• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman pisang cavendish yang dikelola secara intensif di Way Kambas Lampung Timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman pisang cavendish yang dikelola secara intensif di Way Kambas Lampung Timur"

Copied!
252
0
0

Teks penuh

(1)

KRITERIA KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN

PISANG CAVENDISH YANG DIKELOLA SECARA INTENSIF

DI WAY KAMBAS LAMPUNG TIMUR

A N S Y O R I

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Pisang Cavendish yang Dikelola secara Intensif Di Way Kambas Lampung Timur adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Bogor, Agustus 2009

(3)

ABSTRACT

ANSYORI. The Criteria of Land Suitability for Intensively Managed Cavendish Banana Crop in Way Kambas East Lampung. Under direction of SUDARSONO, ROEDHY POERWANTO, and DARMAWAN

Banana as one of the pre-eminent products of horticultural crop has a very important role in the growth of agricultural sector in Indonesia. This research was aimed to find out the land characteristics that influence the Cavendish banana crop yield; to determine the correlation between the factors of land utilization type, soil sub-group, land slope, and land characteristics as well as the banana crop yield; to propose revised the criteria of land suitability classification for the land utilization type of Cavendish banana crop with intensive management which has been tested based on the production rate in the field; to propose some recommendations on the improvement of land management; and also to know the financial feasibility of Cavendish banana cultivation. For this purpose, there were 36 observation land units specifically designed by considering such factors as soil sub-group, land slope, land utilization type, and land productivity level. At each observation land unit, the land utilization type and land characteristics were indentified. The criteria of land suitability for intensively managed Cavendish banana crop were arranged in accordance to land characterics which were relevant and influenting the productivity. The influence of land utilization type, soil sub-group,and slope were verified with variance analysis and orthogonal comparison test. The relation between land characteristics and production was tested with correlation and regression analysis. The results of some statistical tests were contrasted and then selected as the basis to develop the criteria of land suitability classification for Cavendish banana crop which was intensively managed. The research findings indicated that the varied production of Cavendish banana in research field was affected by the land utilization type (the variety of banana clone and the irrigation system employed), soil sub-group, and land characteristics as well. The productivity level of banana was significantly influenced and determined by the land characteristics of soil bulk density, cation exchange capacity, permeability, total of porosity, exchangeable sodium percentage, soil textural class, and soil erodibility. The improvement of fertilization mechanism and soil tillage is necessary carried out to increase the banana crop yields in the research field. With the local price of the product, and at the production rate average at the research area, the intensively managed cultivation of Cavendish banana was very profitable.

(4)

RINGKASAN

ANSYORI. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Pisang Cavendish yang Dikelola secara Intensif di Way Kambas Lampung Timur. Dibimbing oleh SUDARSONO, ROEDHY POERWANTO, dan DARMAWAN.

Pisang sebagai salah satu produk unggulan tanaman hortikultura, mempunyai peranan penting dalam perkembangan sektor pertanian. Kegiatan intensifikasi dan ekstensifikasi untuk mencapai produktivitas optimal akan dapat dilakukan dengan baik, apabila melalui tahap evaluasi lahan dengan kriteria yang mencerminkan persyaratan tumbuh untuk berproduksinya suatu tanaman secara optimal. Kriteria kesesuaian lahan yang telah ada di Indonesia masih bersifat umum, disusun berdasarkan kompilasi data dan pengalaman empiris dengan mengacu pada publikasi dari luar negeri. Bertitik tolak dari hal tersebut maka untuk perbaikan kriteria kesesuaian lahan yang telah ada diperlukan penelitian tentang kriteria kesesuaian lahan yang didasarkan pada tingkat produksi untuk beberapa tipe penggunaan lahan tanaman pisang Cavendish yang dikelola secara intensif.

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari karakteristik lahan yang berpengaruh terhadap produksi pisang Cavendish; mempelajari hubungan faktor-faktor tipe penggunaan lahan (LUT), subgroup tanah, dan kemiringan lahan dengan karakteristik lahan dan produksi tanaman pisang; mengajukan kriteria klasifikasi kesesuaian lahan untuk tipe penggunaan lahan tanaman pisang Cavendish dengan pengelolaan intensif yang telah diuji berdasarkan tingkat produksi di lapangan; mengajukan rekomendasi perbaikan teknik pengelolaan lahan; serta mempelajari kelayakan finansial budidaya tanaman pisang Cavendish yang dikelola secara intensif di Way Kambas, Kabupaten Lampung Timur.

Secara umum penelitian dilaksanakan dalam tiga tahap kegiatan, yaitu (1) kegiatan pengumpulan data meliputi: penentuan satuan lahan pengamatan, identifikasi LUT, karakterisasi lahan, dan pengamatan komponen produksi di lapangan; (2) kegiatan analisis kesesuaian lahan dan penyusunan kriteria kesesuaian lahan yang baru; dan (3) kegiatan analisis kelayakan finansial. Guna mencapai tujuan dan menjawab hipotesis yang diajukan, disusun satuan lahan pengamatan (SLP) sebanyak 36 unit lahan berdasarkan pada beberapa kombinasi faktor subgroup tanah, kemiringan lahan, LUT, dan tingkat produktivitas lahan. Selanjutnya pada setiap SLP dilakukan karakterisasi lahannya.

