• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

B. Saran

Karena penelitian ini hanya di fokuskan pada metode pembelajaran saxophone saja , maka peneliti menyarankan agar pembaca yang memiliki minat terhadap pembelajaran saxophone dapat melakukan penelitian lebih lanjut tentang pembelajaran saxophone baik di SMK N 2 Kasihan Bantul maupun di tempat pendidikan formal atau non-formal lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, A. (2003). Psikologi Umum. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Arikunto. (1992). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Banoe, P. (2003). Kamus Musik. Yogyakarta: Kanisius.

Budiningsih, A. (2005 ). Belajar dan Pembelajaran . Jakarta: Rineka Cipta. Bungin, B. (2001). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo

Persada.

Bungin, B. (2007). Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial Budaya. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Djamarah, S. B. (2000). Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta.

Gerungan, W. A. (1966). Psychologi Sosial. Bandung: PT. Eresco.

Hamalik, O. (1994). Kurikulum dan Pembelajaran . Jakarta: PT. Bumi Aksara. Hasibuan, S. (t.thn.). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Bumi

Aksara.

Hopkin, B. (1996). Musical Instrument Design. Tucson Arizona: See Sharp Press. Hutabarat, D. (1986). Cara Belajar. Jakarta : Gunung Mulia.

Irawan, P. (2006). Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif untuk ilm-ilmu sosial. Jakarta: DIA FISIP UPI.

Isjoni, H. (2010). Model Pembelajaran Anak Usia Dini. Jakarta: Gunung Mulia. Jamalus, D. (1981). Metode Pembelajaran Musik. Jakarta: Proyek Pengembangan

Khan, Y. (2010). Pendidikan Karakter Berbasis Potensi Diri. Yogyakarta: Pelangi Publishing.

Kholil, S. (2006). Metodologi Penelitian Komunikasi . Bandung: Citapustaka Media.

Miles, M. &. (1992). Analisis Data Kualitatif. Jakarta: PT. Gramedia Pusaka Utama.

Moleong, L. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung: Remaja Rosdakarya.

Muhaimin, M. (1996). Strategi Belajar Mengajar. Surabaya: CV. Citra Media. Muhsin, W. S. (2008). Teknologi Informasi Perpustakaan. Yogyakarta: Kanisius. Mukminan. (2004). Desain Pembelajaran. Yogyakarta: Program Pascasarjana

(Universitas Negeri Yogyakarta).

Mulyasa, E. (2008). Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara. Pasaribu, I. d. (1982). Pendidikan Nasional: Tinjauan Pedagogis Teoritis.

Bandung: Tarsito.

Sagala, S. (2005). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: CV. Alfabeta. Sanjaya, W. (2008). Perencanaan dan Desain sistem pembelajaran. Jakarta:

Kencana.

Sudjana, N. (2005). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Sugihartono, d. (2007). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press. Sugiyono. (2006). Teknik Penelitian. Yogyakarta: Pines.

63

 

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suprayoga, I. d. (2001). Metodologi Penelitian Sosial Agama. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Supriyanto, I. (2008). Metode Pembelajaran ANsambel Drum Anak-Anak DR. Ensemble Surakarta. Yogyakarta: FBS (Universitas Negeri Yogyakarta). Surachmad, W. d. (1961). Metodologi Pengadjaran. Djakarta: UI Press.

Suryobroto. (1986). Metode Pengajaran di Sekolah dan Pendekatan Baru dalam Proses Belajar-Mengajar. Yogyakarta: Amarta.

Suryosubroto, B. (2002). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Teal, L. (1963). The Art Of Saxophone Playing. USA: Alfred Music. Utomo, B. (2011). Tekhnik Dasar Saxophone. Bandung: CV. Alfabeta.

Yuwono, Y. E. (2011). Metode Pembelajaran Musik Ensembel yang Diterapkan Dalam Komunitas (Pe)musik Akustik B-01 di Gereja Benteng Yogyakarta. Yogyakarta: FBS (Universitas Negeri Yogyakarta).

