• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.2 Saran

a. Untuk memudahkan karyawan dalam pencarian obat, maka diperlukan peningkatan kedisiplinan karyawan untuk meletakkan obat-obat ke tempat semula.

b. Untuk meminimalkan terjadinya medication error dan meningkatkan kepatuhan pengobatan pasien, maka diperlukan peningkatan Pelayanan Informasi Obat (PIO) kepada pasien.

c. Untuk mengetahui tingkat kepuasan konsumen terhadap pelayanan yang telah diberikan, maka perlu disediakan kotak saran sebagai evaluasi mutu pelayanan.

d. Untuk meningkatkan pengetahuan Apoteker dan Asisten Apoteker diperlukan pelatihan dan seminar agar lebih terampil dan profesional.

DAFTAR ACUAN

Daris, Azwar. 2011. Pengantar Hukum dan Etika Farmasi. Duwo Okta Tangerang Umar. 2009. Manajemen Apotek Praktis. Wira Putra Kencana.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2006a). Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta: Direktorat Jenderal Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2006b). Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas. Jakarta: Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2002). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1322/Menkes/Sk/X/2002 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 922/Menkes/Per/X/1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1999). Keputusan Menteri Kesehatan No. 1176/Menkes/SK/X/1999 Tentang Daftar Obat Wajib Apotek No. 3.

Direktorat Jenderal Bina Farmasi dan Alat Kesehatan, 2005. Pedoman Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan. Jakarta : Departemen Kesehatan.

Presiden Republik Indonesia. (2009). Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian.

Presiden Republik Indonesia. (1993). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 922/Menkes/Per/X/1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek.

Presiden Republik Indonesia. (1965). Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1980 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 1965 Tentang Apotek.

Presiden Republik Indonesia. (2009). Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian.

Presiden Republik Indonesia. (1978). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 28/Menkes/Per/1978 Tentang Penyimpanan Narkotika. Presiden Republik Indonesia. (1997). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

5 tahun1997 tentang Psikotropika. Jakarta.

Presiden Republik Indonesia. (2009). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta.

Presiden Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Jakarta.

Presiden Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta.

– Menghargai resep dengan memeriksa ketersediaan obat melalui komputer

– Menginformasikan harga kepada konsumen – Menerima uang dari konsumen

– Memberikan struk pembayaran sekaligus No. Resep

– Menyiapkan etiket obat – Mengambil / meracik obat

– Pengemasan obat dan penempelan etiket – Penyerahan hasil akhir racikan obat

– Memeriksa jenis dan jumlah obat yang sudah diracik beserta kelengkapan etiket.

– Menyerahkan obat dengan mencocokkan No. Resep – Pemberian Informasi Obat

Gambar 3.1. Alur Penjualan Resep Tunai Konsumen/Pasien Kasir Resep dihargai Bayar obat AA AA senior Pasien

Bawa resep

- Menyiapkan etiket obat - Meracik/mengambil obat

- Pengemasan dan penempelan etiket - Penyerahan hasil akhir racikan obat

- Memeriksa jenis dan jumlah obat yang sudah diracik beserta kelengkapan etiket.

- Menyerahkan obat dengan mencocokkan No. Resep - Pemberian Informasi Obat (PIO)

- Menyatukan resep dengan buku piutang sesuai nama debitoSr

- Meminta tanda tangan debitor untuk pemastian jenis dan jumlah permintaan obat

Gambar 3.2. Alur Penjualan Resep Kredit Konsumen/Pasien

Asisten Apoteker

AA senior

- Memberikan informasi harga kepada konsumen/pasien

- Memasukkan data ke dalam komputer (transaksi penjualan harian) - Menerima uang dari konsumen/pasien

