• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

B. Saran

c. Pendanaan, seperti sekolah swasta lain, SMK Kartika X-2 Jakarta tidak

Kartika X-2 bukanlah berasal dari kalangan menengah ke atas, namun kepala sekolah ingin menyukseskan tujuan meningkatkan kualitas pendidik.

Untuk mengatasi hambatan itu semua, dapat dilakukan dengan melakukan pendekatan serta kebersamaan. SMK Kartika X-2 sangat menciptakan suasana serta kondisi kekeluargaan, kebersamaan, dan hubungan yang harmonis antar individu.

Dalam pelaksanaan pembinaan yang dijalankan, selalu dilakukan evaluasi diawali dengan melakukan rapat kerja kemudian rapat akhir tahun serta kritik dan evaluasi yang sifatnya membangun selain itu terdapat program brifing setiap hari sebelum proses KBM dilaksanakan, pada saat itu membahas info seputar pendidikan yang sedang hangat dibicarakan, serta evaluasi sehari-hari juga dilakukan dalam forum ini.

Penilaian terhadap tenaga pendidik yang dilakukan SMK Kartika X-2 Jakarta di antaranya:

a. Wajib memberikan laporan kinerja dalam bentuk laporan agenda mengajar selama proses KBM berlangsung.

b. Penilaian komitmen misalnya pada kehadiran (absensi) dan ketepatan waktu, ini merupakan bagian untuk menilai kedisiplinan para pendidik. c. Supervisi baik dilakukan oleh pihak intern (sekolah) maupun ekstern

(Depdiknas). Program supervisi yang dilaksanakan oleh pihak sekolah dua kali dalam satu tahun untuk menilai kualitas secara bertahap. Supervisi dilakukan oleh Depdiknas dan sekolah. Supervisi intern dilaksanakan pertahun pelajaran yang dilakukan oleh empat staf yang mendapat delegasi dari kepala sekolah. Setiap staf ditugaskan untuk melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap 10 orang pendidik yang telah dipetapkan sebagai anggotanya, supervisi intern yang dilakukan oleh para staf ini dinamakan sebagai tutor sebaya. Sedangkan supervisi ekstern dilakukan pertahun pelajaran yang pelaksanaannya dilakukan oleh Depdiknas.

d. Penilaian berupa angket dengan responden seluruh siswa untuk menilai kompetensi mengajar setiap tenaga pendidik. Penilaian dengan angket ini dilakukan setiap memasuki awal tahun pelajaran baru.

e. Penilaian tenaga pendidik juga dilakukan dengan melihat perkembangan tingkat prestasi peserta didik. Jika prestasi siswa menurun pada mata pelajaran tertentu maka pendidik bersangkutan akan dipindahkan ke bidang studi lain.

f. Hasil bimbingan dan konseling yang dilakukan pendidik BK kepada siswa. Dalam hal ini pendidik BK sebagai mediator untuk memberikan informasi serta evaluasi (saran dan kritik) dari siswa baik selama proses KBM berlangsung atau yang berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab para tenaga pendidik.

Untuk menyikapi pendidik yang belum sesuai dengan kualitas diharapkan, kepala sekolah akan melakukan:

a. Pemberian motivasi, selain dari segi moril juga dengan bantuan berupa pinjaman lunak bagi pendidik yang kurang mampu untuk melanjutkan studinya, pemberian penghargaan bagi pendidik yang berprestasi.

b. Mengikutsertakan pendidik pada seminar pendidikan dan workshop dari berbagai instansi.

Salah satu indikator kualitas pendidik dapat dilihat dari kinerjanya. Faktor yang mempengaruhi kinerja tenaga pendidik yaitu, kompetensi, latar belakang pendidikan, lingkungan kerja yang kondusif dan nyaman, media dan teknologi, serta sarana prasarana yang menunjang. Namun, dari dari faktor yang mempengaruhi kinerja tersebut ada satu hal yang lebih penting yakni seberapa besar tanggung jawab yang dimiliki pendidik dalam menyelesaikan tugasnya.

Upaya kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas pendidik SMK Kartika X-2 Jakarta yaitu:

1) Mengadakan program brifing. Program yang diupayakan untuk meningkatkan profesionalitas kinerja, pemberian motivasi, mengukuhkan silaturahim, serta evaluasi harian. Program yang barui berjalan dua tahun ini memberikan dampak positif yang cukup signifikan, yakni etos kerja

semakin meningkat dan hubungan antar personal sangat akrab serta harmonis (kekeluargaan).

2) Mengundang pakar pendidikan untuk melatih dan membina pendidik dan karyawan, yang didatangkan langsung dari Depdiknas maupun para penilik pendidikan.

Untuk kesejahteraan mempunyai perencanaan yang matang dengan kebijakan tunjangan yang diberikan kepada pendidik. Tunjangan pensiun dapat diberikan meskipun belum sampai pada usianya karena di mutasikan ke sekolah lain (untuk PNS) maka dalam hal ini dana pensiun dapat diberikan.

