• Tidak ada hasil yang ditemukan

6 KESIMPULAN dan SARAN

6.2 Saran

(1) Agar gambaran pergerakan layang dapat diketahui lebih jauh, perlu adanya

pengembangan penelitian sepanjang tahun yang meliputi keadaan empat musim penangkapan dengan lokasi penelitian yang lebih luas

(2) Parameter-parameter oseanografi yang diambil sebaiknya merupakan data

utama bukan sebagian berasal dari data pendukung agar dalam analisis nantinya dapat lebih mendekati kondisi oseanografi layang di lapang

(3) Analisis sebaran ikan layang dapat dikembangkan dengan sebaran-sebaran

ikan predatornya selama terdapat data komposisi hasil tangakapan dan data laboratorium mengenai makanan dari predator yang tertangkap pada waktu yang sama

(4) Penelitian ini diharapkan dapat dilanjutkan dan dikembangkan pada spesies-

MODEL SPASIAL INFORMASI

DAERAH PENANGKAPAN IKAN LAYANG (Decapterus spp)

DI ANTARA PERAIRAN SELAT MAKASAR DAN LAUT JAWA

(110

O

-120

O

BT 2

O

50’-7

O

50’ LS)

ANDRIUS

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2007

ABSTRAK

ANDRIUS. Model spasial informasi daerah penangkapan ikan layang

(Decapterus spp) di antara perairan Selat Makasar dan Laut Jawa (110O-120OBT

∼ 2O50’-7O50’LS). Dibimbing oleh SULAEMAN MARTASUGANDA, sebagai ketua dan WIWEKA HARTOJO, sebagai anggota.

Tujuan dari penelitian ini adalah membangun model spasial untuk informasi distribusi dan migrasi ikan layang, dimana model spasial ini dapat memetakan lokasi ikan layang berdasarkan analisis posisi dan hasil tangkapannya di Laut Jawa dan juga untuk menganalisa parameter oseanografi ikan layang yang terdiri dari suhu permukaan laut (SPL), klorofil-a, salinitas dan arus laut.

Data penangkapan ikan layang diambil dari fishing log book nelayan pukat cincin di pelabuhan perikanan pantai (PPP) Bajomulyo, Juwana Kabupaten Pati pada Juli hingga Desember 2005 kemudian diolah dengan menggunakan perhitungan diagram kontrol Sheewarth. Parameter SPL dan konsentrasi klorofil-a didapatkan dari pengolahan citra NOAA-16 dan Fengyun FY-1 D. Sebagai data pendukung diambil dari Darmawan (2001) berupa peta tematik salinitas dan arus. Selanjutnya kesemua data diolah dengan menggunakan teknik sistem informasi geografis (GIS) untuk menghasilkan model spasial.

Pada penelitian ini menunjukkan distribusi ikan layang pada bulan Juli terdapat diantara Pulau Lumu-lumu dan Lari-larian hingga ke utara Pulau Bawean, pola migrasinya dimulai dari Pulau Lumu-lumu dan Lari-larian hingga ke utara perairan Pulau Bawean dengan informasi oseanografinya 27-30 oC untuk SPL, 0,01-1,5 mg/L untuk klorofil-a, 1-2 knot untuk kecepatan arus dan 33-34 ‰ untuk salinitas. Pada bulan Agustus menunjukkan distribusi ikan layang terdapat pada timur Pulau Sambergalang hingga mendekati perairan lepas pantai selatan Kalimantan, pola migrasinya dimulai dari Pulau Bawean hingga ke utara Pulau Madura dengan informasi oseanografinya 27-28 oC untuk SPL, 0,5-2 mg/L untuk klorofil-a, 1,5-2 knot untuk kecepatan arus dan 33,75-34,5 ‰ untuk salinitas. Dan pada bulan September menunjukkan distribusi ikan layang berada antara perairan utara Pulau Kangean dan Masalembu, pola migrasinya dimulai dari utara Pulau Kangean hingga selatan Pulau Masalembu dengan informasi oseanografinya 28- 29 oC untuk SPL, 0,01-0,5 mg/L untuk klorofil-a, 1,82-2 knot untuk kecepatan arus dan 32,5-33,5 ‰ untuk salinitas.

