BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diberikan beberapa saran sebagai berikut:
1. Bagi Fisioterapis
a. Fisioterapis diharapkan memaksimalkan penggunaan peralatan yang ada di ruang fisioterapi SLB Negeri 1 Bantul.
b. Fisioterapis diharapkan dalam melakukan perencanaan dilakukan secara baik dan ditulis dalam suatu catatan sehingga guru maupun orang tua memahami tujuan yang akan dicapai oleh anak tunadaksa.
c. Fisioterapis diharapkan melakukan evaluasi secara terprogram.
d. Fisioterapis diharapkan membuat catatan masing-masing anak tunadaksa mengenai kondisi anak yang berisikan hasil asesmen (pemeriksaan), pelaksanaaan program yang akan dicapai dan hasil evaluasi.
e. Fisioterapis diharapkan meningkatkan kualitas agar layanan fisioterapi mampu diberikan secara maksimal.
82 2. Bagi Guru
a. Guru diharapkan memberikan masukan, saran dan berdiskusi dengan fisioterapis mengenai keadaan anak tunadaksa.
b. Guru diharapkan mengikuti asesmen fisik, mengetahui perencanaan dan ikut serta saat anak tunadaksa diberikan fisioterapi.
c. Guru sebaiknya memiliki catatan masing-masing anak tunadaksa yang berisikan kemajuan atau peningkatan hasil fisioterapi yang terjadi pada anak.
d. Guru diharapkan memberi saran kepada orang tua siswa untuk melatih anak di rumah agar tujuan yang ditetapkan fisioterapis dapat dicapai dengan maksimal.
3. Bagi Kepala Sekolah/ Sekolah
Sekolah perlu membuat peraturan yang terkait dengan peranan guru dalam meningkatkan kemampuan fisik anak tunadaksa.
4. Bagi Peneliti Lanjutan
a. Bagi peneliti lanjutan hendaknya mengkaji lebih mendalam yaitu mengenai keefektifan, pengaruh atau dampak layanan fisioterapi terhadap pendidikan anak tunadaksa.
b. Bagi peneliti lanjutan hendaknya memilih sampel dengan jumlah sampel yang lebih banyak dan yang berbeda dengan penelitian ini.
83
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Salim. (1996). Pendidikan Bagi Anak Cerebral Palsy. Surakarta : Direktorat Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Dedi Mulyana. (2004). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Djunaidi Ghony, M., dan Fauzan Almanshur. (2012). Metodologi Penelitian
Kualitatif. Yogyakarta: Ar-ruzz Media.
Dwi Siswoyo, dkk. (2007). Ilmu Pendidikan. Yogyakarta : UNY Press.
Hadari Nawawi, H. (2005). Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Hallahan, Daniel P, James M Kauffman & Paige C Pallen. (2009). Exeption
Learners an Introduction to Special Eduacation.(eleventh Edition).
United States. Person.
Haryanto. (2005). Asesmen Anak Luar Biasa. Yogyakarta: PLB FIP UNY. Kementerian Kesehatan. (2008). Lampiran Keputusan Menteri Kesehatan RI
Nomor: 517/MENKES/SK/VI/2008. Diunduh dari
http://ifi.or.id/upload/file/KEPMENKES_517_TTG_STANDAR_PEL
AYANAN_2003 pada tanggal 10 Oktober 2014.
Lexy J. Moleong. (2005). Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi.
Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Lismadiana. (2012). Upaya Orang Tua dalam Meningkatkan Kepercayaan Diri Anak Tunadaksa Melalui Aktvitas Olahraga. Proceeding Seminar
Nasional. Diunduh dari
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Dr.%20Lismadiana,
%20M.Pd./Proceeding%20Semnas.pdf pada tanggal 25 Maret 2015.
Moehar Daniel. (2003). Metode Penelitian Sosial Ekonomi. Jakarta: PT.Bumi Aksara.
Mohammad Sugiarmin dan Ahmad Toha Muslim. (1996). Ortopedi dalam
84
Muhammad Idrus. (2007). Metode Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial. Yogyakarta: UII Press.
Mumpuniarti. (2001). Pendidikan Anak Tunadaksa. Yogyakarta: FIP UNY. Musjafak Assjari. (1995). Ortopedagogik Anak Tuna Daksa. Jakarta:
Direktorat Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Nasution, S. (2002). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: PT. Tarsito.
