• Tidak ada hasil yang ditemukan

Selain sarana di atas, terdapat beberapa sarana lain yang ada di desa ini seperti sarana air bersih yang didapatkan dari pengeboran dengan mesin pompa air. Selain itu, terdapat juga drainase namun belum tersedia dengan baik. Saluran drainase di

25 wilayah ini sudah tersedia di persawahan, namun belum memadai di kawasan pemukiman serta jalan utama desa. Hal tersebut dikarenakan banyak terjadi kerusakan serta banjir yang sering melanda desa ini. Sarana pendukung lainnya yaitu adanya sistem sanitasi dan pembuangan sampah. Sistem sanitasi dan pembuangan sampah di desa ini belum dapat dikatakan baik. Hal tersebut dapat dilihat dari masih banyaknya sampah yang dibuang ke saluran air sehingga menyumbat aliran air.

“...Jalanan disini rusak mbak, jadi kalo hujan jalananya suka banjir kadang lumpurnya juga menghambat kendaraan karena nyetirnya jadi mesti hati-hati...” (OMG, Laki-laki 40 tahun)

Program Corporate Social Responsibility Air Untuk Semua PT Pertamina EP Asset 3 Subang Field Bekerja Sama dengan LSM Habitat For Humanity

Indonesia

Kecamatan Cilamaya Kulon merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Karawang yang rentan terhadap kekeringan. Kecamatan ini seperti daerah pesisir pada umumnya tidak memiliki permukaan air tanah dangkal yang bersih dan dapat digunakan untuk konsumsi keluarga sehari-hari. Untuk mendapatkan air bersih, biasanya harus dilakukan pengeboran sumur sampai kedalaman di atas 100 meter. Hal ini menyulitkan masyarakat Kecamatan Cilamaya Kulon untuk mendapat akses air bersih, karena untuk biaya pengeboran dengan kedalaman tersebut membutuhkan biaya yang tinggi. Pada musim kemarau, masyarakat Kecamatan Cilamaya Kulon lebih sulit mendapatkan air bersih. Mereka terpaksa memanfaatkan air sungai atau air yang ada di sumur dangkal buatan mereka sendiri walaupun air sungai dan air sumur dinyatakan tidak layak untuk di minum karena rasa airnya payau dan warnanya kecokelatan. Sebagian besar masyarakat yang tidak mampu untuk membuat sumur bor dalam tetap saja memakai air tersebut untuk mandi, mencuci bahkan ada juga yang memanfaatkannya untuk air minum sehari- hari. Sebagian masyarakat yang tidak mampu membuat sumur bor dalam tetapi tidak ingin menggunakan air sumur dan air sungai untuk diminum, biasanya mereka membeli air dari tetangga yang mempunyai sumur bor dalam dengan harga Rp 2.000 per-galon. Namun, untuk mencuci serta mandi mereka tetap menggunakan air sungai irigasi yang ada di sekitar pemukiman mereka yang dikhawatirkan telah mengandung limbah pabrik dan perumahan.

Melihat kondisi yang memprihatinkan ini, PT Pertamina EP Asset 3 Subang Field bekerja sama dengan Habitat for Humanity Indonesia berupaya untuk membantu meringankan penderitaan masyarakat khususnya di Kecamatan Cilamaya Kulon yang memiliki permasalahan kekurangan bersih. Program ini dilakukan dengan menyediakan 30 titik Sarana Air Bersih (SAB) dan 5 sarana Mandi Cuci Kakus (MCK) kepada masyarakat Kecamatan Cilamaya Kulon dengan menggunakan metode atau cara-cara yang berbasis masyarakat. Metode berbasis masyarakat merupakan metode penting dalam melaksanakan program CSR sehingga pada akhir program, masyarakat merasa bahwa merekalah yang paling besar berkontribusi dalam menyukseskan program ini sehingga mereka memiliki rasa kepemilikan yang tinggi, bertanggung jawab menjaga dan merawat serta memastikan sarana ini akan dipakai sepenuhnya untuk kepentingan masyarakat.

26

Setelah melakukan assesment di Kecamatan Cilamaya Kulon, Habitat for Humanity Indonesia yang merupakan pihak LSM yang dipercaya oleh perusahaan untuk menjalankan program pun memilih 3 desa yang sangat membutuhkan SAB dan MCK. Terpilihlah tiga desa yaitu Desa Pasirukem, Desa Muktijaya dan Desa Sukamulya. Metode untuk melakukan program CSR tersebut adalah metode yang berbasis masyarakat, artinya di setiap proses pelaksanaan program harus melibatkan masyarakat sehingga diharapkan dengan adanya keterlibatan masyarakat, proses pelaksanaan dan pengawasan program dapat dikontrol oleh masyarakat baik dari kualitas maupun kuantitas program. Selain itu, keterlibatan masyarakat dalam setiap proses akan meningkatkan rasa memiliki masyarakat terhadap program sehingga masyarakat akan merawat dan melindungi Sarana Air Bersih (SAB) dan sarana Mandi Cuci Kakus (MCK) tersebut. Di bawah ini adalah langkah-langkah penerapan metode berbasis masyarakat di 3 Desa di Kecamatan Cilamaya Kulon:

1. Perencanaan program a. Sosialisasi Awal

Sebelum memulai program pihak LSM selaku pihak yang turun langsung ke lapang menjelaskan rencana program yang akan diberikan. Sosialisasi program juga dilakukan ke pemerintah setempat khususnya di 3 desa yang akan dilayani berdasarkan hasil assesment. Setelah itu pemerintah desa mendampingi pihak LSM untuk bersama-sama memberikan informasi secara umum mengenai maksud dan tujuan program serta langkah-langkah penerapan program kepada masyarakat. Pihak LSM yang juga pekerja CSR juga meminta komitmen dari masyarakat untuk melaksanakan dan memonitor program ini secara bersama-sama.

b. Sosialisasi Program, Pembentukan Komite Air dan Pembuatan Aturan Main Sosialisasi program ini menitikberatkan kepada penjelasan mengenai peran pihak LSM sebagai pekerja CSR untuk menerapkan Program Air untuk Semua. Setelah itu, masyarakat diajak bekerjasama untuk melaksanakan program dengan membentuk kepanitiaan kecil di masyarakat atau sering disebut dengan

“KomiteAir”. Tujuan dari pembentukan komite air adalah untuk membentuk organisasi kecil di masyarakat yang nantinya keorganisasian masyarakat ini dapat mandiri dan dapat memelihara sarana yang akan diberikan kepada mereka. Anggota komite air dipilih sendiri oleh masyarakat, sementara pihak LSM selaku pekerja CSR hanya membantu memfasilitasi masyarakat menentukan kriteria-kriteria komite air. Setiap RT memiliki 4 anggota komite air, kurang lebih terdapat 40 orang perwakilan dari tiap desa yang menjadi peserta program. Setelah pembentukan kepanitiaan di masyarakat, selanjutnya pekerja CSR mengajak masyarakat yang diwakilkan oleh komite air untuk membuat aturan main yang bertujuan membantu pihak LSM dalam melaksanakan program dan untuk memastikan fasilitas yang dibangun akan berjalan dengan baik di kemudian hari.

c. Penghibahan Tanah

Program CSR Air untuk Semua yang terdiri dari Pembangunan Sarana Air Bersih (SAB) dan Mandi Cuci Kakus (MCK) membutuhkan lahan sebagai tempat untuk menampung bangunan tersebut sehingga dibutuhkan tanah seluas 25 m2 untuk pembangunan SAB dan tanah seluas 12 m2 untuk pembangunan MCK. Pada tahap ini pihak LSM dibantu dengan Komite Air mencari warga

27 yang mau menghibahkan tanah untuk membangun Sarana Air Bersih (SAB) dan Mandi Cuci Kakus (MCK). Kriteria tanah yang telah disepakati adalah lokasi tanah harus dekat dengan pemukiman warga, tanah tidak labil dan kepemilikannya diakui oleh pemerintah setempat. Penghibahan tanah ini berfungsi memastikan lokasi pembangunan sarana air bersih mencakup pembuatan bangunan untuk menempatkan reservoir dengan volume 2.250 liter, 2 dinding pembatas yang sekaligus merupakan tempat 10 kran, tempat untuk dudukan mesin jet pump, tempat untuk mengambil air dan mencuci. Penghibahan tanah akan diberikam kepada Komite Air yang merupakan wakil dari masyarakat dan untuk saksi penghibahan tanah ini, pihak LSM mengajak pimpinan tertinggi dari pemerintah desa yaitu Kepala Desa sebagai saksi, sehingga perjanjian hibah tanah ini menjadi sah dan dapat dapat dipertanggungjawabkan di kemudian hari.

2. Pelaksanaan program

a. Pembangunan Sarana Air Bersih (SAB)