ABSTRACT

Andrius. Information spatial model for scads (Decapterus spp) fishing ground within Java Sea and Macassar Strait (110O-120OE

2O50’-7O50’S). Supervised by Martasuganda S and Hartojo W.

The objective of this research is to construct an information spatial model for distribution and migration of scads. This model is expected able to map the location of scads according to position and output analysis in Java Sea also to analyze oceanographic parameter of scads including sea surface temperature (SST), chlorofil-a, salinity and sea current. Data of fishing scads is collected from purse seine-fisherman’s fishing log book over Bajomulyo fishing base, Juwana of Pati residance in July to December 2005. Henceforth, data is processed by using Sheewarth control diagram formulae. SST parameter and chlorofil-a concentrate is gathered by processing NOAA-16 and Fengyun FY-1 D image. Supporting data is provided by Darmawan (2001) as a thematic map of salinity and sea current. Futhermore, whole data is processed by using geographic information system to provide spatial model. The research reports scads distribution in July is located within Lumu-lumu Island and Lari-larian to the north of Bawean Island. Migration pattern begins from Lumu-lumu Island and Lari-larian to northen of

Bawean Island waters in oceanographic information of 27-30 OC SST, 0.001-1.5 mg/L chlorofil-a, 1-2 knot sea current and 33-34 ‰ salinity. In August,

distribution of scads is over the east of Sambergalang Island to offshore waters of southern Borneo. Its migration pattern begins in Bawean Island to nothern Madura Island in oceanographic information of 27-28 OC SST, 0.5-2 mg/L chlorofil-a, 1.5-2 knot sea current, 33.75-34.5 ‰ salinity. In September, ditribution of scads is within northen Kangean Island and Masalembu in oceanographic information of 28-29 OC, 0.01-0.5 mg/L chlorofil-a, 1.82-2 knot sea current and 32.5-33.5 salinity.

DAFTAR ISI

halaman

DAFTAR TABEL ... vi DAFTAR GAMBAR ... vii DAFTAR LAMPIRAN ... xi 1 PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Perumusan Masalah ... 3 1.3 Tujuan Penelitian ... 3 1.4 Batasan Penelitian ... 4 1.5 Manfaat Penelitian ... 4 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5 2.1 Deskripsi Umum Perikanan Layang (Decapterusspp) ... 5 2.1.1 Morfologi ... 5 2.1.2 Ruaya (migrasi) dan sebaran (distribusi) pada

musim timur di Laut Jawa ... 7 2.2 Deskripsi Umum Alat Tangkap Purse seine ... 9 2.3 Pemanfaatan Teknologi Penginderaan Jauh dan

Sistem Informasi Geografis untuk Daerah Penangkapan Ikan ... 9 2.3.1 Penginderaan Jauh (Indraja) satelit ... 9 2.3.2 Sistem Informasi Geografis (SIG) ... 12

3 METODE ... 15 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 15 3.2 Bahan dan Alat... 15 3.3 Metode Pengumpulan Data ... 17 3.3.1 Pengumpulan data posisi dan hasil tangkapan layang ... 17 3.3.2 Pengumpulan citra satelit ... 17 3.3.3 Pengumpulan data pendukung ... 17 3.4 Metode Pengolahan Data ... 18 3.4.1 Pengolahan data posisi dan hasil tangkapan layang ... 18 3.4.2 Pengolahan citra satelit ... 20 3.4.3 Pengolahan spasial ... 21 3.5 Analisis Data ... 22 3.5.1 Analisis posisi tangkapan layang ... 22 3.5.2 Analisis spasial ... 23 3.6 Diagram Alir Penelitian ... 26

