• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.7. Sarana dan Prasarana

Sesuai dengan potensi yang terdapat di kawasan objek wisata Pantai Cermin dan melihat semakin berkembangnya daerah ini, maka pemerintah dan masyarakat berupaya menyediakan sarana dan prasarana, antara lain :

Perdagangan, restoran dan jasa, pada saat ini di kawasan objek wisata Pantai Cermin, terdapat berbagai usaha di sektor perdagangan, restoran dan jasa dengan jenis usaha menjual makanan/minuman, sea foad, menyewakan pondok/tikar, ban, home stay dan lain-lain. Hotel/penginapan di Kecamatan Pantai Cermin khususnya di Kawasan Objek wisata Patai Cermin belum ada, tetapi ada beberapa penduduk yang bersedia menjadikan rumahnya sebagai tempat penginapan (home stay). Di sepanjang pinggir pantai masyarakat mendirikan gubuk-gubuk untuk disewakan kepada wisatawan sebagai tempat berteduh dengan beralaskan tikar dan juga menyewakan ban untuk mandi di pinggir pantai.

Pemerintah Daerah telah membangun jalan baik jalan propinsi, kabupaten maupun jalan desa menuju kawasan objek wisata Pantai Cermin dimana

kondisinya pada saat cukup memadai yang dapat dilalui oleh bus pariwisata, di samping itu juga telah dibangun jalan setapak sepanjang 1500 m lebar 1 meter dari beton di lingkungan kawasan objek wisata Pantai Cermin, namun jalan ini kurang terpelihara dan masih kurang. Demikian juga Mandi Cuci Kakus (MCK)/tempat ganti, bangunan tempat memandang/berteduh dan tempat pengambilan air bersih telah dibangun oleh Pemerintah, tetapi tidak terurus, kotor dan masih kurang bila dibandingkan dengan jumlah wisatawan yang berkunjung ke objek wisata ini pada hari minggu atau hari-hari libur.

Penerangan listrik dan telekomunikasi pada umumnya telah mencapai sebahagian besar Kecamatan Pantai Cermin termasuk di Kawasan Objek wisata Pantai Cermin. Berbagai sarana dan prasarana yang tersedia pada suatu kawasan wisata merupakan salah satu unsur penting atau pendukung dalam pembangunan/pengembangan suatu daerah wisata. Selain sarana dan prasarana seperti tersebut di atas, di Kecamatan Pantai Cermin juga telah ada yaitu Puskesmas, Rumah Ibadah, Pendidikan, Bank, Kantor Pos, Pasar, tetapi khusus di kawasan objek wisata Pantai Cermin sarana tersebut belum ada ditambah lagi sarana pendukung kepariwisataan lainnya seperti travel biro, money changer, lapangan olah raga, kolam renang dan lain-lain belum ada.

Infrastruktur juga merupakan persyaratan utama bagi kawasan objek wisata Pantai Cermin, dimana dari hasil pengamatan yang diperoleh di lapangan menggambarkan bahwa di kawasan tersebut sudah tersedia air bersih, listrik, telepon dan sanitasi lingkungan, tetapi masih terbatas.

Di samping menikmati udara laut yang segar di objek wisata ini dapat juga dinikmati bermacam makanan laut (Sea foad) yang baru sampai dibawa para nelayan dari laut.

Di kawasan tersebut juga terdapat pusat kerajian industri kecil, yang merupakan tempat masyarakat setempat untuk memajangkan hasil-hasil kerajinan (home industri) sebagai souvenir bagi wisatawan yang berkunjung kesana, tetapi sarana ini terlihat kosong tidak dimanfaatkan oleh masyarakat setempat.

Selain itu di kawasan ini dapat dijumpai pola kehidupan masyarakat pesisir (nelayan) dengan rumah panggungnya, apabila tidak melaut memanfaatkan waktunya untuk memperbaiki sampan dan jaring (alat penangkap ikan) yang rusak sewaktu bekerja di laut.