(5)

penelitian telah sesuai untuk tanaman pisang Cavendish. Beberapa karakteristik lahan juga telah dapat diatasi oleh pengelolaan lahan yang diterapkan di lokasi penelitian, sehingga tidak lagi menjadi faktor pembatas bagi tanaman pisang yang dikelola secara intensif untuk berproduksi secara optimal. Karakteristik lahan tersebut antara lain: suhu udara, ketinggian tempat, drainase tanah, ancaman bahaya banjir, rata-rata curah hujan tahunan, lama bulan kering, length

of growing period (LGP), ruang pori air tersedia, kedalaman efektif tanah,

fragmen bahan kasar, kandungan unsur hara makro (N, P, K, Ca, dan Mg), kandungan unsur hara mikro (Fe, Cu, Zn, dan Mn), kejenuhan basa, pH-H2O, C-organik, salinitas, dan nisbah %(pasir+debu)/%liat.

Kelas kesesuaian lahan yang dihasilkan berdasarkan kriteria CSR/FAO (1983), Sys et al. (1993), LREP II (1994), dan Djaenudin et al. (2003), tidak sesuai dengan tingkat produksi pisang hasil percobaan di lapangan, sehingga perlu dibangun kriteria kesesuaian lahan yang baru. Kriteria yang dibangun dengan cara yang lebih sederhana untuk lahan-lahan di lokasi penelitian dan daerah lain yang memiliki karakteristik lahan yang hampir sama, yaitu antara lain tanah ordo Oxisol dengan kemiringan lahan 0-4%. Kriteria klasifikasi kesesuaian lahan digunakan untuk LUT yang spesifik, dengan tanaman pisang Cavendish klon DM2 atau Cj20, bibit berasal dari kultur jaringan, setelah panen tanaman diganti dengan tanaman yang baru tanpa memelihara anakan, menggunakan sistem irigasi drip atau sprinkler, yang dikelola secara intensif dengan melakukan pemupukan, pengapuran, pemberian bahan organik, pengendalian organisme pengganggu tanaman, menggunakan alat-alat mekanik, dan pada lahan yang telah dibuat saluran drainase.

Keragaman produksi tanaman pisang Cavendish di lokasi penelitian dipengaruhi oleh LUT (keragaman klon tanaman dan sistem irigasi yang digunakan), subgroup tanah, serta karakteristik lahan. Lahan tanaman pisang Cavendish yang dikelola secara intensif menggunakan klon DM2 dengan sistem irigasi drip (lahan LUT1) produksinya lebih tinggi dibandingkan lahan LUT2 (klon DM2, sistem irigasi sprinkler) dan lahan LUT3 (klon Cj20, sistem irigasi sprinkler). Secara umum SLP yang dibentuk subgroup tanah Plinthic Eutrustox di lokasi penelitian memiliki tingkat produksi pisang Cavendish yang lebih baik dibandingkan SLP dengan tanah subgroup Xanthic Eutrustox. Pengaruh faktor kemiringan lahan 0-4% secara umum tidak banyak pengaruh terhadap komponen produksi tanaman pisang Cavendish, namun pengaruh faktor kemiringan lahan berinteraksi dengan LUT yang diterapkan.

Kriteria klasifikasi kesesuaian lahan yang dibangun dalam penelitian ini bersifat fisik kuantitatif, yang terdiri dari dua cara, yaitu kriteria klasifikasi berdasarkan karakteristik lahan dan kriteria klasifikasi berdasarkan dugaan tingkat produksi. Kriteria klasifikasi berdasarkan karakteristik lahan disusun oleh beberapa karakteristik lahan yang sejalan dengan produksi, sehingga kelas kesesuaian yang dihasilkan menggambarkan besarnya produksi tanaman pisang buah segar (ton/ha/thn). Kriteria klasifikasi terdiri dari empat kelas, yaitu sangat sesuai (S1), cukup sesuai (S2), kurang sesuai (S3), dan tidak sesuai (N). Penilaian kelas kesesuaian ditetapkan menggunakan metode faktor penghambat maksimum atau hukum minimum.

Kriteria klasifikasi berdasarkan dugaan tingkat produksi, disusun berdasarkan tingkat produksi yang diduga dari persamaan regresi bertatar

(stepwise) atau regresi berganda menggunakan beberapa peubah atau

(6)

produksinya menurut potensi produksi dan standar produksi tertinggi di lokasi penelitian.

Tingkat produksi pisang Cavendish berhubungan erat dengan karakteristik lahan bobot isi, kapasitas tukar kation (KTK ) tanah, permeabilitas tanah, ruang pori total, KTK liat, ESP (exchangeable sodium percentage), tekstur tanah, dan erodibilitas tanah. Karakteristik lahan yang sangat berpengaruh terhadap produksi dan menjadi pembeda kelas dalam kriteria kesesuaian lahan untuk lahan LUT1 adalah bobot isi tanah dan KTK liat; untuk lahan LUT2 adalah bobot isi tanah, KTK tanah, dan permeabilitas tanah; sedangkan untuk lahan LUT3 adalah bobot isi tanah dan permeabilitas tanah.