- Menyerahkan barang dan struk pembayaran kepada pasien

Gambar 3.3. Alur Penjualan OTC

Konsumen/Pasien

Lampiran 1. Daftar Obat Wajib Apoteker No. 1

NO KELAS NAMA OBAT INDIKASI JUMLAH TIAP CATATAN

TERAPI JENIS OBAT

PER PASIEN

I Oral Tunggal

Kontrasepsi Linestrenol Kontrasepsi 1 siklus Untuk siklus

pertama harus dengan resep dokterAkseptor dianjurkan kontrol ke dokter tiap 6 bln

Kombinasi Kontrasepsi 1 siklus Akseptor Etinodiol diasetat – mestranol dianjurkan Norgestrel – etinil estradiol kontrol ke Linestrenol – etinil estradiol dokter tiap 6 Levonorgestrel – etinil estradiol bulan

Norethindrone – mestranol Untuk

Desogestrel – etinil estradiol akseptor

tingkatan baru

wajib

menunjukkan II Obat Saluran A. Antacid + Sedativ / Spasmodik

kartu Hipreasiditas Maksimal 20

Cerna Al. Hidroksida, Mg.

trisilikat + Papaverin HCl, lambung, tablet

Klordiazepoksida gastritis

Mg. trisilikat, Al. yang

disertai Hidroksida + Papaverin dengan HCl, Klordiazepoksida + ketegangan diazepam + sodium

bikarbonatMg. tisilikat, Al. hidroksida

+ Papaverin HCl, diazepam

 Mg. Al. silikat + beladona

+ Klordiazepoksid +

diazepamAl. oksida, Mg. oksida + Hipermotilitas Maksimal 20

hiosiamin HBr, atropine dan kejang tablet

SO4, hiosin HBr sa luran

Mg. trisilikat, Al. cerna akibat

hidroksida + Papaverin HCl hiperasiditas

Mg. trisilikat, Al.hidroksida lambung

gastritis

+ papaverin HCl,

Klordiazep oksida +

beladonaMg. Karbonat, Mg. oksida,

Al. hidroksida + Papaverin

 Mg. oksida, Bi. Subnitrat +

beladona, papaverin,

 klordiazepoksida

Mg. oksida, Bi. Subnitrat +

 beladona, klordiazepoksida

Mg. trisilikat, alukol +

NO KELAS NAMA OBAT INDIKASI JUMLAH TIAP CATATAN

TERAPI JENIS OBAT

PER PASIEN

B. Anti Spasmodik

Kejang Maksimal 20 Papaverin/Hiosin butil-bromide/ Altropin SO4/ekstrak beladon saluran cerna tablet

C. Anti Spasmodik – analgesik

Kejang Maksimal 20

Metamizole, Fenpiverinium

saluran cerna tablet

bromide

Hyoscine N-butilbromide, yang disertai

nyeri hebat

dipyrone

Methampyrone, beladona,

papaverin HClMethampyrone, hyoscine

butilbromide, diazepamPramiverin, metarnizole

Tremonium metil sulfat,

sodium noramidopyrin

methane sulphonate

Prifinium bromide, sulpyrin

Anti mual

Mual, muntah Maksimal 20 Bila mual Metoklopramid HCl tablet muntah berkepanjangan, pasien dian-jurkan agar kontrol ke dokter Laksan Konstipasi Maksimal 3 Bisakodil Supp. supp. III Obat Mulut A. Hexetidine Sariawan, Maksimal 1

dan radang botol

Tenggorokan tenggorokan

B. Triamcinolone acetonide Sariawan Maksimal 1 berat tube

IV Obat Saluran A. Obat Asma

Nafas 1. Aminofilin supp Asma Maksimal 3 supp Pemberian 2. Ketotifen Asma Maksimal 10 tablet obat-obat

Sirup 1 botol asma hanya 3. Terbutalin SO4 Asma Maksimal 20 tablet atas dasar

Sirup 1 botol pengobatan ulangan dari dokter 4. Sabutamol Asma inhaler 1 tabung

maksimal 20 tablet sirup 1 botol

B. Sekretolitik, Mukolitik

1. Bromheksin Mukolitik Maksimal 20 tablet 2. Karbosistein Mukolitik Sirup 1 botol 3. Asetilsistein Mukolitik Maksimal 20 tablet