LAM PI RAN 1

PEDOMAN OBSERVASI 1. Tujuan

Observasi dilakukan untuk mengetahui metode pembelajaran yang digunakan pada pembelajaran saxophone di SMK N 2 Kasihan Bantul.

2. Pembatasan

Fokus penelitian pada proses pembelajaran yang diterapkan pada pembelajaran saxophone di SMK N 2 Kasihan Bantul. Aspek-aspek yang diamatri meliputi tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, evaluasi dan langkah-langkah pembelajaran.

3. Tabel 2. Kisi-kisi observasi

No. Aspek yang diamati Hasil Pengamatan

1. Tujuan pembelajaran -

2. Materi pembelajaran -

3. Metode pembelajaran -

4. Evaluasi pembelajaran -

5. Langkah-langkah pembelajaran -

No. Aspek yang diteliti Hasil Penelitian

1. Materi pembelajaran -

2. Metode pembelajaran -

3. Sarana / prasarana pembelajaran - 4. Langkah-langkah pembelajaran -

LAM PI RAN 2

PEDOMAN WAWANCARA 1. Tujuan

Tujuan dari studi wawancara adalah untuk mencari., mengetahui dan mengelola data secara lisan melalui tanya-jawab secara mendalam dengan responden dan untuk mendapatkan data-data yang valid guna memperkuat penelitian sehingga memperkuat pertanyaan. Wawancara dilaksanakan untuk mengetahui dan memperoleh data yang relevan tentang proses pembelajaran saxophone di SMK N 2 Kasihan Bantul.

2. Pembatasan

a. Dalam pelaksanaan wawancara, dibatasi oleh beberapa hal yaitu : 1) Sejarah dan perkembangan SMK N 2 Kasihan Bantul.

2) Tujuan pembelajaran yang diterapkan di SMK N 2 Kasihan Bantul. 3) Materi pembelajaran yang diberikan di SMK N 2 Kasihan Bantul. 4) Metode pembelajaran yang diterapkan di SMK N 2 Kasihan Bantul. 5) Evaluasi pembelajaran yang diterapkan di SMK N 2 Kasihan Bantul. b. Responden atau narasumber

1) Kepala sekolah SMK N 2 Kasihan Bantul. 2) Guru pembimbing saxophone

66   

3. Tabel 3. Kisi-kisi wawancara

No. Aspek yang diamati Hasil Pengamatan

1. Tujuan pembelajaran -

2. Materi pembelajaran -

3. Metode pembelajaran -

4. Evaluasi pembelajaran -

5. Langkah-langkah pembelajaran -

No. Aspek yang diwawancara Kisi-kisi pertanyaan 1. Sejarah berdirinya SMK N 2 Kasihan

Bantul

a. Awal mula berdirinya SMK N 2 Kasihan Bantul.

b. Kurikulum yang digunakan SMK N 2 Kasihan Bantul.

c. Pembelajaran yang ada di SMK N 2 Kasihan Bantul.

2. Metode pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran saxophone.

a. Metode apa saja yang digunakan dalam pembelajaran saxophone di SMK N 2 Kasihan Bantul.

b. Dengan metode tersebut,

pembelajaran sudah berhasil atau belum.

3. Kendala-kendala yang dihadapi dalam pembelajaran saxophone.

a. Kendala apa saja yang dihadapi selama proses pembelajaran saxophone di SMK N 2 Kasihan

b. Cara mengahadapi perbedaan kemampuan siswa memainkan saxophone.

4. Materi yang digunakan dalam proses pembelajaran saxophone.

a. Etude atau lagu-lagu apa saja yang dipelajari selama proses

pembelajaran saxophone. b. Apakah etude atau lagu-lagu

tersebut sudah memenuhi standar pembelajaran saxophone?

