• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tanaman Pisang Cavendish Klon CJ20, Sistem Irigasi Sprinkler Tipe penggunaan lahan ini berbeda dengan LUT 1, dalam hal klon

tanaman dan sistem irigasi yang digunakan. LUT 3 menggunakan klon Cj20 dengan produksi 15-40 ton/ha/thn pisang segar. Klon Cj20 tinggi batangnya lebih rendah dibandingkan klon DM2 dan anakannya cenderung tidak mengalami

Sprinkler Rotasi

1 m 1,5 m

14 m

39

floating. Meskipun klon Cj20 memiliki potensi produksi lebih tinggi yaitu 60

ton/ha, namun tingkat rasa manis buahnya lebih rendah (Tabel 7).

Oleh karena klonnya berbeda, waktu pemupukannya juga berbeda dengan klon DM2. Dosis dan waktu pemupukan pisang Cavendish klon Cj20 disajikan pada Tabel 9. Pada klon Cj20 pemberian pupuk terakhir pada umur 32 minggu setelah tanam, sedangkan pada klon DM2 saat berumur 36 minggu setelah tanam. Perbedaan tersebut disebabkan waktu untuk mencapai fase generatif tanaman pisang Cavendish klon Cj20 lebih cepat.

Untuk sistem irigasi dan jarak tanam sama seperti pada LUT 2, yaitu menggunakan sistem irigasi sprinkler dengan jangkauan siram 7 meter dan pola jarak tanam kotak (square) dengan populasi per hektar 2.500 tanaman.

Tabel 9 Dosis dan waktu pemupukan pisang Cavendish klon Cj20

Waktu Aplikasi Urea (45%N) ZA/AS (21%N, 23%S) TSP/SP-36 (46%/ 36% P205) KCl (60% K2O) Kieserite (27%MgO, 23%S) ZnSO4 (22%Zn, 12%S) Dolomite (22%CaO, 23%MgO) Bora x (11% B) MST BST --- gram/tanaman --- -1 300 0 30 25/32 80 2 25 4 1 44 40 6 400 8 2 21 54/69 40 12 3 97 88 14 140 15 2 16 4 45 30/38 88 20 5 151 136 22 25 24 6 70 136 26 400 28 7 151 136 30 140 32 8 70 136 Total 236 443 109/139 880 280 50 1100 2

Keadaan Iklim di Lokasi Penelitian

Berdasarkan data curah hujan selama 23 tahun (Lampiran 6 dan 7) dan hasil analisis data hujan (Tabel 10), tipe iklim daerah penelitian adalah tipe B berdasarkan klasifikasi Schmidt-Fergusson (1951), dengan curah hujan tahunan 1.460-3.289 mm/tahun, rata-rata 2.372 mm/tahun, rata-rata bulan kering 2,2 bulan yaitu Agustus-Oktober, rata-rata bulan basah 8,4 bulan dan curah hujan tertinggi pada bulan Januari. Lokasi penelitian memiliki jumlah hari hujan tahunan 95-200 hari/tahun, dengan rata-rata 144,3 hari/tahun atau 12,0 hari/bulan.

Berdasarkan kriteria hujan Oldeman et al. (1980), daerah penelitian termasuk Zone Agroklimat C3, dengan lama bulan kering rata-rata 3,6 bulan (<100 mm/bulan) dan bulan basah 5,5 bulan (>200 mm/bulan).

Tabel 10 Hasil analisis data curah hujan tahun 1984-2006 di lokasi penelitian

Hasil Analisis Data Curah Hujan Nilai

Rata-rata curah hujan bulanan 197,7 mm

Rata-rata hari hujan bulanan 12,0 hari

Rata-rata lama bulan kering per tahun

Curah hujan = 100 mm1 ) 3,6 bulan

Curah hujan = 60 mm2 ) 2,2 bulan

Curah hujan < 75 mm3,5) 2,8 bulan

Curah hujan = 60 mm berturut-turut4) 2,0 bulan

Curah hujan (p<1/2ETP) 6) 5,0 bulan

Rata-rata lama bulan basah per tahun

Curah hujan = 200 mm1 ) 5,5 bulan

Curah hujan = 100 mm2 ) 8,4 bulan

Nilai Q 2) 0,26

Tipe curah hujan 2) B

Zone Agroklimat 1) C3

1)Oldeman et al. (1980); 2)Schmidt-Fergusson (1951); 3) LREP II (1994); 4) Djaenudin et al. (2003);

5)

41 Daerah penelitian memiliki kelembaban udara 61,2-95,7%, dengan rata-rata selama kurun waktu tahun 1995-2006 sebesar 84,2% (Tabel 11 dan Lampiran 8). Kelembaban udara terendah terjadi pada bulan September-Oktober dan tertinggi Desember-Pebruari.

