• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

5.2 Saran

Berdasarkan beberapa simpulan yang telah dijelaskan, ada beberapa saran yang diajukan oleh penulis, yakni:

1. Diharapkan naskah lakon AAIIUU ini dapat dijadikan sebagai bahan

pembelajaran di sekolah. Oleh karena itu, diharapkan bagi pendidik untuk dapat memanfaatkan naskah lakon ini sebagai media pembelajaran sastra nantinya.

2. Pembelajaran tentang orientasi masa depan tokoh remaja yang telah didapat

dalam naskah lakon diharapkan dapat menjadi bekal dan pegangan dalam mewujudkan cita-cita peserta didik, sehingga peserta didik lebih bijaksana dalam menghadapi rintangan-rintangan yang akan mereka hadapi.

viii

Ali Said, “Arifin C. Noer: dari Teater Muslim hingga Sinetron” Republika.

Jakarta, Senin, 29 Mei 1995. Tahun III No. 138

Budianta, Melani dkk. Memabaca Sastra. Magelang: Indonesia Tera. 2003

Dariyo, Agoes. Psikologi Perkembangan Anak Usia Tiga Tahun Pertama.

Bandung: Refika Aditama. 2011

Dimyati & Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. 2006

Djoko Pradopo, Rachmat, dkk. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta:

Hanindita Graha Widya, 2002

E. Kosasih. Dasar-dasar Keterampilan Bersastra. Bandung: Yrama Widya, 2012

Ekasriwahyuningsih.blogspot.com. Perekonomian di Era Reformasi. Diakses dari

http://ekasriwahyuningsih.blogspot.co.id/2012/04/perekonomian-

indonesia-di-era-reformasi.html. Diunduh 5 Januari 2015 pukul 15.00 wib.

Elisabeth. Skripsi berjudul “Perwatakan dan Watak tokoh yang didasarkan pada

pendekatan psikologis dalam naskah AAIIUU karya Arifin C. Noer”. Universitas Negeri Jakarta. 2003

Emzir. Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2010

Endraswara, Suwardi. Metodologi Pembelajaran Drama. Yogyakarta: Caps.

2011

Endraswara, Suwardi. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Caps. 2013

Hassanuddin, WS. Drama Karya Dalam Dua Dimensi. Bandung: Angkasa. 1996

Hayati, A dan Winarno Adiwardoyo. Latihan Apresiasi Sastra. Malang: Yayasan

Asih Asah Asuh, 1990

Holopalnen, Laura dan Sonja Sulinto. Adolescents‟ Health Behaviour and Future

Orientation.Department of Psychology. University of Jyvaskyla. Spring 2005.

ix Volume 9 Nomor 2, Desember 2013

Maslihah, Sri. Pelatihan Orientasi Masa Depan untuk Meningkatkan Kemampuan

Remaja dalam Menyusun Orientasi Masa Depan Bidang Pekerjaan. Universitas Pendidikan Indonesia. 2011. Bidang Keahlian: Psikologi Klinis dan Remaja

Minderop, Albertine. Psikologi Sastra (karya sastra, metode, teori dan contoh

kasus). Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. 2011

Noer, Arifin C. AAIIUU. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti. 2006

Nurmi, J.E. Age, Sex, Social Class,and Quality of Family Interaction as

Determinant‟s Future Orientation: A Developmental Task Interpretation.

Adolescence, Vol. XXIINo.88, Libra Publishers Inc.

Nurgiyantoro, Burhan. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press. 2012

Pratista, Himawan. Memahami film. Yogyakarta: Homerian Pustaka. 2008

Prihatiningsih, Nandya Ratna. Skripsi berjudul “Nilai Akhlak Karimah dalam

Naskah Drama Telah Pergi Ia Telah Kembali Ia Karya Arifin C. Noer dan Implikasinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA”. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. PBSI. 2013

Priyatni, Endah Tri. Membaca Sastra Dengan Ancangan Literasi Kritis. Jakarta:

