• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI PENUTUP

B. Saran

Terlepas dari semua kegemilangan maupun kontroversinya, gagasan Tan Malaka adalah pemikiran anak bangsa yang ditujukan untuk kemajuan bangsanya. Keseluruhan gagasan Tan Malaka harus diapresiasi sebagia sebuah kesempurnaan oleh budi sehingga menjadi referensi dalah khasanah intelektual.

Dalam konteks kekinian ada dua pilihan untuk melestarikan pemikiran Tan Malaka. Pertama, memopulerkan sebagai kajian akademik, khususnya di perguruan-perguruan tinggi. Gagagsan Tan Malaka akan memperkaya ilmu sosial dan politik yang telah berkembang di Indonesia. Kedua, menjadikannya sebagai rujukan dalam setiap bentuk gerakan masyarakat sipil berdampingan dengan idiologi- idiologi lain.

Gerakan membangun kekuatan politik ektraparelementer dengan mengupayakan lahirnya partai pelopor merupakan jalan yang dapat ditempuh kaum pergerakan saat ini. Ketika semua partai membawa jalan liberalisme, kekuatan ekstra parlementer harus bervisi lain. Hal ini diharapkan melahirkan kekuatan partai pelopor yang mampu membawa negara ke arah yang lebih revolusioner untuk menegosiasikan segala bentuk praktek neo-imperialisme. Berkaca pada pengalaman Persatuan Perjuangan yang gagal menjalankan mesin politiknya, kaum pergerakan yang nasionalis progresif saat ini perlu mengupayakannya. Dengan mempelajari kegagalan pengorganisiran diharapkan lahir gagasan revolusioner yang baru. Inilah bentuk dialektika yang dibutuhkan karena para aktivis yang gagal membangun dialektika akan terkukung dan terkanalkan oleh kemampanan politik yang ternyata membawa pada liberalisme.

Pemikiran Tan Malaka pada tataran filosofis tidak tergantikan meski pada tataran strategis perlu perdebatan lebih dalam, apalagi jika disandingkan dengan dinamika politik saat ini. Namun, di atas semua itu pemikiran Tan Malaka harus tetap dipelajari karena mampu memberi kontibusi bagi kehidupan bangsa dan negara.

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Ahmaddani, et.al., 1984, Pemuda Indonesia: Dalam Dimensi Sejarah Perjuangan Bangsa. Jakarta: Yayasan Sumpah Pemuda.

Ananta Toer, Pramoedya, et.al, 1999, Kronik Revolusi Indonesia Bagian II (1946). Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.

Anderson, Ben, 1988, Revolusi Pemoeda: Pendudukan Jepang dan Perlawanan di Jawa 1944-1946. Terjemahan: Jiman Rumbo. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Anwar, Chairil, 2000, Aku Ini Binatang Jalang. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama..

Benjamin, Jules R, 1994, A Student’s Guide to History. New York: St Martin Press.

Burke, Peter, 2003, Sejarah dan Teori Sosial. Terjemahan: Mestika Zwd dan Zulfami. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Cribb, Robert and Brown, Colin, 1995, Modern Indonesia, A History since 1945. New York: Addison Wesley Longman.

Crouch, Harold, 1986, Militer dan Politik di Indonesia, terjemahan Th. Sumartana. Jakarta: Penerbit Sinar Harapan.

Engelen, O.E., et.al., 1997, Lahirnya Satu Bangsa dan Negara. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.

Esmar, Hendra dan Cahyono, Heru, 2 0 0 0, Jejak Perlawanan Begawan Pejuang Sumitro Djojohadikusumo. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Fraire, Paulo, 1985, Pendidikan Kaum Tertindas, terjemahan Mansour Fakih

dkk. Jakarta: LP3ES.

Frederick, William H. dan Soeroto, Soeri, (eds), 2005, Pemahaman Sejarah Indonesia: Sebelum dan Sesudah Revolusi. Jakarta: LP3ES.

Gie, Soe Hok, 1997, Orang-orang di Persimpangan Kiri Jalan. Yogyakarta: Bentang.

Gottschalk, Louis, 1975, Mengerti Sejarah. Terjemahan Nugroho Notosusanto. Jakarta: Yayasan Penerbit Universitas Indonesia.

Hadiz, Vedi R., 1999, Politik Pembebasan, Teori-teori Negara Pasca Kolonial. Yogyakarta: Insist dan Pustaka Pelajar.

Hardono Hadi, P., 2 0 0 7, Training and Workshop History of Thougt. Yogyakarta: Satu Nama.

Kahim, Audrey R., (ed.), 1989, Pergolakan Daerah pada Awal Kemerdekaan. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.