Suhu udara di lokasi penelitian berkisar 21,9oC-32,7oC dengan suhu udara rata-rata tahunan 27,0 oC (Tabel 11 dan Lampiran 9). Kecepatan angin tertinggi di lokasi penelitian dapat mencapai 6,89 km/jam dengan kecepatan rata-rata 3,05 km/jam atau 8,47 m/detik (Tabel 11, Lampiran 10). Hasil pengukuran evaporasi menggunakan panci kelas A selama tahun 2005-2006 di lokasi penelitian menunjukkan evaporasi rata-rata sebesar 110,0 mm/ bulan dan evaporasi tertinggi terjadi pada bulan September-Oktober.

Tabel 11 Keadaan iklim di lokasi penelitian

Bulan

Suhu udara*) (oC) Kelembaban Udara *) (%)

Evapo- rasi*) (mm/bln) Kece- patan Angin*) (m/dtk)

Pukul (WIB) Pukul (WIB)

07.00 13.00 18.00 07.00 13.00 18.00 Januari 23,6 31,1 29,8 95,4 69,2 70,3 90,1 5,99 Pebruari 24,0 31,2 29,8 95,5 68,9 70,4 85,0 6,73 Maret 23,9 31,6 30,2 95,5 68,8 69,4 95,5 7,44 April 23,8 31,8 30,5 95,7 66,6 66,5 101,4 6,80 Mei 23,9 31,2 30,0 95,4 68,3 68,8 101,8 6,85 Juni 23,4 30,8 29,9 95,6 69,6 70,5 89,1 6,26 Juli 22,8 30,9 29,9 95,5 68,0 68,8 99,1 9,64 Agustus 21,9 31,4 30,4 95,4 67,5 66,0 127,7 11,20 September 22,6 32,7 31,5 94,1 62,0 61,2 152,3 12,01 Oktober 23,6 32,3 31,3 94,2 63,5 63,8 166,4 11,26 Nopember 24,0 31,6 30,8 94,4 65,9 66,2 114,6 9,52 Desember 24,0 31,0 30,0 94,8 68,3 69,2 97,3 7,74 Rata-rata 23,4 31,4 30,3 95,1 67,2 67,6 110,0 8,47

*) Data tahun 2005-2006, diolah.

Berdasarkan hasil perhitungan evapotranspirasi potensial (ETo) menggunakan metode Blaney-Criddle dan curah hujan peluang melampaui 75% (CH75), sebagaimana tersaji pada Tabel 12 dan Lampiran 11, diperoleh nilai LGP

periode pertumbuhan diawali pada saat CH75 > ETo/2 yaitu awal bulan Nopember dan pertumbuhan dianggap berakhir jika CH75 < ETo/2 yaitu akhir bulan Mei. Selama masa periode pertumbuhan tersebut, air dianggap cukup untuk pembenihan, pembibitan dan pertumbuhan tanaman.

Hasil perhitungan juga menunjukan bahwa air curah hujan efektif 90% (lokasi penelitian datar 0-5%) belum cukup untuk menutupi kehilangan air melalui evapotranspirasi tanaman pisang, dengan curah hujan defisit selama 6 bulan yaitu bulan Juni sampai Nopember. Namun demikian air irigasi yang diberikan pada tanaman pisang dapat memenuhi kebutuhan air tersebut (Tabel 12). Perhitungan tersebut dengan asumsi penamanan tanaman pisang dilakukan pada bulan Mei, curah hujan efektif 90%, efisiensi air irigasi 100%. Dalam hal ini tentunya kapasitas memegang air tanah (water holding capacity) dan sifat-sifat tanah yang lain sangat menentukan ketersediaan air bagi tanaman.