Novita Intan Arovah. (2010). Dasar-dasar Fisioterapi Pada Cedera Olahraga.
Yogyakarta.
Paul C. Cozby. (2009). Methods in Behavioral Research Edisi ke-9. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sanjaya Yasin. (2011). Pengertian Metode Dokumentasi Definisi. Diunduh di
http://www.sarjanaku.com/2011/06/metode-dokumentasi.html pada
hari Kamis tanggal 18 Desember 2014.
Sanapiah Faisal. (2010). Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Septi Indrawati. (2013). Kebutuhan Layanan Fisioterapi Bagi Anak
Tunadaksa. Diunduh di
http://www.sekolahdasar.net/2013/01/kebutuhan-layanan-fisio-terapi-bagi.html pada hari Minggu tanggal 19 Oktober 2014.
Sri Widati, dkk. (2010). Hand Out Mata Kuliah: Pendidikan Anak Tunadaksa II. Diunduh di
http://file.upi.edu.Direktori./FIP/JUR_PEND_LUAR_BIASA pada
hari Jumat tanggal 28 November 2014.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Suharsimi Arikunto. (2003). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
_______________ . (2005). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Sujatno, dkk. (1993). Akademi Fisioterapy. Surakarta: Departemen Kesehatan
85
Suryaputra N. Awangga. (2007). Desain Proposal Penelitian. Yogyakarta: Pyramid Publisher.
Sutjihati Somantri. (2006). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: Refika Aditama.
Tin Suharmini. (2009). Psikologi Anak Berkebutuhan khusus. Yogyakarta: Kanwa Publisher.
Zuyina Luklukaningsih. (2014). Anatomi, Fisiologi dan Fisioterapi. Yogyakarta : Nuha Medika.
86
87
Lampiran 1
PANDUAN WAWANCARA PROSES LAYANAN FISIOTERAPI BAGI ANAK TUNADAKSA DI SLB NEGERI 1 BANTUL (Fisioterapis)
Hari/Tanggal :
Lokasi :
Waktu :
Informan :
No. Pertanyaan Jawaban
1. Apa saja peralatan yang ada di ruang fisioterapi?
2. Apa saja peralatan yang digunakan dalam fisioterapi?
3. Apa saja jenis fisioterapi yang diberikan kepada anak tunadaksa?
4. Bagaimana prosedur yang dilakukan fisioterapis dalam melakukan fisioterapi? 5. Bagaimana asesmen yang dilakukan di
layanan fisioterapi?
6. Siapa yang melakukan asesmen?
7. Apakah asesmen dilakukan dengan melakukan kerjasama dengan ahli yang lain? 8. Bagaimana perencanaan yang dilakukan
88 setelah anak diasesmen?
9. Bagaimana evaluasi yang dilakukan dalam fisioterapi?
10. Apakah layanan fisioterapi di SLB Negeri 1 Bantul mencatat informasi mengenai keadaan setiap anak tunadaksa?
11. Apa kendala yang dihadapi dalam melakukan fisioterapi?
12. Apa kendala yang dihadapi dalam melakukan asesmen layanan fisioterapi pada anak tunadaksa?
13. Bagaimana upaya dalam mengatasi kendala dalam melakukan fisioterapi?
14. Bagaimana upaya dalam mengatasi kendala dalam melakukan asesmen layanan fisioterapi pada anak tunadaksa?
15. Apakah guru ikut serta saat anak difisioterapi?
16. Apakah guru ikut serta dalam asesmen layanan fisioterapi anak tunadaksa?
17. Apakah guru ikut serta dalam pelaksanaan evaluasi fisioterapi?
89
Lampiran 2
PANDUAN WAWANCARA PROSES LAYANAN FISIOTERAPI BAGI ANAK TUNADAKSA DI SLB NEGERI 1 BANTUL (Guru)
Hari/Tanggal :
Lokasi :
Waktu :
Informan :
No. Pertanyaan Jawaban
1. Apakah guru ikut serta saat anak difisioterapi?
2. Apakah guru ikut serta dalam asesmen fisioterapi anak tunadaksa?
3. Apakah guru ikut serta dalam pelaksanaan evaluasi layanan fisioterapi?
4. Apakah guru menyiapkan
program/layanan/latihan tertentu pada anak? 5. Apakah guru membuat catatan perkembangan
fisik setiap anak tunadaksa?
