleh waktu. Informasi yang datang terlambat kepada pencari informasi menyebabkan kurang berguna dan tentu tidak dibutuhkan lagi.

Sedangkan menurut Belkin (1978, 55) “Kebutuhan informasi terjadi ketika seseorang menyadari adanya kekurangan dalam tingkat pengetahuannya tentang situasi atau topik tertentu dan berkeinginan mengatasi kekurangan tersebut”.

Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa kebutuhan informasi adalah permintaan terhadap informasi atau situasi dimana seseorang membutuhkan informasi untuk memenuhi pengetahuannya tentang topik tertentu. 2.2.4 Jenis-jenis Kebutuhan Informasi

Dalam kaitannya dengan lingkungan yang mendorong timbulnya kebutuhan, khususnya yang berkaitan dengan seseorang yang dihadapkan pada berbagai media penampung informasi (sumber-sumber informasi), maka Jenis kebutuhan informasi menurut Haas yang di kutip oleh Yusuf (1995, 3), terdapat tiga jenis kebutuhan yaitu:

(a) Kebutuhan kognitif;

Kebutuhan kognitif, berkaitan erat dengan kebutuhan untuk memperkuat atau menambah informasi, pengetahuan dan pemahaman

seseorang untuh memahami dan menguasai lingkungannya. Disamping itu kebutuhan ini juga dapat memberikan kepuasan atas hasrat keinginantahuan dan penyelidikan seseorang.

(b) Kebutuhan afektif;

kebutuhan afektif, dikaitkan dengan penguatan mengenai keindahan, menyangkut apresiasi keindahan, mempunyai nilai keindahan (estetis), hal yang dapat menyenangkan dan pengalaman menyentuh perasaan (emosional). Contoh membaca buku-buku bacaan ringan dengan tujuan untuk mencari hiburan.

(c) Kebutuhan integrasi personal (Personal Integrative Needs)

Kebutuhan integrasi personal, dikaitkan dengan penguatan kredibilitas, kepercayaan, stabilitas, dan status individu. Kebutuhan-kebutuhan ini berasal dari hasrat seseorang untuk mencari harga diri.

(d) Kebutuhan integrasi sosial (Social Integrative Needs)

Kebutuhan ini dikaitkan dengan penguatan hubungan dengan keluarga, teman, dan orang lain di dunia. Kebutuhan ini di dasari oleh hasrat seseorang untuk bergabung atau berkelompok dengan orang lain. (e) Kebutuhan berkhayal (Escapist Needs);

Kebutuhan berkhayal, Kebutuhan ini dikaitkan dengan kebutuhan-kebutuhan untuk melarikan diri, melepaskan ketegangan, dan hasrat untuk mencari hiburan atau pengalihan (diversion). Kebutuhan informasi berkhayal dapat disimpulkan sebagai kebutuhan informasi pemustaka sebagai tempat melarikan diri dari ketegangan atau hiburan yang berupa bahan cetak seperti novel, komik, dan noncetak seperti audiovisual atau film yang merupakan hiburan tersendiri.

Menurut Prawati (2003, 27), Kebutuhan informasi dapat dilakukan dengan:

a) current approach, yaitu memperhatikan kebutuhan pemustaka akan informasi mutakhir, b) everyday approach, yaitu kebutuhan pemustaka akan informasi yang diperlukan sehari-hari, c) exhaustive approach, yaitu kebutuhan pemustaka akan informasi secara menyeluruh, dan d)

catchingup approach, yaitu kebutuhan pemustaka akan informasi yang cepat dan singkat.

Menurut Krikelas yang dikutip oleh Tawaf (2012, 52), Seseorang individu membutuhkan informasi karena tiga macam kebutuhan, yaitu :

1. Kebutuhan untuk menyelesaikan suatu penelitian ilmiah yang sedang dilakukan.

2. Kebutuhan informasi yang ditimbulkan dari pekerjaannya maupun profesi.

3. Kebutuhan informasi yang relevan dengan suatu subyek tertentu yang menjadi perhatian seseorang.

Sedangkan menurut Diao yang di kutip oleh Prahatmaja (2006, 5), membagi kebutuhan informasi manusia menjadi 3 macam kebutuhan informasi, yaitu:

1. Kebutuhan informasi yang obyektif, yaitu kebutuhan yang seharusnya ada kalau seseorang mau mencapai tujuannya dengan sukses. Kebutuhan informasi obyektif ini menentukan ruang lingkup informasi potensial obyektif.

