• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V. PENUTUP

B. Saran

Bank Muamalat saat ini masih terbatas dan masih kaku. Hal ini disebabkan di Bank Muamalat hanya menerapkan transaksi spot dalam transaksi valas. Karena mengacu pada fatwa MUI No.28/DSN-MUI/III/2002 bahwa seluruh transaksi valuta asing yang bukan spot adalah haram, maka forward transaction

dan swap adalah haram. Namun banyak pendapat yang membenarkan transaksi

swap secara Islam. Seperti halnya di Malaysia, Bahrain, Qatar, dan di negara-negara Arab lainnya yang menerapkan Islamic Swap dalam transaksi valas guna meng-hedging kekayaan perusahaan terhadap penurunan nilai tukar valuta asing dalam perdagangan internasional.

Jadi, meskipun pada waktu akad barangnya tidak ada, namun ada kepastian diadakan pada waktu diperlukan sehingga bisa diserahkan kepada pembeli, maka jual beli tersebut sah. Sebaliknya, kendati barangnya sudah ada tapi karena satu dan lain hal, tidak mungkin diserahkan kepada pembeli, maka jual beli itu tidak sah.

Perdagangan berjangka, jelas, bukan garar. Sebab, dalam kontrak berjangkanya, jenis komoditi yang dijual-belikan sudah ditentukan. Begitu juga dengan jumlah, mutu, tempat dan waktu penyerahannya. Semuanya berjalan di atas rel aturan resmi yang ketat, sebagai antisipasi terjadinya praktek penyimpangan berupa penipuan satu hal yang sebetulnya bisa juga terjadi pada praktik jual-beli konvensional.

Kita sebagai umat Islam yang juga merupakan warga Negara Indonesia sudah selayaknya untuk dapat berhijrah dari sistim konvensional kepada sistim ekonomi yang berlandaskan syariah Islam untuk dapat memajukan nilai-nilai Islam dalam kehidupan yang ada pada ajaran agama Islam. Diharapkan produk

Islamic swap ini dapat diterima dan dapat dikembangkan di bank-bank syariah di Indonesia karena kebutuhan masyarakatnya dalam melakukan transaksi valas di dalam hubungan perdagangan internasional agar tidak berpengaruh terhadap perubahan nilai tukar valuta asing.

Pengembangan produk dalam bank syariah seringkali terjebak diantara kedua aturan yang saling tarik menarik, yaitu syariah dan hukum positif. Perlu ada upaya bersama untuk mencari jalan keluar, misalnya menyusun undang-undang

bank syariah tersendiri. Hal ini amat penting agar bank syariah dapat menunjukkan ciri khas produknya dari yang dimiliki bank konvensional. Pengembangan produk dalam perbankan syariah dapat mengikuti arah perbankan konvensional, tetapi asas-asas produk syariah tidak boleh ditinggalkan. Semua produk syariah dapat diterapkan untuk semua jenis kategori, tetapi harus mengikuti konsekwensinya. Perlu adanya usaha terus menerus mengembangkan teknis keuangan untuk memberikan alternatif bagi perbankan syariah terhadap produk keuangan di dunia konvensional. Rujukan (benchmark) keuangan merupakan contoh yang paling jelas dalam hal ini. Pengembangan produk bukan saja melibatkan sumber daya yang ada dalam penelitian dan pengembangan, tetapi juga sumber daya yang mengerti dan mendalami syariah, karena sumber daya manusia yang ada di bank syariah sekarang ini belum memiliki pengetahuan di kedua bidang itu secara simultan.

DAFTARPUSTAKA

Terjemahan Al Qur’an dan Al Hadits.

Anshori, Abdul Ghofur. Perbankan Syariah di Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2007.

Antonio, Muhammad Syafi’i. Bank Syariah dari Teori ke Praktek. Cet.I. Jakarta: Gema Insani Press, 2001.

Abimanyu Ph.D., Yoopi. Memahami Kurs Valuta Asing. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004.

Achmad Baraba, Prinsip Dasar Operasional Perbankan Syariah.

