• Tidak ada hasil yang ditemukan

Set Kriteria Kesesuaian Lahan Sementara Ya Tidak Ya PENGAMATAN KOMPONEN PRODUKSI DI LAPANGAN

Tingkat produksi pembentuk SLP ditentukan berdasarkan data produksi pada setiap blok lahan tahun 2002-2006 (sebelum dilakukan penelitian), dengan memperhatikan kontinuitas/kestabilan tingkat produksinya. Data kelas produksi kemudian diplot ke peta areal kebun.

(2) Sistem irigasi yang diterapkan; ditetapkan dua macam sistem irigasi yang diterapkan di lahan perkebunan tersebut, yaitu irigasi drip dan irigasi

sprinkler. Informasi awal mengenai sistem irigasi ini diperoleh dari data

kondisi tiap blok lahan yang kemudian diplot ke peta areal kebun dan dilakukan verifikasi di lapangan.

(3) Teknik budidaya yang diterapkan; yaitu lahan yang ditanam pisang Cavendish klon DM2 atau Cj20 menggunakan bibit hasil kultur jaringan untuk sekali tanam tanpa memelihara anakan, yang dikelola secara intensif dengan melakukan pemupukan, pengapuran, pemberian bahan organik, dan pengendalian organisme pengganggu tanaman.

(4) Keseragaman waktu tanam; informasi waktu tanam diperoleh dari data sekunder yang tercatat oleh perusahaan, kemudian dicek di lapangan. Keseragaman waktu tanam diperlukan, karena karakteristik iklim pada masa pertumbuhan tanaman akan mempengaruhi tingkat produksi.

(5) Keseragaman sejarah penggunaan lahan; informasi penggunaan lahan sebelumnya diperoleh dari data sekunder yang tercatat oleh perusahaan. Berdasarkan pengalaman yang ada, penggunaan lahan sebelumnya akan mempengaruhi tingkat produksi.

Berdasarkan kombinasi faktor-faktor di atas dan melihat kenyataan di lapangan, diperoleh 36 SLP sebagaimana tertera pada Tabel 2. Pada setiap SLP yang memiliki luas 42x28 = 1176 m2 dilakukan identifikasi tipe penggunaan lahan dan karakterisasi lahannya. Namun demikian untuk pengamatan komponen produksi pada setiap SLP dibagi menjadi tiga petak pengamatan sebagai ulangan, sehingga untuk pengamatan produksi terdapat 108 petak pengamatan.

21 Tabel 2 Kombinasi faktor-faktor pembentuk SLP di lokasi penelitian

Kode

SLP Koordinat Lokasi

Klon Pisang

Sistem

Irigasi Subgroup Tanah Lereng

Tingkat

Produksi

(ton/ha)

BT LS (V) (T) (L) (P)

