• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran kepala sekolah dalam membina kualitas pendidik di SMK Kartika X-2 Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peran kepala sekolah dalam membina kualitas pendidik di SMK Kartika X-2 Jakarta"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S. Pd)

Oleh:

SUHARYONO GUSTIAWAN 107018200941

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

KEPALA SEKOLAH DALAM MEMBINA KUALITAS PENDIDIK DI SMK KARTIKA X-2 JAKARTA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Celar

Sarjana Pendidikan (S. Pd)

Oleh

Suharvono Gustiawan

107018200941

Di bawah Bimbingan

JURUSAN KI-MANAJEME,N PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)

KUALITAS PENDIDIK

DI

sMK KARTIKA

x-2

JAKARTA,' telah diujikan dalam sidang .munaqasyah Fakultas

Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan

UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 20 Agustus 2014.

di

hadapan Dewan penguji

Khrena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana Stratal (S.Pd.) dalam bidang

Manajemen Pendidikan

Panitia Sidang Munaqasah

Ketua Sidang (Ketua Jurusan

KI-Manajemen Pendidikan)

Dr. Hasyim Asy'ari. M. Pd

NIP. 1966t009 199303 1 004

Sekletaris Panitiar (Sekr. Prodi)

Dr. Zalmiddin. Lc., M.Pd

NrP 19730602 200s01 1 002

Penguji I

Drs. H. Mu'arif SAM, M.Pd. NIP. lg650lt7 199403

I

005

Penguji

II

Dr. Has),im Asy'ari. M. Pd NIP. 19661009 199303 1 004

Jakafta, 13 Mei 2015

Tanggal

Tanda Tangan

ill'E

/rq

dr.(

to/

ts ,...t...

t0,

)o/

/.:

/t'

Dekan Fakultas Ilm

(4)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama

Tempat/Tanggal lahir NIM

Jurusan

Judul Skripsi

Dosen Pembimbing

Suharyono Gustiawan

Jakarta,26 Agustus 1990

1 070 I 820094 I

Kl-Manajemen Pendidikan

Peran Kepala Sekolah dalam Membina

Kualitas Pendidik di SMK Karlika X-2lakarta

Zahrudtn, Lc., M. Pd

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan karya saya sendiri yang diajukan untuk memenuhi salah

satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1)

di

Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarla.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di IJIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya

ini

bukan hasil karya saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia nienerima sariksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 23 Juli 2014 Penulis

Suharyono Gustiawan

(5)

Seluruh sumber referensi yang ada di dalam skripsi ini disusun oleh :

Nama

NIM

Semester

Jurusan/Prodi

Judul Skripsi

Suharyono Gustiawan

r0701820094r

XIV (empat belas)

KI-Manaj emen Pendidikan

Peran Kepala Sekolah dalam Membina Kualitas pendidik di SMK Kartika X-2 Jakarta

Telah diuji kebenarannya oleh dosen pembimbing sesuai dengan ketentuan yang

berlaku di universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 1 6 Agustus 20 I 4

Dosen Pembimbi

(6)

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peran yang dilakukan kepala sekolah dalam membina kualitas pendidik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan instrument penelitian wawancara, studi dokumen, dan observasi. Untuk memperoleh hasil penelitian yang optimal, data hasil wawancara dengan kepala sekolah dikonfirmasi denagn dokumen yang diperoleh dan sedapat mungkin dibandingkan dengan hsil observasi serta hasilwawancara guru.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepala sekolah belum sepenuhnya mampu melaksanakan perannya dalam membina kualitas guru. Walaupun demikian guru-guru diberi kesempatan untuk mengembangkan kemampuannya melalui berbagai jalur, baik dengan mengikuti kegiatan Diklat/workshop intern maupun dari luar.

(7)

Fostering Quality Teachers in SMK Kartika X - 2 Jakarta .

This study aimed to describe the role played by the principal in maintaining the quality of educators . The method used in this research is descriptive qualitative research instrument interview , study of documents , and observation . To obtain optimum results of the study , data from interviews with school principals confirmed denagn documents obtained and where possible compared to HSIL and hasilwawancara teacher observation .

The results showed that the principal has not been fully able to carry out its role in fostering the quality of teachers . Nevertheless, teachers are given the opportunity to develop their abilities through various channels , either by following training activities / workshops both internal and external .

From this conclusion it is suggested that the principal needs to prepare the program routine to organize training / workshops for teachers with a resource of qualified and sufficient time for these activities have a value in order for teachers to improve their skills . To terlaksanyanya and facilitate the activities of the principals need to work with the foundation in terms of funding or seek sponsorship from the outside. Heads also need to carry out their duties well as a supervisor to create and implement learning programs so that teachers feel nurtured , watched and appreciated its work .

(8)

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang senantiasa selalu penulis ucapkan sebagai ungkapan rasa syukur atas segala limpahan nikmat, rahmat dan anugerah-Nya kepada penulis, sehingga dapat terselesaikan sebuah karya kecil berupa skripsi ini sebagai persyaratan dalam mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) yang mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi diri penulis khususnya dan umumnya bagi seluruh pembaca karya ini.

Penulis sadar bahwa dalam proses penyelesaian skripsi ini banyak pihak yang telah memberikan bimbingan serta bantuan baik moril maupun materil kepada penulis. Sudah menjadi kepatutan sebagai rasa terimakasih yang sedalam-dalamnya penulis sampaikan kepada semua pihak yang berjasa yaitu:

1. Nurlena Rifa’i, Ph.D, MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Hasyim Asy’ari, M. Pd. Ketua Jurusan Manajemen Pendidikan.

3. Zahrudin, Lc., M. Pd. selaku pembimbing yang telah memberikan pengarahan, motivasi, dan juga waktu yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

4. Drs. Amirudin, M. M. Kepala SMK Kartika X-2 Jakarta beserta jajaran yang telah membantu penulis dengan memberikan izin untuk mengadakan observasi dan penelitian di sekolah tersebut.

5. Terlebih orang tuaku yang sangat penulis sayangi (Ayahanda Suhaeri Suprapto dan Ibunda Poniyah) yang selalu memberikan dukungan, bimbingan dan doa yang tiada hentih kepada penulis sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

(9)

8. Kawan-kawan seperjuanganku Jurusan MP Angkatan 2007, khususnya kelas B yang selalu bersama-sama saat masa perkuliahan.

Akhirnya penulis berdoa kepada Allah SWT mudah-mudahan mereka yang turut mebantu studi penulis dan kelancaran penelitian skripsi ini, baik yang disebut maupun yang tidak disebut namanya, semoga Allah membalasnya dan diberikan keberkahan dalam kehidupanya.

Penulis sadar penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan, saran yang baik sangat penulis harapkan. Dengan segala kekurangannya, mudah-mudahan karya ini dapat bermanfaat pula bagi pembaca sekalian. Amin

Jakarta, 16 Agustus 2014 Penulis

(10)

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 5

C.Pembatasan Masalah ... 5

D.Perumusan Masalah... 5

E. Tujuan... 5

F. Manfaat Penelitian... 6

BAB II KAJIAN TEORI A.Kualitas Pendidik ... 7

1. Pengertian Kualitas Pendidik ... 7

2. Kualifikasi Pendidik ... 10

3. Tugas dan Fungsi Pendidik ... 11

4. Kompetensi Pendidik... 14

5. Persyaratan Pendidik Berkualitas ... 18

B.Pembinaan Kualitas Pendidik ... 19

1. Pengertian Pembinaan Kualitas Pendidik ... 20

2. Tugas, Fungsi, dan Prinsip Pembinaan Pendidik ... 21

3. Strategi Pembinaan Kualitas Pendidik ... 25

C.Pembinaan Kualitas Pendidik oleh Kepala Sekolah ... 30

1. Tanggung Jawab dan Fungsi Kepala Sekolah ... 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.Tempat dan Waktu Penelitian ... 42

B.Fokus Penelitian ... 43

C.Metode Penelitian, Jenis, dan Sumber Data ... 43

(11)

E. Teknik Analisis Data ... 45

F. Kisi-kisi Instrumen ... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN A.Gambaran Umum SMK Kartika X-2 Jakarta ... 47

1. Identitas Sekolah ... 47

2. Visi dan Misi Sekolah ... 48

3. Data Pendidik ... 49

B. Deskripsi dan Analisis Data ... 50

BAB V PENUTUP A.Simpulan ... 56

B. Saran ... 58

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran peserta didik secara aktif dalam mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.1 Nilai sebuah

pendidikan adalah proses pembelajaran. Tidak ada kualitas pendidikan tanpa kualitas pembelajaran. Berbagai upaya peningkatan mutu pendidikan dapat dianggap kurang berguna bilamana belum menuju perbaikan proses pembelajaran. Di antara keseluruhan komponen dalam pembelajaran guru merupakan komponen yang sangat menentukan keberhasilan dalam pembelajaran. Tidak ada kualitas pembelajaran tanpa kualitas guru. Apapun yang telah dilakukan oleh kepala sekolah, namun yang pasti adalah

1

(13)

peningkatan kualitas pembelajaran tidak mungkin ada tanpa kualitas kinerja guru. Guru merupakan sumber daya manusia yang sangat menentukan keberhasilan pembelajaran. Guru merupakan unsur pendidikan yang sangat dekat hubungannya dengan peserta didik dalam pendidikan sehari-hari di sekolah dan banyak menentukan keberhasilan peserta didik.