Sirup 1 botol 4. Oksalamin sitrat Mukolitik Maksimal 20 dus

Maksimal Sirup 1 botol

O KELAS NAMA OBAT INDIKASI JUMLAH TIAP CATATAN

TERAPI JENIS OBAT

PER PASIEN V Obat yang A. Analgetik, Antipiretik

Sirup 1 botol Masimal 20 tablet mempengaruhi 1. Metampiron Sakit kepala,

sistem pusing, Sirup 1 botol

Neuromuscular panas/ demam, nyeri 2. Asam mefenamat haid Maksimal 20 tablet Sakit kepala/

gigi Sirup 1 botol 3. Glafenin Sakit kepala/ Maksimal 20 tablet 4. Metampiron + Klordizep

gigi

Maksimal 20 tablet Sakit kepala

oksida/diazepam yang disertai ketegangan B. Antihistamin

1. Mebhidrolin Antihistamin/ Maksimal 20 tablet 2. Pheniramin hydrogen

alergi

Antihistamin/ Maksimal 20 tablet maleat alergi Biasa 3 tablet lps. 3. Dimethinden maleat Antihistamin/

lambat. 4. Astemizol alergi Antihistamin/ alergi 5. Oxomenazin Antihistamin/ alergi 6. Homochloryclizin HCl Antihistamin/ alergi 7. Dexchlorpheniramine Atihistamin/ VI Antiparasit Obat Cacing

alergi

1. Mebendazol Cacing kremi, Maksimal 6 tambang, tablet gelang, Sirup 1 botol V Obat kulit A. Antibiotik

cambuk

tropikal 1. Tetrasiklin/Oksitetrasiklin Infeksi Maksimal 1 bakteri pd. tube kulit (lokal)

2. Kloramfenikol Infeksi Maksimal 1 bakteri pd. tube kulit (lokal)

3. Framisetina SO4 Infeksi Maksimal 2 bakteri pd. lembar kulit (lokal)

4. Neomisin SO4

Infeksi

bakteri pd. Maksimal 1 kulit (lokal) tube 5. Gentamisin SO4 Infeksi Maksimal 1

bakteri pd. kulit (lokal) tube 6. Eritromisin Acne Vulgaris Maksimal 1 botol B. Kortikosteroid Alergi dan

NO KELAS NAMA OBAT INDIKASI JUMLAH TIAP CATATAN

TERAPI JENIS OBAT

PER PASIEN 2. Flupredniliden Alergi dan Maksimal 1

peradagangan tube lokal

3. Triamsinolon Alergi dan Maksimal 1 peradagangan tube lokal

4. Betametason Alergi dan Maksimal 1 peradagangan tube lokal

5. Fluokortolon/ Alergi dan Maksimal 1 Duflukortolon peradagangan tube

kkulit

6. Desoksimetason Alergi dan Maksimal 1 peradagangan tube kulit C. Antiseptik lokal Desinfeksi Heksaklorofene Maksimal 1 kulit botol D. Anti fungi Infeksi jamur

1. Mikonazol nitrat Maksimal 1 lokal tube 2. Nistatin Infeksi jamur Maksimal 1

lokal tube 3. Tolnaftat Infeksi jamur Maksimal 1

lokal tube 4. Ekonazol Infeksi jamur Maksimal 1

lokal tube E. Anestesi lokal

Anestetikum

1. Lidokain HCl Maksimal 1 lokal tube F. Enzim antiradang topikal

Kombinasi

1. Heparinoid/Heparin Na Memar Maksimal 1 dgn. Hialuronidase ester tube nikotinat

G. Pemucat kulit

Hiperpigmen-1. Hidroquinon Maksimal 1

tasi kulit tube 2. Hidroquinon dgn. PABA Hiperpigmen- Maksimal 1

Lampiran 2. Daftar Peubahan Obat Wajib Apotek No. 1

NO. NAMA GENERIK OBAT GOLONGAN SEMULA GOLONGAN BARU PEMBATASAN

1. Aminophylline Obat keras dalam substansi/

Obat Obat bebas Terbatas Wajib Apotik

(suppositoria)

2. Benzoxonium Obat keras Obat bebas Terbatas Sebagai obat luar untuk mulut dan

tenggorokan (Kadar < 0.05%).