Ad-Duwaisy, Syaikh ‘Isa bin Ibrahim. Jual Beli yang Dibolehkan dan yang Dilarang. Cet.Pertama. Bogor: Pustaka Ibnu Katsir, 2005..

Bank Muamalat Indonesia. Bank Muamalat Laporan Tahunan 2005 Annual Report. Jakarta: Muamalat Institute, 2006.

Berlianta, Heli Charisma. Mengenal Valuta Asing. Cet.I. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2004.

Brilyano, Kabag.Treasury Officer, Wawancara Pribadi, (Jakarta: 18 November 2008).

Cecep Maskanul Hakim, Tim Penelitian dan Pengembangan Bank Syariah-DPNP.

Problem Pengembangan Produk dalam Bank Syariah.

Dewan Redaksi Ensiklopedi Hukum Islam. Ensiklopedi Hukum Islam. Jilid 5. Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Houve, 1997.

Gurtno, Kamus Ekonomi Bisnis dan Perbankan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1996.

Hamdy, Hady. Manajemen Keuangan Internasional. Cet.Pertama. Jakarta: Yayasan Administrasi Indonesia, 2005.

Jusuf, Jopie. Panduan Dasar untuk Account Officer. Cet.Pertama. Jakarta: Intermedia Jakarta, 1992.

Karim, Ir.H.Adiwarman A. S.E.,M.B.A, M.A.E.P. Ekonomi Islam Kajian Kontemporer. Cet.I. Jakarta: Gema Insani Press, 2001.

Karim, Ir.H.Adiwarman A. S.E.,M.B.A, M.A.E.P. Fikih Ekonomi Keuangan Islam. Jakarta: Darul Haq, 2004

Kasmir. Manajemen Perbankan. Ed.I. Cet.7. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007.

Muhammad, Drs.Abubakar. Terjemahan Subulussalam III. Surabaya: Al Ikhlas, 1995.

Rahman, Afzalur. Doktrin Ekonomi Islam. Jilid 2, Terjemahan Drs. Soeroyo,M.A dan Drs.Nastangin. Yogyakarta: Penerbit Dana Bhakti Wakaf, 1995.

Setiawan, Aris Budi. Perekonomian Indonesia. Ed.Pertama. Cet.Pertama. Jakarta: Universitas Gunadarma, 1997.

Siregar, Mulya E. Peneliti Bank Senior, Tim Penelitian dan Pengembangan Bank Syariah, DPNP, Bank Indonesia. Manajemen Moneter Alternatif dan Penerapannya di Indonesia.

Siamat, Dahlan. Manajemen Lembaga Keuangan. Ed.Kedua. Jakarta: Fakultas Ekonomi UI, 1999.

Siamat, Dahlan. Manajemen Lembaga Keuangan. Jakarta: Intermedia, 1995.

Sjahdeini, Sutan Remy. Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia. Cet.III. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 2007.

Soehartono, Irawan. Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1992.

Soedarsono, Heri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Ed.II. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2004.

Tupanno, A. W. J. et. al. Ekonomi dan Koperasi. Jakarta: Depdikbud, 1982.

Tim Penulis DSN-MUI. Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional. Jakarta: DSN-BI, 2003.

Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Depdikbud-Balai Pustaka, 2002.

Vogel, Frank E., dan Samuel L. Hayes, III. Hukum Keuangan Islam: Konsep, Teori dan Praktik. Cet.I. Bandung: Nusamedia, 2007.

Yasni, Muhammad Gunawan. Ekonomi Sufistik: Adil dan Membahagiakan. Cet.I. Bandung: Mizan, 2007.

BERITA ACARA WAWANCARA

ANALISIS TRANSAKSI VALAS DI BANK MUAMALAT INDONESIA

Nama : Brilyano

Jabatan : Kabag. Treasury Officer Tanggal : Selasa, 18 November 2008 Tempat wawancara : Bank Muamalat Indonesia

Gedung Artha loka Lt. 5 Jl. Jendral Sudirman No. 2 Jakarta

PERTANYAAN

Tanya: Bagaimana penerapan transaksi valas di Bank Muamalat Indonesia?