Perbaikan tata laksana pemupukan dan pengolahan tanah perlu dilakukan, guna meningkatkan produksi pisang di lokasi penelitian. Perbaikan tata laksana pengolahan tanah antara lain dengan memperbesar lubang tanam, menerapkan sistem olah minimum dengan pemberian mulsa organik, serta penggunaan tipe alat olah tanah yang baik dan pengolahan tanah dilakukan pada kadar air tanah yang tepat. Pemberian pupuk organik kulit ubikayu dan pembenaman serasah tanaman pisang di lokasi penelitian perlu dipertahankan bahkan ditingkatkan, serta diikuti dengan teknik konservasi tanah dan air yang lebih baik, seperti pembuatan rorak dan sistem rotasi tanaman. Penggunaan sistem irigasi drip di lokasi penelitian lebih dianjurkan dibandingkan sistem irigasi sprinkler.

Hasil perhitungan NPV pada seluruh tipe penggunaan lahan yang diterapkan di lokasi penelitian pada tingkat produksi rata-rata dengan tingkat suku bunga pinjaman 13% per tahun bernilai positif (>0). Berdasarkan kriteria nilai NPV tersebut pada tingkat produksi rata-rata di petak percobaan saat penelitian dilakukan, budidaya tanaman pisang Cavendish yang dikelola secara intensif layak untuk diusahakan. Selain itu berdasarkan kriteria besarnya net BCR yang diperoleh >1, maka budidaya tanaman pisang Cavendish yang dikelola secara intensif pada tingkat produksi rata-rata di lokasi penelitian layak untuk diusahakan. Pada tingkat produksi rata-rata di lokasi penelitian nilai IRR untuk LUT1 adalah 97,87%, untuk LUT2 sebesar 43,50%, dan untuk LUT3 sebesar 63,29%. Nilai tersebut menunjukkan kemampuan dari usaha untuk mengembalikan modal yang digunakan jauh lebih besar dari tingkat suku bunga yang harus dibayar saat usaha dilakukan yaitu 13% per tahun. Berdasarkan hal tersebut di atas maka budidaya tanaman pisang Cavendish yang dikelola secara intensif di lokasi penelitian layak untuk diusahakan. Pada tingkat produksi rata-rata untuk masing-masing LUT di lokasi penelitian, budidaya tanaman pisang Cavendish pada lahan LUT1 lebih menguntungkan dibandingkan LUT lainnya.

(7)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2008 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebut sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

(8)

KRITERIA KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN

PISANG CAVENDISH YANG DIKELOLA SECARA INTENSIF

DI WAY KAMBAS LAMPUNG TIMUR

A N S Y O R I

Disertasi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada

Program Studi Ilmu Tanah

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(9)

Penguji pada Ujian Tertutup : Prof. Dr. Ir. Budi Mulyanto, M.Sc. Dr. Ir. Iskandar

(10)

Judul Disertasi : Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Pisang Cavendish yang Dikelola secara Intensif di Way Kambas Lampung Timur

Nama : A n s y o r i

NIM : A261030031

Disetujui Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Sudarsono, M.Sc. Ketua

Prof. Dr. Ir. Roedhy Poerwanto, M.Agr. Dr. Ir. Darmawan, M.Sc.

Anggota Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Ilmu Tanah

Dr. Ir. Atang Sutandi, M.S. Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, M.S.

(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan dari bulan Januari 2007 sampai September 2008 ini ialah evaluasi lahan tanaman pisang, dengan judul Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Pisang Cavendish yang Dikelola secara Intensif di Way Kambas

Lampung Timur.

Sebagian dari isi disertasi ini telah diterima dan disetujui untuk diterbitkan pada jurnal nasional terakreditasi yaitu Jurnal Tanah Tropika (Journal of Tropical

Soils). ISSN 0852-257X tahun 1995, terakreditasi sejak tahun 1998 dan

reakreditasi terakhir SK No.108/DIKTI/KEP/2007 tanggal 23 Agustus 2007. Terima kasih penulis ucapkan kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian dan penulisan disertasi ini: 1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sudarsono, M.Sc. selaku Ketua Komisi Pembimbing yang

telah banyak memberikan ide dan saran sejak awal penyusunan karya ilmiah ini, serta Bapak Prof. Dr. Ir. Roedhy Poerwanto, M.Agr. dan Bapak Dr. Ir. Darmawan, M.Sc. selaku pembimbing yang telah banyak memberikan pengarahan sejak penyusunan proposal, pelaksanaan penelitian, dan penulisan disertasi.

2. Prof. Dr. Ir. Budi Mulyanto, M.Sc. dan Dr. Ir. Iskandar, sebagai Penguji Luar Komisi dalam Ujian Tertutup, serta Dr. Ir. H. Djadja Subardja Sutaatmadja, M.Sc. dan Dr. Ir. Suwardi sebagai Penguji Luar Komisi dalam Ujian Terbuka. 3. Departemen Pendidikan Nasional RI, melalui Rektor dan Dekan Sekolah

Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, diucapkan terimakasih atas pemberian beasiswa BPPS untuk kelangsungan studi.

4. Bapak Soetjipto beserta staf karyawan PT. Nusantara Tropical Fruit di Way Kambas Kabupaten Lampung Timur, yang telah memberikan izin lokasi dan membantu selama pengumpulan data.

(12)

6. Ketua Yayasan Tri Dharma Lampung, serta seluruh Civitas Akademika Sekolah Tinggi Perkebunan (STIBUN) Lampung atas segala dukungan dan kerjasama yang baik selama penulis melaksanakan pendidikan.

