• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI PENUTUP

6.2 Saran

Adapun saran penulis setelah melakukan penelitian ini adalah:

a. Dalam penataan pasar tradisional Deli Tua yang direlokasi ke pasar

tradisional baru, Pemerintah Daerah harus tegas terhadap pedagang yang berjualan di area kawasan jalan lintas dan trotoar atau membuka lahan swasta seperti Los atau Jambur di sekitar pasar tradisional yang menyediakan tempat berjualan untuk pedagang tradisional.

b. Untuk Dinas Pasar Kabupaten Deli Serdang, penyuluhan atau sosialisasi kepada pedagang sebaiknya dilakukan tidak hanya setahun sekali melainkan 4 (empat) kali dalam setahun, karena dengan adanya sosialisasi antar pedagang dan pegawai Dinas Pasar Kabupaten Deli Serdang berdampak positif kepada pedagang untuk mensosialisasikan persaingan yang terjadi di dalam pasar dengan cara meningkatkan kualitas keadaan pasar dan kualitas barang dagangan dengan menjaga kebersihan pasar, kenyaman, keamanan dan ketertiban dalam pasar.

c. Untuk pedagang pasar tradisional Deli Tua, sebaiknya pedagang

mengetahui tempat dan lokasi berjualan yang sudah disediakan oleh Pemerintah Kabupaten Deli Serdang yang nyaman dan aman agar pasar Deli Tua dapat tertata dengan baik dan mampu meningkatkan persaingan yang terjadi dengan pasar modern lainnya.

d. Mengubah strategi manajemen pasar tradisional menjadi manajemen

pasar modern, dengan mengedepankan pelayanan, kenyamanan, keamanan dan ketertiban pasar.

e. Memperbanyak tempat pembuangan sampah di sekitar area pasar agar

pedagang dan pembeli dapat membuang sampah pada tempatnya.

BAB II

KERANGKA TEORI

2.1 Pelayanan Publik

Istilah publik berasal dari Bahasa Inggris public yang berarti umum,

masyarakat, negara. Kata “public” sebenarnya sudah diterima menjadi Bahasa

Indonesia Baku menjadi “Publik” yang berarti umum, orang banyak dan ramai.

Padanan yang tepat digunakan adalah praja yang sebenarnya bermakna rakyat

sehingga lahir istilah pamong praja yang berrati pemerintah yang melayani kepentingan seluruh rakyat. Menurut Sinambela, dkk (2006:45). Publik adalah sejumlah manusia yang memiliki kebersamaan berpikir, perasaan, harapan, sikap dan tindakan yang benar dan baik berdasarkan nilai-nilai norma yang merasa memiliki. Oleh karena itu, dapat diartikan bahwa pelayanan publik sebagai setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap sejumlah manusia yang memiliki setiap kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara fisik.

Pelayanan publik diartikan sebagai pemberian layanan (melayani) keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan. Menurut Kepmenpan No. 63/KEP/M.PAN/7/2003, publik adalah segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan

peraturan perundang-undangan. Dengan demikian, pelayanan publik adalah pemenuhan keinginan dan kebutuhan masyarakat oleh penyelenggara negara. Negara didirikan oleh publik (masyarakat) dengan tujuan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Ada empat indikator pelayanan publik, yaitu:

1. Reliability yang ditandai dengan pemberian pelayanan yang tepat dan benar.

2. Tangibles yang ditandai dengan penyediaan yang memadai sumber daya manusia dan sumber daya lainnya.

3. Responsiveness, yang ditandai dengan keinginan melayani konsumen dengan cepat.

4. Assurance, yang ditandai tingkat perhatian terhadap etika dan moral dalam memberikan pelayanan dan empati, yang ditandai tingkat kemauan untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan konsumen.

Empat indikator pelayanan publik di atas merupakan tolak ukur yang dapat dijadikan sebagai gambaran suatu penegasan terhadap penyelesaian suatu urusan yang dipedomani dengan baik oleh aparatur pelayanan yang disebut dengan

pelayanan prima (service excellence). Oleh karena itu, standar pelayanan prima ini

sedapat mungkin memuaskan masyarakat atau pelanggan.