6. Apakah guru melaporkan kondisi anak dan kemajuan yang dicapai kepada orang tua? 7. Apakah guru melakukan konsultasi dengan
90 daksa?
8. Bagaimana pengaruh fisioterapi terhadap perkembangan akademik anak di kelas? 9. Efektifkkah fisioterapi terhadap
91
Lampiran 3
PANDUAN WAWANCARA PROSES LAYANAN FISIOTERAPI BAGI ANAK TUNADAKSA DI SLB NEGERI 1 BANTUL (Anak Tunadaksa)
Hari/Tanggal :
Lokasi :
Waktu :
Informan :
No. Pertanyaan Jawaban
1. Apakah anak tunadaksa nyaman saat difisioterapi?
2. Bagaimana sikap fisioterapi kepada anak tunadaksa?
92 Lampiran 4 PANDUAN OBSERVASI Hari/Tanggal : Lokasi : Waktu :
No. Hal yang Diamati Hasil Observasi
1. Peralatan yang tersedia di ruang fisioterapi. 2. Peralatan yang digunakan dalam fisioterapi. 3. Langkah-langkah fisioterapis melakukan
fisioterapi kepada anak tunadaksa. 4. Kendala yang dihadapi oleh fisioterapis 5. Upaya untuk mengatasi kendala yang
dihadapi oleh fisioterapis
93 Lampiran 5 PANDUAN DOKUMENTASI Hari/Tanggal : Lokasi : Waktu :
No. Dokumentasi yang dicari Hasil Dokumentasi
1. Daftar peralatan yang ada di layanan fisioterapi.
2. Prosedur tetap dalam melakukan fisioterapi kepada anak tunadaksa?
3. Catatan perkembangan anak tunadaksa dari guru.
94
Lampiran 6
LAPORAN HASIL OBSERVASI Catatan Hasil Observasi 1
Subjek : Fisioterapis
Hari/tanggal : Kamis/ 15 Januari 2015
Tempat : Ruang Fisioterapi
Waktu : 09.30- 11.00
Sesuai dengan jadwal hari kamis, anak tunadaksa yang difisioterapi adalah kelas 9 dan kelas 6. Kelas 9 yaitu berjumlah 2 anak dan kelas 6 yaitu 6 anak, namun karena cuaca hujan banyak anak yang tidak masuk sekolah termasuk anak kelas 6. Pada hari tersebut hanya ada 2 fisioterapis. Pada saat mengamati, fisioterapis sedang memfisioterapi anak kelas 9. Pada awalnya anak dibaringkan kemudian dipanasi dengan sinar infra merah atau infrared selama kurang lebih 5 menit. Penyinaran sinas inframerah difokuskan pada bagian yang mengalami kecacatan, apabila dikira sudah cukup hangat maka fisioterapis melanjutkan dengan memijat anak dengan alat bantu pijat dolphin. Pemijatan tersebut kira-kira 5 menit. Dalam melaksanakan fisioterapi, fisioterapis bercengkrama dengan anak, mereka terlihat akrab dan anak merasa nyaman serta tidak canggung. Saat fisioterapis menerapai satu anak, anak tunadaksa yang lain menunggu sambil bercanda. Subjek RM dan DB terlihat bercanda dengan fisioterapis. Keseluruhan anak merasa nyaman saat diberikan layanan fisioterapi tersebut.
95
Pada observasi ini, fisioterapis tidak terlihat mengalami kendala. Anak-anak tunadaksa tidak merasa takut atau malas. Sikap fisioterapis yang sangat bersahabat membuat anak-anak tunadaksa senang.
Sesuai hasil pengamatan peneliti, peneliti tidak melihat adanya peran guru dalam pelaksanaan fisioterapi pada hari tersebut. Anak tunadaksa diantar oleh para orang tua dari kelas masing-masing, tidak ada pendampingan dari guru.
96
LAPORAN HASIL OBSERVASI Catatan Hasil Observasi 2
Subjek : Fisioterapis
Hari/tanggal : Jum’at/ 16 Januari 2015
Tempat : Ruang Fisioterapi
Waktu : 09.00- 11.00
Observasi kedua dilakukan pada hari jum’at tanggal 16 Januari 2015.