7. Ayah, ibu, isteriku, anak-anakku, kakakku Ir. Hi. Muhibatullah, MM., Abdullah, ST., dan Ir. Khairil Yamin, adikku Elly Purnama Sari, SE. dan Ir. Indra Gunawan, M.Si. serta seluruh keluarga atas segala dukungan dan do’a, serta kasih sayangnya.

8. Seluruh rekan-rekan mahasiswa Sekolah Pascasarjana IPB atas kebersamaannya dan semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat dan tercatat sebagai amal ibadah kita semua.

(13)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjungkarang pada tanggal 29 Maret 1968, putra keempat dari enam bersaudara Hi. Ibrahim Issi dan Hj. Hayati Helmi. Pada tahun 1995 penulis menikah dengan Ir. Nuryani dan telah dikaruniai empat orang anak yang bernama Aminah Zahra’, Ammar Za’im, Inas Dzakirah, dan ‘Azzah Nabila Hanifah.

Pendidikan sarjana ditempuh di Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Lampung, lulus tahun 1990. Pada tahun 1995, penulis diterima di Program Studi Ilmu Tanah pada Program Pascasarjana IPB dan menamatkannya dengan memperoleh gelar Magister Sains pada tahun 1998. Kesempatan untuk melanjutkan ke program doktor di Program Studi Ilmu Tanah pada Sekolah Pascasarjana IPB diperoleh pada tahun 2003, dengan beasiswa BPPS dari Dirjen Dikti Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia.

(14)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ………... xii

DAFTAR GAMBAR ………... xv

DAFTAR LAMPIRAN ...………....………...…. xvi

PENDAHULUAN ………...………. 1

Latar Belakang ... .………... 1

Tujuan Penelitian ………... 5

Manfaat Penelitian ………... 6

Hipotesis ………... 6

TINJAUAN PUSTAKA ………...………... 7

Persyaratan Tumbuh Tanaman Pisang ... …………... 7

Prinsip Dasar Evaluasi Lahan ...………... 9

Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Pisang ... 10

Kesesuaian Lahan Aktual dan Potensial... 12

Analisis Kelayakan Finansial ... 14

BAHAN DAN METODE ...…………...……….... 16

Waktu dan Lokasi Penelitian ………...…….... 16

Metode Penelitian ………... 16

Pembentukan Satuan Lahan Pengamatan ………... 18

Identifikasi Tipe Penggunaan Lahan ………. 22

Karakterisasi Lahan ………. 22

Pengamatan Komponen Produksi di Lapangan ...…... 26

Klasifikasi Kesesuaian Lahan berdasarkan Kriteria yang Ada... 26

Penyusunan Kriteria Kesesuaian Lahan yang Baru………. 27

Analisis Kelayakan Finansial ………...………... 29

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN ....…………...……….... 31

Tipe Penggunaan Lahan dan Teknik Budidaya di Lokasi Penelitian.... 31

Keadaan Iklim di Lokasi Penelitian……….... 40

(15)

Karakteristik Lahan di Lokasi Penelitian ………. 46

Hubungan Faktor Penyusun SLP dengan Karakteristik Lahan ... 62

Hubungan Subgroup Tanah dengan Karakteristik Lahan ... 63

Hubungan Kemiringan Lahan dengan Karakteristik Lahan ... 66

Hubungan LUT dengan Karakteristik Lahan ... 67

Produktivitas Lahan di Lokasi Penelitian ………... 71

Pengaruh Klon Tanaman terhadap Produksi ... 74

Pengaruh Sistem Irigasi terhadap Produksi ... 79

Pengaruh Subgroup Tanah dan Lereng terhadap Produksi .... 81

Hubungan Karakteristik Lahan dengan Produksi ... 82

Klasifikasi Kesesuaian lahan ... 85

Klasifikasi Kesesuaian Lahan berdasarkan Kriteria yang Ada .. 85

Klasifikasi Kesesuaian Lahan berdasarkan Produksi ... 88

Klasifikasi Kesesuaian Lahan berdasarkan Kriteria yang Ada vs Produksi ... 91

Kriteria Klasifikasi Kesesuaian Lahan Modifikasi ... 94

Kriteria Klasifikasi berdasarkan Karakteristik Lahan ... 95

Kriteria Klasifikasi Kesesuaian Lahan berdasarkan Dugaan Tingkat Produksi ... 103

Kelas Kesesuaian Lahan berdasarkan Kriteria yang Baru ... 105

Alternatif Perbaikan Pengelolaan Lahan ... 107

Kelebihan dari Kriteria yang Dibangun ... 111

Kelayakan Finansial Budidaya Pisang secara Intensif………. 113

KESIMPULAN DAN SARAN ……… 118

Kesimpulan ...……….. 118

Saran ... ………. 119

DAFTAR PUSTAKA ………. 120

(16)

