BAB V.KESIMPULAN DAN SARAN
B. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diungkapkan maka, peneliti
merekomendasikan beberapa saran agar pelaksanaan Metode Maternal
Reflektif (MMR) dapat berjalan secara efektif sehingga murid – murid dapat mengembangkan kemampuan berbahasa dan berkomunikasinya.
Saran – saran tersebut adalah sebagai berikut:
1. Membentuk kerja sama antara orangtua murid dan guru untuk
menerapkan komunikasi menggunakan bahasa oral ketika berada di
rumah atau di luar lingkungan sekolah.
2. Mengadakan kegiatan belajar mengajar di luar sekolah atau kegiatan
yang melibatkan interaksi dengan orang lain, khususnya orang yang
mendengar.
3. Mengembangkan metode pengajaran yang telah diterapkan di sekolah
dengan disesuaikan dengan tingkat kemampuan murid – murid.
4. Membuat evaluasi mengenai proses belajar mengajar secara berkala
dan berkelanjutan oleh guru agar kelihatan proses pengajaran yang
perlu ditambahkan atau diperbaiki.
Selain itu, untuk penelitian lebih lanjut, maka peneliti
dari lingkungan di luar sekolah, misalnya ketika bersama orangtua,
78
DAFTAR PUSTAKA
Astutik, E.P. (2010). Metode maternal reflektif untuk meningkatkan kemampuan berbicara anak tunarungu kelas 3 SLB B widya bhakti Semarang. Skripsi. Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.
Bunawan, L. & Yuwati, C. S. (2000). Penguasaan bahasa anak tunarungu.
Jakarta: Yayasan Santi Rama.
Bungin, B. (2007). Penelitian kualitatif: komunikasi, ekonomi, kebijakan publik, dan ilmu sosial lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Cangara, H. (1998). Pengantar ilmu komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Carrol, David W. (1986). Psychology of language. Pacific Grove-California: Brooks/Cole Publishing Company. Diunduh dari
http://www.jurnallingua.com/edisi-2006/4-vol-1-no-1/26-proses-pemerolehan-bahasa-dari-kemampuan-hingga-kekurangmampuan-berbahasa.html.
Chaer, A. & Agustina, L. (2010). Sosiolinguistik perkenalan awal. Jakarta: Rineka Cipta.
Direktorat Bina Kesehatan Anak. (2010). Pedoman layanan kesehatan anak di sekolah luar biasa (SLB) bagi petugas kesehatan. Jakarta: Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat. Diunduh dari http://www.gizikia.depkes.go.id/wp- content/uploads/downloads/2011/01/PEDOMAN-YANKES-ANAK-DI-SLB-BAGI-PETUGAS-KESEHATAN.pdf.
Djatun, R. (2007). Metode maternal reflektif. Surakarta: Penelitian Dikti Hibah Bersaing.
DNIKS. (2009). Petunjuk pelaksanaan metode maternal reflektif di sekolah luar biasa yayasan pembina anak cacat provinsi Aceh. Aceh: Tim PPMP.
Hasan, I. (2002). Pokok – pokok materi metodologi penelitian dan aplikasinya.
Jakarta: Ghalia Indonesia.
Hernawati, T. (2007). Pengembangan kemampuan berbahasa dan berbicara
anak. Jurnal JASSI_anakku, 7(1), hlmn. 101 - 110. Diunduh dari
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/196302081987 032-TATI_HERNAWATI/jurnal.pdf.
Mangunsong, F. (2009). Psikologi dan pendidikan anak berkebutuhan khusus. Depok: LPSP3 UI.
Moleong, L. J. (2006). Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mulyana, D. (2005). Ilmu komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Poerwandari, K. (2005). Pendekatan kualitatif untuk penelitian perilaku manusia.
Jakarta: LPS3 UI.
Republik Indonesia. Undang – Undang Dasar 1945. Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Setiana, E. (2011). Pelaksanaan metode maternal reflektif dalam mengembangkan kemampuan komunikasi siswa tunarungu di SDLB B santi rama Jakarta.