4 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 29 6.1 Kabupaten Pati ... 29

4.1.1 Kondisi geografi ... 29 4.1.2 Kondisi iklim ... 30 4.2 Lingkungan Perairan Laut Jawa dan Selatan Selat Makasar ... 30

4.3 Aktifitas Perikanan Tangkap Kabupaten Pati ... 33 4.3.1 Tempat pendaratan ikan ... 33 4.3.2 Kondisi rumah tangga produksi ... 34 4.3.3 Alat tangkap ... 35 4.3.4 Produksi sumber daya ikan ... 36 4.4 Musim Penangkapan Layang ... 38

5 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 39 5.1 Kondisi Penangkapan Ikan Layang Berdasarkan Perhitungan

Diagram Kontrol Sheewarth ... 39 5.1.1 Bulan Juli ... 39 5.1.2 Bulan Agustus ... 43 5.1.3 Bulan September ... 47 5.2 Perkiraan Kondisi Suhu Permukaan Laut dan Klorofil-a

Berdasarkan Liputan Citra Satelit ... 51 5.2.1 Bulan Juli 2005 ... 51 5.2.2 Bulan Agustus 2005 ... 52 5.2.3 Bulan September 2005 ... 54 5.3 Informasi Oseanografi Berdasarkan Analisis Spasial ... 56 5.3.1 Bulan Juli ... 56 5.3.2 Bulan Agustus ... 59 5.3.3 Bulan September ... 61 5.4 Kondisi Ruaya (Migrasi) dan Sebaran (Distribusi)

Ikan Layang ... 65 5.4.1 Bulan Juli ... 65 5.4.2 Bulan Agustus ... 69 5.4.3 Bulan September ... 73

6 KESIMPULAN dan SARAN ... 77 6.1 Kesimpulan ... 77 6.2 Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 79

DAFTAR TABEL

halaman 1 Karakteristik satelit NOAA dan FY-1 ... 10 2 Perbandingan kanal sensor antara AVHRR dan MVISR ... 11 3 Contoh penabelan data CPUE untuk perhitungan

diagram kontrol Sheewarth ... 19 4 Hasil rangking data posisi dan hasil tangkapan layang

pada bulan Juli 2004 ... 39 5 Hasil rangking data posisi dan hasil tangkapan layang

pada bulan Juli 2005 ... 40 6 Diagram kontrol Sheewarth bulan Juli ... 41 7 Klasifikasi terhadap posisi tangkapan layang bulan Juli ... 42 8 Hasil rangking data posisi dan hasil tangkapan layang

pada bulan Agustus 2004 ... 43 9 Hasil rangking data posisi dan hasil tangkapan layang

pada bulan Agustus 2005 ... 44 10 Diagram kontrol Sheewarth bulan Agustus ... 45 11 Klasifikasi terhadap posisi tangkapan layang bulan Agustus ... 46 12 Hasil rangking data posisi dan hasil tangkapan layang

pada bulan September 2004 ... 47 13 Hasil rangking data posisi dan hasil tangkapan layang

pada bulan September 2005 ... 48 14 Diagram kontrol Sheewarth bulan September ... 49 15 Klasifikasi terhadap posisi tangkapan layang bulan September ... 50 16 Nilai-nilai parameter oseanografi hasil analisis tumpang-susun

(overlay) untuk perkiraan kondisi bulan Juli ... 58 17 Nilai-nilai parameter oseanografi hasil analisis tumpang-susun

(overlay) untuk perkiraan kondisi bulan Agustus ... 61 18 Nilai-nilai parameter oseanografi hasil analisis tumpang-susun

(overlay) untuk perkiraan kondisi bulan September ... 64 19 Perkiraan posisi ruaya layang pada bulan Juli ... 65 20 Jarak posisi schooling berdasarkan pengukuran spasial dari

perairan lepas pantai pada bulan Juli ... 65 21 Perkiraan posisi potensial penangkapan layang pada bulan Juli ... 66