Kahin, George Mc Turnan, 1995, Refleksi Pergumulan Lahirnya Nasionalisme dan Revolusi di Indonesia. T erjemahan RZ Leireza. Surakarta: UNS Press.

Kartodirjo, Sartono, 1992, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah. Jakarta: Gramedia.

Kertapati, Sidik, 2000, Sekitar Proklamasi 17 Agustus 1945. Jakarta: Yayasan Pembaruan.

Kratz, E. Ulrich (ed.), 2000, Sumber Terpilih Sejarah Sastra Indonesia Abad XX, Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.

Kuntowijoyo, 2002, Metolodologi Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Leclerc, Jaques, 1996, Amir Sjarifuddin: Antara Negara dan Revolusi. Terjemahan: Hersri S. Jakarta: Jaringan Kerja Budaya.

Legge, J.D., 1993. Kaum Intelektual dan Perjuangan Kemerdekaan: peranan kelompok Syahrir. Terjemahan: Hassan Basari. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.

Tan Malaka, 1947, Massa Actie. Terbitan ulang. Jakarta: Penerbit Poestaka Moerba.

______________, 1987, Politik. Penerbitan ulang. Jakarta: Yayasan Massa ______________, 1987, Rentjana Ekonomi Berdjoeang. Penerbitan Ulang.

Jakarta: Yayasan Massa.

______________, 1987, Moeslihat. Penerbitan ulang. Jakarta: Yayasan Massa, ______________, 1999, MADILOG. Materialisme Dialektika Logika. Jakarta:

______________, 2000. Dari Penjara ke Penjara I. Reproduksi dengan penyesuaian ejaan. Jakarta: Teplok Press

______________, 2000. Dari Penjara ke Penjara II. Reproduksi dengan penyesuaian ejaan. Jakarta: Teplok Press

_____________, 2000. Dari Penjara ke Penjara III. Reproduksi dengan penyesuaian ejaan. Jakarta: Teplok Press.

______________, 1964, Gerpolek, Gerilja-Politik-Ekonomi, Bogor: Pustaka Polaris.

Magnis-Suseno, Franz, 1977, Ringkasan Sejarah Marxisme dan Komunisme, Diktat Filsafat Sosial abad ke-19 & 20. Jakarta: Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara.

_____________, 1999, Pemikran Karl Marx. Dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan Revisionisme. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

_____________, 2003, Dalam Bayangan Lenin. Enam Pemikir Marxisme dar Lenin sampai Tan Malaka. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Moedjanto, G., 1 9 8 8 . Indonesia Abad ke-20 jilid 1: Dari Kebangkitan Nasional sampai Linggajati. Yogyakarta: Kanisius, 1988.

Mona, Matu, 2001, Pacar Merah Indonesia: Tan Malaka, Petualangan Buron Polisi Rahasia Kolonial (Buku Pertama). Yogyakarta: Jendela & KITLV.

Mrazek, Rudolf, 1994, Semesta Tan Malaka. Terjemahan: Endi Haryono dan Bhanu Setyanto. Yogyakarta: Bigraf Publishing

______________,1996, Syahrir: Politik dan Pengasingan di

Indonesia.Terjemahan: Mochtar Pabotinggi d k k . . Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Muhaimin, Yahya A, 1982, Perkembangan Militer dalam Politik di Indonesia 1945-1966. Yogyakarta: Gadjahnada Press.

Oshikawa, N., 2000, “Tan Malaka, Berpikir tentang Nasib Gagasan Politik” dalam JB Kristanto (ed) Seribu Tahun Nusantara. Jakarta: Penerbit Harian Kompas.

Poeze, Harry A, 1988. Tan Malaka: Pergulatan Menuju Republik 1897-1925. Terjemahan: Kabul Dewani. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.

____________, 1998. Dari Bung Karno untuk Tan Malaka, Testamen Politik. . Jakarta: Yayasan Massa.

____________, 1999. Tan Malaka: Pergulatan Menuju Republik 1926-1945. Terjemahan: Kabul Dewani. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.

Ricklefs, M.C., 1981, Sejarah Indonesia Modern. T erjemahan Dharmono Hardjowidjono. Yogyakarta: Gadjah Mada University Perss.

Sjahrir, 1994, Perjuangan Kita, Reproduksi dari terbitan asli 1945, Jakarta: Pusat Dokumentasi “Guntur 49”.

Soesastro, Hadi, et.al. (eds). 2005, Pemikiran dan Permasalahan Ekonomi di Indonesia dalam Setengah Abad Terakhir. Jakarta: Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI).

