1. Bagi peneliti selanjutnya
Agar sumbangan pebelajaran matematika terhadap pembentukan karakter dapat diamati dan diukur, peneliti selanjutnya diharapkan lebih mempertajam upaya ini, misalnya dengan mengambil salah satu nilai saja (contoh: nilai kejujuran), dengan meneliti bagaimana nilai itu diimplementasikan dalam pembelajaran matematika di kelas, dan bagaimana tingkat keberhasilannya.
2. Bagi institusi terkait: a. Sekolah
Sekolah harus menyadari bahwa proses pendidikan yang dilakukannya telah memahat sesuatu pada diri peserta didik dan hasil pahatan itu akan senantiasa mewarnai kehidupan alumnusnya itu seumur hidupnya. Kewajiban sekolah
135
adalah memberi perhatian terhadap setiap proses pendidikan di sekolah dan semua yang terlibat dalam proses itu.
b. Guru matematika
Guru matematika diharapkan terampil dan efektif mengupayakan pembentukan karakter peserta didik menggunakan wahana pendidikan matematika. Pembelajaran matematika yang selama ini hanya mengembangkan sisi kognitif saja, harus diubah sebagai upaya pemanusiaan manusia seutuhnya. Guru harus lebih mengeksplisitkan nilai-nilai positif dari pembelajaran matematika agar lebih mudah dipahami dan diinternalisasi oleh peserta didik sebagai prinsip dan pegangan hidup mereka. Guru matematika dituntut melakukan refleksi yang mendalam atas materi ajar dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, dan menjadikan hasil refleksi itu sebagai bagian dari pribadinya serta pesan etik-spiritual bagi kehidupan peserta didiknya. Pesan-pesan etik-etik-spiritual sering tidak tampak dengan jelas, tetapi harus direfleksikan bahkan dimeditasikan. Maka seorang guru sejati adalah dia yang mengajar sekaligus terus belajar, dia yang memberi tetapi yang selalu menimba untuk dirinya agar tidak kekurangan dalam berbagi. Dalam kaitan dengan menjadikan matematika sebagai sebuah spiritualitas, seorang guru matematika adalah dia yang selalu sujud di depan Sang Kebenaran Agung. Itulah ibadatnya yang sejati. Kesadaran ini amat penting dimiliki guru untuk menghindarkan mereka dari upaya melaksanakan tugas semata sebagai rutinitas dan untuk tidak jatuh dalam kedangkalan penghayatan terhadap panggilannya.
c. Kampus
136
Sebagai “lembaga pencetak” tenaga kependidikan, kampus mesti menjadi rumah persemaian agar pada waktunya tampil pribadi-pribadi berkarkater unggul yang siap diterjunkan. Sisi pembinaan dan penguatan karakter mesti menjadi hal yang serius diperhatikan dalam seluruh seluruh proses perkuliahan dan dinamika berkampus.
137
DAFTAR PUSTAKA
Agung Prabowo & Pramono Said, 2010. Model Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan PMRI. Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Agustian, Ary Ginanjar., 2002. Rahasia Sukses Membangun ESQ Power. Jakarta : Arga Wijaya Persada
Agustian, Ary Ginanjar, 2010. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual (ESQ) Jakarta : PT Arga. Jakarta.
Augsburger. David., 2006. Dissident discipleship: a Spirituality of Self-surrender, Love of God, and Love of Neighbor. USA : Brazor Press.
Bell, Eric Temple. 1987. Mathematics, Queen & Servant of Science. Washington: Tempus Books of Microsoft Press
D’Ambrosio, Ubiratan. 2002. Ethnomathematics: An Overview. Makalah disampaikan pada the II Congresso Internacional de Etnomatemática, 5 - 7 Agustus 2002 di Ouro.
Dewey, John. 1944. Democracy and Education. The Free Press.
Doni Koesoema, A. 2007. Pendidikan Karakter, Strategi Mendidik Anak di Zaman Global. Jakarta: Grasindo.