Hasil observasi yaitu, fisioterapis memberikan fisioterapi anak kelas 1 yang berjumlah 4 anak. Fisioterapis yang ada di ruang fisioterapi yaitu 3 orang. Saat peneliti mengamati fisioterapis sedang memberikan layanan fisioterapi bagi anak tunadaksa. Ia sedang menggunakan vibrator utnuk memijat daerah punggung. Penggunaan alat tersebut menurut fisioterapi akan memberi rangsangan pada syaraf-syaraf anak tunadaksa. Selain itu akan mengurangi ketegangan pada otot-otot anak tunadaksa.
Fisioterapis melakukan fisioterapi kepada anak tunadaksa kurang lebih hanya 15 menit, sehingga ada orang tua yang berinisiatif melakukan latihan kepada anak mereka. Ia melatih berjalan di pararel bar, melatih keseimbangan anak dengan bola keseimbangan, melatih berdiri dengan standing table. Namun tidak semua orangtua bertindak seperti itu, ada orang tua yang langsung pulang. Saat fisioterapis menangani satu per satu anak, anak yang lain mengantri untuk mendapatkan layanan fisioterapi.
97
Saat mengobservasi peneliti mengamati bahwa fisioterapis DY melatih anak berjalan dengan latihan berjalan tanpa menggunakan kruk, ia melatih dan memberi motivasi kepada anak untuk bisa berjalan secara lurus. Fisioterapis W, melakukan fisioterapi kepada anak kelas 1. Fisioterapi RN, melakukan fisioterapi kepada anak, saat pertama dipegang oleh fisioterapi anak langsung menanggis. Ia menangis sepanjang difisioterapi. Menurut penjelasan fisioterapis, ia sudah melakukan fisioterapi selama 3 bulan, dari awal hingga sekarang anak selalu menangis apabila difisioterapi. Walaupun saat di fisioterapi anak selalu menangis namun fisioterapis tetap melakukan pemijatan dan penyinaran kepada anak. Pada observasi yang kedua ini, tidak terlihat adanya peran guru dalam layanan fisioterapi.
98
LAPORAN HASIL OBSERVASI Catatan Hasil Observasi 3
Subjek : Fisioterapis
Hari/tanggal : Sabtu/ 17 Januari 2015
Tempat : Ruang Fisioterapi
Waktu : 09.00- 10.30
Pelaksanaan layanan fisioterapi dialkukan di ruang fisioterapi. Suasana cukup kondusif dengan keadaan yang tidak terlalu ramai. Para anak tunadaksa memasuki ruang dengan diantar orang tua masing-masing. Fisioterapis sedang bercengkrama dan sedang istirahat karena fisioterapi dimulai pukul 09.15. Setelah bel masuk berbunyi, fisioterapi memulai persiapan untuk fisoterapi. Fisioterapis DY memulai dengan membantu anak tunadaksa untuk naik ke atas kasur. Kemudian fisoterapis DY memberi fisioterapi dengan infrared/ sinar merah di bagian kaki anak tunadaksa. Fisioterapi W memulai dengan memberi fisioterapi dengan infrared kepada anak tunadaksa sambil mengajak anak bercengkrama dan bercanda. Begitu pula dengan fisioterapis RN. Saat fisioterapis memberi fisioterapi kepada anak tunadaksa, anak tunadaksa yang lain bermain sambil menunggu giliran untuk mendapat fisioterapi. Setelah beberapa menit, anak tunadaksa mulai diberikan fisioterapi dengan menggunakan vibrator. Fisioterapi dengan vibrator dilakukan pada sekitar punggung dan kaki anak tunadaksa. Kemudian, fisioterapis RN memberi pemijatan-pemijatan pada bagian-bagian yang mengalami kelainan pada anak tunadaksa.
99
Hal tersebut dilakukan pada anak tunadaksa yang lain. Observasi ketiga ini, peneliti ikut membantu melakukan fisioterapi kepada anak tunadaksa. Peneliti membantu anak menaiki tempat untuk fisioterapi dan membantu memijat anak dengan vibrator.
Pengamatan yang dilakukan pada observasi ketiga ini, peneliti tidak melihat adanya keikutsertaan guru dalam pelaksanaan layanan fisioterapi di SLB Negeri 1 Bantul.