22 Perbandingan kondisi oseanografi ikan layang untuk parameter SPL, konsentrasi klorofil-a, kecepatan arus dan salinitas antara teori

dan hasil olahan spasial bulan Juli ... 66 23 Perkiraan posisi ruaya layang pada bulan Agustus ... 69 24 Jarak posisi schooling berdasarkan pengukuran spasial dari

perairan lepas pantai pada bulan Agustus ... 69 25 Perkiraan posisi potensial penangkapan layang pada bulan Agustus ... 70

26 Perbandingan kondisi oseanografi ikan layang untuk parameter SPL, konsentrasi klorofil-a, kecepatan arus dan salinitas antara teori

dan hasil olahan spasial bulan Agustus ... 70 27 Perkiraan posisi ruaya layang pada bulan September ... 70 28 Jarak posisi schooling berdasarkan pengukuran spasial dari

perairan lepas pantai pada bulan September ... 73 29 Perkiraan posisi potensial penangkapan layang pada bulan September ... 73

30 Perbandingan kondisi oseanografi ikan layang untuk parameter SPL, konsentrasi klorofil-a, kecepatan arus dan salinitas antara teori

DAFTAR GAMBAR

halaman 1 D. macrosoma (a) dan D. russelli (b) ... 5 2 Migrasi ikan layang di bulan Juli hingga September pada musim timur .. 7 3 Satelit NOAA-AVHRR (a) dan Satelit FY-1 MVSIR (b) ... 10 4 Proses SIG ... 14 5 Peta lokasi penelitian sebagai tempat pengambilan data lapang ... 16 6 Hasil dari analisis diagram Voronoi ... 23 7 Tampilan hasil analisis jalur pada sekumpulan titik ... 24 8 Hasil buffer pada unsur titik dan garis ... 24 9 Tampilan analisis tumpang-susun (overlay) ... 25 10 Diagram alir penelitian (1) ... 27 11 Diagram alir penelitian (2) ... 28 12 Peta geografi Kabupaten Pati ... 29 13 Kondisi tempat pendaratan ikan (TPI) tahun 2004 ... 33 14 Kondisi rumah tangga produksi tahun 2004 ... 34 15 Kondisi alat penangkap ikan tahun 2004 ... 35 16 Kondisi umum produksi perikanan tangkap tahun 2004 ... 36 17 Kondisi produksi sumber daya ikan layang tahun 2004 ... 37 18 Sebaran SPL untuk perkiraan kondisi bulan Juli 2005 ... 51 19 Konsentrasi klorofil-a untuk perkiraan kondisi bulan Juli 2005 ... 52 20 Sebaran SPL untuk perkiraan kondisi bulan Agustus 2005 ... 53 21 Konsentrasi klorofil-a untuk perkiraan kondisi bulan Agustus 2005 ... 53 22 Sebaran SPL untuk perkiraan kondisi bulan September 2005 ... 54 23 Konsentrasi klorofil-a untuk perkiraan kondisi bulan September 2005 .... 55 24 Ploting kelas posisi penangkapan dan model spasial sebaran

ikan layang untuk bulan Juli ... 56 25 Overlay model spasial sebaran dengan kontur SPL bulan Juli ... 56 26 Overlay model spasial sebaran dengan kontur klorofil-a bulan Juli ... 57 27 Overlay model spasial sebaran dengan kontur arus bulan Juli ... 57 28 Overlay model spasial sebaran dengan kontur salinitas bulan Juli ... 58