3. Benzocain Obat keras Obat bebas Terbatas Anestetik mulut dan tenggorokan

4. Bromhexin Obat keras/ Obat

Wajib Apotik Obat bebas Terbatas

5. Cetrimide Obat keras Obat bebas Terbatas

6. Chlorhexidin Obat keras Obat bebas Terbatas Sebagai obat luar untuk antiseptik

kulit (kadar < 0.12%) 7. Choline

Theophyllinate Obat keras Obat bebas Terbatas

8. Dexbrompheniram

ine maleat Obat keras Obat bebas Terbatas

9. Diphenhyramine Obat keras Terbatas dengan

Batasan Obat bebas Terbatas

10. Docusate Sodium Obat keras Obat bebas

11. Hexetidine Obat keras/Obat Wajib Apotik Obat Bebas Terbatas Sebagai obat luar untuk mulut dan

13. Lidocain Obat Keras Obat Bebas Terbatas Anestetik mulut dan tenggorokan

14. Mebendazol Obat Keras/Obat

Wajib Apotik Obat Bebas Terbatas Semua materi untuk promosi harus mengemukakan resiko bahaya obat.

Obat semprot hidung

15. Oxymetalozine Obat Keras Obat Bebas Terbatas (Kadar<0.05%)

16. Theophylline Obat Keras dalam substansi Obat Bebas Terbatas Sebagai obat luar untuk infeksi

17. Tolnaftate Obat Keras/Obat

Wajib Apotik Obat Bebas jamur lokal (Kadar < 1%)

Lampiran 3. Daftar Obat Wajib Apoteker No.2

No Nama Generik Obat

Jumlah Maksimal Tiap Jenis Obat Per

Pasien Pembatasan

1. Albendazol Tab 200 mg, 6 tab Tab 400 mg, 3 tab 2. Bacitracin 1 tube

Sebagai obat luar untuk infeksi bakteri pada kulit

Benorilate 10 tablet 4. Bismuth subcitrate 10 tablet 5. Carbinoxamin 10 tablet

6. Clindamicin 1 tube Sebagai obat luar untuk obat acne 7. Dexametason 1 tube Sebagai obat luar untuk inflamasi 8. Dexpanthenol 1 tube Sebagai obat luar untuk kulit 9. Diclofenac 1 tube Sebagai obat luar untuk inflamasi 10. Diponium 10 tablet

11. Fenoterol 1 tabung Inhalasi

12. Flumetason 1 tube Sebagai obat luar untuk inflamasi 13.

Hydrocortison

butyrat 1 tube Sebagai obat luar untuk inflamasi 14. Ibuprofen Tab 400 mg, 10 tab

Tab 600 mg, 10 tab 15. Isoconazol 1 tube

Sebagai obat luar untuk infeksi jamur lokal

16. Ketokonazole Kadar ≤ 2% Sebagai obat luar untuk infeksi jamur lokal  Krim 1 tube  Scalp sol 1 btl 17. 18. Levamizole Methylprednisolon Tab 50 mg, 3 tab 1 tube

Sebagai obat luar untuk infeksi jamur lokal

Sebagai obat luar untuk inflamasi

19. Niclosamide Tab 500 mg, 3 tab 20. Noretisteron 1 siklus

21. Omeprazole 7 tablet

22. Oxiconazole Kadar < 2%, 1 tube

Sebagai obat luar untuk infeksi jamur lokal

24.