V1T1L1P2 105°36'51,8" 5°01'49,6" DM2 Drip Xanthic Eutrustox 0-2% 20-30

V1T1L1P3 105°38'53,2" 5°01'11,0" DM2 Drip Xanthic Eutrustox 0-2% 30-40

V1T1L1P4 105°39'33,4" 5°03'14,2" DM2 Drip Xanthic Eutrustox 0-2% 40-50

V1T1L2P2 105°37'40,8" 5°03'10,3" DM2 Drip Xanthic Eutrustox 2-4% 20-30

V1T1L2P3 105°39'59,2" 5°02'10,9" DM2 Drip Xanthic Eutrustox 2-4% 30-40

V1T1L2P4 105°37'34,9" 5°03'39,3" DM2 Drip Xanthic Eutrustox 2-4% 40-50

V1T2L1P2 105°38'55,9" 5°02'07,7" DM2 Drip Plinthic Eutrustox 0-2% 20-30

V1T2L1P3 105°40'16,8" 5°02'01,2" DM2 Drip Plinthic Eutrustox 0-2% 30-40

V1T2L1P4 105°38'43,1" 5°01'46,1" DM2 Drip Plinthic Eutrustox 0-2% 40-50

V1T2L2P2 105°39'09,6" 5°03'10,8" DM2 Drip Plinthic Eutrustox 2-4% 20-30

V1T2L2P3 105°39'16,7" 5°01'47,8" DM2 Drip Plinthic Eutrustox 2-4% 30-40

V1T2L2P4 105°37'55,9" 5°03'23,4" DM2 Drip Plinthic Eutrustox 2-4% 40-50

V2T1L1P1 105°41'27,7" 5°02'54,3" DM2 Sprinkler Xanthic Eutrustox 0-2% 10-20

V2T1L1P2 105°39'33,9" 5°02'48,8" DM2 Sprinkler Xanthic Eutrustox 0-2% 20-30

V2T1L1P3 105°38'27,7" 5°02'45,3" DM2 Sprinkler Xanthic Eutrustox 0-2% 30-40

V2T1L2P1 105°41'44,4" 5°03'00,3" DM2 Sprinkler Xanthic Eutrustox 2-4% 10-20

V2T1L2P2 105°38'16,5" 5°03'11,5" DM2 Sprinkler Xanthic Eutrustox 2-4% 20-30

V2T1L2P3 105°39'08,5" 5°02'34,9" DM2 Sprinkler Xanthic Eutrustox 2-4% 30-40

V2T2L1P1 105°37'31,2" 5°02'38,6" DM2 Sprinkler Plinthic Eutrustox 0-2% 10-20

V2T2L1P2 105°37'24,1" 5°03'17,8" DM2 Sprinkler Plinthic Eutrustox 0-2% 20-30

V2T2L1P3 105°38'13,6" 5°02'42,4" DM2 Sprinkler Plinthic Eutrustox 0-2% 30-40

V2T2L2P1 105°40'05,6" 5°02'54,9" DM2 Sprinkler Plinthic Eutrustox 2-4% 10-20

V2T2L2P2 105°38'08,4" 5°03'39,3" DM2 Sprinkler Plinthic Eutrustox 2-4% 20-30

V2T2L2P3 105°39'34,9" 5°02'28,0" DM2 Sprinkler Plinthic Eutrustox 2-4% 30-40

V3T1L1P1 105°37'07,5" 5°02'25,9" Cj20 Sprinkler Xanthic Eutrustox 0-2% 10-20

V3T1L1P2 105°37'53,7" 5°02'24,6" Cj20 Sprinkler Xanthic Eutrustox 0-2% 20-30

V3T1L1P3 105°37'59,9" 5°02'43,4" Cj20 Sprinkler Xanthic Eutrustox 0-2% 30-40

V3T1L2P1 105°37'32,2" 5°02'14,2" Cj20 Sprinkler Xanthic Eutrustox 2-4% 10-20

V3T1L2P2 105°37'04,4" 5°02'05,3" Cj20 Sprinkler Xanthic Eutrustox 2-4% 20-30

V3T1L2P3 105°37'19,6" 5°02'52,6" Cj20 Sprinkler Xanthic Eutrustox 2-4% 30-40

V3T2L1P1 105°36'56,6" 5°03'05,6" Cj20 Sprinkler Plinthic Eutrustox 0-2% 10-20

V3T2L1P2 105°37'26,4" 5°01'56,3" Cj20 Sprinkler Plinthic Eutrustox 0-2% 20-30

V3T2L1P3 105°36'42,4" 5°02'45,8" Cj20 Sprinkler Plinthic Eutrustox 0-2% 30-40

V3T2L2P1 105°36'41,9" 5°02'06,8" Cj20 Sprinkler Plinthic Eutrustox 2-4% 10-20

V3T2L2P2 105°38'36,0" 5°02'16,3" Cj20 Sprinkler Plinthic Eutrustox 2-4% 20-30

V3T2L2P3 105°38'37,6" 5°03'15,7" Cj20 Sprinkler Plinthic Eutrustox 2-4% 30-40

Identifikasi Tipe Penggunaan Lahan

Identifikasi tipe penggunaan lahan (LUT = land utilization type) bertujuan untuk mengetahui persyaratan penggunaan lahan yang diperlukan untuk LUT tanaman pisang Cavendish yang dikelola secara intensif. Identifikasi LUT mengacu pada 11 attribut LUT menurut FAO (1976) dan deskripsi LUT pada LREP II (1996). Data yang dikumpulkan antara lain: (1) jenis penggunaan; (2) jumlah, waktu, dan karakteristik produksi; (3) jenis dan tingkat input; (4) orientasi pasar; (5) intensitas modal; (6) intensitas tenaga kerja; (7) kebutuhan pengetahuan formal; (8) sumber energi; (9) tingkat income; (10) luas dan bentuk penguasaan lahan; dan (11) kebutuhan infrastruktur.

