• Tidak ada hasil yang ditemukan

AREA BERESIKO SANITASI Area Beresiko

B. Sarana Pendukung (Non Fisik) Drainase

• Studi dan Perencanaan Teknis

- Kegiatan studi dan perencanaan teknis yang diperlukan dalam rangka mendukung kegiatan fisik khususnya yang berbasis kelembagaan meliputi masterplan, studi kelayakan, studi lingkungan dan desain rinci. Kebutuhan dan jenis dari studi dan perencanaan teknis ini akan disesuaikan dengan kebutuhan atau persyaratan yang berlaku.

• Kelembagaan, Peraturan, Komunikasi, dll.

- Kelembagaan, peraturan dan komunikasi merupakan keharusan dalam rangka mendukung keberlanjutan program sanitasi.

- Peraturan atau regulasi akan mengatur pengelolaan drainase secara keseluruhan yang berupa Perda.

- Komunikasi yang akan dilakukan berupa kampanye, sosialisasi, edukasi baik secara langsung melalui kader-kader sanitasi maupun melalui siaran radio, televisi, leflet dsb.

Berdasarkan analisa kebutuhan sistim jaringan drainase perkotaan di Kabupaten Humbang Hasundutan agar dapat tersistim dengan baik dan terpadu perlu dilaksanakan sebagai berikut :

• Penyusunan Master Plan Drainase perkotaan dan Detail Enggineering Design (DED

Laporan Akhir Bab - VI - 123

• Studi Kelayakan Sumur Resapan di Daerah Padat Penduduk.

• Tindakan koneksi antara saluran sekunder dan tersier serta crossing antar saluran pada sejumlah jalan.

• Pembuatan saluran primer dan sekunder baru. • Perbaikan saluran – saluran yang rusak.

• Dibangun jaringan drainase baru khususnya untuk daerah pengembangan permukiman baru untuk mengantisipasi penyaluran air buangan dan air limpasan. • Pembuangan tanggul penahan ROB.

• Tindakan water detention oleh masyarakat melalui sumur resapan. • Menahan laju perubahan fungsi lahan.

• Merekayasa tumbuhnya Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebagai upaya memperluas bidang resapan.

Tabel 6.32.

Perkiraan Kebutuhan Program Pembangunan Drainase di Perkotaan Untuk 5 Tahun

N o Uraian Satuan Kebutuhan Ketera ngan Tahun I Tahun II Tahun II Tahun IV Tahun V [1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8] [9]

1 Rencana Induk dan Pra Studi Kelayakan Bidang PLP

Penyusunan Masterplan Drainase Primer, Sekunder dan Tersier/Lingkung an Laporan. 1 - - - 1 Penyusunan DED Drainase Primer, Sekunder dan Tersier/Lingkung an Laporan. 1 - - - 1

2 Pembangunan Sistem Pengelolasn Drainase Kawasan/Lingkungan

Drainase pada Zona I,II dan III belum

tertangani dengan baik

Kws - 1 1 1 - 3

6.4.2.4. Program dan Kriteria Kesiapan Pengembangan Sistem Drainase A. Pembangunan Prasarana Drainase

Kriteria kegiatan infrastruktur drainase perkotaan  Kriteria Lokasi :

• Kota-kota yang sudah memiliki Master Plan Drainase Perkotaan dan DED untuk tahun pertama;

Laporan Akhir Bab - VI - 124

• Kawasan-kawasan permukiman dan strategis di perkotaan (Metropolitan/Kota Besar) yang rawan genangan.

Lingkup Kegiatan :

• Pembangunan saluran drainase primer (macro drain), pembangunan kolam retensi, dan bangunan pelengkap utama lainnya (pompa, saringan sampah, dsb);

• Pembangunan saluran drainase sekunder dan tersier (micro drain) oleh pemerintah kab.kota;

• Sosialisasi/diseminasi/ kampanye NSPM pengelolaan saluran drainase termasuk kegiatan pembersihan sampah di sekitar saluran drainase;

• Produk materi penyuluhan/promosi kepada masyarakat;

Penyediaan media komunikasi (brosur, pamflet, baliho, iklan layanan masyarakat, pedoman dan lain sebagainya)

Kriteria Kesiapan :

• Sudah memiliki RPIJM dan SSK/Memorandum Program atau sudah mengirim surat minat untuk mengikuti PPSP;

• Dilaksanakan dalam rangka pengurangan lokasi genangan di perkotaan; • Terintegrasi antara makro drain dan mikro drain, serta dengan

sistem pengendali banjir;

• Terdapat institusi yang menerima dan mengelola prasarana yang dibangun;

• Tidak ada permasalahan lahan (lahan sudah dibebaskan, milik Pemkot/kab);

• Pemerintah kab./kota bersedia menyediakan alokasi dana untuk biaya operasi dan pemeliharaan;

• Pemerintah Kabupaten/Kota akan melaksanakan penyuluhan kepada masyarakat.

Gambar 6.25.

Skema Kebijakan Pendanaan Sistem Drainase Perkotaan

Sumber: Direktorat Pengembangan PLP

Dalam pembangunan sistem drainase perkotaan, pemerintah pusat mempunyai peran dengan mengembangkan sistem yang terintegrasi dengan sistem makro, serta memfasilitasi pilot drainase mandiri. Sedangkan, pemerintah kabupaten kota berperan dalam penyediaan lahan, penyediaan biaya operasi dan pemeliharaan, dan pemberdayaan masyarakat pasca.