5. Proses pembelajaran saxophone a. Proses awal kegiatan pembelajaran saxophone.

b. Proses selama berlangsungnya pembelajaran saxophone. c. Proses akhir pembelajaran

LAM PI RAN 3

Wawancara dengan Bapak Drs. Gempur Irianto pada hari Sabtu 1 Agustus 2015. P : Pertanyaan

J : Jawaban

P : “Selamat siang pak Gempur, saya akan ngobrol-ngobrol menanyakan beberapa hal untuk membantu penelitian saya pak.”

J : “Baik silahkan”

P : “Menurut survei saya pembelajaran saxophone tidak ada sejak awal berdirinya SMM (peneliti menyebut SMK N 2 Kasihan Bantul dengan sebutan lama), sejak kapan pembelajaran instrumen saxophone ada di SMM ?”

J : “Ya benar, mulai membuka jurusan saxophone itu mulai tahun emmmm 2005 nah itu mulai dibuka jurusan saxophone. Awal pertama dulu hanya 4 siswa yang mendaftar saxophone.”

P : “Oh sedikit ya pak, tapi dengan berkembangnya jaman dan semakin kesini siswa saxophone mulai benyak ya pak?”

J : “Dengan berkembangnya jaman mulai semakin banyak, nah sekarang kan saxophone kan termasuk instrumen yang komunikatif dan prestige ya. Tahun ini peminat saxophone makin banyak dan untuk kelas X sekarang diterima 12 siswa saxophone, jadi ini mulai mengalami peningkatan yang signifikan.”

P : “Oh iya pak, kenapa berdirinya saxophone di SMM ini tahun 2005?”

J : “Karena ya perkembangan jaman, karna kan saxophone itu alat yang komunikatif, dan di dunia kerja sudah sangat diperlukan saxophone. Dan antusias masyarakat dengan saxophone itu meningkat. Maka dari itu SMM membuka jurusan saxophone.” P : “Mengalami peningkatan yang banyak ya pak, berarti sejak pertama ada

pembelajaran saxophone di SMM ini pak Gempur sudah menjadi pengajarnya?” J : “Iya, benar iya.”

P : “Menurut bapak apa tujuan dari pembelajaran saxophone di SMM ini, pak?”

J : “Ya selain bisa membunyikan instrumen saxophone ini siswa harus bisa membaca notasi musik, karena itu penting. Nah, lebih pentingnya lagi pemain saxophone tu harus pandai berimprovisasi, kan instrumen ini masuk dalam kategori instrumen modern jadi harus bisa berimprovisasi, begitu....”

P : “Jadi sebenarnya yang menjadi pokok pembahasan adalah metode yang bapak gunakan dalam pembelajaran saxophone ini seperti apa, karena menurut survei siswa saxophone lulusan SMM bisa bermain saxophone dengan baik?”

J : “Baik, pertanyaan yang bagus sekali. Di Indonesia ini pada awalnya hanya ada 2 SMM, Jogja dan Medan. Kemudian perkembangan jaman muncul beberapa SMM baik yang negeri atau swasta. Nah, khusus yang di SMM ini kan basicnya adalah klasik, nah oleh karena itu hasil dari SMM Jogja rata-rata lebih bagus, karena gradenya lebih tinggi dibandingkan dengan SMM lainnya, karena SMM yang lain basicnya pop. Jadi untuk siswa saxophone di SMM ini memang diajarkan dengan dasar klasik. Selain itu saya juga selalu mensupport siswa untuk selalu berlatih mandiri, karna kan saya tidak bisa selalu ngecek setiap saat. Jadi siswa tetap saya anjurkan untuk berlatih mandiri dengan iringan band atau piano supaya solfesnya terasah.”

69   

P : “Oh iya pak berbeda ya berarti, terus menurut bapak dengan metode tersebut sudah berhasil?”

J : “Ya, jadi memang semua untuk artis ya, yang belajar otodidak biasanya kembali lagi ke memperdalam dengan basic klasik, itu akan jauh beda dengan yang hanya belajar secara otodidak.”

