• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kecamatan Kerambitan dikenal mempunyai warga yang berpendidikan tinggi. Disamping itu juga mempunyai semangat tinggi dalam berbagai bidang. Sebagai bagian dari Kabupaten Tabanan, Kecamatan Kerambitan merupakan salah satu penghasil beras dan padi yang cukup untuk memberikan kesejahteraan kepada keluarga. Di luar itu, yang patut juga dipertimbangkan adalah semangat dan fanatisme terhadap daerah. Pada bidang olahraga sepakbola misalnya, di masa lalu Kerambitan kerap menjadi juara se kabupaten Tabanan, mulai dari tingkat sekolah dasar sampai kompetisi dewasa.

Di masa pendidikan bertambah maju, terutama dengan semakin terdidiknya mayarakat ke perguruan tinggi, banyak sarjana juga berada di Kecamatan Kerambitan. Di desa Pakraman Penyalin misalnya, jumlah sarjananya cukup signifikan. Akan tetapi, sarjana yang mampu memanfaatkan alam desa pakraman untuk maju sangat sedikit. Yang paling cocok dikembangkan di desa pakraman ini adalah sektor pertanian,, petkebunan dan persawahan. Tetapi sarjana pertanian hanya satu dan kemudian telah merantau ke Pulau Jawa.

Sarjana merupakan produk perguruan tinggi yang secara formal diakui memiliki kemampuan untuk menganalisa masalah tertentu. Kemampuan menganalisis ini merupakan kelebihannya apabila dibandingkan dengan tamatan akademi atau diploma. Tamatan diploma

dibekali oleh keterampilan mengolah atau membentuk suatu produk. Sedangkan sarjana mempunyai kelebihan menganalisis. Obyek yang dianalisis itu bisa berupa produk, dimana produk ini dihasilkan oleh sebuah keterampilan. Melalui analisislah kekurangan atau kelebihan produk itu diketahui. Seorang yang mampu menghasilkan produk kue misalnya, akan dianalisis oleh seorang sarjana ekonimi tentang pemasarannya, tentang bahan asalnya oleh sarjana kimia atau potensi kebusukannya. Maka, seorang sarjana akan mampu membekali diri dan menambah keterampilan, melalui kursus atau belajar secara mandiri untuk menghasilkan keterampilan. Seorang sarjana ekonomi tidak akan salah apabila menambah wawasannya dengan terampil membikin kue. Seorang sarjana teknik menambah keterampilannya dengan membikin produk sepeda elektrik. Atau seorang sarjana pertanian tidak keliru juga apabila menggabungkan keahliannya pada bidang manajemen.

Dalam hal ini, harus diakui bahwa sarjana yang banyak bertebaran di pedesaan dan menjadi aset desa pakraman maupun desa dinas itu, kurang mampu menggerakkan dirinya untuk menambah keterampilan produksi atau keterampilan lainnya sehingga keahlian yang dimiliki tidak dapat digunakan secara maksimal. Akibatnya, mereka banyak menganggur atau datang menjadi kaum urban di perkotaan dan banyak bekerja di sektor pariwisata di Denpasar atau Badung. Waktu yang terbuang percuma untuk menempuh jarak yang lebih dari 70 kilometer tersebut tidak dipikirkan secara matang sehingga terbuang percuma, disamping juga tidak baik untuk kesehatan pribadi.

Suara-suara kritis tentang desa pakraman, yang kebanyakan bernuansa negatif, dapat dikatakan sesungguhnya mempunyai hubungan dengan tidak dimanfaatkannya secara maksimal potensi sarjana terhadap perkembangan dan pembaruan desa pakraman. Setidaknya secara tekstual, desa pakraman itu mempunyai keterkaitan sangat kuat dengan sarjana hukum, terutama dari kosentrasi hukum adat. Ini dikarenakan hukum adat itu merupakan pemikir dan otak dari keberadaan desa pakraman tersebut. Sarjana hukum adat dididik untuk berfikir dan menganalisis tentang sejarah adat, perkembangannya serta arah pembaruannya di masa depan. Ketika desa pakraman berhadapan langsung dengan modernisasi, para sarjana yang mempunyai spesialisasi hukum adat lah yang akan dapat mengembangkan dan memperbaiki hal seperti itu. Sekarang jarang ada sarjana hukum adat yang memegang desa pakraman. Para sarjana ini tidak saja mempunyai kemampuan untuk menganalisis sejarah dari hukum adat tersebut, tetapi juga secara

jelas mengkaji norma-norma yang sudah tidak sepatutnya dipertahankan serta memperbarui kebiasaan yang ada berdasarkan perbandingan yang ada.