2.1.1 Variabel dan Prinsip Pelayanan Prima

Menurut Boediono dalam buku Pelayanan Prima Perpajakan (2013:11) mengatakan bahwa untuk mewujudkan pelayanan prima sebagai tolak ukur aparat pelayanan hendaknya memahami variabel pelayanan sebagai berikut:

2. Masyarakat dilayani oleh masyarakat.

3. Kebijakan yang dijadikan landasan pelayanan publik.

4. Menggunakan sarana pelayanan yang canggih.

5. Sumber daya yang tersedia dikemas dalam bentuk kegiatan pelayanan.

6. Kualitas pelayanan yang memuaskan masyarakat sesuai dengan standar

dan asas pelayanan masyarakat.

7. Pelaku yang terlibat dalam pelayanan yaitu pejabat dan masyarakat.

Variabel pelayanan prima tersebut tentu dapat diimplementasikan apabila aparatur pelayanan berhasil mendahulukan kepuasan pelanggan sebagai tujuan utama. Di samping itu, cara terbaik dalam mengatasi setiap permasalahan di instansi pemberi jasa layanan adalah dengan cara pemerintah mengeluarkan kebijakan pelayanan umum. Kebijakan untuk mewujudkan pelayanan umum yang terfokus pada kepuasan masyarakat atau pelanggan diformulasikan dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 Tahun 2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik.

Dalam rangka pelaksanaan dari kebijakan di atas aparatur pemerintahan dituntut untuk menguasai berbagai keahlian, baik keahlian manajerial maupun keahlian keterampilan teknikal, serta kemampuan kepemimpinan yang berorientasi untuk lebih mengutamakan kepentingan masyarakat sebagai kewajiban aparatur pemerintahan itu sendiri. Sebagai penyelenggara pelayanan publik, sudah sepantasnya pemerintah memperbaiki fungsi pelayanan publik dengan berkewajiban melayani warganya untuk memenuhi kebutuhan dasar dalam rangka pelayanan publik, salah satunya dalam mekanisme pasar. Pelayanan dalam pasar yang diberikan oleh aparat pemerintah dapat berupa barang maupun jasa.

Bentuk pelayanan yang diberikan oleh aparat pemerintah adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pemberdayaan dan pembangunan dalam pasar.

2.1.2 Hubungan Pelayanan Publik dengan Pasar

Peranan pemerintah harus terfokuskan pada upaya meningkatkan pelayanan kepada masyarakat selain pemberdayaan dan pembangunan. Tugas pokok pemerintahan modern menurut Rasyid (1997: 11) pada hakekatnya adalah pelayanan kepada masyarakat dengan kata lain, ia tidak diadakan untuk melayani dirinya sendiri, tetapi untuk melayani masyarakat serta menciptakan kondisi yang memungkinkan setiap anggota masyarakat mengembangkan kemampuan dan kreativitasnya demi tercapainya tujuan bersama. Perimbangan utama untuk memberikan kekuasaan kepada mekanisme pasar dalam penyediaan dan pendistribusian kebutuhan masyarakat adalah mekanisme kerjanya sangat efisien. Kekuatan-kekuatan di dalam pasar bekerja dengan sangat efisien karena mereka dirancang oleh profit. Hanya mereka yang bisa bekerja secara efisien akan dapat menikmati profit. Mekanisme kerja pasar yang ditentukan oleh harga sangat berbeda dengan mekanisme kerja birokrasi karena birokrasi bekerja berdasar atas kewenangan dan monopoli. Oleh karena itu, mekanisme birokrasi cenderung tidak efisien.

Namun demikian, tidak semua kebutuhan masyarakat dapat disediakan oleh pasar secara efisien. Adakalanya mekanisme pasar secara ekonomis tidak efisien dan secara sosial tidak dapat diterima sebagai sumber pelayanan publik (economic and social market failures). Dalam penyediaan barang-barang kebutuhan umum (public goods and social goods) mekanisme pasar seringkali

tidak bekerja secara efisien, karena mekanisme harga tidak bisa bekerja dengan baik atau karena adanya eksternalitas atau karena persyaratan yang dibutuhkan untuk bekerjanya mekanisme pasar tidak terpenuhi..