Bumi Aksara. 2010

Puji Sentosa. Biografi Arifin C. Noer. http://pujies-

pujies.blogspot.com/2010/01/arifin-c-noer.html.diunduh 30 Desember

2015 Pukul.15.00 Wib.

Purba, Johana. Pengaruh Dukungan Sosial terhadap Burnout pada Guru. Jurnal

Psikologi Vol. 5 No. 1 Juni 2007 (Dosen Fakultas Psikologi Universitas Indonusa Esa Unggul, Jakarta)

x

“Perilaku Masyarakat Urban dalam Drama

Mega, Mega Karya Arifin C. Noer dan Implikasinya Pada Pembalajaran

Sastra Di SMA”. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. PBSI. 2014

Riduwan. Metode dan Teknis Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta, 2010

Rufaidah, Izzah Pengaruh Iklim Sosial Keluarga terhadap Orientasi Masa Depan

dalam Bidang Pekerjaan dan Karir pada Remaja. Skripsi. 2010.

Santrock , John. W. Psikologi Pendiidkan Edisi 3. Jakarta: Salemba Humanika.

2009

Santrock, John W. Masa Perkembangan Anak. Jakarta: Salemba Humanika. 2011.

Satoto, Soediro. Stilistika. Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2012

Semi, Atar. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya.1998

Sides Sudyarto. Teater sebagai Kebaktiann. Dokumen HB. Jassin. Jakarta:

Siwalan 3

Sinar Harapan. Jakarta. Sabtu, 24 Maret 1984. Tahun ke :XXII h. 8 kolom 1-6. No. 7455

Sindonews.com. Disfiyant Glienmourinsie. Diakses dari

http://ekbis.sindonews.com/read/997601/34/jumlah-pengangguran-

bertambah-jadi-7-45-juta-orang-1430816593. Diunduh Selasa, 5 januari 2016 pukul 15.00 WIB

Siregar, Eveline & Hartini Nara. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia

Indonesia. 2010.

Siswanto, Wahyudi. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Grasindo. 2008

Slameto. Belajar & Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

2010

Sobandi. Mamdiri Bahasa Indonesia untuk SMA/MA Kelas XII. Jakarta: Erlangga.

2012

Sumadinata, Nana Syaodi. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja

xi

Wellek, Rene & Austin Warren. Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia Pustaka

dengan harapan dapat menggantikan Rustam di kantor dagang, dan Ii mengambil jurusan farmasi, sedangkan anak bungsu Rustam yakni Uu yang berbeda dengan kedua kakaknya, ia berniat masuk kuliah jurusan sejarah karena ingin menjadi ahli sejarah. Kehidupan keluarga Rustam dibilang harmonis, namun karena pemikiran Rustam yang menilai sesuatu berdasarkan hukum dagang untung dan rugi, maka hal ini menjadi masalah.

Suatu malam Uu mengatakan kepada ibunya bahwa ia ingin menjadi Ahli Sejarah dan masuk perguruan tinggi mengambil Jurusan Sejarah. Mendengar pernyataan anak bungsunya tersebut ibu kaget, namun ia tidak juga menentang cita-cita anaknya tersebut, ia hanya bertanya lalu menyuruh Uu untuk beristirahat. Akhirnya ibu memberitahukan suaminya tentang keinginan anak bungsunya tersebut. Rustam langsung marah dan memicu pedebatan antara Ibu Rustam dan Bapak Rustam. Bapak dengan tegas menentang cita-cita UU yang ingin menjadi ahli sejarah, dengan pertimbangan bahwa bidang pekerjaan tersebut dari segi material tidak menjamin kehidupan anaknya. Namun berbeda dengan Ibu yang mendukung dan memberi kebebasan terhadap Uu untuk memilih jalan hidupnya, termasuk cita-cita yang Uu pilih. Ibu berasumsi bahwa setiap manusia berhak menentukan jalan hidupnya masing- masing, dan sebagai orangtua tidak berhak memaksakan kehendak bahwa seorang anak harus menjadi apa. Rupanya keluarga ini merupakan keluarga yang keras kepala, baik ibu, Rustam, Aa, Ii, dan Uu sama-sama memiliki watak keras kepala. Oleh karena itu masing-masing tetap pada pendiriannya.

