BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
B. Saran
1. Ibu bekerja yang mengalami konflik peran ganda
Para ibu bekerja kurang dapat mengenali diri mereka ketika mengalami
emosi negatif dan kurang mampu memahami sebab serta akibat dari emosi
negatif yang muncul tersebut. Oleh sebab itu disarankan bagi ibu bekerja yang
mengalami konflik peran ganda agar belajar mengenali diri mereka sendiri
lebih dalam terutama ketika mengalami pengalaman tertentu yang
membangkitkan emosi negatif.
2. Keluarga dari ibu bekerja yang mengalami konflik peran ganda
Dalam situasi tertentu keluarga dan rekan kerja kurang tanggap terhadap
kondisi ibu bekerja yang mengalami konflik peran ganda sehingga
menimbulkan emosi negatif dan masalah lain yang membebani ibu bekerja
yang mengalami konflik peran ganda. Diharapkan para keluarga dan pekerja
dapat lebih bersimpati dan berempati kepada para ibu bekerja agar para ibu
bekerja merasa mendapatkan dukungan sosial yang dapat berdampak positif
pada diri mereka.
3. Bagi peneliti selanjutnya
a) Peneliti menyadari bahwa adanya kelemahan dalam penelitian ini yang
disebabkan keterbatasan jumlah partisipan. Keterbatasan jumlah partisipan
terjadi karena rendahnya kesediaan dari partisipan yang sesuai kriteria.
Rendahnya kesediaan partisipan disebabkan oleh jadwal partisipan yang
padat sehingga sulit mencari waktu luang. Peneliti berikutnya diharapkan
dapat menambahkan jumlah partisipan dengan menggunakan metode
penelitian yang tidak banyak menyita waktu partisipan selama proses
pengambilan data.
b) Peneliti berikutnya diharapkan meneliti lebih lanjut mengenai ibu bekerja
yang mengalami konflik peran ganda dengan menghubungkannya teori
atau aspek lain dalam ilmu psikologi, seperti: kepuasan perkawinan,
agresivitas, religiusitas, dan dukungan sosial.
Daftar Pustaka
Afiyanti, Y. (2008). Validitas dan reliabilitas dalam penelitian kualitatif. Jurnal
Keperawatan Indonesia. 12(2)
Almasitoh, U. H. (2011). Stres kerja ditinjau dari konflik peran ganda dan
dukungan sosial pada perawat. Psikoislamika-Jurnal Psikologi Islam. 1(8),
63-82
Al Shofa, F & Kristiana, I. F. (2015). Kecerdasan emosi dan konflik peran ganda
pada dosen wanita di Universitas Diponegoro. Jurnal Empati. 4(4), 150-155
Anggriana, T.M., S.Y. Wardani & T.M. Margawati. (2014). Job performance
ditinjau dari konflik peran ganda, burnout dan dukungan social keluarga.
Jurnal LPPM. 2(2), 13-19
Apollo & Cahyadi, Andi. (2012). Konflik peran ganda perempuan menikah yang
bekerja ditinjau dari dukungan sosial keluarga dan penyesuaian diri. Widya
Warta. (2). Diperoleh dari:
http://id.portalgaruda.org/?ref=browse&mod=viewarticle&article=116765
Aprisandityas, A & Elfida, D. (2012). Hubungan antara regulasi emosi dengan
kecemasan pada ibu hamil. Jurnal Psikologi. 8(2)
Creswell, J.W. (2014). Research design (Ed. Ke-3). Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Dewayani. K. (2000). Bunga rampai psikologi. Yogyakarta: Universitas Sanata
Dharma
Ellisyani, N. D & Setiawan, K. C. (2016). Regulasi emosi pada korban bullying di
SMA muhamadiyah 2 Palembang. PSIKIS-Jurnal Psikologi Islami. 2(1),
50-62
Feldman, R. S. (2012). Pengantar Psikologi. Buku II. (Ed. Ke-10). Jakarta:
Salemba Humanika
Fitri, A. R. (2012). Regulasi emosi odapus. Jurnal Psikologi. 8(1). Diperoleh dari:
http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/psikologi/article/view/177
Ghofur, A. & Argiati, S. H. B. (2012). Hubungan religiusitas terhadap agresivitas
remaja di madrasah aliyah assalaam Temanggung. Jurnal SPRIRITS, 3(1),
43-51.