100
LAPORAN HASIL OBSERVASI Catatan Hasil Observasi 4
Subjek : Fisioterapis
Hari/tanggal : Selasa/ 20 Januari 2015
Tempat : Ruang Fisioterapi
Waktu : 10.30- 11.30
Pelaksanaan fisioterapi dilakukan di ruang fisioterapi. Kondisi ruangan cukup ramai dengan anak-anak yang sudah ada di ruang fisoterapis. Ketiga fisoterapis sedang melakukan fisioterapi kepada anak-anak tuna daksa kelas 4B dengan jumlah anak 4 anak. Namun saat itu hanya ada 3 anak tunadaksa yang berangkat dan mengikuti fisioterapi.
Ketiga fisioterapis melakukan fisioterapi seperti pada biasanya, pertama anak diberikan fisioterapi dengan infrared selama beberapa menit. Kemudian diberikan pemijatan dengan menggunakan vibrator. Pada hari itu, fisioterapis tidak memberikan pemijatan manual. Saat melakukan pengamatan, tidak ada kendala yang dihadapi fisioterapi. Ketiga anak tunadaksa dengan senang mendapat fisioterapi.
Pada observasi ke 4 ini, peneliti tidak melihat peran dari guru. Guru mengajar di kelas dan saat anak tunadaksa mendapat jadwal fisioterapis, orang tua yang mengantar anak menuju ruang fisioterapi.
101
LAPORAN HASIL OBSERVASI Catatan Hasil Observasi 5
Subjek : Fisioterapis
Hari/tanggal : Kamis/ 22 Januari 2015
Tempat : Ruang Fisioterapi
Waktu : 09.15- 11.00
Pelaksanaan fisioterapi dilakukan di rung fisioterapi. Jadwal hari kamis jam 09.15 yaitu untuk anak-anak tunadaksa kelas 5, 7 dan kelas 9. Kondisi ruangan cukup ramai dengan banyaknya anak yang sudah menunggu untuk diberikan fisioterapi. Jumlah siswa pada kelas 7 yaitu 9 anak ditambah dengan 5 anak kelas 5.
Fisioterapis mempersiapkan peralatan yang akan digunakan, kemudian anak-anak tunadaksa memepatkan diri pada kasur yang sudah ada. Anak-anak tunadaksa dibantu oleh orang tua mereka untuk menempatkan diri. Beberapa anak yang lain mengantri sambil bercanda dan bercengkrama dengan anak-anak tunadaksa yang lain.
Fisioterapis memberikan fisioterapi dengan memberi penyinaran infrared
kepada anak tunadaksa. Ini dilakukan sekiatar 3 menit. Setelah dikira cukup hangat, anak diberikan fisioterapi dengan menggunakan alat vibrator. Hal tersebut dilakukan oleh ketiga fisioterapis. Pemijatan dengan menggunakan vibrator dilakukan secara hati-hati karena tulang anak tunadaksa yang masih rentan retak/patah. Anak tunadaksa yang sudah mendapat layanan fisioterapi kembali ke
102
kelas atau istiahat. Kemudian anak yang lain mendapat giliran untuk diberikan fisioterapi.
Sikap fisioterapi sangat bersahabat dengan anak-anak tunadaksa. Mereka saling bercanda dan anak merasa tidak kesakitan. Pada observasi yang kelima ini, peneliti tidak melihat adanya keikutsertaan guru maupun peran guru dalam layanan fisioterapis anak tunadaksa di SLB Negeri 1 Bantul.
103
LAPORAN HASIL OBSERVASI Catatan Hasil Observasi 6
Subjek : Fisioterapis
Hari/tanggal : Jum’at/ 23 Januari 2015
Tempat : Ruang Fisioterapi
Waktu : 08.30- 10.00
Pelaksanaan fisioterapi pada hari jum’at dilaksanakan setelah senam
bersama di halaman sekolah. Ruang fisioterapis cukup sepi karena belum ada anak tunadaksa yang masuk ke ruang tersebut. Selang beberapa menit, anak-anak tunadaksa mulai masuk dengan diantar oleh orang tua atau pengasuh anak-anak masing-masing. Fisioterapis yang sudah siap melakukan fisioterapi kepada anak membantu anak menaiki kasur. Terdapat anak yang dilatih untuk menaki kasur secara mandiri dan tanpa bantuan orang lain. Fisioterapis hanya menegarahkan agar anak mampu menaiki tempatnya secara mandiri. Hal tersebut dilakukan kepada anak-anak yang dikira mampu untuk berdiri dengan berpegangan sesuatu.