DAFTAR TABEL

Halaman 1 Kualitas/karakteristik lahan untuk klasifikasi kesesuaian lahan

tanaman pisang ………. 13

2 Kombinasi faktor-faktor pembentuk SLP di lokasi penelitian ... 21 3 Karakteristik lahan yang dikumpulkan berdasarkan beberapa

kriteria ... 23 4 Sifat fisik dan kimia tanah yang dianalisis, serta metodenya ... 25 5 Atribut tipe penggunaan lahan di lokasi penelitian ... 32 6 Aktivitas budidaya tanaman pisang Cavendish secara intensif ... 34 7 Deskripsi tanaman pisang Cavendish klon DM2 dan Cj20 ... 35 8 Dosis dan waktu pemupukan pisang Cavendish klon DM2 ... 36 9 Dosis dan waktu pemupukan pisang Cavendish klon Cj20 ... 39 10 Hasil analisis data curah hujan tahun 1984-2006 di lokasi

penelitian ... 40

11 Keadaan iklim di lokasi penelitian ………. 41

12 Hasil perhitungan CH75, CHE 90, ETo, ETc, dan defisit/surplus

air ………. 42

13 Karakteristik lahan penentu kualitas media perakaran pada SLP yang terbentuk dari LUT di lokasi penelitian ... 54 14 Karakteristik lahan penentu ketersediaan hara pada SLP yang

terbentuk dari LUT di lokasi penelitian ... 55 15 Rata-rata jumlah hara tersedia pada SLP di lokasi penelitian ... 56 16 Rata-rata sisa hara tanah pada SLP di lokasi penelitian ... 56 17 Karakteristik lahan penentu retensi hara pada SLP yang terbentuk

dari LUT di lokasi penelitian ... 59 18 Karakteristik lahan penentu toksisitas pada SLP yang terbentuk

dari LUT di lokasi penelitian ... 60 19 Karakteristik lahan penentu potensi mekanisasi pada SLP yang

terbentuk dari LUT di lokasi penelitian ... 61 20 Karakteristik lahan penentu bahaya erosi pada SLP yang

terbentuk dari LUT di lokasi penelitian ... 63 21 Perbedaan karakteristik Lahan pada SLP yang dibentuk oleh sub

group tanah Xanthic Eutrustox dan Plinthic Eutrustox... 64 22 Perbedaan karakteristik lahan pada SLP yang dibentuk oleh

kemiringan lahan 0-2% dan 2-4%... 66 23 Perbedaan karakteristik lahan pada SLP yang dibentuk oleh LUT

(17)

dan bobot buah per tandan ... 75 25 Hasil uji perbandingan ortogonal terhadap bobot buah bermutu

dan jumlah sisir ... 76 26 Hasil uji perbandingan ortogonal terhadap jumlah sisir bermutu

dan jumlah buah per sisir ... 77 27 Hasil uji perbandingan ortogonal terhadap bobot buah per sisir

dan umur shooting ... 78 28 Nilai koefisien korelasi antara karakteristik lahan dengan produksi

pada SLP yang dibentuk oleh LUT di lokasi penelitian ... 83 29 Kelas kesesuaian lahan berdasarkan kriteria yang ada... 87 30 Kriteria kesesuaian lahan berdasarkan potensi produksi tanaman

pisang Cavendish pada klon DM2 dan Cj20 ... 89 31 Kelas kesesuaian lahan berdasarkan potensi produksi sebagai

acuan ... 89 32 Kriteria kesesuaian lahan pisang Cavendish berdasarkan tingkat

produksi tertinggi di lokasi penelitian sebagai acuan ... 91 33 Kelas kesesuaian lahan berdasarkan dan tingkat produksi

tertinggi di lokasi penelitian... 92 34 Kelas kesesuaian lahan berdasarkan kriteria yang ada dan tingkat

produksi... 93 35 Hasil analisis regresi karakteristik lahan dengan produksi pisang

pada lahan LUT1... 96 36 Hasil analisis regresi karakteristik lahan dengan produksi pisang

pada lahan LUT2 ... 97 37 Hasil analisis regresi karakteristik lahan dengan produksi pisang

pada lahan LUT3 ... 98 38 Karakteristik lahan yang berhubungan erat dan berpengaruh

nyataterhadap produksi pisang Cavendish di lokasi penelitian ... 99 39 Kriteria kesesuaian lahan tanaman pisang Cavendish klon DM2

dengan sistem irigasi drip (LUT1) berdasarkan produksi tertinggi di lokasi penelitian ... 101 40 Kriteria kesesuaian lahan tanaman pisang Cavendish klon DM2

dengan sistem irigasi drip (LUT1) berdasarkan potensi produksi ... 101 41 Kriteria kesesuaian lahan tanaman pisang Cavendish klon DM2

dengan irigasi sprinkler (LUT2) berdasarkan tingkat produksi tertinggi di lokasi penelitian ...

101

42 Kriteria kesesuaian lahan tanaman pisang Cavendish klon DM2 dengan sistem irigasi sprinkler (LUT2) berdasarkan potensi produksi... 102 43 Kriteria kesesuaian lahan tanaman pisang Cavendish klon Cj20

(18)

44 Kriteria kesesuaian lahan tanaman pisang Cavendish klon Cj20 dengan sistem irigasi sprinkler (LUT3) berdasarkan potensi produksi ... 102 45 Persamaan untuk pendugaan produksi pisang Cavendish di lokasi

penelitian ... 104

46 Kriteria kesesuaian lahan tanaman pisang Cavendish

berdasarkan tingkat produksi tertinggi di lokasi penelitian sebagai acuan ... 105

47 Kriteria kesesuaian lahan tanaman pisang Cavendish

berdasarkan potensi produksi sebagai acuan ... 105 48 Hubungan kelas kesesuaian lahan dan dugaan produksi dengan

produksi pisang pada LUT1 di lokasi penelitian... 106 49 Hubungan kelas kesesuaian lahan dan dugaan produksi dengan

produksi pisang pada LUT2 di lokasi penelitian ... 106 50 Hubungan kelas kesesuaian lahan dan dugaan produksi dengan

(19)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Peta lokasi penelitian ... 17 2 Bagan alir kegiatan penelitian... 19 3 Jarak penanaman dengan sistem irigasi drip ... 37 4 Jarak penanaman dengan sistem irigasi sprinkler ………..