Goleman, D. (1995). Emotional intelligence. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama
Greenhauss, J. H. & Beutel, N. J. (1985). Source of conflict between work and
family roles. Academy of Management Review, 10(1), 76-88
Gross, J.J. (2014). Handbook of emotion regulation. New York: The Guildford
Press
Hasanah, T. D. U & Widuri, E. L. (2014). Regulasi emosi pada ibu single parent.
Jurnal Psikologi Intergratif, 2(1), 86-92
Herdiansyah, H. (2015). Metodologi penelitian kualitatif untuk ilmu psikologi.
Jakarta: Salemba Humanika
Hermayanti, Desy. (2014). Kebermaknaan hidup dan konflik peran ganda pada
wanita karier yang berkeluarga di kota Samarinda. eJournal Psikologi, 2(3),
269-278
Hidayati, E. (2013). Peran pendampingan regulasi emosi terhadap perilaku
maltreatment pada ibu dari anak gpp/h. Humanitas. 10(2), 73-86
Hurlock, E. B. (1999). Psikologi perkembangan suatu pendekatan sepanjang
rentang kehidupan(Ed. Ke-5). Jakarta: Erlangga
Khairani, H. M. (2013). Psikologi umum. Yogyakarta : Aswaja Pressindo
Kusumaningrum, O. D. (2012). Regulasi emosi istri yang memiliki suami stroke.
EMPATHY , 1(1), 198-209
Kusumasmara, N., Y.A. Widyawan., P.A. Wibowo., L. Hapsari. (2016). Identitas,
keseharian, dan konteks. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma Press
Latuny, M. (2012). Peran ganda perempuan dalam keluarga. SASI: Jurnal Ilmiah
Fakultas Hukum Universitas Pattimura Ambon, 18(1), 13-20
Makmuroch. (2014). Keefektifan pelatihan keteramilan regulasi emosi terhadap
penurunan tingkat ekspresi emosi pada caregiver pasien skizofrenia di
rumah sakit jiwa daerah Surakarta. Wacana Jurnal Psikologi.6(11), 13-34
Meilani, F. S. E & Krisnatuti, D. (2014). Faktor demografi, konflik kerja-keluarag
dan kepuasan perkawinan istri bekerja. Jurnal Ilmu Keluarga & Konseling.
7(2), 133-142.
Moleong, L. J. (2010). Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Myers, D. G. (2012). Psikologi social buku 1. (Edisi ke-10). Jakarta: Salemba
Humanika
Netemeyer, R.G., J.S. Boles, R. Mc. Murrian. (1996). Development and validation
of work-family conflict scales. Journal of Applied Psychology, 81(4).
400-410
Nisfiannoor, M. & Kartika, Y. (2004). Hubungan antara regulasi emosi dan
penerimaan kelompok teman sebaya pada remaja. Jurnal Psikologi. 2(2),
160-177
Patton, M. (1990). Qualitative evaluation and research methods (pp. 169-186).
Beverly Hills, CA:Sage. Diperoleh dari:
http://legacy.oise.utoronto.ca/research/field-centres/ross/ctl1014/Patton1990.pdf
Ramadani, N. (2016). Implikasi peran ganda perempuan dalam kehidupan
keluarga dan lingkungan masyarakat. Sosietas, 6(2). Diperoleh dari:
http://ejournal.upi.edu/index.php/sosietas/article/view/4245
Safaria & Saputra, (2009). Manajemen emosi. Yogyakarta: Bumi Aksara
Salamah. (2012). Gambaran emosi dan regulasi emosi pada remaja yang memiliki
saudara kandung penyandang autis. Diperoleh dari:
http://publication.gunadarma.ac.id/handle/12345678/1815
Santrock, J. W. (2002). Life-span development jilid II. Jakarta: Erlangga
Shaevitz, M. H. (1989). Wanita super (The Superwoman syndrome). Yogyakarta:
Kanisius
Smith. J. A. (2009). Psikologi kualitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Sobur, Alex. (2003). Psikologi umum. Bandung : CV Pustaka Setia
Sudarsyah, A. (2013). Kerangka analisis data fenomenologi. Jurnal Penelitian
Pendidikan. 13(1), 21-27
Supratiknya, A. (2015). Metodologi penelitian kuantitatif dan kualitatif dalam
psikologi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma
Supsiloani, P. & Hasanah, N. (2015). Eksistensi taman penitipan anak dan
manfaatnya bagi ibu rumah tangga yang bekerja (studi kasus di TPA dharma
asih kota Medan). Jurnal pendidikan ilmu-ilmu Sosial,7(2), 119-124
Susanto. (2010). Analisis pengaruh konflik peran ganda terhadap kepuasan kerja
pengusaha wanita di kota Samarinda. Aset. 12(1). 75-85
Suwandi & Basrowi. (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka
Cipta
Syarifah, M. & Kusumaputri, E. S. (2014). Hubungan pengaturan emosi positif
dengan kecemasan menjelang Menopause pada perempuan pekerja.