Kebutuhan manusia yang tidak dapat diperoleh melalui mekanisme pasar antara lain adalah layanan civil yang hanya disediakan oleh pemerintah. layanan

civil tersebut diberikan oleh pemerintah atas dasar “civil right” yang dimiliki oleh

setiap warga Negara. Dalam situasi seperti ini tentunya menjadi tugas pemerintah untuk mewujudkan pelayanan itu. Dalam hal ini pemerintah adalah lembaga yang memproduksi, mendistribusikan atau memberikan alat pemenuhan kebutuhan rakyat yang berupa pelayanan publik. Dengan demikian secara eksplisit dapat dikatakan bahwa pemberian pelayanan publik merupakan jenis pelayanan yang dimonopoli oleh pemerintah. hal ini dapat dipahami mengingat pelayanan civil merupakan bagian dari fungsi pemerintah yang memberikan pelayanan kepada masyarakat. Sebagai fungsi pemerintah maka pelayanan publik tidak hanya

semata bersifat “profit orientied” tetapi lebih beorientasi sosial, yaitu penguatan

dan pemberdayaan masyarakat. karena itu penentuan dari proses pelayanan publik tidak bisa dilakukan dengan pendekatan bisnis, tetapi pendekatan yang paling

tepat adalah pendekatan sosial (social approach), karena yang paling tahu akan

baiknya pelayanan yang diberikan adalah masyarakat. Untuk itu fungsi pemerintah bukan hanya terbatas pada aktivitas pemberian pelayanan kepada masyarakat, tetapi juga harus menjamin bahwa pelayanan yang diberikan kepada masyarakat betul-betul berkualitas.

Untuk menentukan pelayanan itu berkualitas atau tidak, dapat diukur melalui indikator pelayanan yang sudah dijelaskan di atas. Dalam mekanisme

pasar, pemerintah memiliki wewenang dalam pengelolaan pasar. Pengelolaan pasar ini dilakukan untuk menjaga keseimbangan antara pasar modern dan pasar tradisional dalam penghasilan pedagang, tempat usaha dagang, kenyamanan dan keamanan pasar, serta fasilitas pasar guna mendukung suatu kegiatan dalam pasar melalui pendekatan sosial dan pendekatan bisnis. Akan tetapi, pendekatan yang sering berhasil dalam pasar adalah pendekatan sosial, karena melalui pendekatan ini sektor pasar dapat mengetahui kebutuhan apa saja yang masyarakat butuhkan. Oleh karena itu, untuk mengetahui pengelolaan mekanisme pasar bagaimana yang dikatakan pasar berhasil adalah melalui indikator-indikator pengelolaan pasar yang digunakan sebagai pedoman pemerintah dan masyarakat.

2.1.3 Indikator Pengelolaan Pasar yang Berhasil

Menurut Menteri Perdagangan Republik Indonesia, Mari Elka Pangestu

dalam jurnal Penataan Kembali di Kotagede (2007), indikator pengelolaan pasar

yang berhasil adalah:

1. Manajemen yang transparan dan profesional

Konsekuen dengan peraturan yang ditegakkannya dan tegas dalam menegakkan sanksi jika terjadi pelanggaran.

2. Keamanan

Satuan pengamanan pasar bekerja dengan punuh tanggung jawab dan bisa melakukan koordinasi dan kerjasama dengan para penyewa/pedagang. Para penghuni memiliki kesadaran yang tinggi untuk terlihat dalam menjaga keamanan bersama.

Sampah tidak bertebaran di sembarang tempat. Para pedagang membuang sampah pada tempatnya. Tong sampah tersedia di berbagai tempat, sehingga memudahkan bagi pengunjung untuk membuang sampahnya. Pembuangan sampah sementara selalu tidak menumpuk dan tidak membusuk karena selalu diangkut oleh armada pengangkut sampah pembuangan akhir secara berkala.

4. Ketertiban

Tercipta ketertiban di dalam pasar. Ini terjadi karena para pedagang telah mematuhi semua aturan main yang ada dan dapat menegakkan disiplin serta bertanggung jawab atas kenyamanan para pengunjung atau pembeli.

5. Pemeliharaan

Pemeliharaan bangunan pasar dapat dilakukan oleh pedagang maupun pengelola. Dalam hal ini telah timbul kesadaran yang tinggi dari pedagang untuk membantu managemen pasar memelihara sarana dan prasarana seperti saluran air, ventilasi udara, lantai pasar, kondisi kios dan lain sebagainya.

6. Pasar sebagai sarana/fungsi interaksi sosial

Pasar yang merupakan tempat berkumpulnya orang-orang dari berbagai suku di tanah air menjadi sarana yang penting untuk berinteraksi dan berekreasi. Tercipta suasana damai dan harmonis di dalam pasar.

7. Pemeliharaan pelanggan

Para penjual memiliki kesadaran tinggi akan pentingnya menjaga agar para pelanggan merasa betah berbelanja dan merasa terpanggil untuk selalu berbelanja di pasar. Tidak terjadi penipuan dalam hal penggunaan

timbangan serta alat ukur lainnya. Harga kompetitif sesuai dengan kualitas dan jenis barang yang dijual, serta selalu tersedia sesuai kebutuhan para pelanggan.

