• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambar 4 Peta lokasi penelitian

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

4.7. Sarana dan Prasarana Daerah 1 Sarana Pendidikan

Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan dan Pengajaran di Kabupaten Raja Ampat 2006 disita Anonimous (2006), sarana dan prasarana pendidikan yangterdapat di Kabupaten Raja Ampat terdiri dari sekolah Taman Kanak-Kanak (TK), 80 unit Sekolah Dasar (SD), 16 unit Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama

(SLTP), 3 unit Sekolah Menengah Lanjutan Atas (SMU), 8.410 murid dan 352 guru SD, 1.546 murid dan 131 guru SLTP, 276 murid dan 37 guru SMU.

Sarana fisik bangunan sekolah tersedia hampir di semua distrik mulai dari tingkat SD sampai dengan SLTP, sedangkan SLTA hanya terdapat di Waisai (Distrik Waigeo Selatan), Waigama (Misool), dan Falanlap (Misool Timur Selatan). Karena kondisi ini maka banyak anak usia sekolah SMP dan SMA yang bersekolah ke Kota Sorong.

Beberapa kondisi bangunan sekolah, khususnya SD sangat memprihatinkan. Banyak bangunan yang rusak sehingga tidak layak lagi sebagai tempat kegiatan belajar mengajar. Selain kondisi fisik sekolah, hal lain yang mengganggu proses belajar mengajar adalah kehadiran tenaga pengajar. Banyak tenaga pengajar yang tidak menetap di tempat tugasnya dan terkadang sekolah diliburkan. Lemahnya komitemen tenaga pengajar untuk mengajar di daerah terpencil menyebabkan mereka seringkali ke kota dan meninggalkan tugasnya dalam waktu yang lama. Bahkan ada kasus dimana tenaga pengajar sama sekali tidak ada di tempat pada murid-murid seharusnya dipersiapkan untuk ujian akhir. Karena kejadian ini, maka akhirnya mereka tidak dapat mengikuti ujian tersebut.

4.7.2.Sarana Kesehatan

Pada umumnya kualitas kesehatan masyarakat di Kabupaten Raja Ampat masih tergolong rendah. Kondisi lingkungan pemukiman yang kurang sehat dan cara hidup masyarakat menjadi penyebabnya, selain keterbatasan sarana dan prasarana kesehatan.

Sarana kesehatan yang terdapat di Kabupaten Raja Ampat berupa Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Polindes (Poliklinik Desa/Kampung), dan Polmaldes (Pos Malaria Desa). Rumah sakit belum ada dan Pemerintah Kabupaten Raja Ampat sedang berusaha untuk mendirikan sebuah Rumah Sakit di Waisai. Puskesmas sudah terdapat hampir di setiap distrik, yaitu 3 buah puskesmas rawat inap dan 5 puskesmas rawat jalan. Puskesmas rawat inap terdapat di Distrik Waigeo Selatan, Waigeo Utara, dan Distrik Misool, sedangkan puskesmas rawat jalan terdapat di 5 distrik lainnya. Puskesmas-puskesmas ini berada di ibukota distrik. Selain puskesmas, di beberapa kampung juga terdapat Puskesmas Pembantu yang berjumlah 23 dan tersebar di 8 distrik. Poliklinik

belum tersedia di setiap kampung. Dari 86 kampung yang terdapat di Raja Ampat, baru 39 kampung yang memiliki polindes. Polindes hanya terdapat pada beberapa kampung yang kasus malarianya tergolong tinggi.

Kabupaten Raja Ampat juga memiliki sarana puskesmas keliling yang berfungsi untuk memberikan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat yang kesulitan untuk pergi ke puskesmas di ibukota distrik. Puskesmas keliling ini berjumlah 4 unit untuk melayani masyarakat di Distrik Waigeo Selatan, Waigeo Utara, Misool dan Distrik Samate.

Tenaga medis di Kabupaten Raja Ampat hanya terdapat 9 dokter, dengan status 4 dokter PNS dan 5 dokter Pegawai Tidak Tetap (PTT). Tenaga medis lainnya adalah bidan sebanyak 51 orang dan mantri/perawat sebanyak 78 orang. Bila melihat data tersebut, maka Raja Ampat masih sangat kekurangan dokter dan bidan. Idealnya di setiap Puskesmas tersedia dokter dan di setiap kampung tersedia bidan (Anonimous, 2006).