HUMANITAS, 11(2), 143-151 Diperoleh dari:
http://www.journal.uad.ac.id/index.php/HUMANITAS/article/view/2337
Taylor, Shelley., ET AL. (2009). Psikologi sosial (Ed. Ke-12). Jakarta: Kencana
Thompson, R. A. (1994). Emotion regulation: a theme in search of definition.
Momographs of the Society for Research in Child Development, 59(2/3),
25-52. Diperoleh dari:
https://www.researchgate.net/profile/Ross_Thompson2/publication/2813224
78_Emotional_regulation_a_theme_in_search_of_definition_the_developm
ent_of_emotion_regulation/links/5754ad0008ae02ac128115d8.pdf
Triaryati, N. (2003). Pengaruh adaptasi kebijakan mengenai work family issue
terhadap absen dan turnover. Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, 5(1),
85-96
Utomo, A. (2015). A woman’s place. Inside Indonesia. Diperoleh dari:
http://www.insideindonesia.org/a-woman-s-place-3
Utomo, H. B. (2015). Keterkaitan antara kognitif dengan regulasi emosi.
ResearchGate. Diperoleh dari:
https://www.researchgate.net/profile/Hanggara_Budi_Utomo2/publication/2
82182709_Keterkaitan_Antara_Kognitif_Dengan_Regulasi_Emosi/links/56
06575f08ae8e08c08d31c4.pdf
Wade. C & Travis, C. 2007. Psikologi (Ed. ke-9). Jakarta: Erlangga
Widuri, E. L. (2012). Regulasi emosi dan reliensi pada mahasiswa tahun pertama.
Jurnal Humanitas, 9(2), 147-156
Wulandari, D. (2013). Hubungan antara konflik peran ganda dengan stres kerja
pada perawat wanita yang sudah menikah di RSUD Banyumas. PSYCHO
IDEA, 11(1), 69-78
Wulandari, D. (2015). Konflik peran ganda pada buruh bangunan wanita. Naskah
Publikasi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Yusuf, M. & Moordiningsih. (2015). Regulasi emosi pada perempuan pedagang
pasar klewer. University Research Colloquium. 101-107
Tabel Panduan Wawancara
Latar Belakan Partisipan
1. Biodata Partisipan (nama lengkap, usia, TTL, tempat tinggal)
2. Sudah berapa lama menikah?
3. Sudah berapa lama bekerja?
4. Pekerjaan ibu yang sekarang apakah yang pertama?
5. Berapa usia suami ibu? Apa pekerjaan suami ibu?
6. Berapa jumlah anak ibu? Siapa namanya? Sudah usia berapa? Sekolah
dimana?
7. Di rumah ibu tinggal dengan siapa saja?
8. Apa alasan ibu memilih untuk bekerja?
9. Bagaimana tanggapan atau reaksi keluarga (terlebih suami) ketika ibu
memutuskan bekerja? Apakah mendukung?
10.Apakah keluarga ibu mendukung ibu untuk bekerja sekaligus menjadi ibu
rumah tangga? Darimana ibu mengetahui jika keluarga ibu mendukung ibu?
Konflik Peran Ganda
14.Bisakah ibu ingat-ingat dan ceritakan kembali pada saya pengalaman
pertama ibu ketika menjalani peran sebagai karyawan dan ibu rumah tangga
secara bersamaan?
15.Kendala apa yang ibu alami ketika melakukan aktivitas kerja dan mengurus
rumah tangga?
16.Apa yang ibu rasakan ketika menghadapi kendala tersebut?
17.Bagaimana perasaan ibu ketika meninggalkan anak pertama kali untuk
bekerja?
18.Bagaimana perasaan ibu ketika harus dengan terpaksa meninggalkan anak
yang sakit di rumah untuk keperluan pekerjaan?