Skripsi. Bandung: Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Pendidikan Indonesia.
Somad, P. & Hernawati, T. (1996). Ortopedagogik anak tunarungu. Bandung: Depdikbud.
Somantri, S. (1996). Psikologi anak luar biasa. Jakarta: Depdikbud.
Supratiknya, A. (1995). Tinjauan psikologis, komunikasi antarpribadi. Yogyakarta: Kanisius.
Suran, B. G. & Rizzo, J. V. (1979). Special children: an integrative approach.
USA: Scott Foresman & Co.
Wibowo, W. (2001). Manajemen bahasa. Jakarta: Gramedia.
Yusuf, S. (2010). Psikologi perkembangan anak dan remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya.
LI belum sepenuhnya menguasai semua tahapan tugas – tugas perkembangan bahasa. LI dapat melakukan egocentric speech, tetapi masih membutuhkan bantuan guru atau teman dalam socialized speech.
DA menguasai tahapan ucapan, tetapi belum sepenuhnya menguasai tahapan pemahaman, pengembangan pembendaharaan kata, dan penyusunan kata – kata menjadi kalimat pada tugas – tugas perkembangan bahasa.
DA dapat melakukan egocentric speech, tetapi terkadang masih membutuhkan bantuan guru atau teman dalam socialized speech
SA menguasai tahapan penyusunan kata – kata menjadi kalimat dan ucapan, tetapi belum sepenuhnya menguasai tahapan pemahaman dan pengembangan pembendaharaan kata pada tugas – tugas perkembangan bahasa.
SA dapat melakukan egocentric speech, tetapi terkadang masih membutuhkan bantuan guru atau teman dalam socialized speech.
Perkembangan Bahasa :
NA menguasai semua tahapan tugas – tugas perkembangan bahasa. LI, DA, dan SA belum sepenuhnya menguasai semua tahapan tugas – tugas perkembangan bahasa.
NA, LI, DA, dan SA
dapat melakukan
egocentric speech.
NA juga dapat
melakukan socialized speech, tetapi LI, DA,
dan SA masih
membutuhkan bantuan guru atau teman.
Kesimpulan Akhir :
NA telah menguasai semua tahapan tugas – tugas perkembangan bahasa sedangkan LI, DA, dan SAbelum sepenuhnya menguasai semua tahapan.
NA, LI, DA, dan SA telah dapat melakukan egocentric speech.
NAjuga telah dapat melakukan dan socialized speech, tetapi LI, DA, dan SA masih membutuhkan bantuan guru atau teman.
NA, DA, dan SA dapat menggunakan bahasa oral sedangkan LI lebih sering menggunakan bahasa oral sambil berisyarat. Namun terkadang, NA, DA, dan SA menggunakan bahasa oral sambil berisyarat atau ekspresi wajahnya.
NA dapat menggunakan bahasa oral. LI lebih sering menggunakan bahasa oral sambil
berisyarat.
DA dapat menggunakan bahasa oral, tetapi terkadang menggunakan bahasa oral sambil
berisyarat atau ekspresi wajahnya. SA dapat menggunakan bahasa oral, tetapi terkadang menggunakan bahasa oral sambil
berisyarat.
Komunikasi : NA, DA, dan SA dapat menggunakan bahasa oral sedangkan LI lebih sering menggunakan bahasa oral
sambil berisyarat.
OBS I
Catatan Lapangan (Observasi) Koding
Hari tersebut merupakan hari pertama murid – murid masuk sekolah setelah libur memperingari hari raya Idul Fitri.
Sebelum memulai pelajaran, murid – murid yang semua beragama
Islam, selalu dibiasakan untuk membaca doa bersama – sama dan
kemudian murid - murid mengucapkan “Selamat pagi, pak Wawan.”
Saat itu, Nadia tidak hadir karena sakit.
