• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

B. Saran

1. Disarankan untuk meningkatkan penyuluhan hukum di masyarakat mengenai faktor-faktor penyebab serta dampak perkawinan dibawah umur, agar masyarakat lebih mengetahui dan menyadari lebih banyak dampak negatif daripada dampak positif yang akan timbul terhadap anak yang melakukan perkawinan dibawah umur baik secara fisik, mental, maupun sosialnya.

72

2. Meninjau kembali ketentuan batas usia minimum dan dispensasi perkawinan pada Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974, sebagai bentuk perlindungan hukum terhadap masyarakat dengan memperhatikan masalah pendidikan dan kesehatan, terutama terhadap perempuan. Penulis sangat mendukung Putusan MK Nomor 22 PUU-XV/2017 yang mengabulkan sebagian gugatan uji materi terhadap Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan, diharapkan batas usia minimum didalam UU Perkawinan sama dengan batas minimum didalam UU Perlindungan Anak yang bertujuan untuk meminimalisir terjadinya perkawinan dibawah umur dimasa yang akan datang.

3. Disarankan kepada hakim dalam menetapkan dan mempertimbangkan permohonan dispensasi kawin yang diajukan, harus dilihat dari berbagai sudut pandang serta alasan-alasan yang diajukan pemohon yang dianggap logis untuk diberikannya dispensasi kawin tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

BUKU :

Abdussalam, Prof dan Adri Desasfuryanto. 2014. Hukum Perlindungan Anak.

Jakarta : PTIK

Djamil, M. Nasir. 2015. Anak Bukan Untuk Dihukum. Jakarta : Sinar Grafika Hadikusuma, Hilman. 1990. Hukum Perkawinan Indonesia Menurut

Perundangan, Hukum Adat dan Hukum Agama, Bandung : Mandar Maju Kamelo, Tan dan Syarifah Lisa Andriati, 2015.Hukum Perdata : Hukum Orang

danKeluarga . Medan : USU Press

Marlina, 2009.Peradilan Pidana Anak di Indonesia. Bandung : PT. Refika Aditama

Piliang, Ridwan. 2012. Perilaku Perkawinan Dalam Membangun Rumah Tangga Bahagia, Medan : Perdana Publishing

Poerwadaminta, W.J.S. 1984. Kamus Umum Bahasa Indonesia.Amirko : Balai Pustaka

Subekti dan Tjitrosudibio, 2002.Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Jakarta : PT.Pradnya Paramita

Soesilo, R. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana,Bogor : Politeia

Sembiring, Rosnidar. 2016. Hukum Keluarga,.Depok : PT RajaGrafindo Persada Siregar, Bismar. 1986. Keadilan Hukum dalam Berbagai aspek Hukum Nasional,

Jakarta:Rajawali

Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, 2001.Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan Singkat),Jakarta : Rajawali Pers 74

Waluyadi, 2009.Hukum Perlindungan Anak,.Bandung : Mandar Maju JURNAL :

Akhiruddin, 2016.Dampak Pernikahan Usia Muda, Jurnal Mahkamah, Volume 1 Nomor 1

Imron, Ali. 2013. Perlindungan Dan Kesejahteraan Anak Dalam Perkawinan Dibawah Umur, Jurnal Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam IAIN Walisongo Semarang, Vol. 13 No. 2

Inayati, Inna Noor. 2015. Perkawinan Anak Dibawah Umur Dalam Perspektif Hukum, HAM, Dan Kesehatan. Jurnal Bidan “Midwife Journal”, Vol. 1 No. 1

75

Jamilah, Imroatul. 2016. Faktor-Faktor Penyebab Pengajuan Dispensasi Nikah Di Pengadilan Agama Gresik Tahun 2012.Jurnal Studi Hukum Islam, Vol.5 No. 2

Mubasyaroh, 2016.Analisis Faktor Penyebab Pernikahan Dini Dan Dampaknya Bagi Pelakunya, Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosial Keagamaan. Vol.

7, No.2

Siregar, Rahmat Efendy Al Amin & Hikmatul Sadami. 2017. Tinjauan Analisis Mengenai Ancaman Pidana Bagi Persetubuhan Anak Dibawah Umur Dalam Hubungan Perkawinan, Jurnal Legitimasi, Vol, VI No. 1

Sixtrianti, Sixtrianti. 2015. Tinjauan Yuridis Terhadap Perkawinan Dibawah Umur Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Jo Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak. Jurnal Hukum Vol. II No. 2

Zulfiani, 2017.Kajian Hukum Terhadap Perkawinan Anak Dibawah Umur Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974. Jurnal Hukum Samudra Keadilan, Vol. 12, No.2

SKRIPSI :

Akbar, Nurhidayat. 2013. Faktor Penyebab Perkawinan Dibawah Umur Dilihat Dari Hukum Islam Dan Hukum Adat. Skripsi, Fakultas Syari’ah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Br. Sitinjak, Gita Maria Puspita. 2018. Peninjaun Kembali Tentang Batas Usia Kawin Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Skripsi, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan Kusumaningrum, Novita. 2015. Perkawinan Dibawah Umur Dan Akibatnya