Di samping itu sebelum sampai ke objek wisata Pantai Cermin, di kiri kanan jalan menuju objek ini terdapat perkebunan kelapa sawit sebagai objek wisata agro yang dapat dijadikan sebagai penunjang objek wisata Pantai Cermin.

Dari data-data tersebut di atas, bahwa aspek pengelolaan kawasan dalam kaitannya dengan perencanaan dan pengembangan kawasan objek wisata Pantai Cermin, meliputi :

• Pantai

• Udara laut yang segar • Makanan laut (Sea foad) • Kerajinan industri kecil • Kehidupan masyarakat pesisir • Perkebunan (Agro wisata)

Untuk menunjang dan mendukung pengembangan pariwisata di kawasan objek wisata Pantai Cermin, diperlukan beberapa kebutuhan, yaitu kebutuhan ruang, sarana wisata, prasarana dan kebutuhan pengelolaan.

Prediksi kegiatan wisatawan didasarkan dengan kondisi dan potensi kawasan objek wisata Pantai Cermin. Adapun kegiatan wisatawan yang kemungkinan akan terjadi di kawasan objek wisata Pantai Cermin, adalah sebagai berikut :

Kegiatan wisata pantai (bahari) adalah berbagai kegiatan yang berkaitan dengan preferensi wisatawan dan potensi lingkungan Pantai Cermin, seperti kegiatan olah raga air maupun keindahan pantainya.

Kegiatan wisata budaya adalah kegiatan yang berkaitan dengan preferensi wisatawan pada lingkungan Pantai Cermin, seperti kegiatan wisata desa, wisata sejarah dan wisata untuk belajar kehidupan penduduk lokal. Kegiatan lain mendukung wisata budaya di Pantai Cermin adalah kegiatan wisata dengan sajian atrksi seni budaya dan kerajinan. Untuk jenis semacam ini maka pengembangan sarana atraksi kultural dan penyediaan penginapan akan merupakan sarana yang dibutuhkan.

Kegiatan wisata minat khusus adalah berbagai kegiatan yang berkaitan dengan preferensi wisatawan dan potensi lingkungan Pantai Cermin, seperti kegiatan olah raga pantai, wisata pertanian (agro wisata), taman bermain, sea food, souvenir, bumi perkemahan dan sebagainya.

Berdasarkan uraian di atas, maka upaya pemenuhan lahan bagi kegiatan wisata pantai, wisata budaya dan wisata minat khusus sangat diperlukan bagi

tujuan pengembangan kawasan objek wisata Pantai Cermin. Di samping itu untuk lebih mendekatkan wisatawan kepada lingkungan di sekitar objek wisata Pantai Cermin mereka perlu untuk lebih lama tinggal, maka diperlukan tempat penginapan yang baik dan bersih.

Ada dua hal penting yang menjadi dasar pertimbangan bagi lahan pengembangan kawasan objek wisata Pantai Cermin, yaitu :

a. Upaya Pendekatan Lingkungan yang perlu diperhatikan, yaitu :

• Menekankan kepada kelestarian lingkungan alami dan lansekap yang spesifik.

• Memberikan nilai manfaat yang utama pada masyarakat lokal. • Tidak menimbulkan dampak negatif yang terlalu besar.

• Proses pengembangannya bertahap dan berkelanjutan.

b. Pemenuhan yang didasarkan pada produk wisatanya, dalam hal ini merupakan komponen-komponen kebutuhan pengembangan pariwisata, antara lain :

• Infrastruktur • Transportasi

• Atraksi-atraksi budaya dan wisata • Akomodasi

• Berbagai fasilitas dan jasa pelayanan wisata (biro perjalanan, hotel, restoran, dan lain-lain)

• Kelengkapan institusional (Pemerintah, swasta, pengelola, keamanan, pemuda dan sebagainya).