Kedudukan guru sebagai tenaga profesional, dibahas dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Bab III pasal 7, bahwa profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut: (a) memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealism; (b) memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia; (c) memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas; (d) memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas; (e) memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan; (f) memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja; (g) memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat; (h) memiliki jaminan perlindungan hokum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan; dan (i) memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.2

Sejalan dengan tantangan kehidupan global, peran dan tanggung jawab guru pada masa mendatang akan semakin kompleks, sehingga menuntut guru untuk senantiasa melakukan berbagai peningkatan dan penyesuaian penguasaan kompetensinya. Guru harus lebih dinamis dan kreatif dalam mengembangkan proses pembelajaran siswa. Untuk menghadapi tantangan profesionalitas, guru perlu berpikir secara antisipatif dan proaktif. Artinya, guru harus melakukan pembaruan ilmu dan pengetahuan yang dimilikinya secara terus menerus.

2

(14)

Potensi sumber daya guru perlu terus tumbuh dan berkembang agar dapat melakukan fungsinya secara potensial. Selain itu pengaruh perubahan yang serba cepat mendorong guru-guru untuk terus-menerus belajar menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta mobilitas masyarakat. Masyarakat mempercayai, mengakui, dan menyerahkan kepada guru untuk mendidik dan membantu mengembangkan potensi anak didik secara profesional. Salah satu hal yang dapat dilakukan dalam rangka pemberdayaan guru adalah mengaktualisasikan peran kepala sekolah. Kepala sekolah sangat berpengaruh dalam meningkatkan semangat kerja guru dalam melaksankan tugas. Hasil penelitian Hersey menunjukkan bahwa ada Sembilan faktor yang dapat memengaruhi semangat kerja seseorang dalam menjalankan tugas, yaitu kesiapan kerja, kondisi kerja, organisasi kerja, kepemimpinan, gaji, kesempatan mengemukakan ide, kesempatan memelajari tugas, jam kerja, dan kemudahan kerja (Tiffin, 1952). Mc. Laughtin mengemukakan bahwa ada tiga faktor yang menyebabkan rendahnya semangat kerja guru, yaitu kurangnya input dalam pengambilan keputusan, kurangnya hubungan teman sejawat, dan kurangnya pengakuan prestasi

Berdasarkan pembahasan di atas, dapat digarisbawahi bahwa kepala sekolah sangat berperan dalam meningkatkan semangat kerja guru dalam melaksanakan tugas di sekolah. Dengan demikian, berarti esensi peran kepala sekolah adalah membantu guru dalam mengembangkan kualitasnya. Mengembangkan kemampuan dalam konteks ini haruslah ditafsirkan secara luas, artinya semata-mata tidak ditekankan pada peningkatan pengetahuan dan keterampilan mengajar guru, melainkan juga peningkatan komitmen atau kemauan atau motivasi guru, sebab dengan meningkat kemampuan dan motivasi kerja guru, kualitas akademik akan meningkat.

(15)

kenyataannya sampai saat ini masih terdapat guru yang kemampuannya belum sesuai dengan standar minimal yang diharapkan.

Kenyataan itu menunjukkan bahwa memang masih banyak terdapat sejumlah guru yang belum berkualitas. Kondisi ini bisa disebabkan karena guru itu sendiri tidak memiliki kesempatan untuk mengembangkan dirinya dengan belajar mandiri akan hal-hal yang dapat menunjang tugas profesinya, belum berfungsinya organisasi profesi guru secara optimal dalam memberdayakan dan meningkatkan profesi guru, kurang seriusnya pemerintah dalam menangani persoalan-persoalan yang berkaitan dengan guru, dan belum optimalnya peran kepala sekolah dalam membina kualitas guru.

Salah satu sekolah yang belum maksimal dalam melakukan pembinaan kualitas pendidik adalah SMK Kartika X-2 Jakarta. Sebagi lembaga pendidikan formal, tentu guru menjadi patokan keberhasilan proses pendidikan sekolah tersebut. oleh karena itu, diperlukan guru yang mampu melaksanakan pembelajaran secara optimal. Namun tampaknya hal itu belum dapat terwujud secara baik, walaupun pihak sekolah dalam hal ini kepala sekolah sudah melakukan beberapa kegiatan untuk membina kualitas guru, seperti menyelenggarakan pelatihan, latihan penyusuna perangkat pembelajaran, member kesempatan guru untuk mengikuti seminar/ workshop/diklat intern maupun ekstern yang bertujuan meningkatkan kualitas pendidik. Keadaan tersebut dapat terjadi karena kurangnya kemampuan guru dalam merencanakan pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran, kurang memahami landasan pendidikan, mulai melemahnya semangat untuk mendidik, masih kurangnya kesadaran guru dalam penggunaan waktu yang efektif dalam mengajar, serta terdapat materi pelajaran yang diampu tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya.

Dari realitas yang telah dibahas, peneliti tertarik untuk mengkaji lebih

lanjut melalui sebuah penelitian dengan judul “Peran Kepala Sekolah Dalam

(16)

B.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

1. Belum jelasnya sasaran pengembangan sumber daya tenaga pendidik yang harus dilakukan.

2. Guru tidak memiliki kesempatan untuk mengembangkan dirinya dengan belajar mandiri.

3. Kurang efektifnya pemanfaatan waktu mengajar.

4. guru belum maksimal dalam menjalankan tugasnya karena pembinaan yang belum optimal.

5. Belum optimalnya peran kepala sekolah dalam membina kualitas guru.

C.

Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya cakupan permasalahan dalam membina kualitas pendidik, untuk memfokuskan penelitian dan efisiensi waktu, makapenelitian ini hanya dibatasi pada peran kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas pendidik.

D.

Perumusan Masalah

Dari pembatasan masalah yang telah dikemukakan oleh penulis, maka perumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “bagaimana peran kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas pendidik?

E.

Tujuan Penelitian

(17)

F.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara praktis maupun teoritis bagi banyak pihak.

1. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan atau bahan pertimbangan dalam membina kualitas pendidik bagi kepala sekolah.

2. Manfaat Teoritis

(18)

BAB II

KAJIAN TEORI

A.Kualitas Pendidik

1. Pengertian Kualitas Pendidik

Dalam studi manajemen terdapat sebagai pandangan yang mencoba merumuskan definisi kualitas dengan arti yang berbeda-beda, Fandy Tjiptono

dan Anastasia Diana yang mengatakan” Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang

memenuhi atau melebihi harapan.”1

Secara etimologis, kualitas adalah “Derajat, tingkat, kadar dan nilai.”2

Chrosby menjelaskan, “Kualitas adalah sesuai dengan yang disyaratkan atau

distandarkan.”3 Sedangkan Gavin dan Davis menyatakan, “Kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, manusia, proses, dan tugas serta lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan atau

konsumen. ”4

Dalam pengertian umum, kualitas mengandung makna derajat keunggulan suatu produk atau hasil baik barang atau jasa. Barang dan jasa pendidikan itu bermakna dapat dilihat dan tidak dapat dilihat tetapi dapat

1

Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana, Total Quality Management (TQM), (Yogyakarta:

Andi Offset, 1998), h.53.

2

Al Barry dan M. Dahlan, Kamus Modern Bahasa Indonesia, (Yogyakarta: Balai Pustaka,

1994), h. 432.

3

M. N. Nasution, Manajemen Mutu Terpadu, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), h. 2.

4

(19)

dirasakan. Dikatakan berkualitas jika sumber daya manusianya bekerja efektif dan efisien.5

Dengan demikian kualitas dapat didefinisikan sebagai upaya memenuhi atau melebihi harapan mencakup produk, tenaga kerja, proses dan lingkungan serta memiliki kondisi yang selalu berubah, misalnya apa yang dianggap merupakan kualitas saat ini mungkin dianggap kurang berkualitas pada masa sekarang.