29 Ploting kelas posisi penangkapan dan model spasial sebaran

ikan layang untuk bulan Agustus ... 59 30 Overlay model spasial sebaran dengan kontur SPL bulan Agutus ... 59 31 Overlay model spasial sebaran dengan kontur klorofil-a bulan Agustus .. 60 32 Overlay model spasial sebaran dengan kontur arus bulan Agustus ... 60 33 Overlay model spasial sebaran dengan kontur salinitas bulan Agustus .... 61 34 Ploting kelas posisi penangkapan dan model spasial sebaran

ikan layang untuk bulan September ... 62 35 Overlay model spasial sebaran dengan kontur SPL bulan September ... 62 36 Overlay model spasial sebaran dengan kontur klorofil-a

bulan September ... 63 37 Overlay model spasial sebaran dengan kontur arus bulan September ... 63 38 Overlay model spasial sebaran dengan kontur salinitas

bulan September ... 64 39 Ruaya ikan layang (Decapterus spp) pada perkiraan bulan Juli ... 67 40 Sebaran ikan layang (Decapterus spp) pada perkiraan bulan Juli ... 68 41 Ruaya ikan layang (Decapterus spp) pada perkiraan bulan Agustus ... 71 42 Sebaran ikan layang (Decapterus spp) pada perkiraan bulan Agustus ... 72 43 Ruaya ikan layang (Decapterus spp) pada perkiraan bulan September .... 75 44 Sebaran ikan layang (Decapterus spp) pada perkiraan

DAFTAR LAMPIRAN

halaman 1 Harga-harga tetapan A2 ... 85 2 Tabel pendataan log book fisheries purse seine ... 86 3 Peta sebaran dan pola arus dari realtime altimetry project ... 87 4 Peta sebaran dan kontur salinitas ocean data view (ODV)

tahun 1996-1998 ... 88 5 Peta kontur salinitas US naval oceanographic tahun 1997... 89 6 Dokumentasi kegiatan-kegiatan di lapang ... 90

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Wilayah pengelolaan perikanan tiga (WPP 3) yang meliputi seluruh perairan laut Jawa memiliki luas kurang lebih 467 000 km2 dan berbatasan langsung dengan bagian utara pantai Jawa. Salah satu daerah yang terletak di pantai utara Jawa adalah Kecamatan Juwana Kabupaten Pati Provinsi Jawa Tengah telah menjadikan sektor perikanan tangkap sebagai hasil utama. Pelabuhan perikanan pantai (PPP) Bajomulyo adalah penyumbang 94,14% hasil penangkapan ikan di Juwana (Widodo, 1998 dan Nugroho, 2002).

Ikan layang (Decapterus spp) merupakan hasil tangkapan dominan nelayan Juwana. Produksi ikan layang yang didaratkan di PPP Bajomulyo pada antara

tahun 2001-2004 meningkat sebesar 344,4 ton dengan hasil penjualan Rp 9,3 milyar (Nugroho, 2002).Nelayan di laut Jawa khususnya yang beroperasi

dari Bajomulyo menggunakan alat tangkap pukat cincin atau purse seine (PPI Bajomulyo, 2001).

Nelayan purse seine Juwana sekalipun sebagian besar telah menggunakan alat bantu radio panggil dan global positioning system (GPS) selama operasi penangkapan, masih saja mengandalkan cara-cara konvensional dalam menandai keberadaan ikan layang atau “naluri titan”, seperti: (1) riak-riak di permukaan air laut ketika ikan bergerombol berenang pada permukaan air, (2) ikan-ikan yang melompat-lompat, (3) buih-buih di permukaan air yang dikeluarkan ikan saat bernafas dan (4) air laut yang berwarna biru kehitam-hitaman.

Cara-cara konvensional yang mengikuti tanda-tanda alam seperti ini mengakibatkan nelayan sering menghadapi suatu ketidakpastian hasil tangkapan dan resiko secara ekonomis, sekalipun tiap penangkapan terus dicatat posisi dan hasil tangkapannya dalam buku penangkapan (fishing log book).

Keadaan ini sering berhubungan erat dengan perubahan cepat kondisi oseanografi perairan seperti suhu, salinitas, arus dan kondisi kesuburan perairan yang mempengaruhi tingkah laku (behaviour) dan perpindahan (ruaya/migrasi) ikan layang. Untuk itulah, pengembangan teknologi informasi penduga

keberadaan ikan sangat penting dalam memberikan informasi secara cepat dan akurat yang dapat membantu nelayan dalam kegiatan operasi penangkapan ikan.