Piratiasin

kloroteofilin 10 tablet

25. Piroxicam 1 tube Sebagai obat luar untuk inflamasi 26. Polymixin B Sulfate 1 tube

Sebagai obat luar untuk infeksi jamur lokal

27. Prednisolon 1 tube Sebagai obat luar untuk inflamasi 28. Scopolamine 10 tablet

29. Silver Sulfadiazin 1 tube

Sebagai obat luar untuk infeksi bakteri pada kulit

30. Sucralfare 20 tablet 31. Sulfasalazine 20 tablet 32. Tioconazole 1 tube

Sebagai obat luar untuk infeksi jamur lokal

Lampiran 4. Daftar Obat Wajib Apotek No 3

NO KELAS TERAPI NAMA GENERIK OBAT INDIKASI

JUMLAH MAKSIMAL

CATATAN TIAP JENIS OBAT PER

PASIEN

1 Saluran pencernaan 1. Famotidin Antiulkus Maksimal 10 tablet 20 mg/40 Pemberian obat hanya atas dasar

dan metabolisme Peptik mg pengobatan ulangan dari dokter

2. Ranitidin Pemberian obat hanya atas dasar

Antiulkus Maksimal 10 tablet 150 mg pengobatan ulangan dari dokter

Peptik

Maksimal 1 tube 5 g

2 Obat kulit 1. Asam Azeleat Antiakne

2. Asam fusidat Antimikroba Maksimal 1 tube 5 g

3. Motretinida Antiakne Maksimal 1 tube 5 g

4. Tolsiklat Antifungi Maksimal 1 tube 5 g

5. Tretinoin Antiakne Maksimal 1 tube 5 g

3 Antiinfeksi Umum 1. Kategori (2HRZE/4H3R3) Antituberkulosa Satu paket Kategori I :

Kombipak II - Penderita baru BTA positif

- Isoniazid 300 mg - Penderita baru BTA negatif

- Pirazinamid 1500 mg - Etambutol 750 mg Kombipak III Fase lanjutan - Isoniazid 600 mg - Rifampisin 450 mg 2. Kategori II (2HRZES/HRZE/5H3R3E3) Kombipak II Fase awal - Isoniazid 300 mg - Rifampisin 450 mg - Pirazinamid 1500 mg - Etambutol 750 mg - Streptomisin 0,75 mg Kombiak IV Fase lanjutan - Isoniazid 600 mg - Rifampisin 450 mg - Etambutol 1250 mg 3. Kategori III (2HRZ/4H3R3) Kombipak I Fase awal - Isoniazid 300 mg - Rifampisin 450 mg - Pirazinamid 1500 mg Kombipak III Fase lanjutan berat

- Penderita ekstra paru berat Sebelum fase lanjutan, penderita harus kembali ke dokter

Satu paket Kategori II :