Selanjutnya definisi dari pendidik, dalam ketentuan umum

Undang-Undang tentang Sisdiknas, “Pendidik adalah tenaga kependidikan yang

berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widiaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan

kekhususannya, serta berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan.”6 Sebagaimana dalam pasal 1 Bab I, “Guru adalah pendidik profesional

dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.”7 Guru adalah pendidik yang memiliki kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini yang meliputi: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi professional, dan kompetensi sosial.8

Guru memegang peranan penting dalam kegiatan proses belajar mengajar di sekolah. Peran utama ini mengaharuskan guru melaksanakan kewajibannya secara bersungguh-sungguh dengan penuh rasa tanggung jawab yang didasarkan pada kualifikasi keilmuan yang dimiliki, oleh karena itu keberhasilan proses pembelajaran menjadi tanggung jawab utamanya. Dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya, guru memiliki kewajiban seperti apa

5

Sudarwan Danim, Visi Baru Manajemen Sekolah dari Unit Birokrasi ke Lembaga

Akademik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 53.

6

Undang-Undang R.I. No. 20 Tahun 2003, Tentang SISDIKNAS & PP No. 47 Tahun 2008

Tentang Wajib Belajar, (Bandung: Citra Umbara), h. 3.

7

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru.

8

Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 2005, Tentang Standar Nasional Pendidikan,

(20)

yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Guru dan Dosen No. 14 Tahun 2005, yaitu:

a. Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran.

b. Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.

c. Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atasa dasar pertimbangan jenis kelamin, agama suku, ras dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang keluarga, dan status social ekonomi peserta didik dalam pembelajaran.

d. Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik guru, serta nilai-nilai agama dan etika.

e. Memilihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.9

Yang lebih dirinci dalam Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, sebagai berikut:

a. Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran.

b. Memberikan tauladan dan menjaga nama baik lembaga dan profesi. c. Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan

kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.

d. Memotivasi peserta didik melaksanakan waktu belajar di luar jam sekolah.

e. Memberikan ketauladanan dan menciptakan budaya membaca dan budaya belajar.

9 Asrorun Ni’am Sholeh,

(21)

f. Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu atau latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran. g. Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode

etik guru, serta nilai-nilai agama dan etika.

h. Memilihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.10

Berkaitan dengan tugas dan profesinya, guru harus mengetahui serta memahami nilai-nilai, dan berusaha berperilaku atau berbuat sesuai dengan segala tindakannya dalam pembelajaran di sekolah, dan dalam kehidupan bermasyarakat.

Sebagai seorang pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.11 Kualifikasi akademik adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh setiap pendidik yang dibuktikan dengan ijazah atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan undang-undang.

Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kualitas pendidik adalah kriteria yang memenuhi standar dan harapan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dari subjek yang memiliki tugas utama sebagai pendidik, pengajar, pelatih, pembimbing serta penilai peserta didik.

2. Kualifikasi Pendidik

Secara garis besar ada tiga tingkatan kualifikasi profesional guru sebagai tenaga profesional tenaga pendidik. Pertama, tingkatan capable personal, maksudnya guru diharapkan memiliki pengetahuan kecakapan dan keterampilan serta sikap yang lebih mantap dan memadai sehingga mampu mengelola proses belajar-mengajar secara efektif. Kedua, adalah guru sebagai

10

Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 8 Tahun 2006 tentang Sistem Pendidikan, h. 16.

11Asrorun Ni’am Sholeh,

(22)

inovator, yakni sebagai tenaga kependidikan yang memiliki komitmen terhadap upaya perubahan dan reformasi. Ketiga, guru sebagai developer, guru harus memiliki visi keguruan yang mantap dan luas prospektifnya.

Sementara itu, secara umum tugas guru sebagai profesi meliputi kegiatan:12

a. Mendidik, berkenaan dengan upaya guru untuk meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup (transfer of value).

b. Mengajar, berhubungan dengan kegiatan guru untuk meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi (trasfer of Knowledge). c. Melatih, berhubungan dengan upaya guru dalam mengembangkan

keterampilan-keterampilan (transfer of skills).

3. Tugas dan Fungsi Pendidik

a. Tugas Pendidik

Guru merupakan profesi yang membutuhkan keahlian khusus sebagai guru.13 Moh. Uzer Usman menyatakan dalam buku Abu Bakar yang berjudul

“Profesi Keguruan” tugas pendidik dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu: tugas bidang profesi, tugas kemanusiaan, dan tugas dalam kemasyarakatan.14 1) Guru memiliki tugas profesional

Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, dan melatih. a) Mendidik berarti menanamkan, meneruskan, dan mengembangkan

nilai-nilai hidup kepada anak didik (nilai-nilai-nilai-nilai agama dan budaya).

b) Melatih berarti membekali anak didik agar memiliki keterampilan sebagai bekal dalam kehidupannya.

c) Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

12

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung : PT Remaja Rosda Karya,

1994), h. 20.

13

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1998),

cet. 9, h. 6.

14

Yunus Abu Bakar, Profesi Keguruan, (Learning Assisteance Program For Islamic

(23)

2) Tugas guru dalam kemanusiaan di sekolah harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua.15 Tugas guru sebagai tugas kemanusiaan ini meliputi penanaman nilai moral kepada anak didik dan menjadi orang tua kedua bagi anak didik.

a) Menanamkan nilai-nilai kemanusiaan kepada anak didik seperti akhlak, budi pekerti, dan sikap kesetiakawanan sosial.

b) Menempatkan diri sebagai orang tua kedua berarti memahami jiwa dan watak anak didik.

3) Tugas guru sebagai tugas kemasyarakatan meliputi:

a) Mendidik dan mengajar masyarakat untuk menjadi warga negara yang bermoral pancasila.

b) Mencerdaskan masyarakat.

b. Fungsi Pendidik

Moh. Uzer Usman mengungkapkan, fungsi guru dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1) Guru sebagai demonstrator hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkannya serta senantiasa mengembangkannya dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya. Dalam setiap aspek kehidupan guru merupakan sosok ideal bagi siswanya, biasanya yang dilakukan guru akan menjadi acuan (teladan) bagi siswanya.16

2) Guru sebagai pengelola kelas seharusnya mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta mengatur dan mengawasi agar proses KBM mengarah pada tujuan pendidikan. Tujuan dari pengelolaan kelas adalah menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas untuk KBM agar mencapai hasil yang baik.

15

Moh. Uzer Usman, Op Cit, h. 7.

16

Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi,

(24)

3) Guru sebagai mediator dan fasilitator. Guru sebagai mediator hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang media pendidikan yang semakin maju sehingga pada akhirnya proses belajar mengajar terlaksana dengan efektif. Sedangkan guru sebagai fasilitator yaitu guru hendaknya mengusahakan sumber belajar yang berguna serta dapat menunjang tujuan dan proses belajar mengajar dengan baik yang berupa narasumber, buku teks, majalah, aaupun surat kabar.

4) Guru sebagai evaluator. Evaluasi merupakan salah satu komponen yang memiliki peran yang sangat penting dalam suatu rangkaian kegiatan pembelajaran.17 Guru sebagai evaluator yaitu guru sebagai penilai dan dengan penilaian guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian, tujuan penguasaan siswa terhadap pelajaran serta ketepatan atau keefektifan mengajar.18

Djamaroh menjelaskan fungsi guru adalah sebagai berikut: 1) Guru sebagai perencana kurikulum

Guru menghadapi anak-anak setiap hari sehingga guru lebih mengetahui kebutuhan anak didik, maka dalam penyusunan kurikulum kebutuhan ini tidak boleh ditinggalkan.

2) Guru sebagai pemimpin

Guru memiliki kesempatan dan tanggung jawab dalam banyak situasi untuk membimbing anak ke arah pemecahan masalah, membentuk keputusan dan menghadapkan anak-anak pada problem.

3) Guru sebagai sponsor dalam kegiatan anak

Guru harus aktif dalam aktivitas anak, misalnya dalam ekstrakulikuler membentuk kelompok belajar.19

17

Ibid, h. 47.

18

Moh. Uzer Usman, Op Cit, h. 9-12.