19.Bagaimana pendapat suami ibu ketika ibu memutuskan untuk bekerja?
20.Apakah di kantor ibu ada sistem lembur? Bagaimana tanggapan keluarga
mengenai hal tersebut?
21.bagaimana tanggapan keluarga ibu yang kurang / tidak mendukung sistem
kerja kantor ibu (lembur)?
22.Bagaimana perasaan ibu ketika harus meninggalkan rumah dalam waktu
yang lama untuk keperluan pekerjaan?
23.Bagaimana perasaan ibu ketika anak lebih dekat dengan pengasuh
(nenek/babysister) dibandingkan dengan ibu?
Regulasi Emosi
24.Bagaimana ibu mengelola perasaan sedih, marah, kecewa, takut cemas ibu
karena kendala mengatasi aktivitas sebagai pekerja dan ibu rumah tangga?
25.Apa yang ibu lakukan untuk mencari ketenangan ketika merasakan
kesedihan, marah, kecewa, iri, cemas akibat ketidak mampuan ibu
mengatasi kendala sebagai ibu dan sebagai pekerja sekaligus?
26.Dari beberapa cara (sebutkan!) ibu mengatasi perasaan sedih, kecewa, iri,
takut, marah dan cemas, kira-kira ada tidak cara paling efektif untuk
mengatasi hal tersebut?
27.Ada tidak cara lain yang ibu temukan sekarang untuk mengatasi perasaan
sedih, kecewa, takut, cemas, iri dan marah karena menghadapi kendala
dalam menyelesaikan tututan rumah dan pekerjaan?
Bentuk RE Tujuan Bentuk RE Pertanyaan Wawancara
Selection
Situation
Usaha yang dilakukan perempuan
menikah yang bekerja untuk
mendekati, menjauhi atau bahkan
menghindari seseorang, tempat,
objek ataupun situasi yang dapat
menimbulkan emosi.
1. Apakah yang ibu
lakukan ketika
menghadapi
kendala dalam
menjalani peran
ibu sebagai pekerja
dan ibu rumah
tangga?
2. Ketika
menghadapi
kendala dalam
menjalani peran
ganda, apakah ibu
langsung
menghadapinya
atau mundur?
Modification
Situation
Untuk melihat usaha yang
dilakukan perempuan menikah
yang bekerja untuk memodifikasi
situasi secara langsung yang
mendatangkan situasi baru
1. Bagaimana usaha
ibu mengatasi
kecemasan ibu di
pagi hari saat
menyiapkan
kebutuhan
keluarga dan
persiapan untuk
kerja?
2. Apakah ibu
meminta bantuan
suami, anggota
keluarga lain atau
bahkan orang lain
untuk
memudahkan ibu
mengatasi
pekerjaan rumah
tangga dan
memperbanyak
waktu persiapan
kerja?
Attention
Deployment
Untuk melihat usaha perempuan
menikah yang bekerja untuk
1. Apa yang ibu
lakukan ketika ibu
mengarahkan perhatiannya di
dalam sebuah situasi untuk
mengatur emosinya
merasa penat
dengan tekanan
pekerjaan dan
urusan rumah
tangga?
2. Apakah ketika ibu
sedang bermasalah
dengan keluarga
ibu
melampiaskannya
pada pekerjaan?
Cognitive
Change
Untuk melihat usaha perempuan
menikah yang bekerja dengan
merubah cara pandangnya dalam
menilai situasi ketika perempuan
menikah yang bekerja tersebut
mengalami situasi yang tidak
menyenangkan
1. Hikmah apa yang
ibu pernah
pikirkan dan
rasakan dari
pengalaman ibu
menjalani peran
sebagai pekerja
dan ibu rumah
tangga?
2. Ketika merasa
tertekan dengan
segala masalah
rumah tangga dan
masalah pekerjaan,
pernah tidak ibu
merasa Tuhan itu
tidak terhadap ibu?
Modulation
Response
Untuk melihat usaha yang
dilakukan perempuan menikah
yang bekerja untuk mengatur dan
menampilkan respon emosi yang
tidak berlebihan.
1. Ketika ibu marah
dengan anak dan
sedang banyak
pikiran dengan
pekerjaan apa
yang ibu lakukan
untuk tidak
melampiaskan
kemarahan ibu
pada anak secara
berlebihan?