Tabel 12 Hasil perhitungan CH75, CHE 90, ETo, ETc, dan defisit/surplus air

Unsur

Bulan

Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agus Sep Okt Nop Des

………. (mm) ……… CH 358 311 320 208 177 102 124 80 69 99 192 334 CH75 271 244 256 151 110 56 69 24 26 44 122 263 ETo 133 120 136 150 155 147 155 152 150 158 153 136 ETo/2 67 60 68 75 78 74 78 76 75 79 77 68 CH75-ETo/2 205 184 187 76 32 -18 -9 -52 -49 -35 45 195 CHE90 244 220 230 136 99 50 62 22 23 40 110 237 Kc tan pisang 1,00 0,95 0,80 0,75 0,45 0,45 0,70 0,80 0,80 1,00 1,10 1,00 ETc 133 114 109 113 70 66 109 122 120 158 168 136 CHE90-ETc 111 105 121 24 29 -16 -47 -100 -97 -118 -59 100 Air irigasi 31 28 31 30 93 90 93 124 120 124 90 31 Defisit/surplus air 142 133 152 54 122 74 46 24 23 6 31 131

Klasifikasi Tanah di Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian berada pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Way Kambas, dengan kondisi aliran air secara umum bertipe Meander dengan ciri khas aliran lambat. Terdapat rawa-rawa di sepanjang sungai Way Kambas; dengan pola drainase dendritik, kerapatan cukup, variasi sedang. Topografi berombak (2-8 %,

43 0-50 m) dengan amplitudo relief rendah, variasi rendah, dan bentuk lereng cembung (convex).

Menurut Dai et al. (1989), tanah di sekitar lokasi penelitian merupakan hasil pelapukan batuan yang telah lanjut; berbahan induk dasit, liparit, dan sandstone; yang terbentuk dari bahan tuff masam dan bahan sedimen felsik pada zaman kuarter dengan formasi Qlv. Berdasarkan peta tanah LREP II lembar Tanjungkarang skala 1:250.000, tanah yang dominan di sekitar lokasi penelitian adalah great group Kanhapludult (60%), Dystropept (30%), dan

Tropaquept (10%). Tanah umumnya bertekstur halus, drainase baik, dengan

kandungan Kalium total (ekstrak HCl 25%) pada bagian topsoil sedang dan

subsoil sangat rendah. P total (ekstrak HCl 25%) pada topsoil rendah dan

subsoil sangat rendah, dengan pH masam.

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan dan hasil analisis laboratorium terhadap sifat morfologi, fisika, dan kimia tanah di areal perkebunan tempat penelitian dilaksanakan, terdapat dua subgroup tanah yaitu Xanthic

Eutrustox dan Plinthic Eutrustox. Hasil deskripsi profil tanah dan analisis sifat

kimia tanah profil disajikan pada Lampiran 12 dan 13.

Lapisan atas tanah di lokasi penelitian memenuhi persyaratan sebagai epipedon okrik, karena mengandung bahan organik lebih dari 1 persen, tebal >18 cm, kejenuhan basa > 50%, warna value lebih dari 3,5 lembab, dan keras bila kering. Meskipun demikian lapisan atas tanahnya telah diolah secara intensif, melalui pemberian bahan organik, pemupukan, dan pengapuran. Pada lapisan bawah terdapat horison oksik dengan tebal >30 cm, kandungan liat >15%, KTK efektif = 12 me/100 g, KTK NH4Oac pH 7 = 16 me/100 g liat, tidak memenuhi syarat horison argilik, serta kandungan mineral mudah lapuk rendah (<10%).

Tanah di lokasi penelitian termasuk ordo Oxisol karena memiliki horison oksik pada kedalaman kurang dari 1,5 m dan tidak memiliki horison argilik. Selanjutnya karena tanah memiliki kejenuhan basa NH4Oac >35 % di seluruh kedalaman <125 cm dari permukaan tanah dengan regim kelembaban ustik (kering lebih dari 90 hari secara kumulatif setiap tahun), maka tanah tersebut digolongkan dalam group Eutrustox.