19

Yunus Abu Bakar, Profesi Keguruan, (Learning Assisteance Program For Islamic

(25)

4. Kompetensi Pendidik

a. Pengertian Kompetensi Pendidik

Pendidik atau guru dianggap sebagai orang yang paling mampu atau mempunyai kekuatan melakukan perubahan karena guru selalu berhadapan secara terprogram dengan peserta didik. Besarnya tanggung jawab para pendidik dalam membentuk karakter bangsa dapat dikaitkan dengan kompetensi yang harus dikuasai oleh setiap pendidik. Dalam hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Pasal 3 Bab II, yaitu:20

1) Kompetensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diaktualisasikan oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.

2) Kompetensi guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, yang dikutip oleh Moh. Uzer

Usman, kompetensi berarti “Kewenangan atau kekuasaan untuk menentukan

(memutuskan) sesuatu hal. Pengertian dasar kompetensi yaitu kemampuan

dasar dan kecakapan.”21

Padanan kata yang berasal dari Bahasa Inggris ini cukup banyak dan yang lebih relevan dengan pembahasan ini ialah kata

proficiency dan ability yang memiliki arti kurang lebih sama yakni kemampuan. Hanya proficiency lebih sering digunakan orang untuk menyatakan kemampuan berperingkat tinggi. Barlow mengatakan,

”Komepetensi guru ialah kemampuan seorang guru dalam melaksanakan

kewajiban-kewajibannya secara bertanggung jawab dan layak.”22

Istilah kompetensi mempunyai banyak makna seperti dirumuskan beberapa pendapat berikut ini:

20

Peraturan Pemerintah RI Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru, h. 5.

21

Moh. Uzer Usman, Op Cit, h. 14.

22

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja

(26)

1) Kamus Bahasa Indonesia, ”Kata kompetensi berarti kewenangan atau hak kekuasaan untuk menentukan dan memutuskan suatu hal sedangkan akar kata kompeten, yang mengandung arti: (1) cakap mengetahui pekerjaan atau

persoalan, (2) berhak, berwenang menentukan sesuatu.”23

2) Abdul Majid menjelaskan yang dikutip Pupuh Fathurrohman, ”Kompetensi merupakan seperangkat tindakan intelegen penuh tanggung jawab yang harus dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu melaksanakan tugas-tugas dalam pekerjaan tertentu.”24

3) Charles E. Jhonson menyatakan seperti yang dikutip oleh Moch Uzer Usman, kompetensi adalah: “ perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan

yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan.”25

4) Kompetensi menurut Prof. Dr. Armai Arif diartikan sebagai ”Kemampuan untuk melaksanakan tugas ditempat kerja sesuai dengan standar yang

ditetapkan meliputi kemampuan profesi, sosial, dan individu.”26

5) Stephen J. Kennezevich menjelaskan, sebagaimana yang dikutip oleh Prof.

Dr. H. Hamzah B. Uno, ”Kompetensi adalah kemampuan-kemampuan

untuk mencapai organisasi.” Kemapuan menurut Kennezevich merupakan ”Hasil dari penggabungan dari kemampuan-kemapuan yang berhak jenisnya, dapat berupa pengetahuan, keterampilan, kepemimpinan, kecerdasan dan lain-lain yang dimiliki seseorang untuk mencapai tujuan

organisasi.”27

Dengan demikian mengacu pada beberapa pengertian kopmpetensi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kompetensi guru dapat dimaknai sebagai gambaran tentang apa yang seyogyanya dapat dilakukan seseorang guru dalam

23

Pusat Bahasa Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi 3, h. 584.

24

Pupuh Fathurrohman, Strategi belajar Mengajar-Strategi Mewujudkan Pembelajaran

Bermakna Melalui penanaman Konsep Umum & konsep Islami, (Bandung: PT. Refika Aditama, 1995), h. 44.

25

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung : PT Remaja Rosda Karya,

1994), h. 14.

26

Armai Arief, Reformulasi Pendidikan Islam, (Jakarta: CRSD Press, 2005), h. 33.

27

Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan (Problema, Solusi, dan Reformasi Pendidikan di

(27)

melaksanakan pekerjaannya, baik berupa kegiatan, berperilaku maupun hasil yang dapat tunjukkannya secara bertanggung jawab di sekolah maupun pada dirinya sendiri dan professional di bidangnya itu.

b. Macam – macam Kompetensi Guru

Adapun macam-macam kompetensi guru sebagai berikut:

1) Kompetensi Pedagogik, yaitu dalam Standar Nasional Pendidikan Pasal 28

ayat (3), yang dikutip oleh E. Mulyasa, dikemukakan ”Kompetensi

pedagogik ialah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik untuk mengaktualisasikan

berbagai potensi yang dimilikinya.”28

2) Kompetensi Profesional, beberapa kemampuan yang berhubungan dengan kompetensi ini di antaranya kemampuan untuk menguasai landasan kependidikan, pemahaman dalam bidang psikologi pendidikan.

3) Kompetensi Personal, kompetensi berhubungan dengan pengembangan kepribadian, di antaranya kemampuan yang berhubungan dengan pengalaman ajaran agama sesuai dengan keyakinan agama yang dianutnya, kemampuan untuk menghormati dan menghargai antarumat beragama, kemampuan untuk berperilaku sesuai dengan norma, aturan, dan sistem nilai yang berlaku di masyarakat.

4) Kompetensi Sosial, kompetensi berhubungan dengan anggota masyarakat, di antaranya kemampuan untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan teman sejawat untuk meningkatkan kemampuan profesioanl, kemampuan untuk mengenal dan memahami fungsi-fungsi setiap lembaga kemasyarakatan .29

Guru yang kompeten mampu mengelola program belajar mengajar, dengan kemampuan sebagai berikut:

28

E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Kompetensi Guru, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya Offset, 2007), h. 75.

29

Wina Sajaya, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi,

(28)

1) Menguasai bahan yang diajarkan 2) Pengelolaan program belajar mengajar. 3) Mengelola Kelas

4) Menggunakan media

5) Menguasai landasan-landasan kependidikan 6) Mengelola interaksi belajar mengajar

7) Menilai prestasi siswa untu kepentingan pengajaran 8) Mengenai fungsi dan program layanan bimbingan sekolah

9) Memahami prinsip-prinsip dan menjelaskan hasil-hasil penelitian kependidikan guna keperluan mengajar.30

c. Karakteristik Kompetensi Guru

Karakteristik kompetensi guru, meliputi di antaranya:31

1) Guru tersebut mampu mengembangkan tanggung jawab dengan sebaik-baiknya.

2) Guru tersebut mampu melaksanakan peranannya secara berhasil.

3) Guru tersebut mampu bekerja dalam usaha mencapai tujuan pendidikan (tujuan instuksional) sekolah.

4) Guru tersebut mampu melaksanakan peranannya dalam proses belajar mengajar di dalam kelas.

Berdasarkan keragaman pendapat di atas. Ternyata pendapat tersebut memiliki banyak kesamaan dan bahkan saling melengkapi satu sama lainnya. Sedangkan perbedaannya terletak pada sudut pandang mereka dari segi pendidikan yang mereka tekuni. Jadi, kompetensi guru itu memiliki tiga kemampuan profesional yaitu kepribadian guru, penguasaan terhadap ilmu dan bahan pelajaran yang akan diajarkan serta keterampilan guru dalam mengajar.

30

Sadirman A. M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2000), h. 162.

31

Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasrkan Pendekatan Kompetensi, (Jakarta: PT.

(29)

atau dengan kata lain memiliki tiga unsur yaitu kompetensi pedagogik, profesional, personal, dan sosial yang harus dikembangkan lebih lanjut.

Dengan demikian, seorang guru yang progresif harus mengetahui dengan pasti kompetensi apa yang dituntut oleh masyarakat dewasa ini bagi dirinya. Setelah mengetahui dapat dijadikan pedoman untuk meneliti dirinya apakah ia seorang guru yang dalam tugasnya telah dapat mengetahui kompetensi itu. Bila belum, guru yang baik harus mengakui kekurangan-kekurangannya dan berusaha untuk memperbaikinya.

5. Persyaratan Pendidik Berkualitas

Kompetensi itulah yang digunakan untuk menilai apakah seorang guru berkualitas atau tidak. Seorang guru seharusnya memiliki latar belakang pendidikan, pelatihan, dan pengalaman yang memadai untuk dapat mencapai tingkat kompetensi tertentu. Idealnya guru harus memiliki latar belakang pendidikan tentang kependidikan dan keguruan serta mengikuti berbagai pelatihan yang terkait dengan kebutuhan yang harus dipenuhi sebagai seorang guru.

Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi dan sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi akademik diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana. Kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, sosial, kepribadian, dan profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Sebab guru mempunyai peranan penting dalam meningkatkan mutu pendidikan sehingga guru dituntut memiliki kompetensi yang memadai dalam memberikan pendidikan dan pengajaran kepada siswa.

Awandana dalam arikelnya yang berjudul ”Guru yang Berkualitas”

menyatakan semakin banyak guru yang berkualitas semakin banyak pula sekolah yang berkualitas. Beberapa hal yang harus diperhatikan agar menjadi guru yang berkualitas yaitu:

(30)

b. Guru harus mempersiapkan bahan untuk mengajar dan mempelajari materi terlebih dahulu sebelum pergi mengajar.

c. Guru harus dapat menyampaikan materi dengan jelas dan menerapkan metode dua arah yang kreatif dalam mengajar, bila perlu selipkan beberapa humor agar suasana tidak kaku dan menyenangkan.

d. Guru harus dapat mengelola kelas dan siap berhadapan dengan berbagai macam jenis maupun karakter siswa.

e. Guru harus melakukan evaluasi terhadap dirinya sendiri maupun terhadap siswa dan dibahas secara bersama-sama bagaimana agar siswa mengerti terhadap pelajaran yang disampaikan.

f. Guru harus dapat berhubungan baik dengan orang tua siswa maupun dengan guru lainnya.32

profesional guru merupakan hal penting bagi keberhasilan suatu sistem pendidikan. Sebagai tenaga pendidik yang memiliki kemampuan kualitatif, guru harus menguasai ilmu keguruan dan mampu menerapkan strategi pembelajaran untuk mengantarkan siswanya pada tujuan pendidikan. Ahmad

Barizi mengungkapkan, ”Guru dituntut memiliki profesionalisme di bidangnya.”33

Artinya guru tidak hanya harus memiliki pengetahuan yang luas tentang bidang yang diajarkannya, tetapi seluruh komponen yang berkaitan dengan pendidikan harus ada pada diri guru itu sendiri.

B.Pembinaan Kualitas Pendidik

Guru mempunyai tugas mendidik dan mengajar jangan sampai berhenti untuk belajar, karena ilmu pengetahuan dan teknologi selalu berkembang secara dinamis. Kemampuan mengajar guru harus senantiasa ditingkatkan, antara lain melalui pembinaan guru. Depdikbud beranggapan bahwa di tangan guru lah mutu pendidikan kita sangat bergantung. Guru dianggap sebagai

32

Awandana, Guru yang Berkualitas.

http://www.psbpsma.org/content/blog/Guru-berkualitas-. Posted Sabtu, 11 Juni 2009. Diunduh pada hari Rabu, 28 Januari 2014, Pukul 11:45.

33

(31)

faktor utama, karena ia berinteraksi langsung dengan muridnya dalam proses belajar mengajar di sekolah.

1. Pengertian Pembinaan Kualitas Pendidik

Menurut istilah, ”pembinaan berasal dari kata dasar ”bina”, yang

berasal dar bahasa Arab, yaitu bangun (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Pembinaan berarti pembaharuan, penyempurnaan atau usaha, tindakan atau kegiatan yang dilaksanakan secara berdaya guna dan berhasil guna untuk

memperoleh hasil yang lebih baik.”34

Pembinaan termasuk salah satu terjemahan dari bahasa Inggris, yaitu

training yang berarti latihan, pendidikan, dan pembinaan. Pelatihan atau

training adalah ”suatu kegiatan yang bermaksud untuk memperbaiki dan

mengembangkan sikap, tingkah laku, keterampilan, dan pengetahuan dari

karyawannya sesuai dengan keinginan perusahaan.”35

dalam pembinaan seseolang dilatih untuk mengenal kemampuan dan mengembangkannya, agar dapat memanfaatkannya secara utuh di masyarakat.

Secara terminologis, pembinaan guru sering diartikan sebagai rangkaian usaha kepada guru, terutama bantuan yang berwujud layanan profesional yang dilakukan oleh kepala sekolah, penilik sekolah, dan pengawas serta pembinaan lainnya untuk meningkatkan proses belajar mengajar.36 Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dinyatakan bahwa pembinaan guru merupakan:

a. Serangkaian bantuan yang berwujud layanan profesional.

b. Layanan profesional tersebut diberikan oleh orang yang lebih ahli (kepala sekolah, penilik sekolah, pengawas, dan ahli lainnya) kepada guru.

c. Maksud layanan profesional tersebut adalah agar dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar sehingga tujuan pendidikan yang direncanakan dapat tercapai.37

34

Gouzali Saydam, Manajemen Sumber Daya Manusia: Suatu Pendekatan Mikro (Dalam

Tanya Jawab), (Jakarta: Djambatan, 2000), Cet. Ke-2, h. 408.

35

Alex S. Nitisemito, Manajemen Personalia (Manajemen Sumber Daya Manusia), Ed. 3,

(Jakarta: Ghalia Indonesia, 1996), Cet. Ke-9, h. 53.

36

Ibid, h. 9.

37

(32)

Pembinaan kualitas guru merupakan salah satu upaya pengembangan sumber daya manusia yang harus dilakukan secara berkesinambungan, karena guru merupakan salah satu komponen terpenting dalam meningkatkan mutu pendidikan, di mana saat ini guru dituntut untuk memiliki kompetensi yang memadai dalam proses pembelajaran di sekolah.

Dalam pengertian lain pembinaan guru berarti sebagai serangkaian usaha bantuan kepada guru, terutama bantuan yang berwujud layanan profesional yang dilakukan oleh kepala sekolah, penilik sekolah, dan pengawas serta pembina lainnya untuk meningkatkan proses dan hasil belajar.38 Kepala sekolah perlu menyadari bahwa tugas merekalah sebenarnya

2. Tujuan, Fungsi dan Prinsip Pembinaan Pendidik

Tujuan pembinaan guru adalah untuk meningkatkan kemampuan profesional guru dalam meningkatkan proses dan hasil belajar melalui pemberian bantuan yang terutama bercorak layanan profesional kepada guru. Jika proses belajar meningkat, maka hasil belajar diharapkan juga meningkat. Dengan demikian, rangkaian usaha pembinaan profesional guru akan memperlancar pencapaian tujuan kegiatan belajar mengajar.

Seperti yang dikutip Ali Imran dari Wiles, secara umum pembinaan guru bertujuan untuk memberikan bantuan dalam mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik, melalui usaha peningkatan profesional mengajar; menilai kemampuan guru sebagai pendidik dan pengajar dalam bidang masing-masing guna membantu mereka melakukan perbaikan dan bila mana diperlukan dengan menunjukkan kekurangan-kekurangan untuk diperbaiki sendiri.

Berdasarkan tujuan-tujuan tersebut sangatlah jelas, bahwa pembinaan guru bertujuan sebagai berikut:

a. Memperbaiki proses belajar mengajar.

b. Perbaikan tersebut dilaksanakan melalui pembinaan profesional.

38

(33)

c. Yang melakukan pembinaan adalah pembina.

d. Sasaran pembinaan tersebut adalah guru, atau orang lain yang ada kaitannya.

e. Secara jangka panjang maksud pembinaan tersebut adalah memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan pendidikan.39

Dalam rumusan yang lebih rinci, Djajadisastra sebagaimana dikutip Ali Imran mengemukakan tujuan pembinaan guru atau supervisi sebagai berikut :

a. Memperbaiki tujuan khusus mengajar guru dan belajar siswa. b. Memperbaiki materi (bahan) dan kegiatan belajar mengajar.

c. Memperbaiki metode, yaitu cara mengorganisasi kegiatan belajar mengajar.

d. Memperbaiki penilaian atas media.

e. Memperbaiki penilaian proses belajar mengajar dan hasilnya. f. Memperbaiki pembimbingan siswa atas kesulitan belajarnya. g. Memperbaiki sikap guru atau tugasnya.40

Berdasarkan tujuan-tujuan tersebut, kemudian dapat didentifikasi fungsi-fungsi pembinaan guru. Fungsi pembinaan guru adalah menumbuhkan iklim bagi perbaikan proses dan hasil belajar melalui serangkaian upaya pembinaan terhadap guru-guru dalam wujud layanan profesional.

Agar pembinaan guru tersebut dapat dilakukan dengan baik, perlu dipedomani prinsip-prinsip pembinaan guru. yang dimaksud dengan prinsip adalah sesuatu yang harus dipedomani dalam suatu aktivitas. Para pakar mengidentifikasi prinsip-prinsip pembinaan guru sesuai dengan sudut tinjauan mereka, yaitu:

a. Dilakukan sesuai dengan kebutuhan guru.

b. Hubungan antara guru dengan pembinaan didasarkan atas kerabat kerja.

c. Pembina ditunjang sifat keteladanan dan terbuka. d. Dilakukan secara terus menerus.

e. Dilakukan melalui berbagai wadah yang ada.