8. Produktifitas pasar cukup tinggi

Pemanfaatan pasar untuk berbagai kegiatan transaksi menjadi optimal. Terjadi pembagian waktu yang cukup rapi dan tertib:

9. Penyelenggaraan kegiatan (event)

Sering diselenggarakan kegiatan peluncuran produk-produk baru dengan membagikan berbagai hadiah menarik kepada pengunjung.Ini dilakukan bekerja sama dengan pihak produsen.

10. Promosi dan “Hari Pelanggan”

Daya tarik pasar tercipta dengan adanya karakteristik dan keunikan bagi pelanggan. Daya tarik ini harus dikemas dalam berbagai hal, mulai dari jenis barang dan makanan yang dijual hingga pada berbagai program promosi. Manajemen pasar bekerjasama dengan para pedagangnya menentukan hari-hari tertentu sebagai “Hari Pelanggan”, dimana dalam satu waktu tertentu para pedagang melakukan kegiatan yang unik seperti berpakaian seragam daerah atau menyelenggarakan peragaan pakaian atau makanan daerah tertentu dan lain sebagainya.

Indikator pengelolaan pasar di atas diterapkan sebagai ukuran keberhasilan pasar dan cara memecahkan masalah publik yang selama ini terjadi di pasar. Tuntutan gencar yang dilakukan oleh masyarakat kepada pemerintah untuk melaksanakan penyelenggaraan pemerintah, yaitu memberi pelayanan yang efektif untuk meningkatkan daya saing pasar dengan menyediakan bangunan

pasar yang layak, memberi jarak antara pasar modern dan pasar tradisional, memberi penyuluhan atau sosialisasi kepada pedagang untuk menciptakan kretivitas, inovatif dan aktif. Kini harus menyesuaikan dengan tatanan masyarakat yang telah berubah. Oleh karena itu, tuntutan ini merupakan hal yang wajar dan sudah seharusnya direspon oleh pemerintah dengan melakukan perubahan yang terarah pada terwujudnya penyelenggaraan pemerintah yang baik (Good Governance).

Oleh karena itu, institusi dari governance meliputi tiga domain, yaitu state

(negara atau pemerintah), private sector (sektor swasta atau dunia usaha), dan

society (masyarakat), yang saling berinteraksi dan menjalankan fungsinya masing-

masing. State berfungsi menciptakan lingkungan politik dan hukum yang

kondusif, private sector menciptakan pekerjaan dan pendapatan, sedangkan

society berperan positif dalam interaksi sosial, ekonomi dan politik, termasuk mengajak kelompok dalam masyarakat untuk berpartisipasi dalam aktivitas ekonomi, sosial dan politik.

2.2 Pengertian Good Governance

Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat utama untuk

mewujudkan aspirasi masyarakat dalam mencapai tujuan dan cita-cita bangsa dan

negara. Good governance adalah proses penyelenggaraan kekuasaan negara dalam

melaksanakan penyediaan public goods and service disebut governance

(pemerintah atau kepemerintahan), sedangkan praktek terbaik disebut “good

governance” (kepemerintahan yang baik). Agar “good governance” dapat menjadi kenyataan dan berjalan dengan baik, maka dibutuhkan komitmen dan keterlibatan

semua pihak yaitu pemerintahan dan masyarakat. Good governance yang efektif

menuntut adanya “alignment” (koordinasi) yang baik dan integritas, profesional

serta etos kerja dan moral yang tinggi. Dengan demikian penerapan konsep “good

governance” dalam penyelenggaraan kekuasaan pemerintah negara merupakan tantangan tersendiri.

Menurut Sedarmayanti dalam buku “Good Governance dalam Rangka

Otonomi Daerah” (2003:34) dalam kajian di atas mengenai penyelenggaraan kekuasaan pemerintah, sasaran dan tujuan yang dicapai harus memiliki kaitan pembiayaan pelayanan publik dan pembangunan, pemerintah mengemban tiga fungsi utama, yaitu :

1. Fungsi alokasi (atas sumber-sumber ekonomi dalam bentuk barang dan

jasa pelayanan publik).

2. Fungsi distributif (pendapatan dan kekayaan masyarakat, pemerataan

pembangunan).