Selain itu dikumpulkan juga data mengenai varietas/klon dan bibit yang digunakan, pola tanam, cara pengolahan tanah, waktu dan cara tanam, teknik pemeliharaan tanaman meliputi: sistem irigasi, teknik pemupukan (jenis, dosis, konsentrasi, waktu, dan cara), pengendalian organisme pengganggu tanaman, tindakan konservasi tanah dan air, serta input dan output produksi lainnya. Data dikumpulkan dari data sekunder dan hasil wawancara dengan staf karyawan perusahaan, kemudian dilakukan verifikasi di lapangan. LUT tanaman pisang Cavendish yang dikelola secara intensif, terutama dibedakan berdasarkan klon tanaman dan sistem irigasi yang digunakan.

Karakterisasi Lahan

Karakterisasi lahan bertujuan untuk mengumpulkan data karakteristik tanah dan iklim yang berhubungan dengan kualitas lahan yang digunakan dalam klasifikasi kesesuaian lahan, yaitu suhu udara, ketersediaan air, ketersediaan oksigen, ketersediaan hara, daya retensi hara, kondisi media perakaran, bahaya keracunan, potensi mekanisasi, bahaya erosi, dan bahaya banjir (CSR/FAO 1983; Sys et al. 1993; LREP II 1994; dan Djaenudin et al. 2003). Adapun data karakteristik lahan yang dikumpulkan antara lain disajikan pada Tabel 3.

Karakterisasi tanah dilakukan pada setiap SLP yang dibentuk. Contoh tanah untuk tujuan klasifikasi kesesuaian lahan diambil dari kedalaman 0-25 cm dan 25-50 cm. Profil tanah dibuat untuk mengecek keseragaman subgroup tanahnya. Profil tanah dibuat pada 36 SLP dengan subgroup tanah, kemiringan lereng, sistem irigasi, klon tanaman, dan tingkat produksi yang berbeda. Profil tanah ditempatkan pada setiap SLP yang terbentuk setelah dilakukan pemboran

23 pada beberapa titik dalam SLP. Bila tidak ada perbedaan ciri tanah yang berarti dari hasil pemboran dilakukan pembuatan profil. Profil tanah dibuat dengan ukuran panjang 1,5 m lebar 1,0 m dan dalam 1,5 m atau sampai pada kontak litik/paralitik bila kedalaman solum <1,5 m. Deskripsi profil tanah mengacu pada Guideline for Soil Profile Description (FAO 1978), Field Guide to Soil Profile Descriptions and Mapping (Foss et al. 1980) dan Soil Survey Manual (Soil Survey Staff 1993).

Tabel 3 Karakteristik lahan yang dikumpulkan berdasarkan beberapa kriteria

Karakteristik Lahan Kriteria CSR/FAO (1983) Sys et al. (1993) LREP II (1994) Djaenudin et al. (2003) - Ketinggian tempat dpl X

- Curah hujan tahunan (mm) X X X X

- Lama bulan kering X X X X

- Kelembaban X

- Rata-rata suhu udara tahunan (o

C) X X X X

- Rata-rata suhu udara minimum bln terdingin (o

C) X

- Suhu udara minimum absolut bln terdingin (o

C) X

- LGP (length of growing period) X

- Drainase tanah X X X X - Kemudahan pengolahan X - Tekstur tanah X X X X - Kedalaman tanah (cm) X X - Kedalaman efektif X X - CaCO3 (%) X - Gypsum (%) X - Kematangan gambut X X - Ketebalan gambut X X - Kedalaman sulfidik X X

- KTK liat (cmol+/kg clay) X X

- KTK tanah X X

- Kejenuhan basa (%) X X

- Jumlah kation basa (me/100 g) X

- pH tanah X X X X - C-organik (%) X X X - N-total X X - P2O5 tersedia X X - K2O tersedia X X - Salinitas/ EC (dS/m) X X X X - Alkalinitas/ ESP X X - Kemiringan lereng (%) X X X X