Guru memulai percakapan dengan murid – murid dan menjelaskan
bahwa mereka baru saja merayakan lebaran lalu, mengajukan
pertanyaan, “Apa yang kalian lakukan ketika lebaran?” Awalnya
murid – murid kebingungan dan saling menatap satu sama lain dan
mengobrol dengan menggunakan bahasa oral sambil menggunakan bahasa isyarat.
Kemudian, guru menegur murid – muridnya dan memperjelas
pertanyaannya dengan mengatakan “Apakah kalian meminta maaf
kepada bapak dan ibu ketika lebaran?”. Guru pun menyuruh Danu
untuk menjawabnya. Danu mengatakan bahwa ia bersalam – salaman dan meminta maaf kepada bapak dan ibu.
Saifi lalu ditunjuk oleh guru untuk menjawab pertanyaan yang juga diajukan oleh Danu. Saifi mengatakan bahwa ia juga meminta maaf pada bapak dan ibunya. Saifi juga mengatakan bahwa ia mengunjungi
neneknya. Lintang yang mendapat giliran berikutnya untuk menjawab
sm1.kdk.1 mp1.kdk.1 sm1.kdk.2 mp1.kdk.3 m3.kdk.1 m4.kdk.1 m2.kdk.1
tetapi, Lintang hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. Guru pun meminta Lintang untuk menjawab, Lintang mengatakan bahwa ia mengunjungi makam ibunya dan berdoa.
Guru lalu menuliskan hasil percakapan mereka menjadi sebuah
percakapan di papan tulisdengan tema “Minta Maaf”.
Selama guru menulis di papan tulis, murid – murid tampak asyik mengobrol. Saat berkomunikasi, murid – murid menggunakan bahasa isyarat mereka sendiri, meskipun terkadang menggunakan bahasa oral.
Setelah guru selesai menulis di papan tulis, guru langsung meminta
murid – murid untuk mengulangi ucapan guru untuk membaca bacaan
di papan tulis. Kemudian, guru menyuruh murid – murid untuk mengulangi membaca bacaan tersebut tanpa bantuan guru.
Murid – murid pun membaca bacaan di papan tulis bersama – sama,
dengan maupun tanpa bantuan guru terlebih dahulu.
Guru lalu meminta murid – murid untuk membuat kalimat dengan
menggunakan kata “minta maaf” dengan perintah yang diulang –
ulang untuk memperjelas apa yang dikatakan oleh guru sebelum guru menuliskan perintahnya di papan tulis.
Guru pun menuliskan beberapa contoh kalimat yang harus dibuat oleh murid – murid sendiri. Namun sebelumnya, murid – murid diminta untuk membaca contoh kalimat tersebut bersama – sama tanpa bantuan guru.
Kemudian, guru meminta murid – murid yang lain untuk ikut
mencoba membuat kalimat. Guru lalu menunjuk Danu. Namun, Danu
mp1.kdk.4 sm1.kdk.2 mp1.kdk.5 sm1.kdk.3 mp1.kdk.6 mp1.kdk.6 mp1.kdk.8
tampak kebingungan. Guru pun membantu Danu dengan memberikan
sebuah permisalan, yaitu “Bagaimana kalau Danu memukul? Danu
harus berkata apa?” Danu menjawab, “Minta maaf” tetapi, ketika
Danu diminta untuk membuat kalimatnya, Danu tampak kesulitan
sehingga guru yang secara perlahan dan berulang – ulang memberikan
contoh kalimatnya dan Danu mengulanginya. Meskipun demikian,
Danu masih tampak kesulitan dalam mengulangi kata – kata dari guru.
Saat menulis di papan tulis, Danu juga masih harus dibantu oleh guru
dalam menuliskan kalimat yang telah dicontohkan oleh guru.