Jawab : Bank Muamalat Indonesia dalam hal penerapannya melakukan transaksi valas untuk memenuhi kebutuhan bank sendiri dan kebutuhan nasabah. Jika nasabah butuh valas maka kita menyediakannya atau membelinya kemudian kita jual kepada nasabah. Karena kita bank syariah tidak mengambil posisi, artinya kita tidak mengambil keuntungan dari kenaikan atau penurunan dari nilai valas. Contohnya, jika ada nasabah akan import barang ke luar negeri, dimana ia membutuhkan USD, maka kita menyediakan USD dengan membeli USD ke market atau pasar kemudian kita jual lagi ke nasabah.

Jawab: Akad yang digunakan di Bank Muamalat Indonesia adalah dengan akad jual beli untuk sharf-nya dengan transaksi-transaksi sebagai berikut:

4. Transaksi Spot: transaksi pembelian atau penjualan valas dengan penyerahan dua hari kerja setelah tanggal transaksi, yaitu deal-nya atau kesepakatannya hari ini dan delivery-nya atau pengirimannya (penyerahannya) dua hari.

5. Transaksi Tomorrow (Transaksi Tom): transaksi pembelian atau penjualan valas dengan penyerahan satu hari kerja setelah tanggal transaksi, yaitu

deal-nya atau kesepakatannya hari ini dan delivery-nya atau pengirimannya (penyerahannya) esok hari.

6. Transaksi Today (Transaksi Tod): transaksi pembelian atau penjualan valas dengan penyerahan pada saat hari yang sama, yaitu deal-nya atau kesepakatannya hari ini dan delivery-nya atau pengirimannya (penyerahannya) hari ini.

Tanya : Berapa omzet transaksi valas?

Jawab : Tergantung kebutuhan atau permintaan akan pertukaran valas, jika hari ini kebutuhan akan transaksi valas besar maka barulah kita beli.

Tanya : Mata uang apa saja yang digunakan dalam transaksi valas, dan berapa hari proses riilnya?

Jawab : Jenis mata uang yang paling umum digunakan adalah USD, karena hampir semua transaksi import menggunakan mata uang ini. Selain itu, jenis mata uang lainnya yang digunakan di Bank Muamalat Indonesia adalah Euro, Dollar Singapura, Malaysian Ringgit, kemudian jenis mata uang lainnya relatif kecil. Sedangkan untuk proses riilnya, Bank Muamalat Indonesia menggunakan transaksi spot, today, dan tomorrow.

Jawab : Sejak tahun 1991 didirikan, dari kita menjadi bank devisa maka selanjutnya pada tahun 1992-1994 barulah ada produk sharf yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan karena kita sudah menjadi bank devisa.

Tanya : Apa yang mendasari lahirnya produk sharf di Bank Muamalat Indonesia?

Jawab : Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, yang mendasari lahirnya produk sharf adalah untuk memenuhi kebutuhan. Jika butuh barulah kita menyediakan mata uang asing, baik kita simpan di bank sendiri ataupun di bank lain seperti di citybank, JP Morgan dan bank-bank lainnya.

Tanya : Bagaimana prosedur Bank Muamalat Indonesia untuk dapat mengeluarkan suatu produk sharf?

Jawab : Prosedur yang berlaku di Bank Muamalat Indonesia untuk dapat mengeluarkan suatu produk sharf diawali dengan melalui analisa oleh Devisi Pengembangan Produk (Bussines Development) yang hasilnya diserahkan ke Direksi, dan jika analisa tersebut disetujui oleh Direksi, maka diteruskan ke Dewan Pengawas Syariah (DPS) Bank Muamalat Indonesia. Di DPS inilah yang menentukan apakah suatu produk dapat diaplikasikan atau tidak.

Tanya : Bagaimana Bank Muamalat Indonesia menentukan kurs yang akan dipakai dalam transaksi sharf?