- Fragmen kasar (%vol) X X

- Batu dipermukaan X X X

- Singkapan batuan X X X

- Bahaya banjir X X X

Untuk keperluan klasifikasi kesesuaian lahan, klasifikasi tanah, serta pendugaan erodibilitas tanah dan bahaya erosi dilakukan pengamatan sifat-sifat morfologi tanah meliputi: drainase, kedalaman efektif tanah, keadaan batuan di dalam penampang, serta sifat-sifat tiap-tiap horison yaitu tebal dan batas horison, warna, tekstur, struktur, konsistensi, pori-pori, dan keadaan perakaran. Contoh tanah terganggu dari profil diambil sebanyak 1 kg pada setiap lapisan untuk keperluan analisis sifat kimia dan tekstur tanah. Contoh tanah ring diambil pada kedalaman 0-25 cm dan 25-50 cm sebagai contoh tanah tak terganggu untuk dianalisis sifat fisiknya. Pada setiap SLP diambil contoh tanah terganggu secara komposit dan contoh tanah tak terganggu yang mewakili pada kedalaman 0-25 cm dan 25-50 cm. Selanjutnya tanah dianalisis sifat fisik dan kimianya dengan metode seperti tertera pada Tabel 4.

Jenis tanah diklasifikasikan berdasarkan Taksonomi Tanah (Soil Survey Staff 1999). Untuk mengetahui bahaya erosi dilakukan pengamatan tingkat bahaya erosi di lapangan. Selain itu dilakukan penghitungan laju erosi tanah dengan persamaan Universal Soil Loss Equation (USLE) menurut konsep Wischmeier dan Smith (1978), dan erosi yang masih dapat ditoleransi dihitung menggunakan konsep Hammer (1981).

Data iklim dikumpulkan dari data sekunder dan data hasil pengamatan stasiun cuaca di lokasi penelitian. Data iklim yang dikumpulkan meliputi: data curah hujan bulanan, jumlah hari hujan, lama bulan basah dan bulan kering, suhu udara, kelembaban udara, kecepatan angin, dan lama penyinaran matahari. Data iklim tersebut digunakan untuk keperluan klasifikasi iklim, menduga erosivitas hujan, lama periode pertumbuhan (LGP), serta menghitung kecukupan air dari penggunaan irigasi drip atau sprinkler.

Perhitungan lama periode pertumbuhan (LGP) diawali dengan menghitung curah hujan dengan peluang melampaui 75% (CH75) menggunakan metode ranking dari data curah hujan bulanan selama 23 tahun terakhir. Selanjutnya menghitung evapotranspirasi potensial (ETo) menggunakan metode Blaney-Criddle. Permulaan periode pertumbuhan diawali pada saat CH75 > ETo/2 dan pertumbuhan dianggap berakhir jika CH75 < ETo/2. Pada periode pertumbuhan, air dianggap cukup untuk pembenihan, pembibitan, dan pertumbuhan tanaman (LREP II 1994).

25 Untuk menghitung kecukupan air bagi tanaman pisang dari air curah hujan dan air irigasi dihitung neraca airnya. Karena tidak semua air hujan dapat masuk ke dalam tanah, maka dihitung curah hujan efektif sebesar 90% (CHE 90%). Selanjutnya untuk menghitung kebutuhan air bagi tanaman pisang, ditetapkan nilai crop evapotranspiration (ETc) menurut Doorenbos dan Pruitt (1977) yaitu dengan mengalikan ETo dengan crop coefficient (Kc) tanaman pisang. Nilai Kc tergantung jenis dan fase pertumbuhan tanaman.

Tabel 4 Sifat fisik dan kimia tanah yang dianalisis, serta metodenya

Komponen Analisis Metode Analisis *)

I. Sifat Kimia Tanah

(1) pH H2O (1:1) Elektroda gelas

(2) C-organik (%) Walkley dan Black

(3) N-total (%) Kjeldahl

(4) P-tersedia (ppm) Bray I

(5) Basa-basa dapat ditukar (me/100g tanah)

K+, Na+, Ca2+, Mg2+ Ekstrak NH4Oac 1 N pH 7

(6) Kapasitas tukar kation (me/100g tanah) Ekstrak NH4Oac 1 N pH 7

(7) Al dan H dapat ditukar KCl 1 N

(8) Daya hantar listrik (DHL) Ekstrak 1:5

(9) Fe, Cu, Zn, dan Mn HCl 0,05 N

II. Sifat Fisik Tanah

(1) Tekstur (4 fraksi) Pipet

(2) Kadar air (% vol) Gravimetri

(3) Bobot isi (g/cm3) Ring, Gravimetri

(4) Ruang pori total (% vol) Ring, Gravimetri

(5) Kadar air (% vol) pF2.54, pF4.2 Ring, Gravimetri

(6) Air tersedia (% vol) Ring, Gravimetri

(7) Permeabilitas (cm/jam) Ring, Gravimetri

Keterangan: *) SCS- USDA, (1982 ); Sulaeman et al. (2005)