Guru lalu memberikan sebuah pertanyaan kepada Lintang, “Kalau Lintang terlambat, Lintang berkata apa?” Namun, Lintang terlihat diam saja dan hanya tersenyum. Guru pun mengulangi pertanyaannya beberapa kali tetapi, Lintang masih tidak menjawabnya dan sesekali
menggelengkan kepalanya dan tampak kebingungan. Kemudian, guru
menanyakan pada Saifi dan Danu. Namun, Danu justru menjawab
“Mohon maaf lahir dan batin”. Guru pun membantu dengan kalimat
yang mendukung pertanyaannya tetapi, murid – murid masih terlihat
kebingungan. Namun akhirnya, Danu dapat menjawab dengan kalimat
yang dimaksud oleh guru meskipun, Danu tampak ragu – ragu dalam
mengucapkannya.
Kemudian, guru menunjuk Lintang untuk mengulangi kalimat Danu tetapi, Lintang tetap diam dan hanya tersenyum. Guru pun meminta Saifi yang mengulanginya meskipun dengan bantuan guru, Saifi dapat mengulangi kalimat yang diucapkan oleh guru dan menuliskannya di
m3.kdk.9 m3.kdk.9 mp1.kdk.8 m2.kdk.4 mp1.kdk.8 sm1.kdk.4 m3.kdk.1 mp1.kdk.8 m2.kdk.7 m4.kdk.7
papan tulis.
Saat Saifi sedang menulis di papan tulis, Lintang mencoba untuk
mengulangi kata “minta maaf” tetapi, karena pengucapannya yang
salah, guru lalu mengulangi ucapannya berkali – kali sampai Lintang
dapat mengucapkannya dengan benar.
Setelah Danu selesai menulis di papan tulis, guru lalu meminta murid – murid untuk membuat kalimat dengan menggunakan kata
“minta maaf” di buku tulis mereka masing – masing.
Pelajaran hari tersebut berhenti hanya sampai jam 09.15 WIB karena adanya kegiatan halal bihalal setelah memperingati hari raya Idul Fitri.
m2.kdk.7
OBS II
Catatan Lapangan (Observasi) Koding
Hari tersebut, murid yang hadir baru Nadia dan Saifi.
Sebelum memulai pelajaran, murid – murid membaca doa bersama
–sama dan mengucapkan “Selamat pagi, pak Wawan.”
Tak lama kemudian, Lintang datang terlambat dan guru meminta Lintang untuk berdoa sendiri. Namun, Lintang hanya tersenyum dan guru membantu Lintang untuk berdoa dan akhirnya Lintang berdoa sampai selesai.
Guru lalu memulai percakapan dengan murid – murid. Selain itu,
guru juga meminta murid – murid untuk saling bertanya satu sama lain. Meskipun terkadang, murid – murid masih menggunakan bahasa
isyarat mereka sendiri untuk berkomunikasi tetapi, guru langsung
menegurnya dan meminta murid – murid untuk berbicara.
Saat guru dan murid – murid yang lain sedang melakukan percakapan, Danu masuk kelas. Guru pun meminta Danu untuk berdoa sendiri tetapi, Danu ternyata tidak hafal. Guru lalu meminta Nadia untuk membaca doa dan menyuruh Danu mengulanginya.
Percakapan antara guru dan murid – murid pun dilanjutkan.
Kemudian, guru menuliskan hasil percakapan menjadi sebuah bacaan di papan tulis.
Lintang yang tampak kesulitan dalam mengucapkan beberapa kata
pun akhirnya dibantu oleh guru dalam pengucapannya dan menyuruh
sm1.kdk.1 mp1.kdk.1 mp1.kdk.2 sm1.kdk.2 mp1.kdk.4 m2.kdk.6
Lintang mengulanguinya. Namun terkadang, kata – kata yang
diucapkan Lintang tidak dimengerti oleh guru sehingga guru meminta
bantuan Nadia untuk menjelaskan apa yang dikatakan oleh Lintang.
Guru lalu membacakan percakapan yang telah ditulisnya di papan
tulis yang sebagian besar menggunakan kata tanya “Apakah”. Guru mulai membaca satu kalimat dan murid – murid diminta untuk mengulanginya. Begitu seterusnya sampai selesai.