Ernest, Paul (1991): The Philosopy of Mathematics Education. London: The Palmer Press.
Fauvel, John. 2000. The Role of History of Mahematics Within a University Mathematics Curriculum for the 21st century. Dalam http://www.bham.ac.uk/ctimath/talum/ newsletter/. London: The Mathematical Association.
Fakhrudin. 2010. Kehadiran dan Peranan Seorang Guru. Bandung: Angkasa.
Gravemeijer, K. 1994. Developing Realistic Mathematics Education. Utrecht Belanda: CDβ Press. (devisi penerbitan Utrecht Institute, Utrecht University). Hasan Alwi, dkk. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Isjoni, 2007. Cooperative Learning (Efektivitas Pembelajaran Kelompok).
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
138
Kemendiknas. Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan. 2011. Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru. Jakarta. bermutuprofesi.org.
Ki Hadjar Dewantara. 1977. Bagian Pertama: Pendidikan. Yogyakarta. Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa.
Kleden. Leo, 1993. Filsafat Manusia. Maumere. Penerbit Ledalero.
Lickona, Thomas, 1992. Educating For Character: How Our School Can Teach Respect and Responsibility, New York : Bantam Books.
Marpaung, Y. 2007. Penilaian dan Evaluasi dalam Pendidikan Matematika Realistik. Semarang: LPMP Jawa Tengah.
Megawangi, Ratna. 2007. Semua Berakar pada Karakter. Jakarta:Lembaga Penerbit FEUI.
Paterson, Christopher and Seligman, Martin E.P., 2004. Character Strengths and Virtues : A Handbook and Classification, Oxford University Press.
Pedoman Sekolah, 2011. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta: Kemendiknas, Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum. Permendiknas No. 16 Tahun 2007, Kompetensi Guru.
Poerwadarminta,W.J.S. 1986. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen P & K, Jakarta : Balai Pustaka
Praja S. Juhana. 2005. Aliran-Aliran Filsafat & Etika. Jakarta: Penerbit Prenada Media.
Prihantoro, Agung (penterj.). 2007. Paulo Freire, Politik Pendidikan : Kebudayaan, Kekuasaan dan Pembebasan, Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Pusat Kurikulum Bidang Penelitian dan Pengembangan. 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Pedoman Sekolah. Jakarta: Kemendiknas.
Rachman, Arief. 2010. Urgensi Pendidikan Karakter dalam Membangun Bangsa. Makalah pada Seminar Nasional Pendidikan Nilai-Karakter, 28 Juli 2010, Sekolah Pascasarjana UPI, Bandung.
Raka, Joni. 1985. Pedoman Umum Penilaian Kemampuan Guru. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Rakhmat, Jalaludin. 1997. Psikologi komunikasi. Bandung, PT. Remaja Rosdakarya. R. Covey, Stephen., 2005 The8th Habit: Melampaui Efektifitas, Menggapai
Keagungan, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
139
Russeffendi. 1980. Pengajaran Matematika Modern. Bandung: Tarsito.
Russeffendi. 1988. Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika Untuk Meningkatkan CBSA, Bandung : Tarsito.
Satori, 2009. Materi Pokok Profesi Kependidikan. Jakarta : Universitas Terbuka. Seligman, M.E.P. 2004. Character Strengths and Virtues. Newyork. Oxpord University Press.
Soedjadi. 2007. Kiat Pendidikan Matematika, Konstatasi keadaan masa kini menuju harapan masa depan.Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Soedjadi, 2007. Model Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan PMRI.
Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Sumantri, Endang, 2010. Pendidikan Karakter sebagai Pendidikan Nilai: Tinjauan Filosofis, Agama dan Budaya. Makalah pada Seminar Nasional Pendidikan Nilai-Karakter, 28 Juli 2010, Sekolah Pascasarjana UPI, Bandung.
Sumardyono. 2004. Sejarah Topik Matematika Sekolah. Paket Pembinaan Penataran. Yogyakarta: PPPG Matematika.