Sudharmono, et.al. 1981, 30 Tahun Indonesia Merdeka 1945 - 1949. Jakarta: PT Tiara Pustaka.

Sulistyo, Hermawan. 2000, Palu Arit di Ladang Tebu: Sejarah Pembantaian Massal yang Terlupakan. (Jombang-Kediri 1965-1966). Terjemahan: Suaedy. Jakarta: Kepustaan Populer Gramedia.

Sundhaussen, Ulf. 1982, Politik Militer Indonesia 1945-1967 Menuju Dwi Fungsi ABRI. Jakarta : LP3ES bekerjasama dengan Oxford University Press.

Suwarno, P.J., 1 9 9 6 , “Negara Republik Indonesia yang Berkedaulatan Rakyat” dalam Banawiratma SJ, Y.B. dan Suwarno, P.J. (ed) Teologi Pemerdekaan: Sebuah Tinjauan Lintas Bidang. Yogyakarta: Kanisius. _____________. 2 0 0 3 , Tatanegara Indonesia: Dari Sriwijaya sampai

Indonesia Modern. Yogyakarta: Penerbitan Universitas Sanata Dharma. Swantoro, P., 2002, Dari Buku ke Buku Sambung Menyambung Menjadi Satu.

Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.

Syamdani, (ed)., 2 0 0 1 , Kontroversi Sejarah di Indonesia. Jakarta: P.T. Grasindo.

Townshend, Jules, 2003, Politik Marxisme. Terjemahan: Ferdinand M. Fuad. Yogyakarta: Penerbit Jendela.

ZelenÍ, Jindrich, 2004, Logika Marx. Terjemahan: Ira Iramanto. Jakarta: Hasta Mitra – Seri Buku Ilmiah. .

B. Majalah dan Surat Kabar

Basis, no.03-04, tahun ke 50, Maret-April 2001. Humaniora Volume XV. Terbitan Tahun 2003. Prisma, no.8, Terbitan Agustus 1977.

Kedaulatan Rakyat, no.88, terbitan 5 Januari 1946. Kedaulatan Rakyat, no.89, terbitan 6 Januari 1946.

Kedaulatan Rakyat, no.90, tahun I. Terbitan 7 Januari 1946. Kedaulatan Rakyat, no.94, tahun I. Terbitan 11 Januari 1946. Kedaulatan Rakyat, no.98, tahun I. Terbitan 16 Januari 1946. Kedaulatan Rakyat, no.104, tahun I. Terbitan 23 Januari 1946. Kedaulatan Rakyat, no.107, tahun I. Terbitan 26 Januari 1946. Kedaulatan Rakyat, no.108, tahun I. Terbitan 28 Januari 1946. Kedaulatan Rakyat, no.109, tahun I. Terbitan 29 Januari 1946 Kedaulatan Rakyat, no.119, tahun I. Terbitan 8 Feburari 1946. Kedaulatan Rakyat, no.120, tahun I. Terbitan 9 Feburari 1946. Kedaulatan Rakyat, no.124, tahun I. Terbitan 13 Feburari 1946. Kedaulatan Rakyat, no.125, tahun I. Terbitan 14 Feburari 1946. Kedaulatan Rakyat, no.129, tahun I. Terbitan 18 Feburari 1946. Kedaulatan Rakyat, no.135, tahun I. Terbitan 25 Feburari 1946. Kedaulatan Rakyat, no.140, tahun I. Terbitan 3 Maret 1946. Kedaulatan Rakyat, no.144, tahun I. Terbitan 7 Maret 1946. Kedaulatan Rakyat, no.145, tahun I. Terbitan 8 Maret 1946. Kedaulatan Rakyat, no.146, tahun I. Terbitan 9 Maret 1946. Kedaulatan Rakyat, no.154, tahun I. Terbitan 17 Maret 1946. Kedaulatan Rakyat, no.157, tahun I. Terbitan 20 Maret 1946.

Kedaulatan Rakyat, no.159, tahun I. Terbitan 22 Maret 1946. Kedaulatan Rakyat, no.160, tahun I. Terbitan 23 Maret 1946. Kedaulatan Rakyat, no.169, tahun I. Terbitan 1 April 1946. Kedaulatan Rakyat, no.172, tahun I. Terbitan 4 April 1946. Kedaulatan Rakyat, no.174, tahun I. Terbitan 6 April 1946. Kedaulatan Rakyat, no.186, tahun I. Terbitan 18 April 1946. Kedaulatan Rakyat, no.208, tahun I. Terbitan 10 Mei 1946. Kedaulatan Rakyat, no.219, tahun I. Terbitan 21 Mei 1946. Kedaulatan Rakyat, no.220, tahun I. Terbitan 22 Mei 1946. Kedaulatan Rakyat, no.223 , tahun I. Terbitan 25 Mei 1946. Kedaulatan Rakyat, no.232, tahun I. Terbitan 3 Juni 1946. Kedaulatan Rakyat, no.233, tahun I. Terbitan 4 Juni 1946. Kedaulatan Rakyat, no.234, tahun I. Terbitan 5 Juni 1946. Kedaulatan Rakyat, no.248, tahun I. Terbitan 29 Juni 1946. Kompas, 1 Januari 2000