Tunjangan yang diberikan oleh SMK Kartika X-2 Jakarta untuk para tenaga pendidiknya adalah:

1) DANSOS (Dana Sosial) 2) DANKES (Dana Kesehatan) 3) Dana THT (Tunjangan Hri Tua)

4) Dana kematian (keluarga pendidik juga berhak mendapatkannya 5) Program tamasya untuk keluarga pendidik SMK Kartika X-2 Jakrta.

Penghargaan kepada pendidik berprestasi diberikan baik berupa materi maupun non-materi. Ketika ada perlombaan tingkat nasional misalnya setiap meraih juara, ada akumulasi hadiah yang berbeda yang akan diperoleh dari sekolah setiap kejuaraan yang diraihnya. Karena mendidik itu membutuhkan waktu, pikiran, dan tenaga yang tidak sedikit, maka perlu penghargaan setidaknya dukungan dari sekolah untuk menyukseskannya. Sekolah sangat antusias merespon pendidik berprestasi, mereka yang berprestasi akan mendapatkan motivasi baik berupa materi, kenaikan jabatan, kenaikan honor, dan penghargaan lainnya.

Kompetensi yang diberikan sekolah bermacam-macam sumbernya, seperti koordinator pada suatu bidang, mengorbitkan siswa untuk perlombaan, tunjangan wali kelas, tunjangan staf, pemeriksaan soal dan jawaban semester, pelaksanaan dari setiap kegiatan baik awal dan akhir semester, misalnya ujian

semester, ujian sekolah, ujian nasional, studi tour, dan sebagainya. Selain itu, terdapat kompensasi transport, pendidik yang mendapatkan tugas piket, masa kerja selama di sekolah untuk setiap tahunnya, serta dilengkapi dengan adanya berbagai tunjangan yang telah disebutkan.

Selain itu setiap pendidik menggunakan metode pembelajaran yang berbeda diantaranya adalah metode tutorial sebaya, ceramah, portofolio, Tanya jawab, demonstrasi, kerja kelompok, dan eksperimen. Metode disesuaikan dengan sarana dan prasarana, waktu, situasi, dan kondisi. Sedangkan media yang digunakan adalah media yang ada yaitu ruang audio visual, laboratorium komputer, laboratorium bahasa, proyektor, bengkel belajar, serta software pada mata pelajaran tertentu.

Melihat peran kepala sekolah dalam membina kualitas guru, kepala sekolah berencana untuk selalu mengadakan kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan kualitas guru-guru di SMK Kartika X-2 Jakarta, salah satunya yaitu meningkatkan pelaksanaan pelatihan/seminar/workshop, menciptakan suasana kerja yang nyaman, dan mengadakan supervisi secara berkelanjutan.guna meningkatkan kualitas guru sebagai pendidik.

56

BAB V

PENUTUP

A.Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai peran kepala sekolah dalam membina kualitas pendidik di SMK Kartika X-2 Jakarta, maka dapat dikemukakan beberapa temuan penelitian sebagai berikut:

1. Dalam membina kualitas pendidik di SMK Kartika X-2 Jakarta, kepala sekolah belum sepenuhnya mampu menjalankan perannya sebagai penyelenggara Diklat/workshop, supervisor, pencipta lingkungan tugas maupun memberi dukungan fasilitas pembelajaran.

2. Guru sangat antusias dalam mengikuti kegiatan Diklat/worksop, dikarenakan narasumbernya yang profesional juga materi yang

disampaikannya sangat bermanfaat, serta tempat pelaksanaan workshop tersebut sudah memadai dan suasananya terasa nyaman, hanya waktu pelaksanaan yang dirasa masih jarang dilakukan. Sangat disayangkan jika kegiatan tersebut belum menjadi kegiatan rutin tahunan, karena sangat bermanfaat bagi pendidik dalam meningkatkan kemampuannya.

3. Dalam melaksanakan perannya sebagai supervisor, kepala sekolah belum membina guru secara optimal. Kepala sekolah hanya dua kali dalam setahun melakukan observasi maupun kunjungan kelas, tidak pernah melakukan pertemuan individual, tidak menyediakan waktu khusus untuk guru berkonsultasi terkait dengan tugasnya, tidak pernah memberikan layanan akademik terkait memberi contoh cara mengajar dan mengelola kelas yang baik dan kepala sekolah belum membuat program secara berkala dalam mengembangkan sumber daya guru. Walaupun kepala sekolah mampu menciptakan iklim kerja yang kondusif dan bekerja sama secara baik dengan para guru, namun hal itu belum cukup untuk membina guru menjadi berkualitas.

4. Pada dasarnya pelaksanaan tugas yang diciptakan oleh kepala sekolah sudah mampu memadukan antara potensi profesional guru dengan pelaksanaan tugas-tugas pokoknya. Para guru beranggapan kepala sekolah mampu menciptakan iklim kerja yang dapat menumbuhkan saling menghormati antar guru, memfasilitasi guru untuk mengadakan diskusi kelompok dan mampu memotivasi guru untuk melaksanakan tugas yang diberikan.