Aa dan Ii yang merupakan kakak Uu walaupun tidak secara tegas menentang Uu yang memilih jurusan sejarah, namun sesungguhnya watak mereka berdua sama seperti ayahnya yang memandang sesuatu selalu dari segi materil uang. Teman-teman sekolah Uu semasa SMA juga ternyata memandang rendah profesi ahli sejarah. Sampai akhirnya Uu mengadu pada ayah dan ibunya. Namun tidak disangka, bukannya mendapat dukungan dari ayahnya. Ayah lebih berpihak pada teman-teman Uu. Uu kesal, sampai akhirnya ia memutuskan untuk mengurung diri di kamar dan mogok makan sampai ayah mengizinkannya untuk mengambil Jurusan Sejarah. Segala upaya telah ayah, Aa, dan Ii lakukan untuk membujuk Uu agar tidak mengambil Jurusan Sejarah. Namun Uu tetap pada pendiriannya bahwa ia akan tetap mengambil Jurusan Sejarah bagaimanapun konsekuensinya. Sampai akhirnya Rustam menghubungi meminta bantuan Oom dan Tante untuk datang ke rumahnya

perdebatan antar tokoh, baik itu Rustam dengan Oom, Rustam dengan Dukun, Rustam dengan Pembantu, dan lainnya. Dukun menyarankan agar Rustam dapat dengan lapang dada mengabulkan keinginan anak-anaknya, terutama keinginan Uu yang ingin masuk Jurusan Sejarah. Awalnya Rustam tetap pada pendiriannya menolak saran dari Dukun, sampai pada akhirnya ia menyerah lalu merelakan Uu mengambil Jurusan Sejarah. Tidak lama kemudian Uu terbangun dari igauannya, lalu ibu berkata kepada Uu bahwa semua mengizinkan ia

KELAS /SEMESTER XII (dua belas) / 2 (satu) PROGRAM IPA/IPS/Bahasa ASPEK PEMBELAJARAN Mendengarkan STANDAR KOMPETENSI

13. Memahami pembacaan naskah drama

KOMPETENSI DASAR 13.1 Menemukan unsur-unsur intrinsik naskah drama yang

dididengar melalui pembacaan

Indikator Pencapaian Kompetensi

Nilai Budaya Dan Karakter

Bangsa

Kewirausahaan/ Ekonomi Kreatif

 Menemukan unsur-unsur intrinsik teks drama

yang didengar melalui pembacaan

 Mendiskusikan unsur intrinsik teks drama yang

didengar Mandiri Kreatif Bersahabat/ komunikatif  Kepemimpinan  Percaya diri

ALOKASI WAKTU 3 x 45 menit ( 1 pertemuan)

TUJUAN PEMBELAJARAN

TUJUAN Siswa mampu menemukan unsur-unsur intrinsik teks drama

yang dididengar melalui pembacaan dengan bukti yang meyakinkan

MATERI POKOK PEMBELAJARAN

Pengertian naskah drama

Unsur-unsur intrinsik dalam naskah drama

Pembacaan naskah drama dengan intonasi dan ekspresi

sesuai karakter METODE PEMBELAJARAN V Ceramah V Diskusi Kelompok V Tanya Jawab V Penugasan V Presentasi V Peragaan model

TAHAP KEGIATAN PEMBELAJARAN

Karakter Bangsa PEMBUKA

(Apersepsi)

 Guru mengucapkan salam dan

menanyakan kabar peserta didik.

 Guru dan peserta didik berdoa

bersama sebelum pembelajaran.

 Guru melakukan absensi kelas.

 Guru memberikan informasi

kompetensi, meteri, tujuan,

manfaat, dan langkah

pembelajaran yang akan

dilaksanakan.

Guru memutar rekaman cuplikan

lakon AAIIUU.

Guru menanyakan siapa saja

siswa yang mengikuti cerita film tersebut. Kepada siswa yang menonton, guru mengajukan sejumlah pertanyaan seputar isi ceritanya: siapa tokoh utama, karakternya, tema, amanat, latar cerita, dsb.

Guru menyatakan bahwa dalam

cerita sinetron, film, drama, dan cerita fiksi lain selalu memiliki unsur intrinsik dan ekstrinsik.