2. Apa yang ibu
rasakan ketika
ibu sedang ada
urusan pekerjaan
yang masih
harus
itu juga di rumah
tetapi suami/
anak ibu
membutuhkan
perhatian ibu?
bagaimana ibu
mengatasi
perasaan itu?
108 Contoh : L62-72: penyebab emosi
Maka pada Line 61 sampai 72 terdapat kalimat yang menyatakan adanya penyebab munculnya emosi tertentu (negatif / positif) pada partisipan.
Verbatim Ringkasan Interpretasi Sub Tema Tema 1 Sudah berapa lama ibu bekerja di sini? S1 telah bekerja selama 10 tahun Lama pengabdian S1 di tempat
kerjanya
L2: Informasi pekerjaan Latar belakang S1 2 Saya sudah bekerja di sini selama 10 tahun
3 Kalo boleh tahu di sini pekerjaannya S1 bekerja mulai dari jam 7 pagi. S1 bekerja di laboratorium Rumah Sakit dan biasa bekerja menangani pasien. S1 merasa
teman-te a ya e ak sehi gga dapat membuatnya nyaman di tempat kerja
S1 bekerja dibagian laboratorium rumah sakit swasta mulai dari jam 7 pagi. Selama bekerja S1 terbiasa menangani pasien. S1 nyaman bekerja karena merasa mendapat dukungan dari lingkungan kerjanya. L5-6 : informasi kerja L6-7 : kegiatan kerja L7-10 : lingkungan kerja L5-7 : latar belakang L7-10: dukungan lingkungan 4 seperti apa ya bu?
5 Kalo di sini itu kan kita bekerja mulai dari 6 jam 7 pagi. Ini tuh di laboratorium itu, kita 7 menangani pasien-pasien di rumah sakit 8 ya biasa sih, apa di sini tuh karena temen-9 temennya enak jadinya dibuat enak 10 (tesenyum).
11 Di sini jam kerjanya dari jam berapa S1 bekerja mulai dari 07.00 – 14.00 WIB
Durasi kerja S1 selama 7 jam/hari L13: informasi kerja L13: latar belakang 12 sampai jam berapa ya bu?
13 Di sini dari jam 7 pagi sampai jam 2.
14 Terus? - - - -
15 Terus apa? Yang dibutuhkan gemana? 16 Tentang pekerjaannya?
17 Iya bu Kegiatan S1 di laboratorium adalah memeriksa kulit, skrutum pasien yang terinfeksi penyakit
Pekerjaan S1 selama di laboratorium
L18-20: kegiatan kerja L18-20: latar belakang 18 Di sini kita memeriksa tentang, kulit,
19 tentang skrutum pasien dari yang 20 terinfeksi penyakit.
21 Hmm gitu. Jadi itu tuh yang kerja di sini Di laboratorium khusus untuk bagian analis adalah lulusan D3 analisis kesehatan, hanya saja untuk bagian adminitrasi yaitu Pak Heksa adalah lulusan SMA,
S1 menjelaskan latar belakang pendidikannya dan rekan kerjanya
L24: pendidikan S1 L24: latar belakang 22 khusus untuk yang memang perawat asal
23 didikannya atau yang seperti apa? 24 Kalo di sini kan didikannya dari yang D3 25 analisis kesehatan, tapi ada beberapa yang
109 bekerja di bagian analis
kesehatan. Pak Dohadi bekerja bagian perkarya, bekerja apa saja, bersih-bersih dan cuci-cuci 29 analisis kesehatan tapi dia bukan analis
30 kesehatan terus yang satu ada pak dohadi 31 itu dia perkarya, dia itu nanti serba bisa 32 serba guna nanti tuh cuci cuci terus nanti 33 bersihin apa, nah gitu-gitu
34 Nah kalo ibu lebih pada ? S1 bekerja pada bagian analis kesehatan
Jabatan S1 di tempat kerja L35-37: informasi kerja L35-37: latar belakang 35 Kalo saya lebih pada pemeriksaan analisis,
36 saya , dan sama vero itu lebih pada 37 analisnya.
38 Terus kalo boleh tahu, apa suami ibu juga Suami S1 bekerja sebagai wiraswasta
Pekerjaan suami S1 L40: informasi keluarga L40: latar belakang 39 bekerja?