39

Ibid, h.13.

40

Ali Imran, Pembinaan Guru Di Indonesia, (Malang: PT Dunia Pustaka Jaya, 1995), h.

(34)

f. Diperlancar melalui peningkatan koordinasi dan singkronisasi horizontal dan vertikal baik di tingkat pusat maupun daerah.41

Sudarwan Danim mengemukakan 5 prinsip umum dan 17 prinsip khusus. Prinsip umum pembinaan dan pengembangan profesi dan karier guru dijelaskan sebagai berikut: Pertama, demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa. Kedua, satu kesatuan yang sistemis dengan sistem terbuka dan multimakna. Ketiga, suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan guru yang berlangsung sepanjang hayat. Keempat, memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas guru dalam proses pembelajaran. Kelima, memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan.42

Prinsip khusus atau operasional pembinaan dan pengembangan profesi dan karier disajikan sebagai berikut: Pertama, ilmiah, dimana keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam kompetensi dan indikator harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.

Kedua, relevan, di mana rumusnya berorientasi pada tugas pokok dan fungsi guru sebagai pendidik profesional, yakni memiliki kompetensi kepribadian, sosial, profesional, dan pedagogis. Ketiga, sistematis, di mana setiap komponen dalam kompetensi jabatan guru berhubungan secara fungsional dalam mencapai kompetensi.

Keempat, konsisten, di mana adanya hubungan yang ajeg dan taat asas antara kompetensi dan indikator. Kelima, aktual dan kontekstual yakni rumusan kompetensi dan indikator dapat mengikuti perkembangan ipteks.

Keenam, fleksibel, di mana rumusan kompetensi dan indikator dapat berubah sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan zaman. Ketujuh, demokratis, di mana setiap guru memiliki hak dan peluang yang sama untuk diberdayakan

41

Ibid, h.14.

42

Danim Sudarwan, Pengembangan Profesi Guru: dari pra-jabatan, induksi, ke

(35)

melalui proses pembinaan dan pengambangan profesionalitasnya, baik secara individual maupun intitusional.

Kedelapan, objektif, di mana setiap guru dibina dan dikembangkan profesi dan karirnya dengan mengacu kepada hasil penilaian yang dilaksanakan berdasarkan indikator-indikator terukur dari kompetensi profesinya. Kesembilan, komprehensif di mana setiap guru dibina dan dikembangkan profesi dan karirnya untuk mencapai kompetensi profesi dan kinerja yang bermutu dalam memberikan layanan pendidikan dalam rangka membangun generasi yang memiliki pengetahuan, kemampuan atau kompetensi, mampu menjadi dirinya sendiri, dan dapat menjalani hidup bersama orang lain.

Kesepuluh, memandirikan, di mana setiap guru secara terus-menerus diberdayakan untuk mampu meningkatkan kompetensinya secara berkesinambungan, sehingga memiliki kemandirian profesional dalam melaksanakan tugas dan fungsi profesinya. Kesebelas, profesional, di mana pembinaan dan pengembangan profesi dan karier guru dilaksanakan dengan mengedepankan nilai-nilai profesionalitas. Kedua belas, bertahap, di mana pembinaan dan pengembangan profesi dan karier guru dilaksanakan secara bertahap agar guru benar-benar mencapai puncak profesionalitas. Ketiga belas, berjenjang, di mana pembinaan dan pengembangan profesi dan karier guru dilaksanakan secara berjenjang berdasarkan jenjang kompetensi atau tingkat kesulitan kompetensi yang ada pada standar kompetensi.

Keempat belas, berkelanjutan, di mana pembinaan dan pengembangan profesi dan karier guru dilaksanakan secara berkelanjutan karena perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni serta adanya kebutuhan penyegaran kompetensi guru. Kelima belas, accountable, di mana pembinaan dan pengembangan profesi dan karier guru dapat dipertanggungjawabkan secara transparan kepada publik. Keenam belas,

(36)

yang terkait dalam pembinaan dan pengembangan profesi dan karier lebih lanjut dalam upaya peningkatan kompetensi dan kinerja guru. Ketujuh belas, efisien di mana pelaksanaan pembinaan dan pengembangan profesi dan karier guru harus didasari atas pertimbangan penggunaan sumberdaya seminimal mungkin untuk mendapatkan hasil yang optimal.43 Prinsip-prinsip tersebut hendaknya dijalankan oleh para pembina guru agar pembinaan tersebut berhasil guna sehingga dapat tercapai tujuan yang diharapkan.

3. Strategi Pembinaan Kualitas Pendidik

Banyak cara yang dapat dilakukan untuk membina kualitas guru, salah satunya adalah dengan memberdayakan peran MGMP (musyawarah guru mata pelajaran). Melalui kegiatan ini diharapkan para guru dapat menyebar luaskan upaya-upaya kreatif dalam pemecahan masalah. Forum ini selain sebagai media untuk sharing pengalaman juga berfungsi sebagai kompetisi antar guru dengan menampilkan guru-guru yang berprestasi dalam bidangnya, misalnya; dalam penggunaan metode pembelajaran, hasil penelitian tindakan kelas atau penulisan karya ilmiah.

Pembinaan kualitas guru dapat juga dilakukan melalui optimalisasi pelaksanaan penelitian yang merupakan kegiatan sistematik dalam rangka merefleksi dan meningkatkan praktik pembelajaran secara terus-menerus sebab berbagai kajian yang bersifat reflektif oleh guru dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional, memperdalam pemahaman terhadap tindakan yang dilakukan dalam melaksanakan tugasnya, dan memperbaiki kondisi di mana praktik pembelajaran berlangsung.44 Kegiatan penelitian ini diharapkan dapat memperbaiki kualitas proses belajar mengajar dan meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar juga untuk meningkatkan hasil belajar siswa sebab melalui kegiatan ini guru

43

Danim Sudarwan, Pengembangan Profesi Guru: dari pra-jabatan, induksi, ke

profesional madani (Jakarta: Kencana 2011), h. 92-94.

44

Saondi Ondi, Suherman Aris, Etika Profesi Keguruan, (Bandung: PT Refika Aditama

(37)

dapat memperbaiki kelemahan-kelemahan yang dilakukan dan keterbatasan yang harus diperbaiki.

Pembinaan profesionalisme guru dapat dilaksanakan secara terpadu, konsepsional, dan sistematis. Beberapa pendekatan/strategi yang dapat dilakukan, melalui; pelaksanaan tugas, responsi, penelusuran dan perkembangan diri, dan dukungan sistem.45

a. Pelaksanaan Tugas

Pengembangan kompetensi melalui pelaksanaan tugas pada dasarnya merupakan upaya memadukan antara potensi profesional dengan pelaksanaan tugas-tugas pokoknya. Dengan cara ini, tugas-tugas yang diberikan dalam kegiatan pelaksanaan tugas, secara langsung maupun tidak langsung merupakan upaya peningkatan kompetensi guru. Pendekatan ini sifatnya lebih informal, sudah terkait dengan pelaksanaan tugas sehari-hari. Cara ini sangat tepat dalam berbagai situasi, melalui kegiatan-kegiatan:

1) Kerja kelompok untuk menumbuhkan saling menghormati dan saling memahami;

2) Diskusi kelompok untuk bertukar pikiran dan membahas masalah yang dihadapi bersama;

3) Melaksanakan tugas dan tanggungjawab yang diberikan, sehingga dapat meningkatkan keterampilan dan rasa percaya diri;

b. Responsi

Responsi adalah salah satu metode pembinaan dengan maksud agar guru dapat lebih memahami peran, fungsi dan tugasnya sebagai guru melalui latihan soal, tanya jawab, dan diskusi. Peningkatan kompetensi melalui responsi dilakukan dalam bentuk suatu interaksi secara formal atau informal yang biasanya dilakukan melalui berbagai interaksi seperti pendidikan dan latihan, seminar, lokakarya, ceramah, konsultasi, studi banding, penggunaan

45

Ali Mudlofir, Pendidik Profesional, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013), h.

(38)

media, dan forum-forum lainnya. Hal yang dapat menunjang responsi ini adalah apabila para guru berada dalam suasana interaksi sesama guru yang memiliki kesamaan latar belakang dan tugas, misalnya MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran).