25 menit Mandiri

INTI Eksplorasi

 Guru menyiapkan konsentrasi

siswa untuk mendengarkan

pembacaan naskah lakon

naskah lakon AAIIUU yang dilakukan oleh beberapa siswa yang ditunjuk Guru.

 Siswa menjawab pertanyaan-

pertanyaan pemahaman isi

cerita naskah lakon AAIIUU

yang disampaikan secara lisan oleh Guru.

 Siswa saling menukarkan

pekerjaan /jawabannya untuk diperiksa secara silang di bawah bimbingan Guru

Elaborasi

 Guru mengulas lebih

mendalam dua unsur intrinsik, yaitu alur dan konflik.

 Siswa berdiskusi kelompok

untuk mengungkap alur dan jenis konflik yang ada dalam

naskah lakon AAIIUU yang

didengarkan.

 Guru mengamati kinerja siswa

dalam mengikuti diskusi

kelompok dan membuat

catatan penilaian

 Secara bergiliran, setiap

kelompok ke depan kelas

untuk mempresentasikan

hasil diskusinya. Kelompok

komentar terhadap hasil presentasi semua kelompok.

Guru juga mengomentari

kinerja individu dalam

memberikan tanggapan.

Ditunjukkan tanggapan yang bagus berikut alasannya.

Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi,

Siswa:

 Menyimpulkan tentang hal-

hal yang belum diketahui

 Menjelaskan tentang hal-hal

yang belum diketahui.

Dalam kegiatan konfirmasi, guru:

 Memberikan umpan balik

positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat,

maupun hadiah terhadap

keberhasilan peserta didik.

 Memberikan konfirmasi

terhadap hasil eksplorasi dan

elaborasi peserta didik

melalui berbagai sumber.

 Memfasilitasi peserta didik

melakukan refleksi untuk

memperoleh pengalaman

belajar yang telah dilakukan.

 Memfasilitasi peserta didik

⁻ Berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator

dalam menjawab

pertanyaan peserta didik

yang menghadapi

kesulitan, dengan

menggunakan bahasa yang baku dan benar.

⁻ Membantu menyelesaikan

masalah.

⁻ Memberi acuan agar

peserta didik dapat

melakukan pengecekan

hasil eksplorasi.

⁻ Memberi informasi untuk

bereksplorasi lebih jauh.

⁻ Memberikan motivasi

kepada peserta didik yang

kurang atau belum

berpartisipasi aktif.

Guru bertanya jawab tentang

hal-hal yang belum diktahui siswa.

Guru bersama siswa bertanya

jawab meluruskan kesalahan

pemahaman, memberikan

penguatan dan penyimpulan. PENUTUP

(Internalisasi dan refleksi)

Dalam kegiatan penutup, guru:

Bersama-sama dengan peserta

10 menit Bersahabat/

sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram.

Memberikan umpan balik

terhadap proses dan hasil

pembelajaran.

Merencanakan kegiatan tindak

lanjut dalam bentuk

pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik

tugas individual maupun

kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik.

Guru menyimpulkan hasil

pembelajaran dan

menyampaikan tugas mandiri untuk menyaksikan suatu cerita sinetron/drama di radio atau televisi dan mengungkap unsur- unsur intrinsiknya

Guru meminta ketua kelas

memimpin doa

SUMBER BELAJAR

V Pustaka rujukan Mandiri Mengasah Kemampuan Diri Bahasa Indonesia untuk

SMA/MA Kelas XII karya Sobandi terbitan Erlangga tahun 2006 h. 144-152

Endah Tri Priyatni. Membaca Sastra Dengan Ancangan

Literasi Kritis. (Jakarta: Bumi Aksara. 2010). h. 182

Budianta, Melani dkk. Memabaca Sastra.(Magelang:

Indonesia Tera. 2003). h. 99

Suroto., Apresiasi Sastra Indonesia. (Jakarta: Erlangga, 1989).