40 Suami saya wiraswasta
41 Oh wiraswasta, terus berarti lebih Suami S1 lebih fleksible dan sering berada di rumah, membersihkan rumah, mengurus makan, jika sudah beres baru pergi. Ketika anak sakit, suami S1 akan menelpon S1 untuk menanyakan obat anak. Pengawasan rumah serta anak juga dilakukan double, suami dan S1.
Keterlibatan S1 dan suami dalam mengasuh anak dan mengurus rumah. S1 berusaha mengurus anak meskipun sedang tidak di rumah.
L43-52: peran suami dan S1 dalam mengurus keluarga
L47-52: usaha S1 untuk mengurus anak
L43-52: dukungan sosial
42 fleksibel ya jam kerjanya?
43 Iya, jadi kalo suami saya kan kalo rumah. 44 sudah dibersihkan ya pergi, untuk 45 pengawasan anaknya juga bisa double, 46 jadi kalo yang di rumah ada urusan 47 makanan nanti sama suami saya, nanti 48 kalo anak sakit nanti suami saya
49 e ghu u gi saya iar a ti i i a ak ya
50 sakit pa as, di kasih apa? . Jadi ya gitu lah 51 kalo suami sering wara wiri jadi lebih 52 fleksibel gitu
53 Oke kalo begitu, mohon maaf S1 mendapatkan gaji 4,5
jutaan/bulan meskipun terkadang mendapatkan potongan-potongan karena hutang sehingga yang diterima tidak pasti 4,5juta/ bulan
Gaji perbulan subjek L56-60: informasi kerja L56-60: latar belakang 54 sebelumnya kalo boleh tahu di sini
55 gajinya berapa ya bu?
56 Kalo di sini gaji saya itu sekarang 4,5an lah 57 hehe (tertawa ringan) tapi kan biasanya 58 ada potongan-potongan, kan karena kita
110 full untuk S1, suami S1 dan ketiga
anaknya. S1 mendapatkan fasilitas kesehatan kelas 2, jika ingin pindah kelas 1, s1hanya
menambahkan biaya kamarnya saja, dan segala fasilitas yang didapat akan setara kelas 1. Selain itu S1 juga mendapatkan BPJS. Semua serba enak, untuk
poliklinik pun S1 dan keluarga bisa mendapatkannya gratis.
pekerjaan untuk S1 dan keluarga “ ya g e jadi alasa e ak pada S1 bekerja di laboratorium RS. Bethesda
emosi
L72-74: emosi positif e ak = ya a
L72-74: emosi 62 Disini, di bethesda itu mendapat banyak
63 fasilitas, di sini fasilitas kesehatannya full, 64 suami istri plus tiga anak itu mendapat 65 fasilitas kesehatan full 100 dan tidak 66 membayar sama sekali. Di sini kan standar 67 saya kelas 2 itu nanti kalo saya naik kelas 68 1 saya Cuma nombok di biaya kamarnya 69 aja. Jadi misalkan jatahnya 300 dan saya 70 harus opname di sana nanti saya Cuma 71 nombokin 100 ribu jadi nanti fasilitasnya 72 kelas 1 dan obat-obatan, semua muanya 73 serba enak, pokoknya di Bethesda
74 semuanya serba enak kok , di sini juga kalo 75 poliklinik kita juga dapet full, meskipun 76 ada BPJS tapi kan itu baru-baru ini aja
77 Ooh jadi ibu masuk BPJS juga ya Semua karyawan RS. Bethesda terdaftar sebagai anggota BPJS
Fasilitas S1 dari pekerjaan L78-79: informasi kerja L78-79: latar belakang 78 Iya semuanya karyawan Bethesda masuk
79 BPJS
80 Terus kalo boleh tahu alasan utama ibu S1 bekerja karena orangtuanya menyekolahkan S1 di sekolah kesehatan supaya dapat bekerja dan tidak hanya menjadi ibu rumahtangga. S1 juga memiliki pandangan bahwa zaman sekarang jika suami berpenghasilan 10-15 juta mungkin perekonomian keluarga dapat berjalan, tetapi jika suami hanya berpenghasilan 5-6 juta sepertinya masih kurang karena
S1 bekerja karena adanyanya dorongan dan harapan dari orang tua agar menjadi wanita karir. S1 juga memiliki pemikiran bahwa di zaman sekarang jika hanya mengandalkan gaji suaminya yang belum mencukupi maka tidak akan memenuhi
harapannya untuk dapat memiliki rumah, mobil dan mencukupi kebutuhan anak
L82-87: alasan eksternal bekerja L87-111: alasan internal bekerja L82-111: faktor pendorong bekerja 81 bekerja apa?