Laporan Akhir Bab - VI - 125 6.4.2.5. Program Kegiatan Sub Sektor Drainase Perkotaan

Berdasarkan permasalahan yang ada dan analisa kebutuhan sistim jaringan drainase perkotaan di Kabupaten Humbang Hasundutan telah memprogramkan meliputi output/sub output :

1. Rencana Induk dan Pra Studi Kelayakan Bidang PLP

- Penyusunan Master Plan Drainase

- Penyusunan Detail Enggineering Design (DED) drainase perkotaan - Studi Kelayakan Sumur Resapan di Daerah Padat Penduduk.

2. Infrastruktur Drainase Perkotaan

- Pembangunan drainase kawasan/lingkungan pembuang di permukiman

kawasan Pasar Perkotaan Dolok Sanggul

- Pembuatan saluran drainase Zona I, mencakup wilayah : Kec. Doloksanggul

(2 ds), Kec. Lintongnihuta (2 ds), Kec. Parlilitan (2 ds), Kec. Pakkat (1 ds),

- Pembuatan saluran drainase Zona II, mencakup wilayah : Kec. Doloksanggul

( 5 ds), Kec. Lintongnihuta (4 ds), Kec. Parlilitan (3 ds), Kec. Pakkat (4 ds).

- Pemeliharaan saluran drainase Kota Dolok Sanggul

- Perbaikan dan normalisasi saluran drainase Kota Dolok Sanggul, Lintong

Nihuta,

- Pembangunan jaringan drainase baru khususnya untuk daerah

pengembangan permukiman baru untuk mengantisipasi penyaluran air buangan dan air limpasan

3. Peraturan Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman

- Penyusunan NSPK Pengelolaan Drainase Kabupaten Humbangb Hasundutan

4. Laporan Fasilitasi Penguatan Kapasitas Pemerintah Daerah dalam Bidang Pengembangan PLP

- Sosialisasi/Diseminasi/Workshop/Seminar - Pendidikan dan Pelatihan

- Fasilitasi/Perkuatan Kelembagaan

5. Laporan Fasilitasi Penguatan Kapasitas Masyarakat dan Dunia Usaha dalam Bidang Pengembangan PLP

- Sosialisasi/Diseminasi/Workshop/Seminar - Pendidikan dan Pelatihan

- Fasilitasi/Perkuatan Kelembagaan

6.4.3. PERSAMPAHAN

6.4.3.1. Arahan Kebujakan dan Lingkup Kegiatan Pengelolaan Persampahan A. Arahan Kebijakan Pengelolaan Persampahan

Beberapa peraturan perundangan yang mengamanatkan tentang sistem pengelolaan persampahan, antara lain:

1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional.

Berdasarkan undang-undang No. 17 tahun 2007, aksesibilitas, kualitas, maupun cakupan pelayanan sarana dan prasarana masih rendah, yaitu baru mencapai 18,41 persen atau mencapai 40 juta jiwa

Laporan Akhir Bab - VI - 126 2. Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.

Pasal 21 ayat (2) butir d mengamanatkan akan pentingnya pengaturan prasarana dan sarana sanitasi (air limbah dan persampahan) dalam upaya perlindungan dan pelestarian sumber air.

3. Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. Peraturan ini

mengatur penyelenggaraan pengelolaan sampah yang mencakup pembagian kewenangan pengelolaan sampah, pengurangan dan penanganan sampah, maupun sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan sampah. Pasal 20 disebutkan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah wajib melakukan kegiatan penyelenggaraan pengelolaan sampah sebagai berikut:

- Menetapkan target pengurangan sampah secara bertahap dalam jangka waktu tertentu;

- Memfasilitasi penerapan teknologi yang ramah lingkungan; - Memfasilitasi penerapan label produk yang ramah lingkungan; - Memfasilitasi kegiatan mengguna ulang dan mendaur ulang; dan - Memfasilitasi pemasaran produk-produk daur ulang.

Pasal 44 disebutkan bahwa pemerintah daerah harus menutup tempat pemrosesan akhir sampah (TPA) yang dioperasikan dengan sistem pembuangan terbuka (open dumping) paling lama 5 (lima) tahun terhitung sejak diberlakukannya Undang-Undang 18 tahun 2008 ini

4. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum.

Peraturan ini menyebutkan bahwa PS Persampahan meliputi proses pewadahan, pengumpulan, pemindahan, pengangkutan, pengolahan dan pembuangan akhir, yang dilakukan secara terpadu.

5. Peraturan Pemerintah No. 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga

Peraturan Pemerintah ini merupakan pengaturan tentang pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga yang meliputi:

a. kebijakan dan strategi pengelolaan sampah;

b. penyelenggaraan pengelolaan sampah;

c. kompensasi;

d. pengembangan dan penerapan teknologi;

e. sistem informasi;

f. peran masyarakat;

g. Pembinaan

6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 1/PRT/M/2014 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.

Peraturan ini mensyaratkan tersedianya fasilitas pengurangan sampah di perkotaan dan sistem penanganan sampah di perkotaan sebagai persyaratan minimal yang harus dipenuhi oleh Pemerintah/Pemda.

Laporan Akhir Bab - VI - 127 Gambar 6.26.

Kebijakan Sektor Persampahan Permen PU. No. 21/PRT/M/2006

Dokumen terkait