C. Internet

Lampiran I

TESTAMEN KAMI

Kemerdekaan adalah hak segala bangsa, dan kolonialisme harus

dihapuskan dari muka bumi karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan. Kami memproklamasikan kemerdekaan Indonesia karna kemauan rakyat dan seusai dengan konstitusi yang mengejawantahkan kehendak rakyat akan Negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Negara Indonesia kini menghadapi segala macam kesulitan yang hanya dapat diatasi oleh rakyat yang benar-benar bersatu dan penuh keberanian di bawah pimpinan yang cakap dan teguh. Sejarah membuktikan bahwa terlaksanaya cita-cita kemerdekaan

tergantung dari kemauan seluruh rakyat untuk mengorbankan segalanya - seperti di tunjukan di Amerika Utara dan Selatan, Eropa Barat, Rusia, Mesir, Turki, dan Cina. Kini telah tiba saatnya untuk menetapkan, kepada siapakah obor

kemerdekaan harus diserahkan, apabila kami tidak lagi dapat meneruskan

perjuangan di tengah rakyat kami. Perjuangan rakyat seterusnya untuk menjamin kemerdekaan harus bertumpu pada persatuan semua lapisan yang menjunjung tinggi Republik seperti tersebut dalam Undang-Undang Dasar. Sesudah lama menimbang dengan seksama dan dengan persetujuan para pemimpin yang bertanggungjawab, maka dengan ini kami nyatakan bahwa pimpinan perjuangan kemerdekaan kami nantinya akan diteruskan oleh : Tan Malaka, Iwa

Koesoemasoemantri, Sjahrir, Wongsonegoro. Hidup Republik Indonesia, hidup rakyat Indonesia.

Jakarta, 1 Oktober 1945 Soekarno, Moh Hatta

Dikutip dari Harry A. Poeze, 1998, Dari Bung Karno Untuk Tan Malaka, Testamen Politik. Jakarta: Yayasan Massa.

Lampiran II

PUTUSAN KONGRES PEMBENTUKAN PERSATUAN PERJUANGAN (PP) Pada tanggal 15-16 Januari di Solo

Dengan ini dihadiri oleh wakil-wakil 141 organisasi politik, sosial, dan ketentaraan, kongres pembentukan Persatuan Perjuangan (PP) di Solo pada tanggal 15-16 Januari 1946 telah mengambil keputusan sebagai berikut:

I. Nama

Badan ini dinamai ”Persatuan Perjuangan” II. Minimum Program

1. Berunding atas pengakuan kemerdekaan 100%

2. Pemerintah rakyat (dalam arti sesuainya haluan pemerintah dengan kemauan rakyat).

3. Tentara rakyat (dalam arti sesuaianya haluan tentara dengan kemauan rakyat).

4. Melucuti tentara Jepang.

5. Mengurusi tawanan bangsa Eropah.

6. Menyita (membeslag, confiscate) dan menyelenggarakan pertanian musuh (kebun).

7. Menyita (membeslag) dan menyelenggarakan perindustrian musuh (pabrik, bengkel, tambang, dll).

III. Organisasi

Organisasi terbagi atas tiga bagian 1. Kongres 2. Sekretariat 3. a. Penyelesaian perselisihan b. Politik 4. Badan Pekerja: a. Ekonomi b. Pertahanan

KEWAJIBAN BADAN PEKERJA

A. Badan pekerja menyelesaikan perselisihan diwajibkan mengurus perselisihan antara kita sama kita. Jika badan ini tidak dapat menyelesaiakan perselisihan, maka pertikaian dimajukan kemuka sekretariat yang terdiri atas pemimpin-pemimpin badan-badan pekerja tersebut. Jika sekretariat tidak dapat meyelesaiakan soalnya, maka perselisihan itu dimajukan kepada kongres sebagai

dewan tertinggi dalam organisasi berselisih harus tunduk kepada keputusan kongres.

B. Badan pekerja POLITIK berkewajiban:

1. Memberi garis besar program organisasi (Minimum Program) 2. Menyelidiki apakah anggota-anggota organisasi melakukan kewajiban menurut program organisasi.