Jawab : Adapun cara yang dilakukan Bank Muamalat Indonesia dalam menentukan kurs yang dipakai dalam transaksi sharf adalah dengan terus memantau perkembangan harga valas yang ada di bank-bank devisa maupun institusi yang bergerak dalam valas baik dalam negeri maupun luar negeri. Dari nilai harga yang ada, Bank Muamalat Indonesia menentukan nilai relevan yang dipakai untuk transaksi sharf. Hal ini dilakukan agar Bank Muamalat Indonesia dapat bersaing dengan bank-bank devisa lain.

Tanya : Bagaimana Bank Muamalat Indonesia mengambil margin keuntungan di dalam transaksi sharf?

Jawab : Margin keuntungan merupakan kompensasi dari berapa biaya yang kita butuhkan untuk menyimpan mata uang tadi, dimana kita harus menyimpan dollarnya, brankas yang aman dan rapi. Atau dengan kata lain, yaitu dilihat dari segi biaya perawatan, pengamanannya dan pemeliharaannya. Guna untuk mengantisipasi perubahan harga.

Tanya : Karakteristik apa saja dalam transaksi valas yang ada di Bank Muamalat Indonesia?

Jawab : Karakteristik transaksi valas yang ada di Bank Muamalat Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Transaksi jual beli ini menggunakan akad sharf.

2. Menggunakan kurs jual beli yang ditetapkan oleh Bank Muamalat Indonesia.

3. Perhitungan kurs jual beli valas harus didasarkan pada valuta rupiah. 4. Jual beli valas dapat dilakukan dengan tunai atau pendebetan rekening. 5. Bank note yang diperjualbelikan harus tanpa cacat dan sesuai ketentuan

Bank Muamalat Indonesia.

Jakarta, 18 November 2008 Narasumber

Brilyano

FATWA MUI TENTANG PERDAGANGAN VALAS58

Fatwa Dewan Syari'ah Nasional Majelis Ulama Indonesia no: 28/DSN-MUI/III/2002, tentang Jual Beli Mata Uang (Al-Sharf).

Menimbang :

a. Bahwa dalam sejumlah kegiatan untuk memenuhi berbagai keperluan, seringkali diperlukan transaksi jual-beli mata uang (al-sharf), baik antar mata uang sejenis maupun antar mata uang berlainan jenis.

b. Bahwa dalam 'urf tijari (tradisi perdagangan) transaksi jual beli mata uang dikenal beberapa bentuk transaksi yang status hukumnya dalam pandang ajaran Islam berbeda antara satu bentuk dengan bentuk lain.

c. Bahwa agar kegiatan transaksi tersebut dilakukan sesuai dengan ajaran Islam, DSN memandang perlu menetapkan fatwa tentang al-Sharf untuk dijadikan pedoman. Mengingat :

" Firman Allah, QS. Al-Baqarah[2]:275: "...Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba..."

" Hadis nabi riwayat al-Baihaqi dan Ibnu Majah dari Abu Sa'id al-Khudri:Rasulullah SAW bersabda, 'Sesungguhnya jual beli itu hanya boleh dilakukan atas dasar kerelaan (antara kedua belah pihak)' (HR. al-baihaqi dan Ibnu Majah, dan dinilai shahih oleh Ibnu Hibban).

" Hadis Nabi Riwayat Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, Nasa'i, dan Ibn Majah, dengan teks Muslim dari 'Ubadah bin Shamit, Nabi s.a.w bersabda: "(Juallah) emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, sya'ir dengan sya'ir, kurma dengan kurma, dan garam dengan garam (denga syarat harus) sama dan sejenis serta secara tunai. Jika jenisnya berbeda, juallah sekehendakmu jika dilakukan secara tunai.".

" Hadis Nabi riwayat Muslim, Tirmidzi, Nasa'i, Abu Daud, Ibnu Majah, dan Ahmad, dari Umar bin Khattab, Nabi s.a.w bersabda: "(Jual-beli) emas dengan perak adalah riba kecuali (dilakukan) secara tunai.".

