• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

C. Saran

Berkaitan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, ada beberapa saran yang dapat disampaikan dalam proses penelitian yaitu sebagai berikut:

103

1. Guru diharapkan lebih berinisiatif untuk menggunakan beberapa macam metode pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran di kelas, terutama metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II.

2. Penelitian lain yang ingin melanjutkan penelitian tentang metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II diharapkan agar dapat menerapkan metode pembelajaran ini pada mata pelajaran bahasa Indonesia maupun mata pelajaran yang lain.

104

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi dkk. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Sinar Grafika Offset.

Asngari. (2013). Pengaruh Penerapan Metode Kooperatif Tipe Jigsaw II Terhadap Minat dan Prestasi Belajar PKN Siswa Kelas IV SDN Sengi 2.

Universitas Sanata Dharma.

Djamarah, S.B. (2011). Psikologi belajar. Jakarta : Rineka Cipta.

Hardjana. (2006). Cara Mudah Mengarang Cerita Anak-anak. Jakarta: Grasindo.

Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Iskndar. (2012). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Refisi.

Krisdiyanto. (2013). Pengaruh Penerapan Metode Kooperatif Tipe Jigsaw II Terahadap Minat dan Prestasi belajar IPS Siswa Kelas IV SDN Sengi .

Universitas Sanata Dharma.

Kuntari. (2010). Peningkatan Kemampuan Menyimak Cerita Anak Siswa Kelas II SD Kanisius Bantul Semester 2 Tahun Ajaran 2009/2010 melalui Pendekatn Berbasis Masalah. Universitas Sanata Dharma.

Margono, Ignatius. (2007). Metodologi Penelitian Pendidikan Komponen MKDK. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Masidjo. (1995). Penelitian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah. Yogyakarta: Kanisius (anggota IKAPI)

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. (1990). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.

105

Rusman. (2011). Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sanjaya, Wina. (2011). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana.

Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.

Slavin, Robert E. (2008). Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media.

Sudjana, Nana. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sugiyanto. (2012). Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Yuma Pustaka.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung Alfabeta.

Suprijono, Agus. (2011). Cooperatibe Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Surapranata. (2009). Analiis Validitas, Reabilitas, dan Interpretasi Hasil Tes.

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Surya. (2004). Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.

Suwandi. (2010). Penelitian tindakan kelas (PTK) dan penulisan karya Ilmiah.

Surakarta: Yuma Pustaka.

Tarigan, Henry Guntur. (2008). Menyimak: Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa/Edisi Revisi. Bandung: Angkasa.

106

Trianto. (2009). Mendesain Model pembelajaran Inovatif – Progresif : Konsep, Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta : Kencana.

Uno. (2007). Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar Yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.

137 Siklus 1 cerita 1

Tikus yang Rakus dan Musang Aesop

Seekor tikus yang lapar, menemukan sebuah keranjang yang penuh dengan jagung. Ia lalu berusaha untuk masuk ke keranjang tersebut melalui satu celah yang sangat sempit yang menutupi mulut keranjang. Jagung tersebut begitu menggiurkan sehingga sang Tikus memaksa dirinya untuk masuk ke dalam keranjang. Akhirnya dengan susah payah, sang Tikus berhasil masuk dan langsung makan dengan rakusnya hingga perutnya menjadi sangat kenyang, dan bahkan membuat badannya tiga kali lebih besar dibandingkan sebelum masuk ke dalam keranjang tadi.

Akhirnya sang tikus merasa puas dan menarik dirinya yang berat untuk keluar dari keranjang, tetapi hal yang bisa ia lakukan, hanyalah mengeluarkan kepalanya dari celah sempit itu. Di sanalah ia mengerang-ngerang dan mengeluh karena tidak bisa keluar.

Saat itulah seekor musang lewat, dan ketika sang Musang melihat tikus tersebut, ia langsung mengerti kejadian yang dialami oleh sang Tikus.

"Teman," kata sang Musang, "Saya mengerti semua kejadian yang menimpa kamu. Kamu benar-benar kekenyangan sampai tidak bisa keluar. Itulah hukuman bagi kamu. Kamu akan tetap tinggal di sana sampai badanmu sekurus sebelum kamu masuk tadi apabila kamu ingin keluar."

138 Siklus 1 cerita 2

Ayam Yang Berkelahi dan Burung Elang Aesop

Di suatu daerah pertanian, hiduplah dua ekor ayam jantan yang saling bermusuhan dan sering berkelahi antara keduanya. Pada suatu hari, mereka memulai pertengkaran dan kembali berkelahi, saling mematuk dan mencakar. Mereka berkelahi terus hingga salah satunya di kalahkan dan lari menjauh ke sudut untuk bersembunyi.

Ayam jantan yang memenangkan perkelahian itu dengan bangganya terbang ke atas atap kandang, dan mengkepak-kepakkan sayapnya, berkokok dengan sangat bangga dan kerasnya seolah-olah dia ingin memberi tahukan ke seluruh dunia tentang kemenangannya. Tetapi saat itu seekor burung elang yang terbang di udara mendengar dan akhirnya melihat ayam tersebut di atas atap. Burung elang tersebut akhirnya turun dan menyambar dan menerkam ayam jantan yang jadi pemenang tadi untuk dibawa ke sarangnya.