Dalam pendekatan ini, MGMP sebagai satu wadah para guru mata pelajaran sejenis dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan profesionalisme guru. Melalui MGMP, para guru akan memproleh peluang untuk saling tukar pengetahuan dan pengelaman, sehingga pada gilirannya dapat meningkatkan wawasan dan kualitas diri pribadi serta profesi. MGMP dapat mengembangkan suatu program kerja yang memungkinkan para guru sejenis dapat berkembang, misalnya mendatangkan pakar dalam bidangnya sebagai fasilitator dalam lokakarya, pelatihan, studi kasus, dan sebagainya.

c. Penelusuran dan Perkembangan Diri

Pada dasarnya, peningkatan kompetensi akan sangat tergantung pada kualitas pribadi masing-masing. Kenyataannya, setiap orang memiliki keunikan sendiri-sendiri dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing. Oleh karena itu, upaya peningkatan profesionalisme seyogyanya berpusat pada keunikan potensi kepribadian masing-masing. Pendekatan ini dirancang untuk membantu guru agar potensi pribadi dapat berkembang secara optimal dan berkualitas sehingga pada gilirannya dapat membawa kepada perwujudan profesionalisme secara lebih bermakna.

(39)

d. Dukungan Sistem

Perkembangannya kompetensi guru akan banyak tergantung pada kondisi sistem dimana guru bertugas. Oleh karena itu, upaya peningkatan kualitas seharusnya berlangsung dalam sistem organisasasi dan manajemen yang kondusif. Untuk hal ini perlu diupayakan agar organisasi dan lingkungan tertata sedemikian rupa, sehingga menjadi suatu sistem dengan manajemen yang menunjang pengembangan kualitas guru. Manajemen dan sarana penunjang yang memadai sangat diperlukan untuk membentuk lingkungan kerja yang kondusif bagi pelaksanaan tugas yang efektif.

Mengingat besarnya peran guru pada tingkat institusional dan instruksional maka manajemen pendidikan harus memprioritaskan manajemen guru utama yang berkenaan dengan manajemen guru adalah bagaimana menciptakan suatu pengelolaan pendidikan yang memberikan suasana kondusif bagi guru untuk melaksanakan tugas profesinya secara kreatif dan produktif serta memberikan jaminan kesejahteraaan dan pengembangkan karirnya.

Manajemen guru harus mencakup fungsi-fungsi yang berkenaan: (1) profesionalisme, standar, sertifikasi dan pendidikan perajabatan, (2) rekrutmen dan penempatan, (3) promosi dan mutasi, (4) gaji, insentif, dan pelayanan, (5) supervisi dan dukungan profesional.46

Secara lebih teknis dan operasional strategi dan teknik peningkatan profesional guru dapat ditempuh kegiatan-kegiatan berikut:

1) In-house training (IHT), yaitu pelatihan yang dilaksanakan secara internal dikelompok kerja guru, sekolah atau tempat lain yang ditetapkan untuk menyelenggarakan pelatihan.

2) Program magang. Program magang adalah pelatihan yang dilaksanakan didunia kerja atau industri yang relevan dalam rangka meningkatkan kompetensi profesional guru.

3) Kemitraan sekolah. Pelatihan melalui kemitraan sekolah dapat dilaksanakan antara sekolah yang baik dengan yang kurang baik, antara sekolah negeri dengan sekolah swasta, dan sebagainya.

46

(40)

4) Belajar jarak jauh. Pelatihan melalui belajar jarak jauh dapat dilaksanakan tanpa menghadirkan instruktur dan peserta pelatihan dalam satu tempat tertentu, melainkan dengan sistem pelatihan melalui internet dan sejenisnya.

5) Pelatihan berjenjang dan pelatihan khusus. Pelatihan jenis ini dilaksanakan di lembaga-lembaga pelatihan yang diberi wewenang, dimana program disusun secara berjenjang mulai dari jenjang dasar, menengah, lanjut, dan tinggi.

6) Kursus singkat diperguruan tinggi atau lembaga pendidikan lainnya. Kursus singkat dimaksudkan untuk melatih meningkatkan kemampuan guru dalam beberapa kemampuan seperti kemampuan melakukan penelitian tindakan kelas, menyusun karya ilmiah, merencanakan, melaksanakan, melakukan dan mengevaluasi pembelanjaran, dan lain-lain sebagainya.

7) Pembinaan internal oleh sekolah. Pembinaan internal ini dilaksanakan oleh kepala sekolah dan guru-guru yang memiliki kewewenangan membina, melalui rapat dinas, rotasi tugas mengajar, pemberian tugas-tugas internal tambahan, diskusi dengan rekan sejawat dan sejenisnya.

8) Pendidikan lanjut. Pembinaan profesi guru melalui pendidikan lanjut juga merupakan alternatif bagi peningkatakan kualifikasi dan kompetensi guru. Pengikutsertaan guru dalam pendidikan lanjut ini dapat dilaksanakan dalam memberikan tugas belajar, baik di dalam maupun di luar negeri bagi guru yang berprestasi.

9) Diskusi masalah-masalah pendidikan. Diskusi ini dilaksanakan secara berkala dengan topik diskusi sesuai dengan masalah yang dialami di sekolah.

10) Seminar. Pengikutsertaan guru di dalam kegiatan seminar dan pembinaan publikasi ilmiah juga dapat menjadi model pembinaan berkelanjutan bagi peningkatan keprofesian guru.

11) Workshop. Dilakukan untuk menghasilkan produk yang bermanfaan bagi pembelajaran, meningkatkan kompetensi maupun pengembangkan karirnya. Workshop dapat dilakukan misalnya dalam kegiatan menyusun KTSP, analisis kurikulim, pengembangan silabus, penulisan RPP, dan sebagainya.

12) Penelitian. Penelitian dapat dilakukan guru dalam bentuk penelitian tindakan kelas, penelitian eksperimen ataupun jenis yang lain dalam rangka peningkatan mutu pembelajaran.

13) Penulisan buku/bahan ajar. Bahan ajar yang ditulis guru dapat membentuk diktat, buku pelajaran ataupun buku dalam bidang pendidikan.

14) Pembuatan media pembelajaran. Media pembelajaran yang dibuat guru dapat berbentuk alat peraga, alat peraktikum sederhana, maupun bahan ajar elektronik atau animasi pembelajaran.

(41)

atau kegiatan pendidikan serta karya seni yang memiliki nilai estetika yang diakui oleh masyarakat.47

Untuk meningkatkan kualitas guru di sekolah, perlu dirumuskan sebuah instrumen yang jelas dan akurat yang dapat merekam dan menggambarkan indeks kinerja guru selama melaksanakan tugasnya sebagai guru.

C.

Pembinaan Kualitas Pendidik oleh Kepala Sekolah

Sekolah merupakan salah satu bentuk organisasi pendidikan. Kepala sekolah merupakan pemimpin pendidikan di sekolah. Kepala sekolah memiliki sejumlah tugas dan tanggung jawab yang cukup berat. Untuk bisa menjalankan fungsinya secara optimal, kepala sekolah perlu menerapkan gaya kepemimpinan yang tepat.

Kepala sekolah yang baik dapat membuat anggota menjadi percaya, loyal, dan termotivasi untuk melaksanakan tugas-tugas organisasi secara optimal. Untuk itu, keberhasilan kepala sekolah dapat dilihat dari performansi anggota.

Pelaksanaan proses pembelajaran di kelas tidak selamanya memberikan hasil sesuai dengan yang diinginkan, ada saja kekurangan dan kelemahan yang dijumpai pada guru saat melaksanakan proses pembelajaran maka untuk memperbaiki kondisi demikian peran supervisi pendidikan menjadi sangat penting untuk dilaksanakan sebagai upaya meningkatkan prestasi kerja guru yang pada gilirannya meningkatkan prestasi sekolah. Pelaksanaan supervisi bukan untuk mencari kesalahan guru tetapi pelaksanaan supervisi pada dasarnya adalah proses pemberian layanan bantuan kepada guru untuk memperbaiki proses belajar mengajar yang dilakukan guru dan meningkatkan kualitas hasil belajar.

47

Mudlofir Ali, Pendidikan Profesional, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada 2012), h.