2. Kebutuhan Sarana Wisata

Kebutuhan sarana kepariwisataan di kawasan objek wisata Pantai Cermin, didasarkan atas potensi lokal dan preferensi wisatawan, meliputi :

a. Kebutuhan sarana wisata pantai :

• Sarana olah raga air, termasuk ruang ganti pakaian, bilas, tempat santai atau berteduh.

• Sarana olah raga pantai.

• Sarana menikmati pemandangan laut, seperti gardu pandang dan tempat-tempat istirahat sejenak.

• Sarana menikmati kegiatan wisata perahu, seperti dermaga.

• Sarana memancing, seperti dermaga atau tempat yang menjorok ke laut. b. Kebutuhan sarana wisata budaya :

• Sarana informasi wisata pantai, tourist information.

• Sarana kerajinan, seperti workshop, tempat pameran barang kerajinan dan penjualan produk kerajinan.

c. Kebutuhan sarana wisata minat khusus/pendukung lainnya :

• Penginapan (hotel, cottages, challet, home stay, dan lain-lain). • Rumah makan (restoran)

• Sarana bermain anak-anak • Bumi perkemahan

Souvenir shop

• Ruang terbuka dan taman 3. Kebutuhan Prasarana

Kebutuhan akan prasarana dalam upaya pengembangan pariwisata di kawasan objek wisata Pantai Cermin dibutuhkan prasarana, antara lain adalah :

a. Transportasi

Kebutuhan akan pengembangan sarana dan prasarana transportasi harus mendapat prioritas yang tinggi, tanpa dukungan sarana/prasarana transportasi yang memadai, maka kawasan objek wisata Pantai Cermin akan sulit dikunjungi wisatawan, untuk itu perlu ditingkatkan pelayanan transpotasi terutama jaringan jalan angkutan umum yang menuju ke dan dari Pantai Cermin.

b. Air Bersih

Jaringan air bersih hendaknya dapat melayani seluruh kawasan objek wisata Pantai Cermin. Kebutuhan air bersih tidak hanya untuk minum, namun sebagai kebutuhan pokok bagi keperluan lain yaitu mandi, cuci, kakus, bilas dan sebagainya. Debit air bersih diharapkan dapat lebih besar dari saat ini, sehingga tidak ada kesulitan supplay dan distribusi air hingga ke masing-masing konsumen. c. Drainase

Air hujan yang jatuh di kawasan objek wisata Pantai Cermin harus segera dialirkan ke selokan/saluran atau sumur peresapan air hujan. Jaringan drainase disarankan dibuat lebar dan dalam, sehingga aliran air buangan lancer dan tidak macet, yang mengakibatkan kotoran mengendap dan membuat bau di lingkungan tersebut. Jaringan drainase posisinya harus berada di sepanjang tepi jalan dengan konstruksi beton dan harus sampai ke pembuangan akhir dapat berupa sungai, laut atau rawa-rawa.

d. Limbah

Limbah terdiri dari dua macam yaitu limbah cair dan limbah padat (sampah). Limbah cair biasanya berasal dari buangan rumah tangga dan hotel. Di kawasan objek wisata Pantai Cermin tidak terdapat industri yang mengeluarkan limbah kimiawi berbahaya, maka limbah tersebut dapat diatasi dengan pembuatan septic tank dan sumur peresapan air kotor yang dibangun pada setiap fasilitas yang ada di kawasan objek wisata Pantai Cermin, seperti rumah tangga, kantor, hotel, resoran dan lain-lain.

Sampah padat (limbah padat) dilayani oleh bak-bak penampungan sementara di dekat fasilitas-fasilitas kawasan objek wisata Pantai Cermin dan seterusnya gerobak-gerobak sampah mengangkut sampah tersebut ke Tempat Pembuangan Sementara (TPS) dan selanjutnya dengan menggunakan truk pengangkut sampah dibawa ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang jauh dari kawasan objek wisata Pantai Cermin.