P : “Kalau kurikulum yang digunakan di SMM itu apa pak?”

J : “Jadi untuk di SMM ini digunakan kurikulum ABRSM, acuannya disitu. Nah tetapi juga disesuaikan dengan muatan lokal, untuk matematika, Bahasa Indonesia, pelajaran umum lainnya disini menggunakan kurikulum pada umumnya.”

P : “Baik pak, terus kendala apa saja yang dihadapi selama proses pembelajaran saxophone di SMM?”

J : “Yang pertama, yaaa.. kendalanya adalah alat, karna kan alat ini relatif lebih mahal ya daripada alat-alat yang lain. Walaupun sekarang ada juga tersedia alat-alat yang harganya terjangkau. Pada awalnya itu memang kendala tapi sekarang sudah mulai bisa teratasi, tidak ada masalah, karna mungkin tingkat ekonominya semakin meningkat ya. Dan sekolah juga menyediakan beberapa alat tidak banyak untuk membantu yang belum mempunyai alat. Selain itu juga kemauan siswa untuk berlatih itu juga menjadi kendala yang besar.”

P : “Bagaimana cara bapak menghadapi perbedaan kemampuan siswa dalam memainkan saxophone?”

J : “Ya tentu saja setiap siswa kemampuannya berbeda ya, musikalitas juga berbeda, nah untuk itu dalam proses kegiatan belajar mengajar ini ada eemm dibagi sesuai tingkat kesulitannya sesuai kemampuannya, kemudian ada waktu tersendiri untuk bergabung.”

P : “Etude-etude dan lagu-lagu apa saja yang dipelajari?”

J : “Ya jadi disini itu untuk basic kan klasik jadi untuk pembelajaran etudenya memakai Royal School, selain itu juga bisa dikembangkan dengan etude pop / jazz. Nah untuk kelas 3 nanti sudah murni belajar memainkan lagu jazz, walaupun tetap memainkan beberapa pieces lagu yang mengambil dari lagu klasik.”

P : “Kenapa etude yang digunakan standar klasik pak? Kenapa tidak standar pop / jazz gitu pak?”

J : “Ya, jadi kan untuk klasik itu kan memang dituntut untuk ketapatan bidik nada, intensitas nada, dan pembentukan tone color, itu tidak sekedar bunyi tetapi memang diproduksi sebaik mungkin., untuk itu mempergunakan teknik-teknik dengan cara baik dan benar.”

P : “Oh baik pak, jadi secara otomatis etude-etude tersebut sudah memenuhi standar pembelajaran saxophone ya pak?”

J : “Iya sudah standar, bahkan standar Internasional karna kan menggunakan kurikulum ABRSM ya.”

P : “Apakah etude-etude dan lagu-lagu disesuaikan dengan kemampuan siswa saxophone di SMM?”

J : “Pembagian lagu pada tiap mahasiswa itu berbeda. Tidaklah mungkin tiap mahasiswa memiliki kemampuan bermain saxophone yang sama, pasti berbeda-beda. Berdasarkan tingkat kemampuan merekalah saya membagi bahan-bahan lagu untuk ujian akhir. Tiap mahasiswa bertanggung jawab terhadap bahan lagunya masing-masing.”

P : “Judul etude yang dipakai apa pak?”

J : “Untuk pembelajaran kita menggunakan etude Royal School dari ABRSM dan Universal Method.”

J : “pertama memang royal school itu jelas sudah standar ya, bahkan standar internasional, selain itu etude itu juga melatih penjarian karena nada-nadanya punya interval yang ekstrim. Dari C atas langsung ke C bawah gitu. Kalau Universal Method itu sebenernya dipakai belum lama, itu etudenya gruping-gruping gitu jadi melatih penjarian dan speed dalam memainkan saxophone.”