(Studi Putusan Perceraian pada Pasangan Dibawah Umur di Pengadilan Agama Surakarta dan Pengadilan Agama Karanganyer). Skripsi, Fakultas Hukum, Universitas Muhammadiyah Surakarta

Milala, Livi Agustri. 2013. Analisis Perkawinan Anak Dibawah Umur (Tinjauan Dari Segi Hukum Islam Dan UU Perkawinan No 1 Tahun 1974). Skripsi, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan

Sriharyati, Teti. 2012. Faktor-Faktor Penyebab Perkawinan DIbawah Umur Didesa Blandongan Kecamatan Banjarharjo Kabupaten Brebes. Skripsi, Fakultas Ilmu Sosial, UNY

Sunendi. 2009. Sanksi Pidana Bagi Praktek Perkawinan Dibawah Umur, Skripsi, Fakultas Syari’ah dan Hukum. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN :

Republik Indonesia. 1974. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Lembar Negara RI Tahun 1974, No.1. Sekretariat Negara.

Jakarta.

Republik Indonesia. 2002. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Lembar Negara RI Tahun 2002, No.109. Sekretariat Negara. Jakarta.

Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang

Kekuasaan Kehakiman. Lembar Negara RI Tahun 2009, No.157.

Sekretariat Negara. Jakarta

Republik Indonesia. 2014. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak. Lembar Negara RI Tahun 2014, No.297. Sekretariat Negara. Jakarta.

INTERNET :

Koalisi perempuan : Perkawinan Anak

http://www.koalisiperempuan.or.id/wp-content/uploads/2017/12/Lampiran-I-rilis-perkawinan-anak-18-des-17-2.pdf. Diakses pada tanggal 27 november 2018 Liputan 6.com : ini penyebab maraknya pernikahan dini

https://www.liputan6.com/news/read/2363627/ini-penyebab-maraknya-pernikahan-dinidiakses pada tanggal 13 september 2018

Wikipedia:

https://googleweblight.com/i?u=https://id.m.wikipedia.org/wiki/Penelitia_

deskriptif&hl=id-ID diakses pada tanggal 20 agustus 2018 WAWANCARA :

Wawancara dengan Hakim Pengadilan Agama Medan Kelas I-A pada tanggal 11 Desember 2018 Pukul 16:00 WIB

PENETAPAN PENGADILAN :

Penetapan Pengadilan Agama Medan Nomor 95/Pdt.P/2017/PA.Mdn pada tanggal 26 September 2017

HASIL WAWANCARA Narasumber : Hakim Pengadilan Agama Medan Kelas I-A Hari/Tanggal : Selasa, 11 Desember 2018

Pukul : 16:00 WIB

Tempat : Pengadilan Agama Medan (Jl. Sisingamangaraja Km. 8,8 Medan)

1. Peraturan perundang-undangan yang mana yang dijadikan pedoman bagi para hakim untuk memberikan dispensasi nikah ?

Jawab : Dalam hal untuk memberikan suatu dispensasi perkawinan, para hakim menggunakan atau berpedoman pada Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan.

2. Apa saja faktor-faktor penyebab terjadinya perkawinan dibawah umur ? Jawab : ada banyak faktor penyebab terjadinya perkawinan dibawah umur, terkhusus di Medan penyebab perkawinan dibawah umur karena dua hal yaitu: Yang pertama, disebabkan karena pihak wanita telah hamil diluar perkawinan, sehingga mengakibatkan para pihak harus segera menikah dan mengajukan dispensasi kepada pengadilan. Yang kedua, disebabkan oleh kekhawatiran orangtua terhadap anaknya yang sudah sangat akrab dan tidak bisa di nasehati lagi untuk menjaga jarak, maka orangtua sangat khawatir jika terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan. Didaerah lain, seperti di Aceh, penyebab perkawinan dibawah umur biasanya disebabkan oleh faktor adat istiadat setempat, contohnya kawin gantung. Yaitu suatu adat perkawinan yang menikahkan gadis belia yang belum cukup umur dengan laki-laki pilihan orangtuanya atau dijodohkan, karena tabu jika mencari jodohnya sendiri. Selain daripada itu, bisa saja karena faktor

kemiskinan atau ekonomi yang membuat orangtua tidak sanggup untuk membiayai kehidupan anaknya lagi, faktor pergaulan yang terlalu bebas dan kurangnya rasa pencegahan dari orangtua.