Sumardyono. 2004. Karakteristik Matematika dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Depdiknas.
Suparno, Paul, 2015. Mata Matika, Yogyakarta : PT Kanisius.
Suparno, Paul., 2012. Sumbangan Pendidikan Fisika terhadap Pembangunan Karakter Bangsa. Yogyakarta: LPPM, USD.
Suryabrata, Sumadi, 1987 Psikologi Pendidikan, Jakarta : Penerbit Rajawali. Suryabrata, Sumadi,. 2000. Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Taufik Pasiak, 2003, Rahasia Kekuatan IQ, EQ dan SQ, Bandung: Mizan. The Liang Gie. 1985. Filsafat Matematika. Yogyakarta: Supersukses.
Tonny D. Widiastono. 2004. Pendidikan Manusia Indonesia. Jakarta : Kompas. UUD 1945 Amandemen. UU No 20 tahun 2003 tentang SistemPendidikan Nasional.
Van den Heuvel-Panhuizen, Marja: (1996) Realistic Mathematics Education as Work in Progress. Proceedings of 2001 The Netherlands and Taiwan Conference on Mathematics Education, Taipei, Taiwan, 19–23 November 2001, pp. 1-43.
140
Wilder, Raymond L. 1981. Mathematics as A Cultural System. New york: Pergamon Press.
Yahya, Khan. 2010. Pendidikan Karakter Berbasis Potensi Diri. Yogyakarta: Pelangi Publishing.
Zastrow, Charles H. 1999. The Practice Work, University of Wisconsin, An International Thompson Publishing Company, White Water.
Zohar, Danah & Ian Marshall., 2000. SQ: Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual Dalam Berpikir Integralistik dan Holistik Untuk Memaknai Kehidupan. Bandung: Mizan Media Utama.
Majalah dan internet :
Anonim. 1985. Ethnomathematics :What Might It Be? International Studi Group on Ethnomathematics (ISGEm). Diakses tanggal 14 April 2015 dari Ethnomathematics Digital Library (oleh Pacific Resources for Education and Learning) yang dipublikasi kembali tahun 2003 dalam http://www.ethnomath.org/resources/ ISGEm/022.htm
Doelja, Matematika dan Masyarakat. Diakses pada 23/10/2015. http://peperonity.com /go/sites/mview/doelja/25700681%28p3%29.
Doni Koesoema, A. 2007. Tiga Matra Pendidikan Karakter. Dalam BASIS, Agustus – September 2007.
Hudoyo, 1976. http://aanchoto.com/2010//hakikat-matematika/ Diakses pada 19 Juli 2015.
Kompas, 14 Desember 2012., “ Merancang proses bernalar untuk membuat
pembelajaran bermakna.” oleh Iwan Pranoto. Jakarta : Gramedia.
Kompas, 27 Juni 2009. 10 Obyek Ilmiah Yang Mengubah Dunia. Jakarta : Kompas.
Kompetensi Profesional Guru http://www.m-edukasi.web.id/2014/06/kompetensi-profesional-guru.html. Diakses pada 10 Oktober 2015.
Preto, M.G., dalam http://www.geocities.com/plurivers/ethno.html (diakses 14 Mei 2014).
Sembiring, Robert K., 2008. “Apa dan Mengapa PMRI?” Majalah PMRI, Vol. VI, No. 4, pp. 60-61.
Suyanto, 2010. Urgensi Pendidikan Karakter,. www.mandikdasmen.depdiknas.go.id /we/ pages/urgensi.html
141 129
142 130
143 131
145 133
146 134
147 135
149 137
150 138
151 139
152 140
153 141
154 142
155 143
156 144
157 145
158 146
159 147
160 148
161 149
162 150
163 151
164 152
165 153
166 154
167 155
170 158
171 159
172 160
173 161
174 162
175 163
176 164
177 165
178 166
179 167
180 168
181 169
182 170
183 171
184 172
185 173
186 174