Salah satu teknologi saat ini yang sering digunakan dan terus berkembang adalah penginderaan jauh dengan memanfaatkan sensor kelautan pada wahana

satelit yang melintasi wilayah perairan. Menurut Kartasasmita (1999) dan Widodo (1999), penginderaan jauh satelit (remote sensing satellite) telah

menjadi salah satu teknik yang sering dipakai dalam upaya menggali informasi- informasi dari paramater oseanografi diperairan, hal ini dikarenakan sensor satelit dapat menyapu wilayah dengan luas (sinoptik) dan memiliki frekuensi lintasan yang sering 2-4 kali sehari pada satu wilayah, sehingga perolehan data menjadi lebih cepat, runtun waktu (real time) dan murah. Pemanfaatan data dari citra satelit dengan berbasiskan teknik pengolahan citra dapat memberikan kontribusi sangat besar dalam kegiatan pendugaan lokasi penangkapan ikan pelagis di perairan lapisan atas, seperti dalam kegiatan pendugaan posisi ikan layang di Laut Jawa.

Satelit NOAA menyediakan informasi perubahan suhu permukaan laut (SPL) dan satelit Fengyun FY-1 untuk informasi perubahan konsentrasi klorofil-a pada permukaan yang kemudian dapat dianalisis dalam bentuk informasi atau peta dugaan posisi dan zona yang menjadi potensial bagi penangkapan sumber daya ikan (Kushardono, 2003).

Menurut Hendriati et al. (1985), Purba (1991) dan Hasyim (1996), SPL dapat memberikan informasi mengenai fenomena upwelling, front, pergerakan massa air dan kesesuaian suhu permukaan yang merupakan indikator penting

keberadaan ikan-ikan tertentu. Sementara nilai konsentrasi klorofil-a diatas 0,2 mg/L menunjukkan kehadiran dari kehidupan plankton yang memadai untuk

menopang atau mempertahankan kelangsungan perkembangan perikanan komersial (Bond, 1979).

Pemanfaatan teknologi sistem informasi geografis (SIG) dalam bidang pesisir dan lautan sampai saat ini sudah banyak membantu para analis dalam mengkaji dan mengembangkan informasi bagi kegiatan sektor pesisir dan lautan. Sebagai contoh, analisis kesesuaian dalam penentuan lokasi yang tepat untuk budidaya udang, pelabuhan perikanan, kegiatan monitoring berbagai sumber daya

hayati pesisir (mangrove, rumput laut, terumbu karang dan stok ikan karang) dan penataan kawasan pesisir yang berkelanjutan.

Teknologi SIG yang berbasis sistem komputer dapat membantu para analis mengkombinasikan berbagai data masukan dari citra satelit, pesawat terbang, instrument akustik maupun hasil survei lapang untuk diolah dalam bentuk model spasial.

1.2 Perumusan Masalah

Masih kurangnya peta-peta khusus sumber daya ikan layang yang memuat informasi ruaya dan ditribusi ikan layang, padahal telah ada data penangkapan yang memuat posisi lintang-bujur hasil pengukuran GPS nelayan purse seine

Juwana yang dapat dipakai sebagai dasar perkiraan ruaya dan distribusi untuk aktifitas penangkapannya di Kabupaten Pati. Perlunya informasi parameter oseanografi seperti : SPL, klorofil-a, salinitas dan arus yang bersumber dari citra maupun hasil pengukuran telemetri laut lainnya untuk mendukung informasi keberadaan ikan layang di Laut Jawa.

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

(1) Membangun model spasial pola ruaya ikan layang di Laut Jawa berdasarkan data penangkapannya

(2) Membangun model spasial perkiraan sebaran ikan layang berdasarkan data penangkapannya

(3) Membangun sistem informasi parameter oseanografi pada daerah ruaya dan sebaran ikan layang dengan bantuan metode pengolahan serta analisa di dalam teknologi inderaja dan SIG.