3. Apa pandangan para hakim mengenai batasan usia minimum seseorang untuk melaksanakan perkawinan yang terdapat dalam pasal 7 ayat (1) UU No.1 tahun 1974 tentang perkawinan yang isinya yaitu pria dapat menikah setelah berusia 19 tahun dan wanita usia 16 tahun dan ditambah lagi apabila para pihak belum mencapai usia yang terdapat dalam ayat (1), maka dapat meminta dispensasi dari pengadilan seperti yang terdapat dalam pasal 7 ayat (2), bukankah pengaturan tersebut tidak sesuai dengan pasal 1 ayat (1) UU No. 35 tahun 2014 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun ? Jawab : Undang-Undang Perkawinan dibuat pada saat itu tahun 1974 bertujuan untuk melindungi suatu perkawinan yang bersifat sakral maka harus memiliki izin dalam pencatatannya, pada saat itu pertimbangan untuk umur wanita 16 tahun dan laki-laki umur 19 tahun dirasa sudah cocok untuk melaksanakan suatu perkawinan dan dirasa sudah mampu untuk bertanggung jawab. Sedangkan UU Perlindungan Anak yang diundangkan pertama kali pada tahun 2002 kemudian adanya perubahan pada tahun 2014 itu bertujuan untuk melindungi anak dari kekerasan dan diskriminasi, sehingga sasaran kedua Undang-Undang tersebut sudah berbeda dan materi yang diatur juga berbeda sehingga menimbulkan tidak adanya kesesuaian antara produk Undang-Undang yang satu dengan Undang-Undang yang lain.

4. Bagaimana peran orangtua dalam menunjuk pengadilan untuk meminta dispensasi nikah seperti yang diisyaratkan dalam pasal 7 ayat (2) UU No.1 tahun 1974?

Jawab : Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan diadopsi dari hukum agama dan non hukum agama, sehingga suatu perkawinan itu merupakan suatu anjuran agama pula, seperti hukum islam.

Apabila orangtua sudah menyadari anak nya yang berlawan jenis sudah sangat akrab dan sangat dekat, maka orangtua wajib melarang dan menasehati si anak. Namun jika si anak menolak atau melawan orangtua nya maka orangtua harus sigap untuk mengambil keputusan, seperti menikahkannya. Dalam hal si anak masih dibawah umur, maka orangtua harus menunjuk pengadilan yang berwenang untuk memberikan dispensasi nikah, orangtua berperan sebagai wali yang pastinya sudah memberikan izin kepadanya keduanya untuk menikah, sehingga perkawinan keduanya resmi di catatkan di KUA.

5. Bagaimana peran orangtua dalam mencegah terjadinya perkawinan dini dalam pasal 26 ayat (1) butir c dalam UU No 35 tahun 2014 tentang Perlindungan Anak ?

Jawab : peran orangtua dalam UU Perlindungan Anak khususnya mengenai pencegahan perkawinan dini, yakni dimaksudkan agar si anak untuk dilindungi hak-haknya. Harus menempuh pendidikan terlebih dahulu sebelum menikah, tidak boleh adanya intervensi dari orangtua atau ancaman kekerasan yang mendorong si anak untuk menikah sementara usianya belum mencapai 18 tahun seperti yang diatur dalam UU

Perlindungan Anak. Dan agar si anak melaksakan perkawinan setelah mereka sudah matang dalam hal pola pikir dan usia.

6. Apakah para hakim setuju jika usia minimum yang terdapat didalam pasal 7 ayat (1) UU No.1 tahun 1974 ditinjau kembali ?

Jawab : Ya setuju, karena Undang-Undang harus sesuai dengan perkembangan zaman, dan untuk mengatasi banyaknya praktik perkawinan anak.

7. Apa yang menjadi dasar pertimbangan hakim untuk mengabulkan permohonan dispensasi nikah? Jika diterima, bagaimana perlindungan hukum terhadap para pihak?

Jawab : Pertimbangan hukum oleh para hakim yaitu melaksanakan apa yang telah diamanatkan oleh UU Perkawinan, tentu juga harus melihat maksud dan tujuan permohonan pemohon, mempertimbangkan kemudharatan yang akan timbul jika tidak dikabulkan, dan mempertimbangkan kemampuan serta kesanggupan pihak laki-laki untuk dapat menafkahi pihak wanita jika dispensasi tersebut dikabulkan. UU Nomor 1 tahun 1974 itu lah yang merupakan suatu perlindungan hukum bagi si pemohon. Bukan berarti ingin mengenyampingkan UU Perlindungan Anak akan tetapi banyak pertimbangan hakim secara sosiologis untuk mengabulkan dispensasi tersebut, misalnya saja pihak wanita sudah hamil, maka tidak mungkin untuk tidak diberikannya izin untuk menikah. Biasanya UU Perlindungan Anak banyak digunakan untuk hal-hal yang menyangkut hak asuh, perwalian, dan adopsi.

8. Apa yang menjadi dasar pertimbangan hakim untuk menolak dispensasi nikah? Jika ditolak, bagaimana perlindungan hukum terhadap para pihak yang ingin menikah?

Jawab : Biasanya hakim akan menolak dispensasi nikah dengan mempertimbangkan usia si anak misalnya 12 tahun kebawah, bukan karena hamil, ketidakhadiran para pihak didalam persidangan dan tidak dapat membuktikan apa yang diminta oleh pengadilan, alasan administrasi.

Jika ditolak, kemungkinan si anak akan menikah secara sah sesuai agamanya masing-masing, tapi tidak dapat dicatatkan karena tidak memiliki izin. Maka harus menunggu usia nya mencapai 19 tahun bagi laki-laki dan 16 tahun bagi wanita untuk dilakukannya pencatatan perkawinan.