Nilai Kc untuk tanaman pisang mengacu pada Doorenbos dan Kassam (1979) dan Sys et al. (1993). Untuk tanaman pisang pada daerah tropis umumnya memiliki umur selama 300-365 hari, Kc pada tahap initial stage

selama 60-90 hari sebesar 0,4-0,5. Kc pada tahap crop development stage

120-150 hari sebesar 1,0-1,1. Kc pada tahap late-season stage selama 90 hari sebesar 0,9-1,0. Selanjutnya pada masa panen (at harvest) nilai Kc sebesar 0,7-0,85.

Pengamatan Komponen Produksi di Lapangan

Sebagai dasar dalam penyusunan kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman pisang Cavendish yang dikelola secara intensif, dilakukan pengamatan komponen produksi tanaman secara langsung pada petak percobaan di lapangan. Selain itu pengamatan ini juga dilakukan untuk mengetahui hubungan antara karakteristik lahan dengan komponen produksi, serta untuk mengetahui pengaruh perbedaan tipe penggunaan lahan (klon dan sistem irigasi) terhadap komponen produksi tanaman pisang Cavendish yang dikelola secara intensif.

Pengamatan komponen produksi dilakukan pada 36 SLP melalui tiga petak pengamatan (berukuran 14 m x 28 m) sebagai ulangan. Untuk setiap petak pengamatan 16 sampel tanaman dipilih secara sengaja (purposive

sampling). Komponen produksi yang diamati meliputi umur mulai berproduksi

(shooting), produksi pisang per hektar, bobot buah per tandan, bobot buah per

tandan yang memenuhi mutu ekspor, jumlah sisir per tandan, jumlah sisir per tandan yang memenuhi standar mutu ekspor, rata-rata jumlah buah per sisir, serta rata-rata bobot buah per sisir.

Klasifikasi Kesesuaian Lahan berdasarkan Kriteria yang Ada

Untuk mengetahui apakah kriteria kesesuaian lahan yang telah ada untuk tanaman pisang dapat diterapkan di lokasi penelitian dengan tipe penggunaan lahan yang diteliti, maka dilakukan klasifikasi kesesuaian lahan berdasarkan beberapa kriteria yang ada. Klasifikasi kesesuaian lahan dilakukan dengan cara fisik kualitatif untuk LUT tanaman pisang Cavendish yang dikelola secara intensif. Klasifikasi kesesuaian lahan dilakukan dengan membandingkan karakteristik lahan pada setiap SLP dengan kriteria kesesuaian lahan yang disusun CSR/FAO (1983), Sys et al. (1993); LREP II (1994); dan Djaenudin et al. (2003), seperti tersaji pada Lampiran 1, 2, 3, dan 4. Penetapan kelas kesesuaian lahan berdasarkan pendekatan faktor pembatas (limiting approach) maksimum mengikuti kaidah hukum minimum.

27 Kesesuaian lahan diklasifikasikan ke dalam 5 kelas, yaitu sangat sesuai (S1), cukup sesuai (S2), sesuai marginal (S3), tidak sesuai saat ini (N1) dan tidak sesuai permanen (N2). Kelas kesesuaian lahan yang diperoleh selanjutnya dibandingkan dengan kelas produksi untuk mengetahui kecocokan kriteria klasifikasi kesesuaian lahan tersebut. Klasifikasi kesesuaian lahan menggunakan kriteria yang ada bermanfaat sebagai kajian awal dalam upaya penyusunan dan pengembangan kriteria kesesuaian lahan. Faktor-faktor pembatas penggunaan lahan di lokasi penelitian juga diidentifikasi sebagai bahan pertimbangan dalam penetapan karakteristik atau kualitas lahan yang digunakan dalam penyusunan kriteria kesesuaian lahan yang baru.