P : “Menurut bapak bagaimanakah posisi yang baik membawa saxophone saat berdiri ?” J : “Simpel saja, berdiri wajar saja, kepala agak merunduk tapi pandangan mata lurus

kedepan, saxophone agak dimiringkan ke kiri dengan menempelkan bagian bawah saxophone pada pinggul sebelah kanan. Itu sangat membantu keleluasaan gerak jari-jari dan menjaga supaya saxophone tidak banyak bergerak pada waktu dimainkan. P : “Bagaimana proses pembelajaran saxophone di SMM?”

J : “Dalam pembelajaran saxophone pada pelajaran instrumen pilihan tiup saxophone , siswa harus melakukan beberapa tahapan sebelum memainkan saxophone yaitu pemanasan, etude dan scale, kemudian masuk ke dalam pembahasan lagu, yang terakhir latihan pengiring. Hal ini dilakukan diluar jam mata pelajaran tiup khususnya saxophone. Selain itu proses awal untuk belajar saxophone utamanya harus mengetahui organologi, pengenalan sejarah instrumen, kemudian selanjutnya di.. emm.. sampaikan produksi suara, posisi membawa instrumen, posisi ambasir, fingering, nah jadi setiap level mempunyai tingkat kesulitan tersendiri.”

P : “Oke pak, beberapa kali saya observasi bapak sering mengadakan pembelajaran di gazebo atau luar kelas, apakah itu salah satu metode bapak?”

J : “Baik, memang untuk belajar itu tidak harus di dalam ruangan karena kadang-kadang untuk suara atau tone itu akan berbeda antara di dalam dengan di luar ruangan. Untuk itu akustik sangat berpengaruh terhadap musik. Selain itu ketika diluar ruangan siswa juga akan terasah powernya. Ya tapi selain itu memang saya lebih suka ngobrol, jadi supaya siswa terbuka sama saya apa yang menjadi hambatannya. Nah, darisitu kan saya bisa tau dan memberi solusi. Saya sih lebih suka siswa saya jadikan seperti teman biar lebih nyaman dan akhirnya saya bisa menyampaikan materi dengan mudah dan bisa diterima dengan baik.”

P : “Oh jadi begitu pak. Baik pak sekian wawancara dari saya, terimakasih atas bantuannya.”

71   

Draft Wawancara Murid Saxophone Kelas 2 Wawancara dengan Bimo pada hari Rabu, 5 Agustus 2015.

P : Pertanyaan J : Jawaban

P : “Halo.. Saya Guntur. Saya minta bantuan ya. Tolong jawab pertanyaan yang saya ajukan untuk memenuhi penelitian skripsi saya ya dek.”

J : “Hei kak. Oke kak.”

P : “Langsung mulai aja ya. Apakah menurut anda dengan metode-metode pak Gempur sudah berhasil?”

J : “Berhasil sih kak, Cuma kadang tu pak Gempur ngajarnya nggak sesuai jadwal. Jadi sewaktu-waktu kalau dia udah bawa saxo di gazebo, udah deh itu panggilan untuk praktek.”

P : “Kendala apa saja yang dihadapi selama proses pembelajaran saxophone di SMM?”

J : “Kendalanya sih kalau sekarang lebih ke alat kak, dulu pas belum punya harus minjem sekolah, trus juga alat sekolah itu kalau mau dipinjem ribet. Kalau sekarang sih tempat praktek tu panas kak. Coba tiap ruang praktek di kasih AC mesti nyaman. Hahahaha”

P : “Hahaha.. Bagaimana cara anda menghadapi perbedaan kemampuan siswa dalam memainkan saxophone?”

J : “Kita sih menyesuaikan satu sama lain kak, selebihnya pak Gempur yang mengatur”

P : “Etude-etude dan lagu-lagu apa saja yang dipelajari?”

J : “Etude pake Royal School sama Universal Method kak, trus lagunya aku baru belajar Spain sih sama lagu-lagu dari Real Book”

P : “Dengan etude klasik yang digunakan apakah efektif dalam pembelajaran saxophone?”