4. Kebutuhan Pengelolaan

Sektor pariwisata secara umum berkaitan dengan sektor-sektor lainnya, seperti skctor pertanian, ekonomi, industri dan lainnya. Oleh karena itu pengelolaan kepariwisataan harus melibatkan berbagai unsur yang didukung dengan pengelolaan baik pemerintah maupun swasta.

a. Lembaga Pemerintah

Fasilitas kelembagaan sangat penting dibangun untuk mendukung segala kegiatan wisata di kawasan objek wisata Pantai Cermin yang akan

mengkoordinasikan terhadap kelembagaan tingkat yang lebih tinggi. Pemerintah diharapkan dapat menjamin kepastian berusaha bagi pedagang lokal dan investor nasional/asing untuk menanamkan modalnya dengan mengeluarkan produk- produk hukum yang pasti tentang investasi dan kepariwisataan.

b. Lembaga Swasta

Lembaga swasta penting pula diperhatikan dalam kegiatan kepariwisataan. Beberapa elemen lembaga yang perlu dipersiapkan, adalah organisasi penginapan, rumah makan/restoran, pemandu wisata, penjual cendramata dan sebagainya. Oleh karena itu usaha-usaha kerjasama antara pemerintah, dunia usaha dan masyarakat untuk berbagai kepentingan pelayanan wisata harus dilakukan secara seksama dan berkesinambungan agar tidak menjadi hambatan bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalamm pengembangan kawasan objek wisata Pantai Cermin.

c. Lembaga Independen

Melalui kesepakatan bersama antara pemerintah, dunia usaha dan masyarakat, untuk mengelola kawasan objek wisata Pantai Cermin diperlukan sebuah lembaga yang sifatnya independent dan diberi wewenang penuh oleh pemerintah, namun menyerap semua kepentingan di dalamnya. Hal ini perlu dilakukan mengingat agar tidak terjadi distorsi informasi yang langsung dapat ditindak lanjuti di lapangan, sehingga tidak memerlukan jalur birokrasi yang panjang dan memakan waktu yang lama. Lembaga ini dapat berupa Badan Pengelola, Badan Otorita yang dapat memberikan kepastian hukum dan berusaha kepada pengusaha dan investor yang berada di dalam wilayah pengelolaan/otoritanya.

4.8. Partisipasi Masyarakat Terhadap Pengembangan Potensi Wisata Bahari Kawasan Objek Wisata Pantai Cermin

Wacana tentang partisipasi publik dalam perencanaan dan pengelolaan sektor publik sebenarnya telah lama mendapat perhatian. Di Amerika wacana ini muncul sejak akhir tahun 1950-an, sementara di Inggris sejak awal tahun 1960-an, dan Australia menyusul pada tahun 1970-an. Wacana ini berkembang sejalan dengan perubahan struktur politik yang mengarah kepada sistem yang disebut sebagai demokrasi. Proses demokratisasi ini pada suatu saat akan mendorong terbentuknya suatu tatanan masyarakat madani yang didalamnya memberi ruang yang cukup luas bagi masyarakat untuk turut serta dalam proses pengambilan keputusan publik.

Pengalaman di berbagai negara menunjukkan perlunya peran civil society organization yang di dalamnya termasuk Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)

dalam mendorong proses pembangunan yang bersifat partisipatif. Peran tersebut terutama dalam hal mengintroduksi dan mempraktekkan pendekatan pembangunan yang bersifat partisipatif kepada masyarakat. Di samping itu LSM- LSM ini juga berperan dalam upaya peningkatan kesadaran akan pentingnya partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan publik serta melakukan advokasi untuk mereformasi kebijakan agar lebih kondusif terhadap partisipasi masyarakat tersebut.

Perencanaan dengan pendekatan partisipatif sebagai strategi pembangunan dan proses penentuan keputusan publik sangat bergantung pada kesadaran masyarakat untuk mau melibatkan diri dalam proses pembangunan.