Proses pembangunan sarana air bersih ini berawal dari rekomendasi masyarakat untuk menentukan kontraktor pengeboran yang telah lama dan berpengalaman serta mengetahui karakter tanah di Kecamaran Cilamaya Kulon. Setelah melakukan beberapa kali pertemuan dan melalui proses pembelian yang disetujui oleh Komite Pembelian Internal LSM Habitat, maka terpilihlah 7 kontraktor pengeboran lokal yang bekerja secara paralel di Desa Pasirukem, Muktijaya dan Sukamulya. Untuk tukang bangunan yang membangun konstruksi fasilitas SAB, ditunjuk beberapa kepala tukang yang juga dari masyarakat setempat. Dari kontraktor pengeboran dan kepala tukang, pihak LSM membuat kontrak kerja untuk setiap titik bangunan dan aturan main yang disepakati bersama. Setelah tukang dan laden menandatangani surat kesepakatan kerja, pihak LSM secara rutin membuat pertemuan yang dihadiri oleh tukang, laden, komite air dan staf lokal. Tujuan dari pertemuan ini adalah bersama-sama mengajak masyarakat untuk terlibat dalam semua proses pembangunan khususnya proses pemindahan material dari lokasi diturunkannya material ke lokasi pembangunan sarana air bersih. Sebelum peletakan batu pertam sarana air bersih dimulai, dilakukan doa bersama yang dipimpin oleh tokoh agama dan dihadiri oleh pihak perusahaan, staf LSM, masyarakat, tukang dan komite air. Harapan dari doa bersama ini adalah masyarakat bersyukur akan pembangunan sarana air bersih ini dan masyarakat diajak untuk bersama- sama dalam menjaga dan membantu semua proses pembangunan sarana air bersih ini. Satu Sarana Air Bersih (SAB) memiliki luas kurang lebih sekitar 25 m2 dengan jumlah kran sebanyak 10 buah kran yang langsung bisa berfungsi secara bersamaan dengn debit air mencapai 20 liter/menit/kran, dilengkapi dengan mesin berkapasitas sampai 100 liter/menit, memiliki daya listrik sebesar 1.300 watt dan kapasitas penampung air mencapai 2.250 liter yang diletakkan di atas bangunan tandon setinggi 2 meter.

Pihak pelaksana program memberikan pesan moral “hygene promotion

melalui dinding besar dengan gambar-gambar yang mudah dicerna oleh masyarakat melalui lukisan “mural” dan mengajak masyarakat untuk hidup

sehat dan selalu membayar kewajiban listrik yang telah disepakati pada tahap awal. SAB tersebut dibangun di setiap RT di 3 Desa yaitu, di Desa

28

Pasirukem sebanyak 9 titik, Desa Sukamulya sebanyak 12 titik dan Desa Muktijaya sebanyak 9 titik. Proses pembangunan sarana air bersih ini dilakukan oleh masyarakat dari RT tersebut dengan cara gotong royong. Tukang selaku tenaga profesional untuk pembangunan ini juga harus diambil dari RT setempat sehingga masyarakat akan lebih merasa memiliki program sarana air bersih sesuai dengan spesifikasi dan kualitas yang telah ditentukan bersama agar masyarakat juga memiliki tanggung jawab dalam program.

b. Pembangunan Sarana Mandi Cuci Kakus (MCK)

Proses pembangunan sarana Mandi Cuci Kakus (MCK) hampir sama dengan proses pembangunan sarana air bersih, perbedaannya adalah sarana MCK harus berada di lokasi yang dekat dengan mushola atau masjid sehingga kepanitiaan MCK tidak dibentuk dari masyarakat sekitar akan tetapi langsung diambil dari kepanitiaan masjid atau mushola. Tujuannya adalah supaya keberlangsungan dari sarana MCK ini tetap terjaga dengan baik sama seperti panitia merawat dan menjaga mushola dan masjid. Panitia MCK juga akan menjaga sarana ini karena sarana yang dibangun sudah menjadi salah satu bagian penting dari mushola atau masjid. Dengan menempatkan sarana MCK menjadi salah satu bagian mushola dan masjid, semua masyarakat yang memakai mushola dan masjid ingin terlibat langsung dalam proses pembangunan yang direncanakan. Sarana MCK dilengkapi dengan tempat wudhu dengan kualitas air yang baik sehingga selain untuk mandi, cuci dan kakus, masyarakat juga dapat mengambil air yang bersih untuk minum. Berdasarkan pembangunan SAB dan MCK yang telah dilaksanakan, didapatkan jumlah Sarana Air Bersih (SAB) dan Mandi Cuci Kakus (MCK) di tiga desa pada Tabel 3 sebagai berikut.