Pada tanah subgroup Xanthic Eutrustox hampir seluruh kedalaman

antara 25 dan 125 cm dari permukaan tanah mempunyai hue 7,5 YR atau lebih kuning dengan value lembab 6 atau lebih, sedangkan pada tanah subgroup

Plinthic Eutrustox terdapat banyak plintit di kedalaman <125 cm dari permukaan tanah.

Suhu tanah di lokasi penelitian termasuk dalam regim isohipertermik yaitu suhu tanah rata-rata tahunan lebih dari 22oC pada kedalaman 50 cm dari permukaan dan perbedaan rata-rata suhu tanah pada bulan terdingin dan terpanas kurang dari 5 oC. Data suhu tanah rata-rata bulanan pada berbagai kedalaman di lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 19. Pada pagi hari suhu permukaan tanah rata-rata berkisar antara 26-27oC dan semakin meningkat dengan bertambahnya kedalaman. Pada siang hari dan sore hari suhu tanah lebih tinggi dari pagi hari mengikuti suhu udara, sedangkan suhu pada kedalaman 100 cm dari permukaan relatif konstan rata-rata berkisar 29-30oC.

Warna tanah pada subgroup Xanthic Eutrustox berkisar dari warna kuning (2,5 Y 7/8) hingga kuning kemerahan (7,5 YR 7/6) dan warna coklat gelap keabuan (2,5 Y 4/2) pada permukaan. Pada tanah subgroup Plinthic Eutrustox

berwarna merah terang (2,5 YR 6/6) hingga kuning kemerahan (7,5 YR 6/8) dan warna coklat tua (7,5 YR 5/6) pada permukaan. Warna gelap di horison permukaan lebih disebabkan oleh kandungan bahan organik yang tinggi, sedangkan warna kuning dan merah pada horison di bawahnya banyak dipengaruhi kandungan Fe, serta faktor drainase tanah.

Struktur tanah pada horison atas umumnya granular berukuran sedang dengan tingkat perkembangan lemah sampai cukup, sedangkan pada horison di bawahnya berstruktur gumpal membulat berukuran halus dengan tingkat perkembangan lemah. Konsistensi tanah umumnya sedikit lekat semakin ke bawah semakin lekat, tidak plastis semakin ke bawah menjadi sedikit plastis, gembur pada permukaan dan semakin ke bawah semakin teguh, serta memiliki ciri khas yaitu keras jika kering, terutama pada tanah subgroup Xanthic Eutrustox.

Pada tanah subgroup Plinthic Eutrustox terdapat banyak plintit berwarna merah (2,5 YR 5/8) kadang-kadang bercampur kuarsa pada kedalaman 100 cm dan di lapisan bawahnya banyak konkresi berbentuk kerikil kompak kontinyu berwarna merah-merah gelap (2,5 YR 4/6-3/6). Tekstur tanah umumnya didominasi oleh fraksi pasir dan liat dengan kandungan debu yang rendah. Kandungan pasir lebih dari 50% dengan kelas tekstur liat berpasir pada horison permukaan dan lempung liat berpasir pada horison di bawahnya. Meskipun

45 terjadi peningkatan kandungan liat, tetapi tidak memenuhi syarat sebagai horison argilik.

Hasil analisis tanah sampai kedalaman 50 cm menunjukkan sifat fisik tanah di lokasi penelitian cukup bervariasi, meskipun antar kedua subgroup tanah relatif sama. Bobot isi tanah berkisar 1,05-1,57 g/cm3, ruang pori total berkisar 36,25-58,93%, dan ruang pori air tersedia berkisar 4,20-12,73%. Permeabilitas tanah umumnya agak lambat sampai cepat, yaitu berkisar 2,61-17,46 cm/jam. Begitu juga dengan sifat kimia tanahnya cukup bervariasi terutama pada lapisan permukaan (0-25 cm). Tanah umumnya bersifat sangat masam sampai netral dengan pH berkisar 4,40-7,30, dengan kandungan P-tersedia yang sangat rendah sampai sangat tinggi (5,02-89,90 ppm) dan kandungan C-organik sangat rendah sampai sedang (0,94-2,12%). Keberagaman sifat fisik dan kimia tanah tersebut diduga lebih disebabkan kegiatan pengolahan tanah, pemupukan, pemberian bahan organik, dan kegiatan pengelolaan lahan lainnya yang diterapkan di lokasi penelitian.

Dokumen terkait