J : “Ya membantu kak, emang keharusan ya baca etude itu. Dan melatih intonasi sama membiasakan baca sih biar primavistanya bagus.”

P : “Apakah etude-etude dan lagu-lagu disesuaikan dengan kemampuan siswa saxophone di SMM?”

J : “Etudenya sih kita bawain nomer yang sama, kalau lagunya itu kak beda-beda.” P : “Bagaimana proses pembelajaran saxophone di SMM?”

J : “Dulu diajari ambasir yang bener, cara pegang yang bener, penjarian, gitu sih kak. Abis itu ya terus diajari teknik, tangga nada, baca etude, terus ke lagu deh kak.” P : “Menurut kamu belajar di gazebo atau luar kelas adalah salah satu metode yang

efektif?”

J : “Kalau waktunya pas sih enak di gazebo kak, kalau pas istirahat itu lho kadang rame banget, jadi ngga pas. Tapi sebenernya enak kak, adem, nyantai.. Haha..

P : “Menurut anda bagaimana meningkatkan kuantitas berlatih?”

J : “Kalau aku sih pembiasaan kak, tiap pagi ya long note, abis itu baca etude, jadi tiap kita praktek sama pak Gempur itu akan ditambah materinya ga cuma bahas materi pertemuan kemarin.”

Wawancara dengan Coy pada hari Rabu, 5 Agustus 2015. P : Pertanyaan

J : Jawaban

P : “Halo.. Saya Guntur. Saya minta bantuan ya. Tolong jawab pertanyaan yang saya ajukan untuk memenuhi penelitian skripsi saya ya dek.”

J : “Halo mas.”

P : “Langsung mulai aja ya. Apakah menurut anda dengan metode-metode pak Gempur sudah berhasil?”

J : “Berhasil sih mas. Praktek sama pak Gempur tuh santai mas.”

P : “Kendala apa saja yang dihadapi selama proses pembelajaran saxophone di SMM?”

J : “Kendalanya sih ya kemauan untuk latian itu mas, tapi selain itu pelajaran umumnya tu sampe sore, trus nanti disusul orkes dan latian lainnya sampai malem, jadi untuk latian sendiri itu malah kadang susah mas mau kapan.”

P : “Bagaimana cara anda menghadapi perbedaan kemampuan siswa dalam memainkan saxophone?”

J : “Dari pak Gempurnya sih mas yang meneysuaikan murid-muridnya, jadi saya sih tinggal ngikut aja”

P : “Etude-etude dan lagu-lagu apa saja yang dipelajari?”

J : “Etudenya pake Royal School sama Universal Method mas, trus lagunya aku baru belajar Confirmation dari Charlie sama beberapa lagu dari Real Book sih”

P : “Dengan etude klasik yang digunakan apakah efektif dalam pembelajaran saxophone?”

J : “Efektif mas, jadi ketika kita main lagu, teknik kita sudah terasah dari etude itu” P : “Apakah etude-etude dan lagu-lagu disesuaikan dengan kemampuan siswa

saxophone di SMM?”

J : “Iya mas dibedakan. Eh tapi kalo etude sama sih mas. Cuma mlagu aja yang beda.”

P : “Bagaimana proses pembelajaran saxophone di SMM?”

J : “Yaa awalnya dulu diberi tau soal organologinya mas, trus cara meniup, membawa, penjarian, trus baca etude, trus lagu gitu mas.”

P : “Menurut kamu belajar di gazebo atau luar kelas adalah salah satu metode yang efektif?”

J : “Efektif mas, jadi bisa sekalian melatih power. Kalo di dalem ruangan kan suaranya kepentok ama tembok mas, kalo outdoor kan suaranya bisa los.”

P : “Menurut anda bagaimana meningkatkan kuantitas berlatih?”

J : “Kita jadwalkan aja mas, jadi pagi long note trus latian etude trus abis itu latian lagu abis itu sorenya latian bareng band apa orkes tiup atau orkestra gitu mas”

P : “Ya. Baiklah. Terima kasih ya atas jawabannya. Semangat latihan. Sukses terus.” J : “Oke mas. Sukses skripsinya.”