Murid – murid pun kalimat – kalimat di papan tulis bersama –
sama, dengan maupun tanpa bantuan guru terlebih dahulu.
Guru juga menuliskan beberapa contoh kalimat pertanyaan
menggunakan kata tanya “Apakah”. Guru kembali meminta murid –
murid untuk membaca bersama – sama contoh kalimat yang telah ditulisnya tanpa bantuan guru.
Setelah itu, guru menyuruh murid – murid untuk membuat pertanyaan menggunakan kata tanya “Apakah” dan juga menuliskan
jawabannya di buku masing – masing.
Dalam membuat pertanyaan, murid – murid dibebaskan untuk bertanya pada teman – temannya yang lain.
Tak lama kemudian, Lintang bertanya pada guru untuk menuliskan
kata –kata tertentu misalnya, kata “mahasiswa” dan “bekerja”. Hal ini
dikarenakan mungkin Lintang jarang memakai kata tersebut dalam percakapan sehari – harinya.
Lintang lalu bertanya lagi pada guru mengenai jawaban atas
pertanyaan yang telah ditulisnya untuk Nadia. Guru pun menyuruh
m1.kdk.11 mp1.kdk.5 sm1.kdk.3 mp1.kdk.6 mp1.kdk.8 m2.kdk.8 m2.kdk.4
Lintang bertanya langsung pada Nadia tetapi, Lintang merasa belum yakin apakah kalimat tanya yang dibuatnya sudah benar sehingga guru membantu Lintang dalam membuat kalimat tanya yang benar.
Danu juga bertanya pada guru mengenai kalimat tanya yang akan ditanyakannya pada Saifi. Namun, Danu masih belum dapat
merangkai kalimat dengan benar misalnya, Danu berkata, “Apakah
Saifi sudah terlambat?” Guru lalu membenarkan kalimat Danu dan
meminta Danu mengulangi kalimat yang sudah dibenarkan oleh guru serta, menyuruh Danu langsung bertanya pada Saifi.
Lintang juga masih mengalami kesulitan dalam menuliskan kata
“periksa”. Kemudian, guru mengucapkan kata tersebut berkali – kali tetapi, Lintang masih belum dapat menuliskannya sehingga guru menuliskan di buku Lintang.
Saifi pun terlihat meminta bantuan Nadia dalam mengeja sebuah
kata, huruf demi huruf.
Guru lalu menuliskan sebuah bacaan di papan tulis.
Saat guru meminta Lintang untuk pindah tempat duduk di depan papan tulis, Lintang menolak dan justru mengambil kayu (sebagai penunjuk papan tulis) guru. Guru lalu meminta Nadia untuk mengalah dan duduk di depan papan tulis.
Guru menyuruh murid – murid membaca bacaan yang telah ditulis
guru di papan tulis bersama – sama tanpa bantuan guru. Kemudian, guru meminta murid – murid untuk membaca bacaan tersebut dalam hati. m2.kdk.9 m3.kdk.9 m2.kdk.8 m4.kdk.8 ; m1.kdk.12 mp1.kdk.5
Saat murid – murid menyatakan bahwa mereka telah selesai membaca, guru menyuruh murid – murid memperhatikan apa yang akan dikatakan oleh guru. Guru memberikan pertanyaan pada murid – murid secara lisan dan meminta murid – murid untuk menjawabnya.
Saat pertanyaan kedua, hanya Nadia yang dapat menjawabnya
dengan benar dan lancar. Guru meminta Nadia untuk mengulangi
jawabannya agar teman – temannya dapat mengetahui jawabannya.
Setelah murid – murid mengetahui jawabannya, guru meminta murid – murid menunjukkan kalimat yang merupakan jawaban di papan tulis. Namun, tetap saja murid – murid terlihat kebingungan.
Guru menunjuk Saifi untuk maju, Saifi pun tampak kebingungan dan mencoba bertanya pada Nadia. Saat Saifi salah menunjukkan
kalimat di papan tulis, guru meminta Nadia untuk mengulangi
jawabannya tetapi, tetap saja Saifi belum dapat menunjukkannya.