Setelah anak tengkurap di kasur, fisioterapis DY memberikan fisioterapi dengan infrared terlebih dahulu. Begitu pula dengan fisioterapis W dan RN, mereka memberikan fisioterapi dengan infrared kepada anak tunadaksa yang lain. Kemudian setelah itu, fisioterapis memijat anak dengan menggunakan vibrator. Pemijatan dilakukan didaerah sekitar kaki, tangan dan punggung anak. Pada hari tersebut, fisioterapis tidak memberikan latihan-latihan atau pemijatan manual kepada anak. Saat anak tunadaksa diberikan fisioterapi, anak-anak yang lain menunggu dan bermain-main di ruang fisioterapi. Ada pula anak yang
104
memberikan semangat kepada anak yang sedang diberikan fisioterapi. Pada observasi keenam ini, tidak terlihat fisioterapis mengalami kendala yang berarti. Peneliti tidak melihat keikutsertaan dan peran guru dalam layanan fisioterapi bagi anak tunadaksa.
105
LAPORAN HASIL OBSERVASI Catatan Hasil Observasi 7
Subjek : Fisioterapis
Hari/tanggal : Senin/ 26 Januari 2015
Tempat : Ruang Fisioterapi
Waktu : 08.00- 10.15
Jadwal fisioterapi untuk hari senin yaitu anak tunadaksa kelas TK. Setelah upacara anak-anak tunadaksa dengan diantar orangtua atau pengasuhnya memasuki ruang fisioterapi. Saat anak-anak yang lain menunggu fisioterapis, ada anak yang langsung menuju pararel bar untuk belatih berjalan. Orang tua membantu anak-anak tunadaksa mencopot sepatu dan menaikkan anak pada kasur. Saat yang lain menunggu giliran, anak-anak tunadaksa bermain dan bercanda dengan yang lain.
Fisioterapis memberikan fisioterapi dengan memberi penyinaran infrared
kepada anak tunadaksa. Ini dilakukan sekiatar 3 menit. Setelah dikira cukup hangat, anak diberikan fisioterapi dengan menggunakan alat vibrator. Hal tersebut dilakukan oleh ketiga fisioterapis. Setelah mendapat fisioterapi, terdapat orang tua yang mengajari anak berjalan di pararel bar, bermain puzle dan melatih berjalan dengan ditetah. Fisioterapi secara bergiliran memberikan fisioterapi kepada semua anak tunadaksa kelas TK dengan langkah-langkah yang sama.
Sikap fisioterapis sangat bersahabat dengan anak-anak tunadaksa, mereka tidak mengalami kendala. Peneliti tidak menemukan adanya keikutsertaan maupun peran guru dalam layanan fisioterapi di SLB Negeri 1 Bantul.
106
LAPORAN HASIL OBSERVASI Catatan Hasil Observasi 8
Subjek : Fisioterapis
Hari/tanggal : Rabu/ 28 Januari 2015
Tempat : Ruang Fisioterapi
Waktu : 09.00- 10.15
Pelaksanaan fisioterapi dilakukan di ruang fisioterapi. Jadwal pada hari rabu pukul 09.15 yaitu anak tunadaksa kelas 4A dan TK. Para orang tua dan pengasuh mengantar anak tunadaksa menuju ruang fisioterapi, karena masih jam istirahat anak-anak bermain dan dengan bantuan orang tua mereka melepas sepatu. Anak-anak turun dari kursi roda dan belajar ngesot. Terdapat anak yang merangkak untuk menuju kasur. Anak tunadaksa kelas 4A yaitu berjumlah 4 anak. 2 anak sudah diberikan fisioterapi pada jam sebelum istirahat. Kemudian fisioterapi melanjutkan fisioterapi kepada anak kelas 4A yang belum mendapat fisioterapi dan kelas TK.