- Penderita kambuh (relaps) BTA positif

- Penderita gagal pengobatan BTA positif

Sebelum fase lanjutan, penderita harus kembali ke dokter

Satu paket Kategori III

- Penderita baru BTA negtif/rontgent positif - Penderita ekstra paru ringan

JUMLAH MAKSIMAL

NO KELAS TERAPI NAMA GENERIK OBAT INDIKASI TIAP JENIS OBAT PER CATATAN

PASIEN

- Isoniazid 600 mg harus kembali ke dokter

- Rifampisin 450 mg

4 Sistem 1. Alopunnol Antigout Maksimal 10 tablet 100 mg Pemberian obat hanya atas dasar

Muskuloskeletal pengobatan ulangan dari dokter

2. Diklofenak natrium Antiinflamasi Maksimal 10 tablet 25 mg Pemberian obat hanya atas dasar

dan antirematik pengobatan ulangan dari dokter

3. Kloramfenikol Obat mata Maksimal 1 tube 5 gr atau Pemberian obat hanya atas dasar

botol 5 ml pengobatan ulangan dari dokter

4. Kloramfenikol Obat telinga Maksimal 1 botol 5 ml Pemberian obat hanya atas dasar

Lampiran 5. Obat yang Dikeluarkan Dari Obat Wajib Apotek

HCl

7. Mg. trisilikat, Al. hidroksida

+ Papaverin HCl,

kiordiazepoksid + Beladona

8. Mg. karbonat, Mg. oksida,

Al. hidroksida +

Papaverin HCl, Beladona

9. Mg. oksida, Bi. Subnitrat

+ Beladona, Papaverin,

Klordiazepoksid

NO KELAS TERAPI NAMA GENERIK OBAT INDIKASI

JUMLAH TIAP

CATATAN JENIS OBAT PER

PASIEN

I Obat Saluran Cerna A. Antasida + sedatif/ spasmodic

Hiperasiditas lambung, Maksimal 20 tablet

1. Al. oksida, Mg. trisilikat +

Papaverin HCl, gastritis yang disertai

Klorfiazepoksid dengan ketegangan

2. Mg. trisilikat, Al. oksida +

Papaverin HCl + Klordiazepoksid + Diazepam + Sodium Bikarbonat 3. Mg. trisilikat, Al. hidroksida + Papaverin HCl, Diazepam 4. Mg. Al. silikat + Beladona + poksid + Diazepam

Hipermotilitas dan kejang Maksimal 20 tabel

5. Al. oksida, Mg. oksida +

Hiosiamin HBr, Atropin saluran cerna akibat

SO4, Hiosin HBr hiperasiditas lambung

6. Mg. trisilikat, Al. dengan gastritis

JUMLAH TIAP

NO KELAS TERAPI NAMA GENERIK OBAT INDIKASI JENIS OBAT PER CATATAN

PASIEN 11. Mg. trisilikat, akukol + Papaverin HCl, Beladona, Klordiazepoksid B. Antispasmodic +Analgesik Metampiron, Hiosine butilbromid, Diazepam

II Obat mulut dan Heksitidin Sariawan, radang Maksimal 1 botol

tenggorokan tenggorokan

III Obat saluran nafas A. Obat Asma

Aminofilin supositoria Asma Maksimal 3 Pemberian obat asma hanya atas dasar

B. Sekretolitik, Mukolitik

supositoria pengobatan ulangan dari dokter

Bromheksin Mukolitik Maksimal 20 tablet

IV Obat yang A. Analgetik Antipiretik

Sirup 1 botol

mempengaruhi

sistem

1. Glafenin Sakit kepala/gigi Maksimal 20 tablet

neuromuskular

2. Metampiron + Sakit kepala yang disertai Maksimal 20 tablet

V Antiparasit Obat Cacing

Ketegangan

Mebendazol Cacing kremi, tambang, Maksimal 6 tablet,

telang, cambuk sirup 1 botol

VI Obat kulit tropical Anti fungi

Lampiran 7. Denah Ruangan Apotek Rini

Lampiran 10. Contoh Kuitansi

UNIVERSITAS INDONESIA

KAJIAN PERESEPAN SITIKOLIN PADA BULAN

NOVEMBER 2012 DI APOTEK RINI

TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

NITA KARTIKA, S.Farm.

1206313425

ANGKATAN LXXVI

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK

JUNI 2013

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ... i DAFTAR ISI ... ii DAFTAR TABEL ... iv DAFTAR GAMBAR ... v 1. PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Tujuan ... 2 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 3 2.1 Sitikolin ... 3 2.1.1 Struktur Kimia Sitikolin dan Kolin ... 3 2.1.2 Farmakologi ... 3 2.1.3 Mekanisme Kerja ... 4 2.1.4 Farmakokinetik ... 5 2.1.5 Indikasi ... 5 2.1.6 Efek Samping ... 6 2.1.7 Perhatian dan Peringatan ... 6 2.1.8 Dosis dan Cara Pemakaian ... 7 2.1.9 Sediaan ... 7 2.1.10 Nama Dagang ... 7

3. METODOLOGI TUGAS KHUSUS ... 8 3.1 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan ... 8 3.2 Prosedur Pelaksanaan ... 8

4. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 9 4.1 Hasil Perolehan Resep ... 9 4.1.1 Jumlah Resep yang Mengandung Sitikolin ... 9 4.1.2 Resep yang mengandung Sitikolin ... 9