Berdasarkan beberapa temuan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah belum sepenuhnya mampu melaksanakan perannya dalam membina kualitas guru. Walaupun demikian guru-guru diberi kesempatan untuk mengembangkan kemampuannya melalui berbagai jalur baik dengan mengikuti program atau kegiatan yang dilakukan oleh pihak luar maupun dengan belajar mandiri.

B.Saran

Dari beberapa hasil penelitian dan simpulan yang telah dijelaskan, maka peneliti menyampaikan beberapa saran sebagai berikut:

1. Kepala sekolah perlu menysun program secara rutin untuk menyelenggarakan Diklat/workshop/seminar bagi guru-guru dengan narasumber yang berkualitas dan waktu yang memadai agar kegiatan tersebut memiliki nilai guna bagi guru-guru dalam meningkatkan kualitas mereka. Untuk terlaksananya program tersebut kepala sekolah perlu bekerjasama dengan pihak yayasan atau mencari sponsor dari luar.

2. Kepala sekolah perlu menjalankan perannya dengan baik sebagai supervisor dengan cara membuat supervisi pembelajaran dan melaksanakannya agar guru merasa terbina, diawasi, dan dihargai.

3. Guru hendaknya dapat memanfaatkan dukungan kepala sekolah dengan baik untuk mengikuti kegiatan Diklat/workshop/MGMP yang diselenggarakan pihak luar sekolah secara serius dan sungguh-sungguh, sehingga dapat terealisasikan pada peningkatan kualitasnya dalam menjalankan tugasnya.

59

DAFTAR PUSTAKA

A. Sahertian, Piet. Dimensi-Dimensi Administrasi Pendidikan di Sekolah. Surabaya: Usaha Nasional. 1994.

Al-Barry, Hassan. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya: Arkola. 1994. Arief, Armai. Reformulasi Pendidikan Islam. Jakarta: CRSD Press. 2005.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian ; Suatu Pendekatan Praktik.

Yogyakarta: Bina Aksara. 1985.

B. Uno, Hamzah. Profesi Kependidikan (Problema, Solusi, dan Reformasi Pendidikan di Indonesia). Jakarta: PT. Bumi Aksara. 2008.

B. Flippo, Edwin. Manajemen Personalia Jilid 6. Jakarta: Erlangga. 2003.

Burhanuddin. Analisis Administrasi Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. 1994.

Fattah, Nanang. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: Rosda Karya. 2004. Fathurrohman, Pupuh. Strategi belajar Mengajar-Strategi Mewujudkan Pembelajaran Bermakna Melalui penanaman Konsep Umum & konsep Islami. Bandung: PT. refika Aditama. 1995.

Hamalik, Oemar. Pendidikan Guru Berdasrkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta: PT. Bumi Aksara. 2006.

J. Moleong, Lexy. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2004.

Lazaruth, Soewadji. Kepala Sekolah dan Tanggng Jawabnya. Salatiga: Kanisius. 1994.

M. Dahlan, Al Barry. Kamus Modern Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Balai Pustaka. 1994.

Mulyasa, E. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: Rosda Karya. 2004. Mulyasa, E. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: Rosda Karya. 2002.

Mulyasa, E. Standar Kompetensi dan Kompetensi Guru. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya Offset. 2007.

Nasir, M. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. 1988.

Nawawi, Hadari. Administrasi Pendidikan. Jakarta: Haji Masagung. 1988. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru. Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 2005. Tentang Standar Nasional

Pendidikan. Bandung: Citra Umbara. 2008.

Pidarta, Made. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: Bina Aksara. 1989. Poerdawarminta. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 1976. Rosyada, Dede. Paradigma Pendidikan Demokrasi. Jakarta: Kencana Media

Group. 2004.

Sajaya, Wina. Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Sekolah.

Jakarta: Prenada Media Group.

Saksono, Slamet. Administrasi Kepegawaian. Yogyakarta: Kanisisus. 1993.

Sholeh, Asrorun Ni’am. Membangun Profesionalitas Guru, Analisis Kronologis

atas lahirnya UU Guru dan Dosen. Jakarta: ELSAS. 2006.

Soetopo, Hendiyat dan Wasty Soemanto. Kepemimpinan dan Supervsi Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara. 1988.

Suyanto, Bedjo. Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah. Jakarta: Sagung Seto. 2007.

Tayibnapis, Burhanuddin A. Administrasi Kepegawaian SuatuTinjauan Analitik. Jakarta: Pradnya Paramita. 1995.

Tilaar, H.A.R. Manajemen Pendidikan Nasional. Bandung: Remaja Rosada Karya. 1992.

Tjiptono, Fandy dan Anastasia Diana. Total Quality Management (TQM). Yogyakarta: Andi Offset. 1998.

Undang-undang R.I. No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS & PP No. 47 Tahun 2008 Tentang Wajib Belajar.

Usman, Moh. Uzer. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 1994.

Dokumen terkait