Guru pun bertanya pada murid – murid yang lain tetapi, murid –
murid juga tidak tahu dan mereka justru bertanya pada Nadia. Namun
akhirnya, Lintang dapat menunjukkan kalimat yang menjadi pertanyaan guru dan mengucapkannya meskipun sambil berisyarat.
Guru melanjutkan pertanyaannya.
Di tengah pelajaran, Lintang tampak sedang asyik mengikat rambutnya tanpa memperdulikan teguran gurunya.
Guru yang tampak kesal karena Lintang tampak tidak memperhatikannya lalu menyuruh murid – murid menulis bacaan di papan tulis pada buku masing – masing.
mp1.kdk.6 m1.kdk.1 sm1.kdk.4 m4.kdk.5 m1.kdk.13 sm1.kdk.4 m2.kdk.1
Selama murid – murid menulis, guru membuat hasil bacaan dan membuat beberapa pertanyaan.
Setelah murid – murid menulis, guru menyuruh murid – murid menjawab pertanyaan yang telah dituliskan oleh guru di papan tulis.
Pertanyaan yang dibuat oleh guru merupakan pertanyaan yang tentang arti kata, lawan kata, dan persamaan kata. Murid – murid diminta untuk mencari di kamus yang telah disediakan di meja guru apabila tidak mengetahui jawabannya.
Beberapa murid tampak kebingungan dan kembali bertanya pada
Nadia. Nadia pun memberikan jawabannya. Namun, ketika teman –
temannya hampir menanyakan semua jawaban dari semua soal, Nadia tampak kesal dan tidak mau memberitahukan jawabannya.
Selain itu, Lintang masih belum dapat menuliskan kata yang dimaksud dengan benar misalnya, Lintang ingin menuliskan kata
“makan” tetapi, Lintang justru menuliskan kata “motor”. Lintang juga masih kesulitan dalam mengeja suatu kata sehingga Lintang bertanya huruf per huruf pada teman atau gurunya.
Danu juga masih kesulitan dalam menuliskan kata “herpes” padahal guru telah mengulangi ucapannya berkali – kali dan menuliskannya di papan tulis.
Setelah murid – murid selesai mengerjakan tugasnya untuk menjawab pertanyaan yang ditulis di papan tulis, guru meminta murid
– murid mengumpulkan buku mereka. Bel istirahat pun berbunyi.
Murid – murid pun keluar kelas dan tampak asyik mengobrol
mp1.kdk.6 mp1.kdk.6 sm1.kdk.4 m1.kdk.13 m2.kdk.8 m2.kdk.8 m3.kdk.7 sm1.klk.1
dengan murid – murid dari kelas lain. Lintang, Danu, dan Saifi masih tampak menggunakan bahasa isyarat dalam berkomunikasi tetapi terkadang, Danu dan Saifi menggunakan bahasa oral sambil berisyarat menggunakan tangannya.
Nadia berusaha untuk menggunakan bahasa oral ketika
berkomunikasi dengan teman – temannya di luar kelas. Nadia hanya
akan berisyarat ketika temannya tidak memahami ucapan Nadia.
m2.klk.2 ; m3.klk3. m4.klk3
m3.klk.2 ; m4.klk.2
OBS III
Catatan Lapangan (Observasi) Koding
Hari tersebut, murid yang hadir ada 4 orang yaitu, Danu, Lintang, Nadia, dan Saifi.
Sebelum memulai pelajaran, murid – murid membaca doa bersama
–sama dan mengucapkan “Selamat pagi, pak Wawan.”
Guru lalu menuliskan sebuah percakapan di papan tulis dengan tema “Bom Bunuh Diri.”
Tema tersebut diambil dari percakapan murid – murid kelas V yang
dilakukan pada hari Selasa, 27 September 2011.
Selama guru menulis, tampak murid – murid sedang asyik mengobrol satu sama lain menggunakan bahasa isyarat meskipun terkadang, kembali menggunakan bahasa oral kerena guru menegurnya.