(42)

Kepala sekolah yang melaksanakan supervisi pada guru harus mampu menempatkan diri sebagai pemberi bantuan bukan sebagai pencari kesalahan. Hal ini dilakukan untuk menghindari kesalahpahaman dan penafsiran yang berbeda antara guru dengan kepala sekolah. Selain itu, untuk memberikan rasa nyaman guru dalam melaksanakan proses pembelajaran dan menerima segala perbaikan yang diberikan kepala sekolah. Tujuan akhir dari kegiatan supervisi pendidikan adalah untuk memperbaiki guru dalam hal proses belajar mengajar agar tercapai kualitas proses belajar mengajar dan meningkatkan kualitas hasil belajar siswa.48

Kepala sekolah berperan penting dalam mewujudkan sistem manajemen sekolah yang unggul dan efektif. Kepala sekolah yang profesional dan memenuhi standar kualifikasi kepala sekolah, serta mampu melihat dan memanfaatkan potensi sumber daya sekolah dapat menjamin terselenggaranya sekolah yang efektif. Oleh karena itu, kepala sekolah harus memahami tugasnya baik selaku manajer maupun supervisor.49 Sebagai supervisor, kepala sekolah mempunyai beberapa peran penting, yaitu:

a. Mengadakan observasi di setiap kelas (dilakukan secara mendadak) untuk meningkatkan efektivitas proses pembelajaran;

b. melaksanakan pertemuan individual dengan guru untuk menggali potensi masing-masing guru;

c. menyediakan waktu dan pelayanan bagi guru dalam upaya pemecahan masalah akademik dan administratif;

d. menyediakan dukungan dan suasana kondusif bagi guru dalam perbaikan dan peningkatan kinerja guru;

e. melaksanakan pengembangan staf secara terencana, terarah dan berkelanjutan;

f. bekerja sama dengan guru untuk mengevaluasi hasil belajar secara komprehensif;

g. melaksanakan penelitian sederhana untuk perbaikan situasi dan kondisi proses pembelajaran.50

Observasi yang dilakukan oleh kepala sekolah di setiap kelas harus dilaksanakan sebagai bagian dari supervisi. Hal ini sebaiknya dilakukan secara

48

Saondi ondi, Suherman aris, Etika Profesi Keguruan, (Bandung: PT Refika Aditama

2010), h.80

49

Suprihatiningrum Jamil, Guru Profesional, (Jogjakarta: Ar-Ruzz media, 2013), h.299.

50

(43)

mendadak, tetapi terencana. Kepala sekolah tidak perlu memberitahukan kepada guru bahwa akan diselenggarakan observasi kelas. Observasi kelas lebih ditujukan pada proses pembelajaran, yang meliputi pemilihan pendekatan, metode, strategi, dan media pembelajaran yang digunakan oleh guru.51 Selain itu, juga melihat jauh mana keterlibatan aktif siswa dalam proses pembelajaran di kelas. Hasil observasi/supervisi ini dapat digunakan untuk melihat kelebihan dan kelemahan guru dalam mengelola kelas, termasuk kecakapannya dalam menguasai materi. Secara tertutup kepada sekolah dapat menyampaikan hasil observasi/supervisinya kepada guru yang bersangkutan sebagai bahan pemecahan masalah, pembinaan, dan tindak lanjut guru dalam menjalankan tugasnya. Tindak lanjut ini perlu dicek ulang dengan melakukan kegiatan yang sama di kelas yang sama dengan guru yang sama.

Agar dapat menjalankan tugas supervisor dengan baik, kepada sekolah perlu membekali diri dengan kemampuan dan keterampilan mengenai kurikulum. Kepala sekolah berhak mengatur kurikulum sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan bersama dalam sekolah tersebut. Aspek-aspek kurikulum yang harus dikuasai oleh kepala sekolah sebagai supervisor adalah materi pelajaran, proses pembelajaran, evaluasi kurikulum, pengelolaan kurikulum, dan pengembangan kurikulum.

Jadi, kepala sekolah sebagai supervisor bertugas untuk menyusun, melaksanakan, dan

menggunakan hasil supervisi untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran dan

pendidikan. Supervisi dilakukan pada semua aspek manajemen di sekolah tersebut,

tidak terbatas pada guru, tetapi juga staf/karyawan dan tenaga kependidikan. Dengan

demikian, kegiatan supervisi diharapkan dapat mengidentifikasi guru dan tenaga

kependidikan yang bermasalah dalam menjalankan tugas dan kinerjanya sehingga

diketahui kelemahan yang menghambat pencapaian tujuan pendidikan untuk

selanjutnya segera dicarikan solusinya.

51

(44)

1. Tanggung Jawab dan Fungsi Kepala Sekolah

Sebelum menjelaskan definisi kepala sekolah, terlebih dahulu disajikan

makna dari pemimpin. Vaughan dan Hogg menyatakan “Kepemimpinan adalah usaha menggerakkan orang lain untuk dapat mencapai tujuan bersama

(kelompok).”52 Selanjutnya Robert E. Coffey menjelaskan “

Kepemimpinan merupakan proses pengarahan, memberi semangat dan tenaga kepada bawahan,

menyepakati komitmen, sebagaimana diharapkan pemimpin.”53

Ngalim Purwanto mengemukakan kepemimpinan adalah tindakan atau perbuatan di antara perseorangan dan kelompok yang menyebabkan baik orang seorang maupun kelompok menuju ke arah tujuan tertentu. Kepemimpinan adalah suatu kegiatan dalam membimbing suatu kelompok hingga tercapai tujuan-tujuan dari kelompok itu secara bersama. Hendiyat Soetopo dan Wasty Soemanto secara umum menyatakan:

Pemimpin adalah kemampuan dan kesiapan yang dimiliki seseorang untuk dapat mempengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun, menggerakkan dan bila perlu memaksa orang lain agar ia mau menerima pengaruh selanjutnya berbuat sesuatu yang dapat membantu pencapaian suatu maksud atau tujuan-tujuan tertentu.54

Soewadji menyatakan “Kepala sekolah adalah pemimpin pendidikan yang mempunyai peranan sangat besar dalam mengembangkan mutu

pendidikan disekolah.”55

Berkembangnya kerja sama yang harmonis, minat terhadap perkembangan pendidikan, suasana kerja yang menyenangkan dan perkembangan mutu profesional di antara guru banyak ditentukan oleh kualitas kepemimpinan kepala sekolah.

Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa seorang pemimpin adalah memiliki kemampuan untuk mempengaruhi dan memiliki kekuasaan penuh membawa bawahannya untuk mencapai tujuan

52

Bedjo Sudjanto, Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah, (Jakarta: IKAPI, 2007), h. 67.

53

Ibid, h. 69.

54

Hendiyat Soetopo dan Wasty Soemanto, Kepemimpinan dan Supervsi Pendidikan,

(Jakarta: Bina Aksara, 1988), cet. 2, h. 1.

55

Soewadji Lazaruth, Kepala Sekolah dan Tanggng Jawabnya, (Salatiga: Kanisius, 1994),

(45)

yang telah diprogramkan bersama sesuai dengan norma yang berlaku, secara sederhana kepala sekolah dapat didefinisikan sebagai seorang fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah di mana te

Gambar

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian
Tabel 3.2 Pedoman Wawancara
Tabel 4.1 Data Tenaga Pendidik SMK Kartika X-2 Jakarta

Referensi

Dokumen terkait

Setelah dilakukan perancangan, implementasi pada frekuensi 800 Mhz serta analisis yang dibuat, terdapat kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian, yaitu: Antena

Perawat pada penelitian ini melakukan gerakan membungkuk dengan sudut lengkung punggung >45° pada waktu membuka kunci kursi roda dalam proses mengangkat dan memindahkan pasien

memberikan gambaran secara komprehensif mengenai pengembangan potensi pariwisata daerah yang meliputi obyek dan daya tarik wisata, usaha sarana wisata dan usaha

Sementara itu 2 (dua) Kota di Provinsi Jawa Tengah, Kota Surakarta memiliki kepadatan penduduk per kilo meter persegi lebih tinggi daripada Kota Semarang yaitu 12.140,36 jiwa/km 2

a) Bilik-bilik hendaklah dipastikan bersih dan kemas. b) Setiap penghuni hendaklah memastikan peralatan dan perabot di biliknya lengkap dengan mengisi lasti stok

Indikator buatan adalah indikator yang sudah dibuat di laboratorium atau di pabrik alat – alat kimia, kita tinggal menggunakannya.Untuk mengidentifikasi sifat asam, basa, dan

Hasil penelitian yang diperoleh dari data Rekam Medik pasien kanker kolorektal di bagian Patologi Anatomi Rumah Sakit Al-Islam Bandung periode 2012-2016 didapatkan

Harga saham sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti faktor- faktor secara makro dalam artian pengaruh internal perusahaan dan pengaruh eksternal. Dalam penelitian ini