2. Kebutuhan informasi subyektif, yaitu kebutuhan informasi yang disadari seseorang sebagai persyaratan untuk suksesnya pencapaian tujuan. Kebutuhan jenis ini menentukan ruang lingkup informasi potensial subyektif. Namum yang sering menjadi permasalahan adalah kebutuhan informasi yang disadari pun kerap kali tidak selalu mudah untuk merumuskannya.

3. Kebutuhan informasi yang terpenuhi. Yaitu kebutuhan informasi yang disadari seseorang dan terpenuhi kebutuhannya.

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa jenis kebutuhan informasi adalah kebutuhan informasi atas dasar keperluan atau kebutuhan pemustaka untuk memenuhi kebutuhan informasinya.

2.2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan informasi

Menurut Sulistyo-Basuki (2004, 396), kebutuhan informasi ditentukan oleh:

1. Kisaran informasi yang tersedia;

2. Pemustakaan informasi yang akan digunakan;

3. Latar belakang, motivasi, orientasi profesional, dan karakteristik masing-masing pemakai;

4. Sistem sosial, ekonomi, dan politik tempat pemakai berada; dan 5. Konsekuensi pemustakaan informasi.

Devadson yang dikutip oleh Tawaf (2012, 55) juga menyatakan bahwa: Kebutuhan informasi dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti, a) ketersediaan sumber informasi, b) kegunaan informasi, c) latar belakang,

motivasi, kepentingan profesional, dan karakteristik lain yang dimiliki pemakai, d) sosial, politik, ekonomi, hukum dan sistem yang berkaitan dengan pemakai, dan e) konsekuensi dari pemustakaan informasi.

Sementara itu, Pannen (1990), menyatakan bahwa faktor yang paling umum mempengaruhi kebutuhan informasi adalah “pekerjaan, termasuk kegiatan profesi, disiplin ilmu yang diminati, kebiasaan, dan lingkungan pekerjaan”.

Hal senada juga dinyatakan Wilson (1981), bahwa “kebutuhan informasi berkaitan erat dengan masalah yang dihadapi, kesenjangan atau ketidak berdayaan seseorang dalam mendapatkan sumber informasi”.

Wilson (1981), juga menguraikan faktor yang secara bertingkat mempengaruhi kebutuhan informasi, seperti pada gambar.

Gambar 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Informasi

Sumber: Wilson, 1981.

Pada gambar di atas tersebut tiga faktor utama yang mempengaruhi kebutuhan informasi, yaitu:

1. Kebutuhan individu (person) Kebutuhan yang ada dalam diri individu meliputi kebutuhan psikologis (psychological needs), kebutuhan afektif

(affective needs) dan kebutuhan kognitif (cognitive needs). Ketiga kebutuhan ini secara langsung menghubungkan kebutuhan informasi. 2. Peran sosial (social rate) Peran sosial meliputi peran kerja (work rule)

dan tingkat kinerja (performance level), akan menghubungkan faktor kebutuhan yang ada dalam diri individu.

3. Lingkungan (environment)

Faktor lingkungan, meliputi lingkungan kerja (work environment),

lingkungan sosial budaya (social-culture environment), lingkungan politik ekonomi (politic-economic environment) dan lingkungan fisik

(physical environment) menghubungkan faktor peran sosial maupun faktor kebutuhan individu. Sehingga terjadi hubungan bertingkat yang akan membentuk kebutuhan informasi (Di kutip oleh Ishak, 2006).

Sedangkan menurut Nicholas yang dikutip oleh Ishak (2006, 93) menyatakan bahwa ada lima faktor yang mempengaruhi kebutuhan informasi pemakai, yaitu :

a. Jenis pekerjaan.

b. Personalitas, yaitu aspek psikologi dari pencari informasi, meliputi ketepatan, ketekunan mencari informasi, pencarian sacara sistematis, motivasi dan kemauan menerima informasi dari teman, kolega, dan atasan.

c. Waktu.

d. Akses, yaitu menelusur informasi secara internal (di dalam organisasi) atau eksternal (di luar organisasi)

e. Sumber daya teknologi yang digunakan untuk informasi. Dari teori diatas dapat di artikan sebagai:

Nicholas (2000, 108), Faktor-faktor kebutuhan informasi adalah: 1. Jenis Tugas

Seseorang sering menemukan diri mereka membutuhkan informasi untuk mengatasi berbagai pekerjaan. Meskipun sumber informasi yang bervariasi untuk pekerjaan yang berbeda-beda.

2. Personalitas

Kepribadian adalah karakteristik yang menunjukkan diri secara konsisten dalam perilaku idividu dalam berbagai situasi dan konteks, perbedaan kepribadian dapat menyebabkan perbedaan gaya dalam pencarian informasi. Ciri-ciri kepribadian berperan dalam membentuk perilaku informasi.

3. Waktu

Dokumen terkait