Tabel 3 Jumlah sarana air bersih (SAB) dan mandi cuci kakus (MCK) di Desa Pasirukem, Desa Muktijaya, dan Desa Sukamulya, Kecamatan Cilamaya Kulon, Kabupaten Karawang tahun 2012

No Program Desa Pasirukem Desa Muktijaya Desa Sukamulya 1 Pembangunan Sarana

Air Bersih (SAB)

9 unit 9 unit 6 unit

2 Pembangunan sarana Mandi Cuci Kakus (MCK)

2 unit 2 unit 2 unit

3 Pembuatan sarana filtrasi (Bio Sand

Filtrasi)

- - 1 unit

Sumber: Data Program Air untuk Semua Habitat for Humanity Indonesia tahun 2012

Tabel 3 merupakan tabel yang menjelaskan tentang program awal yang direncanakan khusus bagi pihak pelaksana. Namun, setelah pihak pelaksana juga melibatkan masyarakat dalam setiap tahapan program maka didapatkan kesepakatan mengenai perubahan program. Di bawah ini adalah Tabel 4 yaitu tabel tentang perubahan program karena adanya keterlibatan masyarakat di setiap proses

29 Tabel 4 Jumlah sarana air bersih (SAB) dan mandi cuci kakus (MCK) dalam program perubahan di Desa Pasirukem, Desa Muktijaya, dan Desa Sukamulya, Kecamatan Cilamaya Kulon, Kabupaten Karawang tahun 2012

No Program Desa

Pasirukem

Desa Muktijaya Desa Sukamulya 1 Pembangunan

Sarana Air Bersih (SAB)

9 unit 9 unit 12 unit

2 Pembangunan sarana Mandi Cuci Kakus (MCK)

3 unit 3 unit -

Sumber: Data Program Air untuk Semua Habitat for Humanity Indonesia tahun 2012

Tabel 4 merupakan tabel yang menjelaskan tentang jumlah sarana setelah perubahan program. Selain karena anggaran yang dapat dihemat dan keterlibatan masyarakat di setiap proses pembangunan SAB dan MCK, ada beberapa alasan yang menjadi pertimbangan kepada pihak LSM selaku pihak yang mendampingi masyarakat untuk mengubah dan menambah sarana air bersih seperti: 1) Kebutuhan akan air bersih yang sangat besar di setiap RT, karena satu titik SAB sebenarnya tidak cukup untuk melayani kebutuhan seluruh masyarakat di satu RT, 2) Kepuasan masyarakat akan kualitas dan proses pembangunan yang dilakukan oleh pihak pelaksana, 3) Masih adanya dana untuk menambah 7 titik lagi di Desa Sukamulya. Walaupun begitu ketujuh titik SAB tambahan tersebut memiliki spesifikasi yang berbeda dari 23 titik yang direncanakan sebelumnya. Untuk kualitas air tetap sama namun 2 titik dari 7 titik ini memiliki ukuran tangki air yang lebih kecil yaitum 1 m3.

c. Serah Terima Sarana Air Bersih

Setelah semua bangunan Sarana Air Bersih (SAB) dan Mandi Cuci Kakus (MCK) dinyatakan selesai oleh tim konstruksi dan lolos dalam pemeriksaan akhir yang dilakukan oleh pihak pelaksana, pihak pelaksana melakukan serah terima pekerjaan kepada pihak komite air dan kepanitiaan MCK untuk dapat dimanfaatkan. Selain serah terima kepada komite air dan kepanitiaan MCK, pihak pelaksana juga mengadakan acara serah terima simbolis kepada Bupati Karawang. Pada peresmian SAB dan MCK ini pihak pelaksana juga menyatakan bahwa SAB dan MCK sudah resmi dapat digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. 3. Evaluasi program

a. Hambatan dan Tantangan

Terdapat beberapa hambatan dan tantangan yang ditemui pada saat melaksanakan program pembangunan Sarana Air Bersih (SAB) dan sarana Mandi Cuci Kakus (MCK) sehingga menjadi bahan evaluasi awal dalam pelaksanaan program. adapun hambatan dan tantangannya sebagai berikut: a. Awalnya masyarakat tidak percaya dengan program yang diusung dari pihak luar karena menurut mereka banyak LSM di Kecamatan ini yang hanya mengambil data dari masyarakat untuk keuntungan pribadi atau kelompok tertentu sehingga pendekatan ke masyarakat cukup sulit untuk dilakukan serta membutuhkan waktu lama

30

b. Beberapa orang mempunyai pandangan bahwa Program Air untuk Semua ini merupakan peluang bisnis, karena di daerah ini banyak juga kontraktor yang bekerja dan terbiasa memberikan memberikan dana kepada masyarakat secara tidak transparan atau hanya pada orang-orang tertentu saja sehingga masyarakat sedikit tertutup dalam memberikan informasi

c. Beberapa lokasi tanah yang dihibahkan tidak terletak di tengah-tengah pemukiman padat penduduk, sehingga membutuhkan proses mediasi yang cukup lama dengan pemilik tanah dan masyarakat

d. Kebutuhan masyarakat akan air bersih sangat besar sehingga 1 unit untuk 1 RT tidak cukup memadai untuk memenuhi seluruh kebutuhan masyarakat di lokasi tersebut.

31

ANALISIS PENGARUH PROGRAM CORPORATE SOCIAL

RESPONSIBILITY TERHADAP PEMBENTUKAN CITRA

Dokumen terkait