Setelah selesai menulis, guru lalu membacakan bacaan per kalimat dan meminta murid – murid mengulanginya.
Saat murid – murid yang lain tengah membaca, Lintang justru menyandarkan dagunya di meja dan tidak membaca. Namun, guru segera menegurnya dan meminta Lintang untuk membaca sendiri
tetapi, Lintang diam saja dan akhirnya membaca dengan terputus –
putus setelah guru memarahinya.
Kemudian, guru meminta murid – murid mengulai bacaan di papan tulis tanpa bantuan guru secara bersama – sama.
sm1.kdk.1 mp1.kdk.7 sm1.kdk.2 sm1.kdk.3 mp1.kdk.5 sm1.kdk.3 m2.kdk.6 mp1.kdk.1 sm1.kdk.3
Murid – murid pun membaca bacaan di papan tulis bersama – sama tanpa bantuan guru terlebih dahulu.
Guru lalu memberikan beberapa pertanyaan lisan mengenai bacaan
di papan tulis misalnya, “Kapan peristiwa itu terjadi?” Namun, hanya
Nadia yang menjawabnya. Nadia pun bertanya mengenai arti kata
“saksi mata” yang terdapat dalam bacaan. Guru pun menjelaskannya.
Pertanyaan dari guru berlanjut tetapi, tetap saja Nadia yang aktif
menjawab. Meskipun sesekali, Danu dan Saifi juga ikut menjawab.
Guru yang melihat Lintang hanya diam saja pun lalu memberikan pertanyaan pada Lintang tetapi, Lintang membutuhkan waktu yang
cukup lama untuk menjawabnya meskipun pada akhirnya, Lintang
menjawab.
Meskipun murid – murid menjawab pertanyaan dari guru tetapi,
mereka kebingungan dengan arti kata kemarin yang lalu. Menurut
guru, arti kata kemarin yang lalu adalah waktu sebelum kemarin atau 2 hari yang lalu atau lebih.
Murid – murid tidak dapat memakai kata “ … yang lalu” misalnya,
kemarin yang lalu atau dua hari yang lalu. Namun, hanya Nadia yang langsung dapat mempergunakan kata tersebut setelah guru menjelaskannya sekali. Sedangkan Saifi, Danu, dan Lintang masih tampak kebingungan.
Guru lalu menjelaskan mengenai waktu yang lampau terutama,
menggunakan kata “… yang lalu” kembali dan memberikan pertanyaan di papan tulis dan meminta murid – murid untuk
mp1.kdk.6 m1.kdk.1 m1.kdk.10a mp1.kdk.8 ; sm1.kdk.3 m2.kdk.4 sm1.kdk.5 m1.kdk.1 sm1.kdk/4 mp1.kdk.6
menjawabnya dan mengisikan secara bergantian.
Awalnya, murid – murid tampak kebingungan dan tidak bisa menjawab tetapi, guru membantunya sampai akhirnya mereka dapat menjawabnya sendiri.
Saat guru bertanya,”Tanggal 25 September itu awal bulan, tengah bulan, atau akhir bulan?” Namun, tidak ada satu pun murid yang menjawab.
Guru lalu mengambil kalender dan menunjukkan tanggal 25
September tetapi, masih tidak ada yang menjawab. Kemudian, guru
meminta Danu untuk menjawab tetapi, Danu hanya menggelengkan
kepalanya. Guru menegur Danu untuk mengatakan “tidak tahu”
apabila Danu tidak dapat menjawabnya.
Setelah itu, Guru meminta Saifi untuk menjawab, Saifi lalu menjawab hari Minggu. Guru lalu menegur Saifi bahwa pertanyaannya bukan itu. Guru lalu mengulangi pertanyaannya tetapi,
Saifi tidak menjawab.
Tak lama, Nadia menjawab, “Awal bulan!” Guru pun mengatakan
bahwa jawaban Nadia salah dan karena tidak ada satu pun berhasil