3. Menyelenggarakan propaganda 4. Menyelenggarakan organisasi.

C. Badan pekerja Ekonomi berkewajiban mengurus dan memajukan: 1. Perindustrian.

2. Pertanian. 3. Pasar. 4. Koperasi.

D. Badan pekerja PERTAHANAN berkewajiban: 1. Tentara

2. Polisi 3. Pemuda

4. Latihan (jasmani dan rohani)

Latihan jasmani artinya: latihan militer

Latihan rohani artinya: memberikan pelajaran politik hingga anggota-anggotanya mempunyai pendidikan politik yang teguh yang tidak mudah digoyangkan.

Anggota

1. Anggota ”Persatuan Perjuangan” terdiri dari organisasi politik, sosial, dan ketentaraan.

2. Anggota konggres terdiri atas wakil-wakil dari anggota-anggota ”Persatuan Perjuangan”.

3. Anggota sekretariat terdiri atas anggota-anggota badan perkerja ”Persatuan Perjuangan”.

4. Anggota badan pekerja ”Persatuan Perjuangan” ditambah oleh para ahli (dalam hal teknik, ekonomi, administrasi, dan sebagainya) yang disetujui oleh kongres buat menjalankan putusan kongres.

Discipline

1. Tiap-tiap anggota ”Persatuan Perjuangan” berkewajiban menjalankan keputusan kongres.

2. Perselisihan antara anggota-anggota diserahkan pada badan pekerja penyelesaian perselisihan.

IV. Resolusi Kongres Pembentukan ”Persatuan Perjuangan”

Rakyat Indonesia bersidang pada tanggal 15-16 Januari 1946 di kota Surakarta dalam permusyawaratan pembentukan ”Persatuan

Perjuangan” dihadiri oleh wakil- wakil susunan-susunan politik, ekonomi, sosial, dan ketentaraan, terdiri dari 141 perhimpunan mendesak pemerintahan Republik Indonesia untuk bekerja bersama-sama melaksanakan dengan segenap program yang telah diputuskan oleh ”Persatuan Perjuangan” yang berbunyi sebagia berikut:

1. Berunding atas pengakuan 100%.

2. Pemerintahan rakyat (dalam arti sesuanya haluan pemerintahan dengan kemauan rakyat).

3. Tentara rakyat (dalam arti sesuainya haluan tentara dengan kemauan rakyat).

4. Melucuti tentara Jepang.

5. Mengurus tawanan bangsa Eropa.

6. Menyita dan menyeleggarakan pertanian musuh (kebun). 7. Menyita dan menyeleggarakan perindustrian musuh (pabrik,

bengkel, tambang, dan lain- lain). V. Panitia ”Persatuan Perjuangan”

Sebagai anggota panitia ”Persatuan Perjuangan” ditetapkan anggota-anggota panitia menyeleggarakan rapat pembentukan ”Persatuan Perjuangan” yang lama dengan ditambah wakil- wakil dari partai Sosialis, Masyumi, Pesindo, P.R.D, Perwari, PKI, Pemuda Putri Indonesia dan Pusat Pemberontakan Rakyat Indonesia yang akan bekerja sampai tanggal 27 Januari 1946.

VI. Rapat Lengkap

Pada tanggal 27 Januari 1946 untuk melanjutkan pembicaraan tentang organisasi seluruhnya akan dilangsungkan Rapat Lengkap yang dihadiri oleh wakil- wakil organisasi masing- masing dengan mengirimkan 2 (dua) orang utusan.

Jogjakarta, 22 Januari 1946 Panitia ”Persatuan Perjuangan” Ttd Sukarni Penulis Dikutip dari Tan Malaka, Dari Penjara ke Penjara. hlm. 189-194.

Pemberitaan tentang pertemuan Purwokerto dikutip dari Kedaulatan Rakyat, 6 Januari 1946.

Pemberitaan tentang kelahiran Persatuan Perjuangan dikutip dari Kedaulatan Rakyat, 16 Januri 1946.

Nama Lengkap : Stephanus Agung Budyawan Alamat : Jogonalan Lor, Bantul. 55181.

e-mail : bondox001@yahoo.co.id

Riwayat Pendidikan

SD Kanisius Padokan

SMP Stella Duce I Yogyakarta SMU Pangudi Luhur Sedayu Bantul Program Studi Ilmu Sejarah,

Univ. Sanata Dharma.

Riwayat Keluarga

Nama Orangtua : E. Suharjendra

Alamat : Jogonalan Lor, Ds.7/151, Rt.04, Tirtanirmala, Kasihan, Bantul, Yogyakarta.

Dokumen terkait