V Model peraga Siswa peraga pembaca naskah lakon AAIIUU PENILAIAN

TEKNIK dan BENTUK V Tes Tertulis

 Peserta didik menjawab “Kuis Uji Teori” untuk mengukur pemahaman mengenai konsep-konsep yang telah dipelajari.

V Observasi Kinerja/Demontrasi

 Tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi secara

bergantian.

 Kelompok lain menyimak dan menanggapi setiap hasil

presentasi kelompok.

V Pengukuran Sikap

V Tugas

 Peserta didik diminta mendengarkan naskah lakon

AAIIUU karya Arifin C. Noer

 Peserta didik diminta berdiskusi untuk memahami

unsur intrinsik (karakter tokoh, alur cerita, tema dan

latar) dalam naskah lakon AAIIUU karya Arifin C.

Noer

 Secara kelompok peserta didik diminta untuk

mengidentifikasi dan menganalisis keterkaitan unsur intrinsik (karakter tokoh, alur cerita, tema dan latar)

dalam naskah lakon AIIUU karya Arifin C. Noer

INSTRUMEN /SOAL

Tugas untuk mendengarkan pembacaan teks drama

Tugas untuk menganalisis dan mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik cerita drama

Daftar pertanyaan Kuis Uji Teori untuk mengukur pemahaman siswa atau konsep-konsep yang telah dipelajari

--- --- NIP : NIP :

Istilah drama berasal dari kata drame (Perancis) yang digunakan untuk menjelaskan lakon-lakon tentang kehiduoan kelas menengah. Drama adalah salah satu bentuk seni yang bercerita melalui percakapan dan action tokoh-tokohnya. Percakapan

atau dialog itu sendiri bisa diartikan sebagai action.1 Sebuah drama pada hakikatnya hanya

terdiri atas dialog. Mungkin dalam drama ada pertunjuk pementasan, namun petunjuk ini sebenarnya hanya dijadikan pedoman oleh sutradara dan pemain. Oleh karena itu, dialog para tokoh dalam drama disebut sebagai teks utama dan petunjuk lakuannya disebut teks sampingan.

Di samping istilah drama ditemukan juga istilah teater atau theatre (bahasa

Inggris). Meskipun kedua istilah tersebut dari asal katanya berbeda, namun dalam bahasa Indonesia, kedua istilah tersebut tidak dibedakan. Drama dan teater adalah sebuah lakon

yang dipentaskan baik dengan naskah atau tanpa naskah.2 Sebagai istilah “drama” dan

“teater” ini datang atau kita pinjam dari khazanah kebudayaan Barat. Secara lebih khusus, asal kedua istilah ini adalah dari kebudayaan atau tradisi bersastra di Yunani. Pada Awalnya di Yunani baik “drama” maupun “teater” muncul dari rangkaian upacara

keagamaan, suatu ritual pemujaan terhadap para dewa.3

Satu hal yang tetap menjadi ciri lakon/drama adalah bahwa kemungkinan itu harus disampaikan dalam bentuk dialog-dialog dari para tokoh. Akibat dari hal inilah maka seandainya seorang pembaca yang membaca suatu teks drama tanpa menyaksikan pementasan drama tersebut mau tidak mau harus membayangkan jalur peristiwa di atas pentas. Dari beberapa pengertian drama yang dimaksudkan dapatlah disebutkan bahwa drama merupakan suatu genre sastra yang ditulis dalam bentuk dialog-dialog dengan tujuan untuk dipentaskan sebagai suatu seni pertunjukkan.

2. Menemukan unsur-unsur intrinsik drama/lakon

Secara garis besar, benuk sastra terdiri atasprosa, puis, dan drama. Prosa ditulis ke dalam bentuk paragraf, puisi ditulis ke dalam bentuk bait, dan drama ditulis ke dalam bentuk dialog. Ketiganya memiliki unsur intrinsik dan ekstrinsik. Dalam drama terdapat unsur tema, amanat, latar, alur, dan penokohan.