Namun demikian sebelumnya perlu diketahui mengapa masyarakat begitu esensial dalam proses penentu keputusan publik itu sendiri. Hal ini sebenarnya sangat terkait erat dengan posisi negara dan masyarakat dalam kelangsungan unsur-unsur publik yang akhirnya juga terkait dengan kelangsungan negara berikut tatanan bermasyarkat yang ada di dalamnya. Masyarakat sebagai elemen terbesar dalam suatu sistem publik atau sistem kehidupan dalam suatu negara seringkali terbentur ketika berhadapan dengan pemerintah yang dianggap sebagai perwujudan negara itu sendiri. Negara dalam hal ini pemerintah, dengan legitimasi berikut dengan sistem birokrasi yang dimilikinya seringkali menjadi penerjemah dominan dalam proses pembangunan. Artinya segala bentuk perkembangan dalam tatanan masyarakat di negara tersebut sepenuhnya tergantung pada kebijakan negara atau pemerintah. Akibatnya seringkali terjadi suatu proses pembangunan yang dilaksanakan tidak tepat sasaran atau tidak mampu menjawab persoalan yang berkembang di masyarakat.

Dalam suatu sistem publik kepentingan yang bekembang akan sangat beragam. Keberagaman kepentingan ini pada akhirnya akan melahirkan sistem nilai yang beragam pula. Oleh karenanya satu sudut pandang atau satu sistem nilai saja yang digunakan untuk menerjemahkan kepentingan publik tidak akan cukup untuk menjawab persoalan publik yang berkembang. Atas dasar tersebutlah mengapa sudut pandang pemerintah saja dianggap tidak cukup untuk menerjemahkan proses pembangunan suatu negara dimana masyarakat juga berada di dalamnya.

Pengikutsertaan publik dalam proses penentuan kebijakan publik dianggap sebagai salah satu cara yang efektif untuk menampung dan mengakomodasi berbagai kepentingan yang beragam tadi. Dengan kata lain, upaya pengikutsertaan publik yang terwujud melalui perencanaan partisipatif dapat membawa keuntungan substantif dimana keputusan publik yang diambil akan lebih efektif disamping akan memberi sebuah rasa kepuasan dan dukungan publik yang cukup kuat terhadap suatu proses pembangunan. Dengan demikian keterlibatan masyarakat dalam proses penentuan kebijakan publik yang memberikan nilai strategis bagi masyarakat itu sendiri menjadi salah satu syarat penting dalam upaya pembangunan yang dilaksanakan.

Partisipasi merupakan keikutsertaan seseorang atau sekelompok anggota masyarakat dalam suatu kegiatan. Partisipasi sebagai tindakan untuk “mengambil bagian” yaitu kegiatan atau pernyataan untuk mengambil bagian dari kegiatan dengan maksud memperoleh manfaat (Webster,1976). Partisipasi merupakan keikutsertaan seseorang di dalam kelompok sosial untuk mengambil bagian dari kegiatan masyarakatnya, di luar pekerjaan atau profesinya sendiri (Theodorson, 1969). Partisipasi yang diharapkan : keterlibatan atau keikutsertaan secara aktif dan sukarela, baik karena alasan intrinsik maupun ekstrinsik.

Mengapa Partisipasi (khususnya dalam pembangunan) Dibutuhkan?. Ada beberapa hal penyebab dibutuhkannya partisipasi dalam pembangunan yaitu pertama, Partisipasi masyarakat sangat menentukan keberhasilan pembangunan

(dalam semua sektor). Kedua, alah satu indikator suksesnya otonomi daerah : partisipasi masyarakat. Ketiga, Partisipasi dibutuhkan untuk mengembangkan

sinergi dalam hubungan antara pemerintah dan masyarakat maupun sinergi dalam ”jejaring komunitas” (community network). Synergy: “The potentials ability of individual organizations or groups to be more successful or productive as a result

of the merger” (Collins English Dictionary)

Kegiatan yang menunjukkan Partisipasi (dalam pembangunan) dapat diwujudkan dalam pertama, Pengambilan keputusan. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan perlu ditumbuhkan melalui dibukanya forum yang memungkinkan masyarakat banyak berpartisipasi langsung di dalam proses pengambilan keputusan tentang program-program pembangunan di wilayah setempat atau di tingkat lokal. Kedua, Pelaksanaan kegiatan. Memperhatikan semua bentuk partisipasi, baik dalam bentuk tenaga, uang, dan bentuk lainnya. Perlu adanya kegiatan yang terorganisir di masyarakat untuk memelihara hasil- hasil pembangunan agar manfaatnya dapat terus dinikmati (tanpa penurunan kualitasnya) dalam jangka panjang.