" Hadis Nabi riwayat Muslim dari Abu Sa'id al-Khudri, Nabi s.a.w bersabda: Janganlah kamu menjual emas dengan emas kecuali sama (nilainya) dan janganlah menambahkan sebagian atas sebagian yang lain; janganlah menjual perak dengan perak kecuali sama (nilainya) dan janganlah menambahkan sebagaian atas sebagian yang lain; dan janganlah menjual emas dan perak tersebut yang tidak tunai dengan

58

yang tunai.

" Hadis Nabi riwayat Muslim dari Bara' bin 'Azib dan Zaid bin Arqam : Rasulullah saw melarang menjual perak dengan emas secara piutang (tidak tunai).

" Hadis Nabi riwayat Tirmidzi dari Amr bin Auf: "Perjanjian dapat dilakukan di antara kaum muslimin, kecuali perjanjian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram." " Ijma. Ulama sepakat (ijma') bahwa akad al-sharf disyariatkan dengan syarat-syarat tertentu.

Memperhatikan :

1. Surat dari pimpinah Unit Usaha Syariah Bank BNI no. UUS/2/878

2. Pendapat peserta Rapat Pleno Dewan Syari'ah Nasional pada Hari Kamis, tanggal 14 Muharram 1423H/ 28 Maret 2002.

MEMUTUSKAN

Dewan Syari'ah Nasional Menetapkan : FATWA TENTANG JUAL BELI MATA UANG (AL-SHARF).

Pertama : Ketentuan Umum

Transaksi jual beli mata uang pada prinsipnya boleh dengan ketentuan sebagai berikut:

a.Tidak untuk spekulasi (untung-untungan).

b.Ada kebutuhan transaksi atau untuk berjaga-jaga (simpanan).

c.Apabila transaksi dilakukan terhadap mata uang sejenis maka nilainya harus sama dan secara tunai (at-taqabudh).

d.Apabila berlainan jenis maka harus dilakukan dengan nilai tukar (kurs) yang berlaku pada saat transaksi dan secara tunai.

Kedua : Jenis-jenis transaksi Valuta Asing

a.Transaksi SPOT, yaitu transaksi pembelian dan penjualan valuta asing untuk

penyerahan pada saat itu (over the counter) atau penyelesaiannya paling lambat dalam jangka waktu dua hari. Hukumnya adalah boleh, karena dianggap tunai, sedangkan waktu dua hari dianggap sebagai proses penyelesaian yang tidak bisa dihindari dan merupakan transaksi internasional.

b.Transaksi FORWARD, yaitu transaksi pembelian dan penjualan valas yang nilainya ditetapkan pada saat sekarang dan diberlakukan untuk waktu yang akan datang, antara 2x24 jam sampai dengan satu tahun. Hukumnya adalah haram, karena harga yang digunakan adalah harga yang diperjanjikan (muwa'adah) dan penyerahannya dilakukan di kemudian hari, padahal harga pada waktu penyerahan tersebut belum tentu sama dengan nilai yang disepakati, kecuali dilakukan dalam bentuk forward

agreement untuk kebutuhan yang tidak dapat dihindari (lil hajah).

c.Transaksi SWAP yaitu suatu kontrak pembelian atau penjualan valas dengan harga spot yang dikombinasikan dengan pembelian antara penjualan valas yang sama dengan harga forward. Hukumnya haram, karena mengandung unsur maisir (spekulasi).

d.Transaksi OPTION yaitu kontrak untuk memperoleh hak dalam rangka membeli atau hak untuk menjual yang tidak harus dilakukan atas sejumlah unit valuta asing pada harga dan jangka waktu atau tanggal akhir tertentu. Hukumnya haram, karena mengandung unusru maisir (spekulasi).

Ketiga : Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan ketentuan jika di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Jakarta

Tanggal : 14 Muharram 1423 H / 28 Maret 2002 M DEWAN SYARI'AH NASIONAL

Dokumen terkait