Pada pengamatan ini, terdapat anak kelas TK yang tidak mau untuk diterapi. Ia menginginkan untuk pulang, namun fisioterapis memberikan nasihat kepada anak dan dengan sedikit paksaan dari orang tua anak tersebut mau untuk Langkah-langkah fisioterapis dalam memberikan fisioterapi yaitu dengan menaikkan anak ke kasur, kemudian meletakkan sinar infrared ke bagian kaki anak. diberikan fisioterapi. Setelah beberapa menit, fisioterapis mulai memberikan pijatan dengan menggunakan vibrator. Pemijatan dengan vibrator dilakukan pada
107
sekitar kaki dan punggung anak. Hal tersebut dilakukan pada semua anak-anak tunadaksa.
Peneliti tidak melihat keikutsertaan guru dalam layanan fisioterapi, guru berada di ruang guru saat anak-anak mendapat layanan fisioterapi.
108
LAPORAN HASIL OBSERVASI Catatan Hasil Observasi 9
Subjek : Fisioterapis
Hari/tanggal : Jumat/ 30 Januari 2015
Tempat : Ruang Fisioterapi
Waktu : 08.00- 09.30
Pelaksanaan fisioterapi pada hari jum’at dilakukan setelah anak-anak
mengikuti senam bersama. Kondisi ruangan masih sepi karena anak-anak tunadaksa belum memasuki ruangan fisioterapi. Jadwal fisioterapi pada hari
Jum’at jam 08.00- 09.00 yaitu anak kelas 8D. Anak tunadaksa kelas 8 sudah ada
yang mampu secara mandiri menuju ruang fisioterapis dan yang lain diantar oleh orang tua atau pengasuh masing-masing. 2 Anak tunadaksa menaiki kasur dengan dibantu fisioterapis dan orang tua. Fisioterapis tidak mampu melakukannya sendiri karena anak cukup besar sehingga dibantu dengan orang tua.
Setelah anak menempati kasur, fisioterapis DY memberikan fisioterapi dengan infrared sekitar 5 menit. Begitu pula dengan fisioterapis W dan RN, mereka memberikan fisioterapi dengan infrared kepada anak tunadaksa yang lain. Kemudian setelah itu, fisioterapis memijat anak dengan menggunakan vibrator. Pemijatan dilakukan didaerah sekitar kaki, tangan dan punggung anak. Fisioterapis memberikan pemijatan manual kepada anak tunadaksa. Bagian yang dipijat yaitu bagian yang mengalami kelainan. Saat anak tunadaksa diberikan fisioterapi, anak-anak yang lain menunggu dan bermain-main di ruang fisioterapi.
109
Pada observasi kesembilan ini, peneliti tidak melihat adanya keikutsertaaan guru dalam layanan fisioterapi.
110
LAPORAN HASIL OBSERVASI Catatan Hasil Observasi 10
Subjek : Fisioterapis
Hari/tanggal : Selasa/ 03 Februari 2015
Tempat : Ruang Fisioterapi
Waktu : 07.30- 09.00
Suasana di ruang fisioterapi masih sepi, belum ada anak yang masuk. Banyak anak tunadaksa yang datang terlambat ke sekolah. Setelah beberapa menit, satu per satu anak masuk. Orang tua membantu nak mencopot sepatu, menurunkan dari kursi roda dan menaikkan anak pada kasur. Fisioterapis RN langsung menempatkan sinar infrared pada kaki anak. Fisioterapis W memberikan fisioterapi dengan infrared sekitar 5 menit. Fisioterapis DY dan RN juga melakukan hal yang sama, mereka memberikan fisioterapi dengan infrared
kepada anak tunadaksa yang lain. Kemudian setelah itu, fisioterapis memijat anak dengan menggunakan vibrator. Pemijatan dilakukan didaerah sekitar kaki, tangan dan punggung anak. Langkah-langkah tersebut dialkukan kepada sumua anak tunadaksa.
Saat anak yang lain diberikan fisioterapi, anak tunadaksa yang sedang menunggu giliran ada yang bermain, berlatih berjalan di pararel bar,dan ada pula yang duduk dikursi rodanya. Saat memberikan fisioterapi, fisioterapis mengajak bercanda para anak-anak tunadaksa. Mereka terlihat senang dan nyaman saat berada di ruang fisioterapi. Fisioterapis menjalin hubungan yang baik dengan