1.4 Batasan Penelitian

Batasan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah:

(1) Data yang diambil berasal hanya pada bulan Juli hingga September selama musim timur

(2) Data penangkapan ikan layang diambil dari beberapa fishing log book

nelayan pukat cincin(purse seine) Juwana

(3) Parameter oseanografi yang diambil berdasarkan citra satelit adalah suhu permukaan laut dan klorofil-a

(4) Parameter oseanografi salinitas dan arus dijadikan sebagai data pendukung.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari adanya penelitian ini adalah:

(1) Informasi yang diberikan dapat membantu para stakeholder dalam melakukan kegiatan ekplorasi dan ekploitasi sumber daya ikan layang dengan lebih tepat dan ekonomis

(2) Dapat dijadikan sebagai salah satu dasar bagi pengembangan kegiatan pemetaan lokasi sumber daya ikan layang di Laut Jawa maupun perairan di seluruh Indonesia

(3) Dapat dijadikan salah satu informasi bagi pengelolaan sumber daya ikan layang di Laut Jawa dan sekitarnya.

2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Umum Perikanan Layang (Decapterusspp) 2.1.1 Morfologi

Ikan layang atau bahasa latinnya Decapterus spp atau bahasa Inggrisnya

scads tergolong ke dalam kelompok ikan-ikan pelagis kecil. Saanin (1984) mengemukakan sistematika ikan layang (Decapterusspp) sebagai berikut:

Kelas : Pisces Sub kelas : Teleostei Ordo : Percomorphi Sub Ordo : Percoidae Devisi : Carangi

Famili : Carangidae

Sub Famili : Caranginae Genus : Decapterus

Spesies : D. russelli, (Ruppel) D. macrosoma, (Bleeker)

D. kurroides, (Bleeker)

D. maruadsi, (Temminck dan

Schlegel)

Gambar 1 D. macrosoma (a) dan D. russelli (b)

a b

Di kawasan perairan Indonesia terdapat empat spesies ikan layang yaitu

D. ruselli, D. maruadsi, D. macrosoma (D. lajang) dan D. kurroides

(Burhanuddin et al. 1983). Menurut Atmaja et al. (1987) dan Widodo (1998), berdasarkan hasil tangkapan dan nilai ekonomis, sumberdaya ikan layang di perairan utara Laut Jawa didominasi oleh D. ruselli (layang atau round scad) dan

D. macrosoma (layang deles atau layang scad).

Ikan layang secara umum memiliki ciri-ciri yang membedakan kelompok ini dari ikan-ikan pelagis kecil lainnya. Menurut Asikin (1971), Saanin (1984) dan Nurhakim et al. (1987), ciri-ciri umum ikan layang adalah:

(1) Bentuk badan bulat memanjang berbentuk cerutu ataupun agak gepeng (2) Memiliki sisik yang sangat halus

(3) Mempunyai dua buah finlet (sirip tambahan) yang terletak pada belakang sirip punggung dan sirip dubur

(4) Mempunyai totol hitam pada tepian penutup insang

(5) Panjang tubuh ikan dewasa berkisar antara 20-25 cm, namun dapat juga mencapai 30 cm.

Menurut Asikin (1971) dan Saanin (1984) ikan layang memiliki sifat-sifat sebagai berikut:

(1) Sangat menyukai kadar salinitas yang tetap (stenohaline organisme)

(2) Tergolong kedalam jenis pemakan plankton dan memiliki kebiasaan makan pada waktu matahari terbit dan saat matahari terbenam

(3) Hidup membentuk gerombolan besar (schooling), pada jarak sekitar 20-30 mil dari perairan lepas pantai yang berkadar garam tinggi dan

berkedalaman kurang dari 100 m

(4) Merupakan perenang cepat dan aktif, namun pada daerah yang sempit atau di sekitar benda-benda terapung rumpon misalnya, aktivitas akan berkurang saat membentuk gerombolan

(5) Pada siang hari gerombolan bergerak ke lapisan air yang lebih dalam dan pada malam hari kembali ke lapisan atas perairan

(6) Adakalanya sifat bergerombol bergabung dengan jenis lain seperti bawal (Stromateus spp), kembung (Rastrelliger spp), selar (Caranx spp) dan tembang (Sardinella spp).