73   

Draft Wawancara Murid Saxophone Kelas 2 Wawancara dengan Pasia pada hari Selasa, 4 Agustus 2015.

P : Pertanyaan J : Jawaban

P : “Halo.. Saya Guntur. Saya minta bantuan ya. Tolong jawab pertanyaan yang saya ajukan untuk memenuhi penelitian skripsi saya ya dek.”

J : “Kenalan dulu mas, saya Pasia.

P : “Langsung mulai aja ya. Apakah menurut anda dengan metode-metode pak Gempur sudah berhasil?”

J : “Ya berhasil mas, kalau nggak berhasil ya nggak mungkin bisa main-main gini mas. Hahaha...

P : “Kendala apa saja yang dihadapi selama proses pembelajaran saxophone di SMM?”

J : “Dulu sih saya kendalanya alat, tapi ya setelah punya tak fikir ngga ada kendala mas, yaaa Cuma mau apa enggak latian. Itu aja sih mas”

P : “Bagaimana cara anda menghadapi perbedaan kemampuan siswa dalam memainkan saxophone?”

J : “Kalau saya sih latian mas, biar semakin bagus ya pasti. Tapi kalau menghadapi perbedaannya ya dari pak Gempur sendiri mas, pak Gempur mesti menyesuaikan dari tiap anaknya”

P : “Etude-etude dan lagu-lagu apa saja yang dipelajari?”

J : “Royal School sama Universal Method mas, trus lagunya aku baru belajar Take The Train sama beberapa lagu dari Real Book sih”

P : “Dengan etude klasik yang digunakan apakah efektif dalam pembelajaran saxophone?”

J : “Membantu banget mas, kalau klasik kan tiap nada pitchnya harus tepat ya, kalau jazz kan kadang ada nada yang harus di mleyot-mleyotin tu mas. Jadi klasik itu kalau aku membantu melatih intonasi sama speed sih mas”

P : “Apakah etude-etude dan lagu-lagu disesuaikan dengan kemampuan siswa saxophone di SMM?”

J : “Kalau etude sih sama mas, tapi kalau untuk lagu beda mas, kita sih milih lagu sendiri trus ntar kita kasiin pak gempur, layak nggak untuk kita, gitu mas.

P : “Bagaimana proses pembelajaran saxophone di SMM?”

J : “Dulu diajari cara niup yang bener, cara pegang bener, penjarian, cara masang reed yang bener, pembentukan suara yang bener, ya gitu gitu mas. Abis itu sih diajarin tangga nada trus posisi-posisi nada gitu mas, trus ya biasanya baca etude gitu mas” P : “Menurut kamu belajar di gazebo atau luar kelas adalah salah satu metode yang

efektif?”

J : “Lebih santai sih mas, jadi ga spaneng.”

P : “Menurut anda bagaimana meningkatkan kuantitas berlatih?”

J : “Cari-cari lagu atau repertoar yang susah aja mas, kan dari situ kita terpacu untuk latian terus mas.”

P : “Ya. Baiklah. Terima kasih ya atas jawabannya. Semangat latihan. Sukses terus.” J : “Siip mas. Sukses skripsinya.”

Wawancara dengan Putut pada hari Selasa, 4 Agustus 2015. P : Pertanyaan

J : Jawaban

P : “Halo.. Saya Guntur. Saya minta bantuan ya. Tolong jawab pertanyaan yang saya ajukan untuk memenuhi penelitian skripsi saya ya dek.”

J : “Iya mas. Saya Putut, oke mas.”

P : “Langsung mulai aja ya. Apakah menurut anda dengan metode-metode pak Gempur sudah berhasil?”

J : “Kebanyakan berhasil sih mas, aku banyak mengalami perkembangan dengan metode pembelajaran yang dibawakan pak Gempur.”

Dokumen terkait