38 5 Hubungan jumlah air hujan, air irigasi, dan evapotranspirasi untuk

tanaman pisang yang ditanam bulan (a) Januari; (b) Februari; (c) Maret; (d) April; (e) Mei; dan (f) Juni ... 51 6 Hubungan jumlah air hujan, air irigasi, dan evapotranspirasi untuk

tanaman pisang yang ditanam bulan (h) Juli; (i) Agustus; (j) September; (k) Oktober; (l) Nopember; dan (m) Desember ……… 52 7 Hubungan subgroup tanah, lereng, dan LUT terhadap: (a)

produksi per hektar dan (b) Bobot buah per tandan ... 72 8 Hubungan subgroup tanah, lereng, dan LUT terhadap: (c) bobot

buah bermutu dan (d) jumlah sisir per tandan ... 72 9 Hubungan subgroup tanah, lereng, dan LUT terhadap: (e) jumlah

sisir per tandan dan (f) Jumlah buah per sisir ... 73 10 Hubungan subgroup tanah, lereng, dan LUT terhadap: (g) bobot

(20)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Kriteria klasifikasi kesesuaian lahan untuk tanaman pisang

menurut CSR/FAO (1983) ... 125

2 Kriteria klasifikasi kesesuaian lahan untuk tanaman pisang menurut Sys et al. (1993) ... 126

3 Kriteria klasifikasi kesesuaian lahan untuk tanaman pisang menurut LREP II (1994) ... 127

4 Kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman pisang (Musa acuminata COLLA) menurut Djaenudin et al. (2003)……… 128

5 Kriteria penilaian sifat-sifat kimia tanah (PPT 1983) ... 129

6 Curah hujan rata-rata bulanan di lokasi penelitian ………..… 130

7 Hari hujan rata-rata bulanan di lokasi penelitian ………....….. 131

8 Kelembaban udara rata-rata bulanan di lokasi penelitian... 132

9 Suhu udara rata-rata bulanan di lokasi penelitian... 133

10 Kecepatan angin mingguan saat penelitian di lokasi penelitian ... 134

11 Penetapan evapotranspirasi potensial (ETo) lokasi penelitian dengan metode Blaney-Criddle ... 135

12 Uraian morfologi profil tanah di lokasi penelitian ……….. 136

13 Data hasil analisis laboratorium sifat fisik dan kimia profil tanah … 138 14 Karakteristik lahan pada setiap SLP di lokasi penelitian ……….... 139

15 Karakteristik lahan di lokasi penelitian dan kebutuhan optimum tanaman pisang ... 145

16 Karakteristik tanah SLP pada kedalaman 0-25 cm ... 146

17 Karakteristik tanah SLP pada kedalaman 25-50 cm ... 147

18 Kisaran nilai karakteristik tanah di lokasi penelitian ... 148

19 Suhu tanah rata-rata bulanan di lokasi penelitian ………... 149

20 Perhitungan nilai erodibilitas tanah (K) ....……….. 151

21 Prediksi erosi dan tingkat bahaya erosi ...……….. 153

22 Hasil uji perbandingan ortogonal data tanah kedalaman 0-25 cm.. 155

23 Hasil uji perbandingan ortogonal data tanah kedalaman 25-50 cm... 159

24 Hasil uji perbandingan ortogonal data karakteristik lahan ... 163

(21)