Ikan layang yang memiliki tingkah laku tersebut dapat melakukan kemampuan migrasi yang aktif dan memiliki daerah distribusi yang sangat luas di perairan Indonesia, salah satunya di Laut Jawa (Burhanuddin et al. 1983).

2.1.2 Ruaya (migrasi) dan sebaran (distribusi) pada musim timur di Laut Jawa

Ruaya (migrasi) adalah kegiatan pergerakan ikan dengan alasan tertentu, dengan jarak yang pendek maupun jauh dari daerah habitat asal menuju suatu daerah perairan yang cocok oseanografinya dengan kondisi biologis ikan tersebut.

Selama musim peralihan timur hingga musim timur atau pada Juni-Agustus anakan ikan layang (immature) yang berasal dari habitatnya di Laut Flores dan Selat Makasar bergerak ke barat menuju ke Laut Jawa. Di sekitar perairan Pulau Bawean ikan layang telah menjadi dewasa meneruskan kegiatan ruaya (migrasi) ke barat melalui Selat Gaspar dan Selat Sunda untuk kembali ke habitat asal (Asikin, 1971; Burhanuddin dan Djamali, 1978).

Burhanuddin et al. (1983) telah membuat peta secara khusus mengenai ruaya (migrasi) ikan layang sepanjang musim di Laut Jawa dan ruaya (migrasi) yang terjadi pada musim timur dapat dilihat pada Gambar 2 di bawah ini.

Gambar 2 Migrasi ikan layang di bulan Juli hingga September pada musim timur. Sumber: Burhanuddin et al. (1983)

Kegiatan ruaya (migrasi) menyebabkan terjadinya sebaran (distribusi) ikan layang pada kawasan Laut Jawa. Asikin (1971) dan Sadhotomo et al. (1983), menjelaskan bahwa ikan layang yang berasal dari Laut Flores dan Selat Makassar menyebar di sekitar perairan Pulau Bawean, Kepulauan Karimun Jawa, Pekalongan, Tegal dan Cirebon.

Ada empat parameter oseanografi yang mempengaruhi ruaya (migrasi) dan sebaran (distribusi) ikan layang di Laut Jawa, yaitu: salinitas perairan, suhu permukaan laut (SPL), kelimpahan makanan dan arus laut. Ikan layang melakukan ruaya (migrasi) mengikuti kadar garam bersalinitas tinggi (Burhanuddin et al. 1983).

Ikan layang sangat menyukai salinitas antara 32-34 ‰ (Djamali, 1995) dan menurut Asikin (1971), pada musim timur ikan layang bergerak mengikuti massa air bersalinitas tinggi antara 32-33,75‰ yang mengalir dari Laut Flores dan Selat Makasar masuk ke Laut Jawa. Menurut Lursinap (1970), salinitas optimum ikan layang berkisar antara 32-32,5 ‰.

Laevastu dan Hela (1970) menyatakan ikan layang biasanya memijah pada perairan yang mempunyai suhu minimum yaitu sebesar 17 OC. Suhu selang ditribusi ikan layang berkisar antara 12-25 OC, sedangkan suhu optimum ikan layang yang menjadi tujuan penangkapan adalah sekitar 20-30 OC.

Menurut Asikin (1971) migrasi layang dipengaruhi secara langsung oleh migrasi massal fitoplankton yang kemudian diikuti oleh zooplankton. Biasanya pada daerah yang kaya fitoplankton dan zooplankton, keberadaan ikan sangat

Dokumen terkait