Bila melihat keberadaan wilayah yang sangat luas dan perkampungan atau pemukiman tersebar secara berjauhan, maka sebaran dokter dan tenaga medis lainnya tidak merata. Masih banyak puskesmas belum memiliki dokter, begitu pula kampung-kampung belum memiliki mantri/perawat atau bidan. Dengan kondisi seperti ini, ketersediaan dokter maupun tenaga medis lainnya tidak dapat melayani secara maksimal sehingga sebagian masyarakat memilih cara-cara pengobatan tradisional untuk mengobati penyakitnya atau bila memungkinkan mereka berobat ke Kota Sorong (Bappeda Raja Ampat, 2004).

4.7.3.Sarana Peribadatan

Untuk menunjang kegiatan keagamaan seluruh penduduk Raja Ampat, maka di setiap distrik dan kampung didirikan rumah-rumah ibadah. Sarana ibadah di Kabupaten Raja Ampat terdiri dari gereja sebanyak 93 buah dan mesjid sebanyak 24 buah. Gereja dan mesjid tersebar di semua distrik, kecuali di Distrik Waigeo Timur, Kepulauan Ayau dan Kofiau tidak terdapat mesjid karena penduduknya mayoritas beragama Kristen. Masyarakat Raja Ampat adalah masyarakat yang taat menjalankan ajaran agamanya, baik mereka yang beragama Kristen, Islam maupun Katholik. Di antara umat beragama terjalin hubungan yang rukun dan penuh toleransi (Bappeda Raja Ampat, 2004).

4.7.4.Sarana Telekomunikasi

Sarana komunikasi yang umum di Kabupaten Raja Ampat berupa telepon satelit. Fasilitas ini terdapat di beberapa kampung namun beberapa sateli yang ada sudah rusak dan tidak dapat digunakan lagi. Sedangkan di ibukota kabupaten, Waisai, sebagian Kampung Saonek, dan sebagian Distrik Samate sudah terdapat sinyal telepon GSM milik sebuah perusahaan operator telepon selular sehingga di kedua wilayah ini dapat menggunakan telepon genggam (hand phone). Alat komunikasi lain yang dapat menjangkau seluruh Raja Ampat adalah radiogram. Radiogram merupakan salah satu alat komunikasi yang efektif untuk penyebaran informasi ke seluruh wilayah Raja Ampat. Di Raja Ampat juga tersebar alat komunikasi berupa Radio SSB. Alat ini terdapat di setiap kantor distrik dan digunakan sebagai alat komunikasi antara pemerintah distrik. Selain pemerintah, alat komunikasi ini juga dimiliki oleh perorangan, organisasi, maupun perusahaan.

4.7.5.Air Bersih

Pemenuhan kebutuhan air bersih di Kabuapten Raja Ampat saat ini dipenuhi dari hasil penampungan air dan dari sumur selain dengan memanfaatkan sumber air yang ada. Cara lain dalam pengadaan sumber air bersih dapat dilakukan dengan pembuatan sumur artesis dan sumur pompa.

4.7.6.Energi/Listrik

Penerangan di Raja Ampat yang menggunakan energi listrik kebanyakan terdapat di ibukota distrik, sedangkan kampung lainnya hanya menggunakan penerangan dari lampu tempel, petromaks dan sebagainya. Sumber energi di ibukota distrik seperti Distrik Samate, Distrik Waigeo Selatan, Distrik Waigeo Utara dan Distrik Misool kebanyakan berasal dari PLTD yang dikelola PLN. Karena keterbatasan BBM dan dana, listrik yang ada ini hanya mampu melayani masyarakat mulai dari jam 18.00 sampai 24.00, kecuali di Waisai sudah melayani selama 24 jam. Banyaknya tenaga listrik yang diproduksi di Raja Ampat pada tahun 2006 sebanyak 141.156 KWH dan yang terjual sebanyak 117.758 KWH.

Penerangan listrik di setiap distrik setiap hari terbatas pada waktu tertentu, besaran daya yang disalurkan ke para pelanggan bervariasi antara 300 watt hingga

450 watt setiap rumah tangga, selain itu sumberdaya listrik yang ada peruntukkan bagi kepentingan fasilitas pemerintahan dan fasilitas sosial serta pelayanan umum lainnya (Anonimous, 2006).