Ayam yang satunya yang tadinya dikalahkan, melihat seluruh kejadian itu dan keluar dari tempat persembunyiannya dan mengambil tempat sebagai pemenang di perkelahian tadi.

139 Siklus 1 cerita 3

Rubah dan Monyet yang Diangkat Menjadi Raja Aesop

Pada pertemuan besar yang diadakan oleh para binatang untuk memilih raja yang baru, seekor monyet diminta untuk menari. Karena tarian sang Monyet begitu indahnya, dan membuat semua binatang yang melihatnya menjadi senang, diangkatlah sang Monyet menjadi raja mereka.

Tetapi seekor rubah yang hadir pada pertemuan itu, tidak senang pada keputusan dari teman-temannya karena menganggap bahwa sang Monyet tidaklah pantas untuk dijadikan raja.

Suatu hari sang Rubah menemukan perangkap dengan umpan daging yang dipasang oleh pemburu, dan dengan segera sang Rubah menghadap sang Monyet yang telah menjadi raja, untuk menyampaikan kepadanya bahwa dia telah menemukan harta karun yang tidak ternilai harganya, hanya saja dia tidak berani menyentuhnya karena harta itu adalah milik raja.

Sang Monyet yang serakah mengikuti sang Rubah menuju ke perangkap tadi. Saat melihat daging pada perangkap, serta-merta sang Monyet langsung menyambarnya tanpa pikir panjang hingga akhirnya sang Monyet terperangkap. Sang Rubah yang berdiri di samping sang Monyet, tertawa dan berkata:

"Kamu berpura-pura menjadi raja kami, tetapi kamu tidak bisa menjaga dirimu sendiri!"

Setelah kejadian itu, para binatang di hutan mengadakan pemilihan raja yang baru kembali.

140 Siklus 1 cerita 4

Semut dan Belalang Aesop

Pada siang hari di akhir musim gugur, satu keluarga semut yang telah bekerja keras sepanjang musim panas untuk mengumpulkan makanan, mengeringkan butiran-butiran gandum yang telah mereka kumpulkan selama musim panas. Saat itu seekor belalang yang kelaparan, dengan sebuah biola di tangannya datang dan memohon dengan sangat agar keluarga semut itu memberikan sedikit makan untuk dirinya.

"Apa!" teriak sang Semut dengan terkejut, "tidakkah kamu telah mengumpulkan dan menyiapkan makanan untuk musim dingin yang akan datang ini? Selama ini apa saja yang kamu lakukan sepanjang musim panas?"

"Saya tidak mempunyai waktu untuk mengumpulkan makanan," keluh sang Belalang; "Saya sangat sibuk membuat lagu, dan sebelum saya sadari, musim panas pun telah berlalu."

Semut tersebut kemudian mengangkat bahunya karena merasa gusar.

"Membuat lagu katamu ya?" kata sang Semut, "Baiklah, sekarang setelah lagu tersebut telah kamu selesaikan pada musim panas, sekarang saatnya kamu menari!" Kemudian semut-semut tersebut membalikkan badan dan melanjutkan pekerjaan mereka tanpa memperdulikan sang Belalang lagi.

141 Siklus 1 cerita 5

Singa, Keledai dan Rubah Berbagi Mangsa Aesop

Seekor singa, seekor keledai dan seekor rubah, berburu bersama-sama dan berhasil menangkap banyak hewan hutan. Sang Keledai pun di minta untuk membagi hewan tangkapan tersebut, dan sang Keledai membaginya dengan sangat adil, membaginya menjadi tiga bagian yang sama banyak.

Sang rubah sangat puas dengan cara pembagian itu, tetapi sang Singa menjadi sangat marah, dan dengan sekali mengayunkan cakarnya yang besar kepada keledai, sang keledai pun mati dan ikut menambah tumpukan mangsa.

Lalu sang Singa berbalik ke arah rubah.

"Sekarang, kamu yang membaginya," katanya dengan marah.

Sang Rubah tidak membuang waktunya lagi untuk berbicara. Dengan cepat ia menumpuk hewan tangkapan tersebut menjadi satu tumpukan besar. Lalu dari sana, ia mengambil sebagian kecil untuk dirinya sendiri, itupun bagian yang tidak berarti seperti tanduk dan tapak kaki dari kambing gunung, termasuk ekor dari sapi.

Sang Singa yang amarahnya telah mereda, tersenyum dan bertanya kepada sang Rubah.

"Siapa yang mengajari kamu untuk membagi tumpukan ini dengan adil?"

"Saya mendapatkan pelajaran membagi dari sang Keledai," balas sang Rubah sambil menjauh.