Guna penyusunan kriteria kesesuaian lahan untuk LUT tanaman pisang Cavendish yang dikelola secara intensif, dilakukan pula klasifikasi kesesuaian lahan berdasarkan tingkat produktivitas lahan. Kisaran produksi buah pisang Cavendish yang dikelola secara intensif untuk setiap kelas kesesuaian lahan ditetapkan berdasarkan indeks produksi mengacu pada FAO (1983). Meskipun demikian dalam penelitian ini indeks produksi dihitung tidak berdasarkan data produksi optimal tetapi produksi maksimum. Hal tersebut dilakukan karena kriteria kesesuaian lahan yang akan dibuat hanya berdasarkan karakteristik lahan, tidak berdasarkan data ekonomi yang bersifat relatif tidak stabil. Kelas kesesuaian lahan ditetapkan dalam empat kelas, sesuai dengan indeks produksi yang dinyatakan dalam persen terhadap produksi maksimum, yaitu sangat sesuai (S1) > 80%, cukup sesuai (S2) 60-80%, sesuai marginal (S3) 40-59%, tidak sesuai (N) < 40%. Menurut Sys et al. (1993), produksi pisang yang diusahakan secara komersial pada lahan irigasi adalah 40-60 ton/ha. Menurut data PT. NTF (2006), tanaman pisang Cavendish klon Cj20 memiliki potensi produksi yang tinggi yaitu 60 ton per hektar, sedangkan klon DM2 potensi produksinya lebih rendah yaitu 50 ton per hektar.

Penyusunan Kriteria Kesesuaian Lahan yang Baru

Kriteria kesesuaian lahan pisang Cavendish yang dikelola secara intensif dengan sistem irigasi drip atau sprinkler disusun berdasarkan karakteristik lahan yang relevan dan sangat berpengaruh terhadap produksi. Beberapa pengujian secara statistik dilakukan untuk menentukan jenis dan jumlah karakteristik lahan penentu kelas kesesuaian lahan, serta pengharkatannya.

Beberapa analisis dan pengujian yang dilakukan guna menyusun kriteria kesesuaian lahan yang baru adalah sebagai berikut:

(1) Melakukan analisis deskriptif terhadap data karakteristik lahan untuk mengetahui apakah antar SLP yang dibentuk menghasilkan sebaran data yang bervariasi, yang memungkinkan adanya keragaman tingkat produktivitas lahan.

(2) Melakukan analisis ragam dan uji perbandingan ortogonal untuk mengetahui pengaruh tipe penggunaan lahan, subgroup tanah, dan kemiringan lahan terhadap karakteristik lahan dan produksi.

(3) Melakukan klasifikasi kesesuaian lahan menggunakan beberapa kriteria yang ada, dengan tujuan mengetahui karakteristik lahan yang diperkirakan menjadi faktor pembatas pada setiap SLP di lokasi penelitian.

(4) Melakukan analisis korelasi untuk mengetahui apakah kelas kesesuaian lahan yang dibentuk oleh kriteria yang ada sejalan dengan tingkat produksi di lapangan.

(5) Memilih dan menetapkan karakteristik lahan yang diperkirakan menjadi faktor pembatas bagi tanaman untuk dapat berproduksi dengan baik sesuai dengan LUT yang diterapkan di lokasi penelitian.

(6) Melakukan analisis korelasi untuk mengetahui karakteristik lahan yang berhubungan erat dengan produksi.

(7) Melakukan analisis regresi untuk mengetahui karakteristik lahan yang menentukan tingkat produksi tanaman, dan hubungannya digambarkan dalam bentuk persamaan regresi linier atau kuadratik.

Selanjutnya berdasarkan pengujian-pengujian tersebut di atas, dibandingkan satu sama lain dan dipilih serta dikembangkan suatu kriteria klasifikasi kesesuaian lahan untuk tanaman pisang Cavendish klon DM2 dan Cj20 yang dikelola secara intensif. Dari hasil berbagai uji tersebut ditentukan kisaran nilai dari setiap karakteristik lahan untuk masing-masing kelas kesesuaian lahan. Kisaran nilai ditetapkan dengan metode trial and error

berdasarkan persamaan regresi linier atau kuadratik dari hubungan karakteristik lahan dengan produksi atau kisaran produksi optimal yang ditetapkan.