1

Endah Tri Priyatni. Membaca Sastra Dengan Ancangan Literasi Kritis. (Jakarta: Bumi Aksara. 2010). h. 182

2

Ibid. h. 185

3

dikatakan bahwa tema adalah pokok pikiran atau pokok persoalan di balik pokok

cerita.5 Sehubungan dengan pengertian di atas maka tema cerita hanya dapat

diketahui dan ditafsirkan setelah membaca cerita serta menganalisisnya. Hal ini dapat dilakukan dengan mengetahui alur cerita serta penokohan dan dialog- dialognya.

Latar adalah segala keterangan yang berhubungan dengan waktu, tempat,

dan suasana yang tergambar ketika peristiwa berlangsung.6 Hakikat drama yang

ditulis dengan tujuan untuk dipentaskan menyebabkan latar pada drama berbeda dengan latar pada cerpen dan novel. Pada cerpen atau novel, ada banyak cara yang dimanfaatkan pengarang dalam menjelaskan waktu terjadinya peristiwa, demikian pula mengenai tempat dan ruang. Di dalam drama umumnya tidak demikian, keterbatasan karena peristiwa harus dipentaskan, menyebabkan biasanya sebuah cerita pada drama atau deretan peristiwa dinyatakan dalam suatu latar tertentu. Misalnya penggarapan waktu di dalam drama biasanya bersifat kronologis.

Alur disebut juga plot atau jalan cerita adalah rangkaian peristiwa atau urutan

bagian-bagian dalam keseluruhan cerita.7 Peristiwa dalam sebuah drama adalah

kejadian yang berlangsung dalam suatu adegan. Suatu peristiwa dapat diamati melalui kehadiran tokoh, dialog, dan gerak tokoh, perpindahan latar, atau pergantian kostum tokoh. Rangkaian alur dapat disusun dengan pola permulaan, pertengahan, serta penutupan.

1. Tahap Permulaan

Tahap permulaan atau pendahuluan adalah titik paling kritis dalam sebuah cerita film karena dari sinilah segalanya bermula. Pada titik inilah ditentukan aturan permainan cerita film. Pada tahap ini biasanya telah ditetapkan pelaku utama dan pendukung, pihak protagonis dan antagonis,

masalah dan tujuan, serta aspek ruang dan waktu cerita (eksposisi).8 Jika

4

Sobandi. Mandiri Mengasah Kemampuan Diri Bahasa Indonesia untuk SMA/MA Kelas XII. (Jakarta:

Erlangga. 2006). h. 144

5

Suroto., Apresiasi Sastra Indonesia. (Jakarta: Erlangga, 1989). h. 88

6

Sobandi.Op.Cit. h. 144

7

Ibid., h. 144

8

protagonis untuk menyelesaikan solusi dari masalah yang telah ditentukan pada tahap permulaan. Pada tahap inilah alur cerita mulai berubah arah dan biasanya disebabkan oleh aksi di luar perkiraan yang dilakukan oleh karakter

utama atau pendukung.9 Tindakan inilah yang nantinya memicu munculnya

konflik.

Konflik sering kali berisi konfrontasi (fisik) antara pihak protagonis dengan antagonis. Pada tahap ini juga umumnya karakter utama tidak mampu begitu saja menyelesaikan masalahnya karena terdapat elemen-elemen kejutan yang membuat masalah menjadi lebih sulit atau kompleks dari sebelumnya. Pada tahap inilah tempo cerita semakin meningkat hingga klimaks cerita. Pada tahap ini hinggga menjelang klimaks, tokoh utama sering kali mengalami titik terendah (putus asa) baik dari segi fisik maupun mental.

3. Tahap Penutupan

Tahap penutupan adalah klimaks cerita, yakni puncak dari konflik atau konfrontasi akhir. Pada titik inilah cerita film mencapai titik ketegangan tertinggi. Setelah konflik berakhir maka tercapailah penyelesaian masalah, kesimpulan cerita, atau resolusi. Tokoh utama berhasil mencapai tujuannya dan bisa pula tidak. Mulai titik inilah tempo cerita makin menurun hingga cerita berakhir.