Partisipasi mensyaratkan adanya proses pemberdayaan terlebih dahulu. Hal ini disebabkan pemberdayaan berkenaan dengan transformasi hubungan kekuasaan (power). Pada awal gerakannya (awal 1970-an), konsep pemberdayaan bertujuan untuk menemukan alternatif-alternatif baru dalam pembangunan masyarakat. Proses pemberdayaan hakekatnya dapat dipandang sebagai depowerment dari sistem kekuasaan yang mutlak absolut (intelektual, religius,

politik, ekonomi dan militer). Konsep ini digantikan oleh sistem baru yang berlandaskan idiil manusia dan kemanusiaan (humanisme). Inti memberdayakan adalah memampukan dan memandirikan masyarakat.

Tujuan Pemberdayaan masyarakat adalah pertama, meningkatkan kekuasaan (power) orang-orang yang tidak beruntung (disadvantage). Pemberdayaan mengamanatkan penting dan perlunya power dan juga menekankan keberpihakan kepada the powerless. Ife menggolongkan atas 3 kelompok yang disebut sebagai disadvantage yaitu primary structural disadvantage (kelas, gender, ras), other disadvantage group (umur, cacat fisik/

mental, masyarakat yang terisolasi, homoseks/ lesbian) dan personal disadvantage (orang yang berduka cita, mengalami masalah dalam hubungan keluarga, krisis identitas, masalah seks, kesepian, malu, dan masalah pribadi lainnya yang dapat membuat orang tidak berdaya) (Ife, 1995).

Kedua, pemberdayaan merupakan proses “pematahan” hubungan atau

relasi subyek dengan obyek. Ketiga, hasil akhir dari pemberdayaan adalah beralihnya fungsi individu atau kelompok yang semula sebagai obyek menjadi subyek (yang baru), sehingga relasi sosial yang ada nantinya hanya akan dicirikan dengan relasi antara “subyek” dengan “subyek” yang lain. Dengan demikian, proses pemberdayaan mengubah pola relasi lama subyek-obyek menjadi subyek- subyek (Tonny,2002). Keempat, Pemberdayaan merupakan proses memanusiakan manusia, sebagai makhluk yang memiliki hak untuk mengambil keputusan yang terbaik bagi diri dan masa depannya. Kelima, dalam kaitan upaya memberdayakan masyarakat, Kartasasmita (1996) ber-pendapat bahwa pendekatannya harus dimulai dengan menciptakan iklim yang memungkinkan berkembangnya potensi masyarakat. Hal ini didasarkan pemikiran bahwa setiap manusia, masyarakat memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Dengan kata lain, tidak ada

masyarakat yang sama sekali tanpa daya. Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya tersebut, dengan mendorong, memotivasi, dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkannya.

Keenam, penciptaan iklim yang kondusif tersebut selanjutnya harus diikuti

dengan upaya memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat dengan menyusun langkah-langkah yang lebih positif dan nyata, menyangkut penyediaan berbagai masukan (input) dan membuka akses kepada berbagai peluang (opportunities) yang akan membuat masyarakat menjadi makin berdaya. Ketujuh, langkah selanjutnya memberi perlindungan melalui pemihakan kepada yang lemah untuk mencegah persaingan yang tidak seimbang, dan menciptakan kemitraan yang saling menguntungkan.

Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana dengan partisipasi masyarakat Serdang Bedagai dalam pengembangan pariwisata bahari? Data yang diperoleh peneliti dari dinas perhubungan, pariwisata dan infokom kabupaten Sergei adalah sebagai berikut :

Tabel 4.10. Tanggapan responden tentang penataan lahan pantai.

Jawaban Responden Frekuensi Persen Persen Kumulatif

Sesuai dengan bidang usaha 21 21.0 21.0

berbasis masyarakat 68 68.0 89.0

Tidak perlu ditata 7 7.0 96.0

Tidak tahu 4 4.0 100.0

Total 100 100.0

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa yang paling dominan menjawab penataan lahan pantai sangat diperlukan adalah 68,0% yaitu strategi penataan terpadu, berkelanjutan dan berbasis pada partisipasi masyarakat, sedangkan 21% menjawab penataan lahan ditata masing-masing pengguna lahan sesuai dengan bidang usahanya. Yang menjawab tidak perlu ditata adalah 7,0% dan sisanya menjawab tidak tahu.

Data inilah yang kemudian menjadi landasan berpikir bagi Pemkab Sergei untuk melibatkan partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata di Sergei. Dan dari data inilah penulis mulai berangkat untuk melakukan penelitian lebih lanjut terkait dengan partisipasi masyarakat. Hasil wawancara peneliti dengan Kepala Dinas Perhubungan, Pariwisata dan infokom menjelaskan bahwa tingkat partisipasi masyarakat sangat baik. Masyarakat yang dulu menggantungkan mata pencaharian sebagai nelayan kini sudah beralih ikut serta dalam memajukan pariwisata di Sergei. Kalau dulu, ketika mata pencaharian keluarga adalah sebagai nelayan, maka hal tersebut tidak bisa berlangsung lama karena ketika musim air pasang, maka nelayan tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasanya. Dan kondisi ini akan sangat mempengaruhi perekonomian dalam keluarga.

Kepedulian masyarakat untuk menjaga dan terlibat dalam usaha jasa pariwisata maka hal tersebut sudah bisa dianggap telah berpartisipasi. Sesuai dengan tujuan dari partisipasi yaitu menciptakan kondisi yang kondusif.

Dengan kata lain bahwa partisipasi masyarakat dalam pengembangan wisata Bahari Serdang Bedagai memang sangat dilibatkan. Hal ini bisa terlihat

dalam perencanaan dan pengembangan daerah wisata Bahari. Artinya bahwa pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai sangat menginginkan peran serta masyarakat dalam pengembangan wisata Bahari Sergei. Oleh karena masyarakat sangat dilibatkan dalam perencanaan wisata di Serdang Bedagai maka kemudian sangat berdampak positif terhadap perkembangan daerah tersebut. Artinya bahwa masyarakat kemudian tidak menghalangi pengembangan wisata oleh karena masyarakat memang merasa penting terhadap pengembangan wisata Bahari Sergei tersebut.

Secara umum beberapa contoh partisipasi masyarakat yang terlibat dalam pengelolaan wisata bahari Pantai Cermin adalah

1. Peran Serta Masyarakat Terhadap pencanangan Pemkab Sergei Untuk Menjadikan Pantai Cermin Sebagai Wisata Bahari Bertaraf Nasional dan bahkan Internasional

Peran serta masyarakat terhadap pencanangan Pemkab Sergei memang sudah merupakan bagian dari partisipasi masyarakat. Oleh karena tanpa partisipasi masyarakat tentu saja pengembangan wisata Bahari Pantai Cermin tidak akan membuahkan hasil yang maksimal. Conyers menyatakan bahwa masyarakat akan lebih mempercayai progam atau proyek pembangunan jika mereka merasa dilibatkan. Itulah yang sekarang terjadi pada masyarakat di sekitar Pantai Cermin. Keberadaan wisata Bahari Pantai Cermin seolah telah membuka pandangan mereka selama ini bahwa mencari nafkah bisa dilakukan dengan

Dokumen terkait