28 Koefisien korelasi antar komponen produksi pada LUT2 ... 168

29 Koefisien korelasi antar komponen produksi pada LUT3 ... 168

30 Hasil analisis ragam data produksi per hektar ... 169

31 Hasil analisis ragam data bobot buah per tandan ... 169

32 Hasil analisis ragam data bobot buah per tandan bermutu ... 170

33 Hasil analisis ragam data jumlah sisir ... ... 170

34 Hasil analisis ragam data jumlah sisir bermutu ... 171

35 Hasil analisis ragam data jumlah buah per sisir ... 171

36 Hasil analisis ragam data bobot buah per sisir ... 172

37 Hasil analisis ragam data umur shooting ... ... 172

38 Hasil uji perbandingan ortogonal data produksi buah segar ... 173

39 Hasil uji perbandingan ortogonal data bobot buah per tandan... 174

40 Hasil uji perbandingan ortogonal data bobot buah bermutu ... 175

41 Hasil uji perbandingan ortogonal data jumlah sisir... 176

42 Hasil uji perbandingan ortogonal data jumlah sisir bermutu ... 177

43 Hasil uji perbandingan ortogonal data jumlah buah per sisir ... 178

44 Hasil uji perbandingan ortogonal data bobot buah per sisir ... 179

45 Hasil uji perbandingan ortogonal data umur shooting ... 180

46 Koefisien korelasi antar karakteristik lahan (0-50 cm) dengan produksi LUT1 ... 181

47 Koefisien korelasi antar karakteristik lahan (0-50 cm) dengan produksi LUT2 ………. 182

48 Koefisien korelasi antar karakteristik lahan (0-50 cm) dengan produksi LUT3... 183

49 Koefisien korelasi antar karakteristik lahan (0-25 cm) dengan produksi LUT1 ... 184

50 Koefisien korelasi antar karakteristik lahan (0-25 cm) dengan produksi LUT2... 185

51 Koefisien korelasi antar karakteristik lahan (0-25 cm) dengan produksi LUT3... 186

52 Koefisien korelasi antar karakteristik lahan (25-50 cm) dengan produksi LUT1 ... 187

53 Koefisien korelasi antar karakteristik lahan (25-50 cm) dengan produksi LUT2... 188

54 Koefisien korelasi antar karakteristik lahan (25-50 cm) dengan produksi LUT3... 189

(22)

56 Korelasi kelas kesesuaian antar kriteria pada LUT1, 2, dan 3 ... 192 57 Korelasi kelas kesesuaian antar kriteria pada LUT1 ... 192 58 Korelasi kelas kesesuaian antar kriteria pada LUT2 ... 193 59 Korelasi kelas kesesuaian antar kriteria pada LUT3 ... 193 60 Standar pemakaian material tanaman pisang per hektar ……... 194 61 Standar kebutuhan biaya tenaga kerja tanaman pisang per hektar 196 62 Standar biaya tenaga kerja dan material aerial spray per hektar.... 198 63 Standar biaya tenaga kerja dan material kegiatan irigasi per

stasiun (20 hektar) ……… 199

64 Perincian biaya penanaman, pemeliharaan, dan panen tanaman pisang Cavendish secara intensif ... 201 65 Proyeksi laba rugi budidaya tanaman pisang Cavendish secara

intensif untuk LUT1 ... 202 66 Perhitungan net present value (NPV) dan internal rate of return

(IRR) budidaya tanaman pisang Cavendish secara intensif untuk LUT1 ..……... 204 67 Perhitungan net BCR budidaya tanaman pisang Cavendish

secara intensif untuk LUT1 ... 206 68 Proyeksi laba rugi budidaya tanaman pisang Cavendish secara

intensif untuk LUT2 ... 208 69 Perhitungan net present value (NPV) dan internal rate of return

(IRR) budidaya tanaman pisang Cavendish secara intensif untuk LUT2 ...…… 210 70 Perhitungan net BCR budidaya tanaman pisang Cavendish

secara intensif untuk LUT2 ... 212 71 Proyeksi laba rugi budidaya tanaman pisang Cavendish secara

intensif untuk LUT3 ... 214 72 Perhitungan net present value (NPV) dan internal rate of return

(IRR) budidaya tanaman pisang Cavendish secara intensif untuk LUT3 ...…… 216 73 Perhitungan net BCR budidaya tanaman pisang Cavendish

(23)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pisang sebagai salah satu produk unggulan tanaman hortikultura, mempunyai peranan penting dalam perkembangan sektor pertanian, khususnya di Indonesia. Hampir setiap orang gemar mengonsumsi buah pisang. Oleh karena pisang dianggap sebagai komoditas penting sehingga ada lembaga dunia yang mengurusi masalah pisang, yaitu International Network for Improvement of

Banana and Plantain (INIBAP), yang berkedudukan di Perancis.

Luas areal tanaman pisang Indonesia tahun 2007 yaitu 337.831 hektar dengan produksi sebesar 5.454.226 ton, dan pada tahun 2008 meningkat menjadi 5.741.351 ton. Rata-rata produksi dan produktivitas pisang Indonesia selama tahun 2004-2007 sekitar 5,1 juta ton atau 15,51 ton/ha/tahun (BPS 2009; Departemen Pertanian 2008). Sementara itu menurut Sys et al. (1993), tanaman pisang yang diusahakan secara komersial pada lahan tadah hujan mampu menghasilkan pisang segar sebanyak 30-35 ton/ha/tahun dan pada lahan irigasi sebanyak 40-60 ton/ha/tahun; sedangkan yang diusahakan di perkebunan rakyat pada lahan tadah hujan (1500 pohon) berkisar 15-25 ton/ha/tahun dan pada lahan irigasi sebanyak 35-50 ton/ha/tahun (Sys et al. 1993).

Permasalahan yang menjadi penyebab rendahnya produksi pisang Indonesia adalah (1) karena tanaman pisang komersial yang dibudidayakan masih rentan terhadap hama dan penyakit; (2) kebanyakan petani masih menggunakan bibit pisang dengan mutu rendah; dan (3) penggunaan teknologi yang masih sederhana. Menurut Kuswanto (1990), masyarakat masih memanfaatkan tanaman pisang sebagai tambahan penghasilan keluarga tanpa dilakukan perawatan intensif. Hanya sebagian kecil produksi pisang yang dihasilkan dengan sistem pertanian komersial. Dengan demikian produksi pisang di Indonesia masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan negara lain yang memiliki wilayah geografis lebih sempit seperti Filipina dan Ekuador, yang pada tahun 2007 merupakan negara pengekspor pisang utama di dunia.