164 Siklus II cerita 1

Singa dan Keledai Yang Sok Hebat Aesop

Seekor Singa dan Keledai yang telah lama saling mengenal , setuju untuk pergi berburu bersama. Dalam pencarian mereka di hutan, kedua Pemburu ini melihat banyak kambing hutan yang lari bersembunyi dalam satu gua. Diaturlah rencana yang bagus untuk menangkap kambing hutan tersebut. Sang Keledai akan masuk ke dalam gua untuk menggiring kambing hutan keluar gua, dan sang Singa akan menunggu di mulut gua untuk langsung menyergap mereka.

Rencana mereka berjalan dengan lancar. Sang Keledai membuat suara-suara ribut yang menakutkan di dalam gua dengan cara menendang-nendang dan berteriak-teriak sekuat tenaga sehingga kambing-kambing yang ketakutan, lari keluar dan menjadi mangsa sang Singa.

Sang Keledai pun keluar dari gua dan berjalan dengan bangganya.

"Apakah kamu melihat bagaimana saya membuat mereka lari ketakutan? katanya. "Ya, sudah pasti," jawab sang Singa, "dan apabila saya tidak mengenal siapa kamu sesungguhnya, saya pasti akan lari ketakutan juga."

165 Siklus II cerita 2

Serigala Yang Terlihat Baik dan Penggembala Aesop

Seekor serigala telah lama mengincar segerombolan domba, dimana gembala pemilik domba selalu menjaga domba-dombanya dengan sangat berhati-hati dan berusaha mencegah agar serigala tersebut tidak dapat memangsa dombanya. Tetapi sang Serigala terlihat tidak pernah mencoba untuk memangsa dombanya, malahan terlihat membantu sang Gembala menjaga dan menggembalakan domba. Pada akhirnya sang Gembala terbiasa melihat bagaimana sang Serigala menjaga dombanya sehingga sang Gembala lupa betapa jahatnya sang Serigala.

Suatu hari, sang Gembala bepergian cukup jauh dan mempercayakan domba-dombanya dibawah pengawasan sang Serigala saat berangkat. Tetapi betapa terkejutnya sang Gembala saat pulang dan melihat betapa banyak domba-dombanya hilang dan dimangsa oleh sang Serigala. Dia lalu menyesali kebodohannya mempercayai sang Serigala.

166 Siklus II cerita 3

Anjing yang Nakal Aesop

Ada seekor anjing yang sangat nakal dan jahat sehingga majikannya mengikatkan sebuah balok yang cukup berat di lehernya agar orang mengetahui kehadiran anjing tersebut dan bisa menghindari anjing itu.

Tetapi sang Anjing yang nakal itu sangat bangga akan kalung dan balok kayu itu, dia bahkan berlari-larian sambil menyeret-nyeret balok kayu tersebut dengan ributnya untuk menarik perhatian orang lain. Tetapi tak ada satupun orang yang senang melihat anjing itu.

Seekor anjing lain yang melihatnya kemudian berkata "Kamu seharusnya lebih bijaksana dan berdiam diri di rumah agar orang tidak melihat balok yang dikalungkan di lehermu. Apakah kamu senang bahwa semua orang tahu betapa nakal dan jahatnya kamu?"

167 Siklus II cerita 4

Tiga Lembu Jantan dan Singa Aesop

Seekor singa telah lama mengamati 3 ekor lembu jantan yang sedang makan di padang rumput yang terbuka. Sang Singa telah beberapa kali mencoba untuk menyerang kawanan lembu tersebut, tetapi kawanan tersebut selalu bersatu, saling membantu satu sama lain sehingga sang Singa selalu mengalami kegagalan. Sang Singa hanya memiliki harapan tipis untuk memangsa lembu-lembu tersebut karena sang Singa bukanlah tandingan ketiga lembu jantan yang kuat, bertanduk tajam dan berkuku kaki yang keras. Tetapi sang Singa tidak pernah meninggalkan padang tersebut karena selalu tergiur untuk memangsa kawanan lembu itu.

Suatu hari, kawanan lembu ini bertengkar hebat sesamanya, dan akibat pertengkaran itu, mereka sekarang berdiri sendiri-sendiri, terpisah jauh antara yang satu dengan yang lainnya.

Saat itulah sang Singa dengan mudahnya menerkam lembu-lembu tersebut satu-persatu.

168 Siklus II cerita 5

Banteng Yang Berkelahi dan Katak di Rawa-rawa Aesop

Dua ekor banteng berkelahi dengan sengitnya di dekat suatu rawa-rawa. Katak tua yang hidup di rawa-rawa menjadi gemetar ketakutan saat melihat perkelahian sengit itu.

"Apa yang kamu takutkan?" kata katak yang masih muda.

"Tidakkah kamu melihat," balas sang Katak Tua, "bahwa banteng yang kalah akan terdorong menuju ke rawa-rawa di sini, dan kita semua akan terinjak sampai masuk ke dalam lumpur?"

Benar apa kata sang Katak Tua itu, tidak berapa lama kemudian, banteng yang kalah terdorong sampai ke rawa-rawa, dan telapak kakinya yang besar dan keras tanpa sengaja menginjak beberapa katak di rawa-rawa tersebut hingga tewas. Saat sesuatu yang besar berkelahi dan terjatuh, yang kecil turut mengalami penderitaan.

Dokumen terkait