Sebagai seorang yang belajar hukum, mereka akan mengetahui bagaimana norma-norma yang mestinya berlaku di masyarakat dan bagaimana pelanggaran-pelanggaran yang terjadi. Sebagai pembelajar adat, para sarjana ini tidak hanya mengetahui perkembangan hukum dan norma-noma adat yang ada di daerahnya sendiri. Akan tetapi juga dari daerah-daerah lain di Indonesia. Sebagai negara yang mempunyai banyak suku bangsa, maka tersedia demikian banyak kebiasaan adat yang berlaku di berbagai wilayah Indonesia. Banyaknya kebiasaan inilah yang sesungguhnya dapat dipakai sebagai perbandingan untuk memperbaiki segala kebiasaan yang berlaku di desa pakraman di Bali. Ini sangat penting dilakukan di tengah perkembangan jaman dan modernisasi yang demikian ketat di Bali.

Sarjana lain yang juga mempunyai keterkaitan dengan perkembangan desa pakraman di Bali adalah sosiologi. Sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari masyarakat dengan berbagai aspek yang ada. Setiap aspek perkembangan masyarakat akan dipelajari dalam ilmu ini. Desa pakraman tidak lain merupakan kesatuan masyarakat yang memiliki perkembangan kompleks di Bali. Secara sederhana, desa pakraman ini merupakan lembaga yang hampir mirip dengan negara. Di samping mempunyai wilayah dengan penduduknya, juga mempunyai aturan hukum, pemerintahan dengan berbagai strukturnya, kekuatan ekonomi sampai dengan memiliki penjaga keamanan. Termasuk juga perbatasan. Dengan keberadaan seperti itu, segala aspek perkembangan sosial terjadi di dalam desa pakraman. Secara mendasar, desa ini boleh dikatakan sebagai komunitas yang mempunyai tugas menjalankan keagamaannya dan komunitas tersebut berjalan berdasarkan pada keagamaan Hindu. Karena itulah, hubungan sosial, persaudaraan, gotong-royong, subordinasi, kekuasaan, pengaruh, konflik dan sebagainya ada di dalam lingkungan desa pakraman dengan segala aspek-aspeknya. Masing-masing desa pakraman di Bali mempunyai banyak ragam gaya sesuai dengan budaya mereka di lingkungan tersebut. Sosiologi mempelajari setiap aspek dari kehidupan sosial, termasuk perubahan sosial yang akan terjadi beserta bagaimana cara mengantisipasinya. Karena itu, sarjana sosiologi sangat diperlukan untuk mengembangkan desa pakraman.

Sarjana Antropologi juga sangat diperlukan. Antropologi merupakan ilmu yang mengalir seperti air. Ilmu ini mempelajari kebudayaan dan kebiasaan yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat. Disebutkan juga apabila antropologi tersebut mempelajari suku bangsa. Akan

tetapi, apabila dilihat secara lebih dalam, misalnya dengan ciri khas dan kebiasaan yang berlaku di desa bersangkutan, desa pakraman sesungguhnya merupakan kelompok masyarakat yang malah mirip dengan suku. Di Bali, desa pakraman tersebut mempunyai kebiasaan yang berbeda-beda dalam penerapan ritual agama. Dan karena itu juga mempunyai kebiasaan yang bereberbeda-beda dalam menerapkan praktik kehidupan mereka. Sebanyak 1500 lebih ada desa pakraman di Bali, yang tidak semuanya mempunyai praktik yang sama antara satu sama lain. Dengan kondisi seperti itulah sesungguhnya antropologi merupakan ilmu yang pantas untuk dilibatkan dalam proses pengembangan desa pakraman ini. Artinya baik para sarjana antropologi maupun desa pakraman tidak saling menjaga jarak, melainkan saling meleburkan diri satu sama lain untuk mengembangkan desa pakraman.

Sarjana Sastra Bali dan Jawa Kuno diperlukan untuk memberikan pemahaman-pemahaman terhadap tafsir sastra yang dipakai sebagai dasar menjalankan ritual agama Hindu. Agama Hindu di Bali dijalankan atas dasar sastra baik yang berasal dari bahasa sansekerta maupun dari bahasa Jawa Kuno (Kawi). Dalam hal sastra yang telah diterjemahkan, seperti misalnya Bhagavat Gita, yang dipandang sebagai Weda V, masyarakat memandang arti dari bait-bait syair yang ada di dalam buku suci tersebut telah diketahui. Akan tetapi, pemaknaan dari bait syair itu belum tentu diketahui secara matang. Ini disebabkan karena setiap bait syair itu dapat ditafsirkan menjadi beragam makna. Untuk memahami pemaknaan yang lebih luas itulah maka diperlukan adanya penafsir-penafsir terhadap ajaran Weda ini sehingga masyarakat dapat menjalankan agama secara lebih luas dan bermakna. Secara lebih luas artinya mempunyai pilihan yang lebih banyak, disesuaikan dengan konteks waktu, tempat dan keadaan. Sarjana sastra Bali mempunyai kemampuan untuk melakukan penafsiran tersebut.