3. Fungsi stabilitas (pertahanan, keamanan, ekonomi dan moneter).

2.2.1 Konsep Good Governance

Kepemerintahan yang baik (good governance) merupakan isu sentral yang

paling mengemuka dalam pengelolaan administrasi publik dewasa ini. Governance mempunyai tiga kaki, yaitu:

1. Economic governance meliputi proses pembuatan keputusan (decision making processes) yang memfasilitasi terhadap equity, poverty dan quality of live.

3. Administrative governance adalah sistem implementasi proses kebijakan.

Karakteristik good governance, yaitu:

1. Participation. Setiap warga negara mempunyai suara dalam pembuatan keputusan, baik secara langsung maupun melalui intermediasi institusi legitimasi yang mewakili kepentingannya. Partisipasi seperti ini dibangun atas dasar kebebasan berasosiasi dan berbicara serta berpartisipasi secara konstruktif.

2. Rule of law. Kerangka hukum harus adil dan dilaksanakan tanpa perbedaan, terutama hukum asasi manusia.

3. Transparency. Transparansi dibangun atas dasar kebebasan arus informasi. Proses lembaga dan informasi. Proses lembaga dan informasi secara langsung dapat diterima oleh mereka yang membutuhkan. Informasi harus dapat dipahami dan dipantau.

4. Responsiveness. Lembaga dan proses harus mencoba untuk melayani setiap stakeholders.

5. Consensus orientation. Good governance menjadi perantara kepentingan yang berbeda untuk memperoleh pilihan terbaik bagi kepentingan yang lebih luas, baik dalam hal kebijakan maupun prosedur.

6. Effectiveness and efficiency. Proses dan lembaga menghasilkan sesuai dengan apa yang telah digariskan dengan menggunakan sumber yang tersedia sebaik mungkin.

7. Accountability. Para pembuat keputusan dalam pemerintahan, sektor

dan lembaga stakeholders. Akuntabilitas ini bergantung pada organisasi dan sifat keputusan yang dibuat, apakah keputusan tersebut untuk kepentingan internal atau eksternal organisasi.

8. Strategic vision. Para pemimpin dan publik harus mempunyai prespektif good governance dan pengembangan manusia yang luas serta jauh ke depan sejalan dengan apa yang diperlukan untuk pembangunan semacam ini.

Good governance (pemerintahan yang baik) merupakan salah satu peran pemerintah untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat khususnya dalam sektor pasar. Dalam hal ini pemerintah memiliki kedudukan untuk membuat suatu kebijakan yang membimbing seseorang dalam kehidupan sosial. Keseluruhan dari aktifitas yang menyangkut hak dan kewajiban yang berhubungan dengan status pada kelompok masyarakat tertentu pada situasi sosial yang khas. Setiap posisi dalam struktur kelompok mempunyai peran yang saling berhubungan antara satu sama lain yang menimbulkan satu proses yang berjalan berkesinambungan antar unsur yang satu dengan unsur yang lain. Oleh karena itu, aparat pemerintah mempunyai peranan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat, cita-cita dan harapan

bangsa melalui Good Governance dengan cara mengetahui tugas utama

implementor yang membuat suatu kebijakan khususnya dalam sektor pasar.

2.3 Peranan Dinas Pasar 2.3.1 Pengertian Peranan

Peranan berasal dari kata “peran”, yang artinya seperangkat tingkat suatu kewenangan yang diharapkan dan dimiliki oleh yang berkedudukan di

masyarakat. Sedangkan peranan adalah bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan. Apabila seseorang melaksanakan hak-hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka dia menjalankan peranan”. Menurut Poerwadarminta (1991:735) memberikan definisi bahwa peranan adalah sesuatu yang jadi bagian atau yang memegang pimpinan terutama sesuatu hal yang terjadi atau peristiwa.

Menurut Soekanto (1987:268 dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia) peranan meliputi norma yang dihubungkan dengan posisi seseorang dalam masyarakat sebagai rangkaian peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan sosial. Peranan menyangkut tiga hal diantaranya adalah:

1. Peranan meliputi hal-hal yang berhubungan dengan posisi atau tempat seseorang di dalam masyarakat.

2. Peran merupakan serangkaian peraturan-peraturan yang nantinya akan

membimbing seseorang dalam kehidupan masyarakat.