Guna melihat apakah set kriteria klasifikasi kesesuaian lahan sementara yang dihasilkan sejalan dengan kelas kesesuaian lahan berdasarkan indeks produksi yang dikemukakan FAO (1983), dilakukan verifikasi. Verifikasi

29 dilaksanakan dengan melakukan klasifikasi kesesuaian lahan kembali, menggunakan set kriteria yang disusun. Klasifikasi menggunakan data karakteristik lahan yang ada dan data produksi hasil pengamatan langsung di petak percobaan pada saat penelitian. Klasifikasi kesesuaian lahan dilakukan dengan menggunakan metode faktor pembatas. Bila kelas kesesuaian lahan hasil verifikasi telah sejalan dengan tingkat produksinya dan telah sesuai dengan kelas kesesuaian lahan yang terbentuk berdasarkan potensi produksi klon tanaman dan produksi tertinggi di lokasi penelitian, set kriteria tersebut ditetapkan sebagai kriteria klasifikasi kesesuaian lahan untuk tanaman pisang Cavendishklon DM2 atau Cj20 dengan sistem irigasi drip atau sprinkler yang dikelola secara intensif. Jika belum sesuai maka dilakukan modifikasi kriteria kesesuaian lahan kembali.

Analisis Kelayakan Finansial

Oleh karena faktor biaya produksi dan harga yang relatif tidak stabil, dalam penelitian ini analisis kelayakan finansial dilakukan secara terpisah dari evaluasi lahan berdasarkan karakteristik lahan. Untuk memprediksi kemungkinan dikembangkannya budidaya tanaman pisang Cavendish secara intensif, selanjutnya dilakukan analisis kelayakan finansial pada tingkat produksi tertentu. Kriteria layak atau tidak layaknya usahatani pisang Cavendish secara intensif mengacu pada nilai Benefit Cost Ratio (BCR), Net Present Value (NPV),

Internal Rate of Return (IRR). Benefit Cost Ratio, dihitung untuk mengetahui

besarnya manfaat bersih yang diterima untuk setiap satu rupiah investasi. BCR dihitung dengan rumus:

n n

BCR = { ? Bt/(1+i)t}

/

{ ? Ct/(1+i)t}

t=1 t = 1

Bt = pendapatan pada tahun ke-t

Ct = biaya yang dikeluarkan pada tahun ke-t

i = discount rate yang berlaku pada tahun yang bersangkutan

t = waktu yang dinyatakan dalam tahun

Jika net B/C = 1 maka budidaya pisang Cavendish secara intensif layak diusahakan pada tingkat produksi tersebut, namun jika net B/C < 1 maka tidak layak diusahakan.

Net Present Value, merupakan selisih nilai saat ini dari penerimaan dengan pengeluaran pada tingkat bunga tertentu. NPV dihitung dengan rumus:

n n

NPV = ? Bt/(1+i)t- ? Ct/(1+i)t

t = 1 t = 1

Jika NPV = 0 maka budidaya pisang Cavendish secara intensif layak diusahakan pada tingkat produksi tersebut, namun jika NPV < 0 maka tidak layak diusahakan (Indriani 1993; Rangkuti 2000).

Internal Rate of Return, merupakan tingkat suku bunga dari unit usaha

dalam jangka waktu tertentu yang membuat NPV sama dengan nol (0). Nilai IRR dihitung dengan rumus:

IRR = CFP + { [ PVP/ (PVP-PVN) ] x (CFN – CFP) }

PVP = present value yang bernilai positif

PVN = present value yang bernilai negatif

CFP = discounting faktor yang digunakan menghasilkan NPV positif

CFN = discounting faktor yang digunakan menghasilkan NPV negatif

Jika IRR = discount rate maka budidaya pisang Cavendish secara intensif layak diusahakan pada tingkat produksi tersebut, namun jika IRR < discount rate maka tidak layak diusahakan (Rangkuti 2000; Sutojo 2000).

Untuk analisis kelayakan finansial ini, data komponen biaya yang dikumpulkan meliputi: (1) biaya tenaga kerja (pembibitan, persiapan lahan, penanaman, irigasi, pemupukan, pemeliharaan, dan pemanenan); (2) biaya untuk bahan dan peralatan; dan (3) biaya sarana produksi (bibit, pestisida, herbisida, pupuk). Untuk kepentingan analisis, komponen yang dihitung adalah biaya yang bermanfaat langsung dengan produksi dan bersifat kuantitatif atau yang dapat diuangkan, sedangkan biaya jenis lain seperti pelayanan sosial; nilai tanah; penerimaan sampingan; dan biaya yang manfaatnya bersifat eksternal lainnya tidak dihitung dalam menilai kelayakan usaha budidaya tanaman pisang secara intensif.

Dokumen terkait