4.2 Analisa Resep dan Pembahasan ... 10 4.3 Perbandingan Jumlah Obat Sitikolin Generik dan Paten ... 14 4.4 Perbandingan Kombinasi Obat Sitikolin ... 15

5. KESIMPULAN DAN SARAN ... 16 5.1 Kesimpulan ... 16 5.2 Saran ... 17

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Jumlah sampling resep yang mengandung sitikolin

periode November 2012 di Apotek Rini ... 19 Tabel 4.2 Persentase lembar resep yang berasal dari dokter

spesialis saraf atau neurolog dan bukan berasal dari

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur kimia sitikolin ... 3 Gambar 2. Struktur kimia kolin ... 3 Gambar 3. Presentase resep yang mengandung sitikolin dalam

bentuk paten dan sitikolin dalam bentuk generik ... 20 Gambar 4. Presentase Sitikolin dalam bentuk injeksi dan tablet pada

obat paten maupun generik ... 20 Gambar 5. Presentasi kombinasi obat saraf dan non-saraf dengan

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sitikolin merupakan suplemen atau vitamin untuk saraf yang diberikan oleh dokter. Sitikolin atau sitidin difosfokolin (CDP-choline) adalah mononukleotida yang terdiri dari ribosa, sitosin, pirofosfat, dan kolin, yang merupakan senyawa endogen yang berperan sebagai perantara dalam sintesis fosfolipid membran sel. Selain itu sitikolin juga merupakan sumber kolin eksogen untuk sintesis asetilkolin.

Secara luas sitikolin digunakan untuk pengobatan gangguan neurologis dengan mekanisme memperbaiki membran saraf melalui peningkatan sintesis fosfatidilkolin dan efeknya sebagai neuroprotektor. Gangguan neurologis yang dapat diterapi dengan sitikolin antara lain seperti Alzheimer, Parkinson, stroke, iskemik serebri, trauma cedera kepala, dan beberapa penelitian juga mengemukakan bahwa sitikolin dapat juga digunakan untuk penderita ADHD

Attention Deficit Hyperactive Disorder) (Qureshi, et al., 2010; Renshaw, 2008;

Alvarado, 2004). Dosis terapi sitikolin yang digunakan berbeda-beda bergantung pada penyakit yang diderita oleh pasien.

Sitikolin seharusnya diresepkan oleh dokter yang terkait dengan bidang saraf seperti dokter spesialis saraf atau neurolog, namun saat ini banyak dokter memberikan resep sitikolin yang tidak memiliki keahlian di bidang saraf. Pemberian sitikolin pada anak-anak juga perlu diperhatikan. Sejumlah dokter meresepkan sitikolin untuk anak-anak dengan diagnosa ADHD (Attention Deficit

Hyperactive Disorder). Hal ini perlu perhatian yang lebih besar karena pada

umumnya anak-anak memang masih senang bermain dan sulit berkonsentrasi atau untuk mendapatkan perhatiannya khususnya saat belajar. Untuk membedakan hal tersebut diperlukan keahlian khusus. Hal ini dijadikan sebagai dasar pemilihan obat yang akan dikaji penggunaannya dalam resep yang ada di Apotek Rini.

1.2 Tujuan

Tujuan dari analisa resep sebagai tugas khusus ini adalah :

a. Mengetahui jumlah total dan persentase resep yang mengandung sitikolin pada periode November 2012 di Apotek Rini.

b. Mengetahui apakah resep yang mengandung sitikolin berasal dari dokter ahli di bidang saraf atau tidak.

c. Mengetahui kombinasi obat yang diberikan bersamaan dengan sitikolin. d. Mengetahui kecenderungan jenis penyakit yang menggunakan sitikolin. e. Mengetahui persentase atau perbandingan obat sitikolin yang diberikan antara

obat generik maupun patennya.