3. Peran dapat dikatakan juga sebagai perilaku yang ada di dalam masyarakat dimana seseorang itu berada.

2.3.2 Dinas Pasar

Sesuai dengan Peraturan Bupati Deli Serdang Nomor 688 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern, yang menetapkan kedudukan, tugas, pokok, dan fungsi Dinas Pasar Kabupaten Deli Serdang adalah sebagai berikut:

1. Kedudukan

a. Dinas Pasar Kabupaten Deli Serdang merupakan unsur pelaksana

b. Dinas Pasar Kabupaten Deli Serdang dipimpin oleh seorang kepala yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.

2. Tugas

Dinas Pasar Kabupaten Deli Serdang mempunyai tugas melaksanakan kewenangan otonomi daerah di bidang pasar.

3. Fungsi

Dalam melaksanakan tugas Dinas Pasar Kabupaten Deli Serdang mempunyai fungsi:

a. Perumusan kebijakan teknis pemberian bimbingan dan pembinaan,

pengelolaan Pasar dan Pekan Kabupaten Deli Serdang. b. Pemberian perizinan dan pelaksanaan umum.

c. Pembinaan terhadap Unit Pelaksana Teknis Dinas dan Cabang Dinas di bidang Pasar Kabupaten Deli Serdang.

d. Pengelolaan urusan ketatausahaan Dinas.

Pasar tradisional ini ditujukan untuk pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil, dan proses jual beli barang dagangan melalui tawar menawar.

Dalam Peraturan Bupati Deli Serdang Nomor 688 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern, pengertian pengelolaan pasar tradisional adalah penataan pasar tradisional yang meliputi perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pasar tradisional. Pemerintah merancang suatu perencanaan agar pasar tradisional mampu bersaing dengan pusat perbelanjaan dan toko modern dan upaya pemerintah daerah melindungi

keberadaan pasar tradisional agar mampu berkembang lebih baik, hal ini disebut dengan pemberdayaan pasar tradisional.

Adapun tujuan pengelolaan/penataan dan pemberdayaan pasar tradisional meliputi:

1. Menciptakan pasar tradisional yang tertib, teratur, aman, bersih dan sehat; 2. Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat;

3. Menjadikan pasar tradisional sebagai penggerak roda perekonomian

daerah; dan

4. Menciptakan pasar tradisional yang berdaya saing dengan pusat

perbelanjaan dan toko modern.

Struktur birokrasi pada di Dinas Pengelolaan Pasar Deli Serdang mencakup aspek-aspek seperti struktur organisasi, pembagian kewenangan serta hubungan antara unit-unit organisasi yang ada. Dalam struktur tersebut terlihat bahwa terdapat pemisah kegiatan antara satu bagian dengan bagian yang lain dan bagaimana hubungan aktivitas dan fungsi dibatasi. Pola koordinasi yang terjalin menempatkan kepala dinas sebagai pejabat tertinggi dimana setiap bagian-bagian organisasi terhubung dengan rantai komando langsung ke kepala dinas.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa peranan dinas pasar adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam bentuk penataan ruang pasar dan pengelolaan pasar yang nyaman dan aman, tertib, penggerak roda perekonomian masyarakat, membuka lapangan pekerjaan, memberikan tempat usaha dagang dan melayani urusan pasar khususnya dalam pembuatan SIPTU (Surat Izin Pemakaian Tempat Usaha) dagang. Penataan ruang pasar tradisional pada suatu wilayah merupakan bagian dari peran pemerintah dalam rangka

menjamin keamanan, kenyamanan, keserasian dan ketertiban dan juga dalam rangka mewujudkan tujuan negara.

2.4 Penataan Pasar Tradisional 2.4.1 Pengertian Penataan

Penataan merupakan suatu proses perencanaan dalam upaya meningkatkan keteraturan, ketertiban, dan keamanan. Penataan menjadi bagian dari suatu proses penyelenggaraan pemerintah dimana dalam proses penataan tersebut dapat menjamin terwujudnya tujuan pembangunan nasional. Penataan dapat dirumuskan sebagai hal cara hasil atau proses menata (Badudu, Zein, 1996:132 dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia). Penataan ini membutuhkan suatu proses yang panjang dimana dalam proses penataan ini perlu ada perencanaan dan pelaksanaan yang lebih teratur demi pencapaian tujuan. Dalam kamus Tata Ruang dikemukakan bahwa:

“Penataan merupakan suatu proses perencanaan , pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan untuk semua kepentingan secara terpadu, berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang dan berkelanjutan serta keterbukaan , persamaan keadilan dan perlindungan hukum”. (Kamus Tata Ruang, Edisi I :1997)

Proses penataan ini juga mencakup penataan ruang dimana penduduk

Dokumen terkait