82 saya bekerja, karna memang saya dari 83 awal orang tua saya pingin anaknya 84 sekolah di sekolah kesehatan ya
85 pengennya saya bekerja jadi saya menjadi 86 wanita yang bekerja tidak menjadi wanita 87 yang Cuma di rumah ngurusi ini,dan kalo 88 kita sekarang ini di jaman sekarang ini kalo 89 wanita gak bekerja itu jadi, kecuali kalo 90 suaminya penghasilannya sudah diatas 91 15juta atau 10 juta itu mungkin masih bisa
111 namanya orang hidup itu pasti
memiliki keinginan untuk memiliki rumah, mobil. Jika hanya
bertopang pada suami hanya bisa hidup dan harapan untuk bisa memenuhi kebutuhan anak dengan lebih baik daripada diri S1 sulit terpenuhi.
95 ya kayaknya masih kurang, kita tidak 96 punya apa-apa, kita masih bisa hidup 97 sehari-hari tapi kita tidak bisa punya apa-98 apa. Kan yang namaya orang hidup itu kan 99 yang pertama itu pengen punya rumah, 100 sekarang coba lihat rumah sekarang itu 101 harganya berapa ratus juta belum 102 pembangunannya belum isinya nanti 103 belum transpotasi sekarang dengan nanti 104 cuaca yang seperti ini ya kita kadang-105 kadang pinginnya punya apa lah, punya 106 mobil misalnya, kalo kita hanya
107 menjagakke gitu ya, menopang sama si 108 suami ya kita Cuma hidup, ya nanti anak-109 anak gemana, orang tua kan bekerja kan 110 pengin supaya anak-anak tuh punya yang 111 pas kita kecil dulu gak ada
112 Oh jadi selain ibu memang ingin S1 beranggapan jika ia bekerja, segalanya itu untuk anaknya, karena anak adalah yang terpenting
S1 beranggapan dirinya bekerja untuk memenuhi kebutuhan anak, karena anak yang utama
L118-121: alasan ekternal bekerja
L118-121: faktor pendorong bekerja 113 mengabdikan apa yang sudah ibu
114 pelajari, terus kemudian membantu 115 perekonomian keluarga dan juga
116 memperbaiki atau istilahnya memberikan 117 yang terbaik untu anak
118 Iya kalo sekarang itu yang terpenting itu 119 Anak kalo sudah bersuami itu yang nomer 120 satu itu pasti anak hehe (tertawa), iya 121 sekarang semuanya itu ke anak
122 Kalo boleh tahu, apa suka dukanya ibu S1 bekerja berhubungan dengan orang banyak, sukanya bekerja adalah bisa mengobrol dengan
S1 merasa senang bekerja, selain memiliki banyak teman untuk bercerita satu sama lain, bekerja
L125: senang L125-130: penyebab emosi L125: emosi positif L125-130: penyebab emosi 123 bekerja di sini?
112 banyak meskipun ada yang enak
dan tidak tapi tergantung juga bagaimana menikmatinya, dibuat enak ya enak, kalo dibuat gak enak ya gak enak, masalah capek itu ya biasa
beranggapan nikmatnya hidup tergantung dari bagaimana kita menikmati hidup itu sendiri.
change L134: lelah
emosi
L134: emosi negatif 128 sini temennya banyak ada yang enak ada
129 yang gak enak, ada yang pemarah ada 130 yang biasa, ya tergantung kita
131 menikmatinya aja sih, kalo dibuat enak ya 132 enak, dibuat gak enak ya gak enak gitu, ya 133 gitu aja sih hubungannya dengan
134 pertemanan, kalo pas capek itu biasa
135 Terus hubungan ibu dengan rekan kerja? Hubungan S1 dengan rekan kerjanya baik. Bila S1 ada konflik dengan rekannya, S1 akan berusaha mendekati orang tersebut dengan cara menegur dan menyapanya hingga suasana kembali membaik. Jika orang lain marah atau tidak suka dengan S1 maka S1 pun tidak berbalik marah pada orang tersebut, karena hal tersebut hanya membuatnya tidak nyaman dan sakit.
Jika ada orang yang tidak menyukai atau S1 memiliki konflik dengan rekan kerjanya maka S1 berusaha berbuat