Disamping melakukan melakukan tafsiran atas pemaknaan tersebut, sarjana sastra Bali tentu saja juga mampu melakukan penerjemahan terhadap sastra-sastra lain yang dipakai landasan dalam menjalankan ritual agama di Bali.

Sarjana Agama Hindu sudah tentu juga diperlukan oleh desa pakraman. Seperti juga halnya dengan sarjana sastra Bali Kuno atau Jawa Kuno, sarjana agama Hindu diperlukan untuk menerjemahkan makna agama yang dapat disesuaikan dengan perkembangan jaman. Ritual yang terlalu memberatkan masyarakat, yang menyita tenaga, waktu dan biaya, semestinya dapat dikurangi agar masyarakat desa pakraman dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan perekonomian yang demikian cepat di Bali. Sarjana agama Hindu ini diperlukan untuk

menerjemahkan pemaknaan upacara sehingga desa pakraman di Bali dapat melakukan upacara yang sesuai dengan pemaknaan itu agar tidak bertentangan dengan sebagian besar anggota masyarakat. Sebuah pembaruan dari tradisi, misalnya menyederhakana upacara sampai 50 persen, berpotensi menimbulkan konflik. Karena itu, kerjasama antara sarjana agama Hindu dengan sarjana sastra ini dalam menerjemahkan arti syair sastra dan menafsirkan pemaknaannya, dapat diterima oleh sebagian besar masyarakat dan kemudian tidak menimbulkan konflik sosial.

Dalam kerangka menyongsong perkembangan sosial di Bali, dengan aspek perekonomiannya yang demikian berkembang, desa pakraman mau tidak mau harus memanfaatkan sarjana manajemen (ekonomi), atau teknik industri. Kedua sarjana ini mempunyai keahlian dalam mengelola organisasi (perusahan) untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Teknik industri merupakan sarjana yang mempunyai kemampuan untuk mengelola perusahan dan memikirkan berbagai kiat perkembangannya. Pengelolaan desa pakraman sesuai dengan perkembangan jaman yang diatur dibawah Undang-Undang No. 6 Tahun 2014, tidak lain menginginkan desa sebagai sebuah organisasi yang mampu mengelola dirinya sendiri termasuk aset yang dimiliki. Dengan demikian, diperlukan kemampuan manajamen untuk mengelola modal yang dimiliki tersebut.

Sebagai sebuah komunitas tradisional di Bali, desa pakraman mau tidak mau mendasarkan diri pada lingkungan tradisional yang menjadi penopang hidup masyarakat. Bali, sejak berabad-abad telah dikelola dengan dasar pertanian dan perkebunan. Pertanian, terutama persawahan menjadi dasar dari perkembangan struktur sosial di Bali, termasuk juga desa pakraman.Pada hakekatnya desa pakraman ini merupakan struktur sosial yang banyak mengatur tentang kegiatan sosial yang berbasis pertanian. Upacara agama yang menjadi fungsi pokok dari desa pakraman, sesungguhnya juga merupakan endapan dari budaya pertanian. Dengan alasan tersebut maka desa pakraman sangat memerlukan sarjana pertanian untuk perkembangannya. Sarjana dengan kualifikasi inilah yang akan dapat memberikan masukan-masukan kepada desa pakraman, terutama dalam hal sejauh mana ritual yang bebasis pertanian itu dapat dipertahankan bagi desa pakraman yang berada di lingkungan perkotaan. Sebaliknya bagi desa pakraman yang masih ada di desa dan pegunungan, sarjana pertanian ini akan mampu memberikan saran, contoh dan praktik mengembangkan model-model pertanian terbaru untuk memacu desa tersebut berkembang, sesuai dengan perkembangan sosial paling modern.

Sarjana-sarjana dari ilmu yang lain lain akan sangat membantu perkembangan desa pakraman, terutama apabila dikaitkan dengan berbagai perkembangan kemajuan sosial di Bali. Dengan pesatnya pariwisata yang ada di Kuta, Sanur, Gianyar dan lain-lain, cara pengelolaan desa pakraman tentu akan sangat berbeda. Dengan otonomi yang dimilikinya serta gaya manajemen yang berbeda-beda, desa pakraman akan dapat memanfaatkan sarjana dari berbagai disiplin ilmu untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan.

Dokumen terkait