Tokoh dan Penokohan adalah penciptaan citra tokoh dalam drama.10 Ini

berkaitan dengan perwatakan atau karakterisasi, yaitu cara sutradara

mendeskripsikan tokoh-tokohnya. Seorang tokoh dapat dideskripsikkan berwatak baik, jahat, pemberani, pemarah, penakt, dan lain-lain. Karakter tokoh dalam drama dapat diamati melalui dialog, gerakan, kostum, pikiran (monolog), dan cara menghadapi masalah. 9 Ibid., h. 45 10 Sobandi.Op.Cit h. 145

dengan berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa

2. Menunjukkan rasa

bersyukur atas anugerah yang telah diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa

3. Menghormati sesama

walaupun memiliki keyakinan agama yang berbeda

*) Aspek yang dinilai dapat ditambahkan sesuai dengan sikap yang diharapkan dalam proses pembelajaran.

Petunjuk:

a) 4 = selalu, apabila selalu melakukan dalam aktivitas,

b) 3 = sering, apabila sering melakukan dalam aktivitas dan kadang-kadang tidak melakukan, c) 2 = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dalam aktivitas dan sering tidak

melakukan,

d) 1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan.

Pedoman Observasi Sikap Tanggung Jawab Petunjuk:

Lembaran penilaian ini diisi oleh guru untuk menilai sikap sosial siswa dalam bertanggung jawab. Berilah tanda cek (√) pada kolom skor sesuai sikap tanggung jawab yang ditunjukkan siswa, yaitu dengan kriteria sebagai berikut:

a) 4 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan,

b)3 =sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang-kadang tidak melakukan,

c) 2 = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak melakukan, d) 1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan.

No. Aspek Pengamatan Skor Keterangan 1 2 3 4 1. Melaksanakan tugas individu dan kelompok dengan baik 2. Menyelesaikan tugas secara mandiri 3. Menyelesaikan

soal ujian atau tes dalam proses pembelajaran dengan mandiri 4. Meminta maaf jika melakukan kesalahan 5. Melaksanakan proses belajar mengajar dengan tertib Jumlah Skor Petunjuk:

Siswa memperoleh nilai:

baik sekali : apabila memperoleh skor 16-20

baik : apabila memperoleh skor 11-15

cukup : apabila memperoleh skor 6-10

Anggota kelompok :

Kelas :

Tanggal penilaian :

No. Aspek-aspek yang dinilai Nilai

A B C D

1. Antusiasme peserta kelompok dalam

penyusunan tugas.

2. Kemampuan bekerjasama atau berdiskusi. 3. Ketuntasan menyelesaikan tugas.

4. Keberanian dalam mengemukakan pendapat. 5. Tingkat perhatian pada kelompok lain yang

sedang mempresentasikan hasil diskusi.

Petunjuk:

Lembar ini diisi oleh guru untuk menilai kelompok dalam menyelesaikan tugas dan mengemukakan pendapat. Berilah tanda ceklis (√) pada kolom skor sesuai dengan sikap sosial yang ditunjukkan oleh peserta didik dalam kelompok dengan kriteria sebagai berikut:

Baik sekali (A) : skor 81-90

Baik (B) : skor 71-80

Cukup (C) : skor 61-70

3. Apa yang membedakan drama dengan karya lain, seperti cerpen dan novel?

4. Jelaskan perbedaan prolog, dialog, monolog, dan epilog?

5. Apa yang dimaksud dengan babak atau adegan?

Jawaban

1. Drama merupakan karya sastra yang mengisahkan kehidupan manusiaa melalui dialog dan

gerak di atas pentas.

2. Naskah, pelaku, pentas, kostum, prolog, dialog, epilog, adegan, babak, akting, mimik.

3. Dalam naskah drama terdapat petunjuk pemanggungan.

4. Prolog : pengantar cerita

Dialog : percakapan antar tokoh

Monolog : percakapan tokoh dengan dirinya sendiri

Epilog : penutup cerita

ISI

Skor Kriteria Keterangan

27—30 Sangat baik—sempurna: menguasai topik tulisan; substansif; relevan dengan topik yang dibahas

22—26

Cukup—baik: cukup menguasai permasalahan; cukup memadai; pengembangan tesis terbatas; relevan dengan topik, tetapi kurang terperinci

17—21

Sedang—cukup: penguasaan permasalahan

Dokumen terkait