f. Mengetahui persentase atau perbandingan antara kombinasi obat sitikolin dengan obat saraf lainnya dan kombinasi sitikolin dengan obat lain non saraf.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sitikolin

2.1.1 Struktur Kimia Sitikolin dan Kolin

N N NH2 O H CH2 H OH OH H H O O P O O -O P O O O -(CH2)2 N+ CH3 CH3 CH3

[Sumber : Qureshi, et al., 2010]

Gambar 1. Struktur kimia sitikolin

HO (CH2)2 N+

CH3

CH3 CH3

[Sumber : Qureshi, et al., 2010]

Gambar 2. Kolin

2.1.2 Farmakologi

Sebuah penelitian menunjukkan sitikolin dapat meningkatkan aliran darah dan konsumsi O2 di otak pada pengobatan gangguan serebrovaskular sehingga dapat memperbaiki gangguan kesadaran. Selain itu, sitikolin dapat memperbaiki integritas sawar darah otak sehingga dapat mengurangi edema serebral vasogenik. Penelitian lain juga menyebutkan bahwa pemberian sitikolin dapat mencegah

terjadinya pemecahan asam lemak dan meningkatkan sintesis fosfolipid (Secades, 2006).

2.1.3 Mekanisme Kerja

Mekanisme kerja dari sitikolin adalah sebagai prekursor sintesis fosfolipid. Kondisi dimana kurangnya marker biokimia transmisi saraf kolinergik ditandai dengan degenerasi neuron kolinergik, seperti penyakit Alzheimer. Penggunaan sitikolin dapat meningkatkan fungsi kognitif penyakit Alzheimer dengan berperan sebagai prekursor asetilkolin. Otak menggunakan kolin untuk mensintesis asetilkolin. Ketika jumlah asetilkolin yang diperlukan meningkat sedangkan jumlah kolin dalam otak rendah maka fosfolipid dalam membran saraf dikatabolise untuk menyuplai kolin yang diperlukan kemudian disintesis menjadi asetilkolin. Oleh karena itu sumber kolin eksogen (sitikolin) dapat membantu menjaga integritas struktur dan fungsi dari mebran saraf (Conant, 2004; Qureshi, 2010). Efek neuroprotektif dan menstabilkan membran saraf yang dihasilkan oleh sitikolin juga telah terbukti berhasil untuk mengobati penyakit Parkinson (Qureshi, 2010).

Sitikolin telah diteliti sebagai terapi untuk penderita stroke dan iskemia serebri. Mekanismenya adalah dengan memperbaiki membran saraf melalui peningkatan sintesis fosfatidilkolin, memperbaiki saraf kolinergik yang rusak melalui potensiasi produksi asetilkolin, dan mengurangi penumpukan asam lemak bebas yang ada pada lokasi stroke atau iskemia yang disebabkan oleh kerusakan saraf. Sitikolin dapat melindungi saraf kolinergik dengan proses dimana membran fosfolipid dikatabolisme menjadi kolin untuk mensitesis asetilkolin. Hal ini terjadi jika jumlah kolin terbatas sehingga fosfolipid harus dipecah untuk mempertahankan neurotransmisi. Sebagai sumber kolin eksogen untuk memproduksi asetilkolin, sitikolin dapat mencegah kematian sel saraf (Conant, 2004).

Penelitian juga telah menunjukkan bahwa trauma kepala atau cedera pada otak juga dapat diterapi dengan menggunakan sitikolin. Cedera otak dapat menurunkan produksi membran sel fosfolipid, yang akan menghasilkan akumulasi cairan sel intraselular, yang dapat mengakibatkan edema sitotoksik dan

kemungkinan kerusakan pada barrier hematoencephalic. Sitikolin dapat digunakan untuk terapi ini karena perannya sebagai prekursor dalam sintesis membran fosfolipid pada saraf (Qureshi, 2010).

Penelitian menunjukkan bahwa hasil fMRI (Fungtional Magnetic

Resonance Imaging), pasien ADHD (Attention Deficit Hyperactive Disorder)

Dokumen terkait