(24)

2

0,40 juta US Dollar. Pada tahun 2006 ekspor pisang meningkat menjadi 5.280,64 ton dengan nilai 1,67 juta US Dollar, dan mengimpor 151,97 ton dengan nilai 0,24 juta US Dollar. Meskipun demikian, pada tahun 2003 neraca perdagangan pisang Indonesia pernah mengalami defisit sebanyak 318,98 ton. Ekspor pisang Indonesia hanya 244,65 ton dengan nilai 513,99 ribu US Dollar dan mengimpor sebanyak 563,63 ton dengan nilai 403,85 ribu US Dollar (BPS 2009). Menurut Dirjen Tanaman Pangan dan Hortikultura (2002), terdapat kecenderungan peningkatan volume dan nilai impor pisang. Impor pisang tersebut sebagian besar dari Cina untuk jenis Dwarf cavendish dan Australia untuk jenis Giant cavendish. Peningkatan impor ini disebabkan adanya perubahan preferensi konsumen di dalam mengonsumsi buah-buah yang bermutu, sebagai akibat peningkatan pendidikan dan pendapatan masyarakat.

Berdasarkan kenyataan tersebut, tanaman pisang berpotensi diusahakan secara intensif dengan tujuan komersial. Selain itu pengembangan pisang secara agribisnis dengan teknologi budidaya yang baik, diharapkan dapat mengatasi masalah mutu, produktivitas, dan kesinambungan produksi, sehingga dapat berperan dalam peningkatan pendapatan petani, tenaga kerja, memenuhi kebutuhan gizi masyarakat, dan peningkatan devisa negara. Namun demikian budidaya tanaman pisang secara intensif memerlukan input yang tinggi, oleh karena itu perlu dilakukan analisis finansial guna mengetahui kelayakan pengembangannya secara ekonomi.

Dalam rangka memenuhi permintaan pasar yang terus berkembang, yaitu rata-rata 3,4 % per tahun, penanganan daerah sentra penghasil buah pisang perlu dilaksanakan secara intensif dan efisien agar dihasilkan buah pisang yang cukup dan berkualitas, serta dengan kesinambungan produksi yang terjamin. Sebagai salah satu daerah sentra produksi pisang di Indonesia, Provinsi Lampung pada tahun 2007 menghasilkan pisang sebanyak 635.509 ton dan pada tahun 2008 meningkat menjadi 642.702 ton (BPS 2009).

(25)

dengan bibit baru tanpa memelihara anakannya. Kegiatan pemeliharaan tanaman seperti pemupukan dilakukan secara intensif. Penyiraman dilakukan dengan sistem irigasi drip dan sprinkler. Pengendalian hama penyakit menggunakan bahan kimia yang disemprotkan melalui pesawat udara. Pengangkutan hasil panen dari lapangan menggunakan cable way. Selain itu penanganan pascapanen dan pengepakan juga dilakukan secara intensif dengan pengawasan mutu buah yang ketat.

Target produksi PT. NTF adalah 50 ton/ha/tahun buah pisang segar. Namun demikian kenyataan di lapangan menunjukkan adanya variasi tingkat produksi antar lahan yang satu dengan lahan lainnya. Berdasarkan data tahun 2002-2006 menunjukkan produksi pisang segar di lahan perkebunan NTF berkisar antara 10-55 ton/ha/tahun. Meskipun jumlah populasi tanaman relatif sama yaitu 2.500 tanaman per hektar, tetapi terdapat kecenderungan perbedaan produksi. Hal ini diduga terkait dengan perbedaan klon tanaman, pola jarak tanam, sistem irigasi yang digunakan, kemiringan lereng, dan karakteristik tanahnya. Tanaman pisang klon Cj20 dengan bibit berasal dari anakan meskipun lebih rentan terhadap hama dan penyakit, tingkat produksinya cenderung lebih tinggi dibandingkan klon DM2 yang berasal dari kultur jaringan. Tanaman pisang yang ditanam dengan pola satu jalur dua baris dengan sistem irigasi drip cenderung lebih tinggi produksinya dibandingkan yang ditanam dengan pola jarak tanam kotak menggunakan sistem irigasi sprinkler. Lahan dengan lereng 3-5% dan mengandung bahan organik tinggi mempunyai tingkat produksi cenderung lebih tinggi dibandingkan pada lahan yang datar (0-3%) dan berbahan organik rendah. Selain itu, pada lahan yang sebelumnya ditanami ubi kayu produksi pisangnya cenderung lebih tinggi dibandingkan lahan yang sebelumnya juga ditanami pisang. Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan kajian untuk mencari faktor-faktor yang menentukan tingkat produksi tanaman pisang Cavendish di lokasi penelitian.

(26)

4

pengelolaan lahan dapat dilakukan lebih baik dan terarah sesuai dengan komoditas yang akan dikembangkan (FAO 1976).

Menurut Nakasone dan Paull (1999), tanaman pisang akan tumbuh baik pada tanah yang subur dan gembur, dengan kandungan bahan organik tinggi (3%), kelembaban tanah yang cukup (60-70%), dan pada tanah bertekstur pasir sampai tanah bertekstur liat. Selain itu tanaman pisang memerlukan unsur hara dalam jumlah yang tinggi untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Menurut Espino et al. (1999), hara yang diserap untuk memproduksi 30 ton/ha/tahun buah pisang dari tanah sebesar 50 kg N, 15 kg P2O5, 175 kg K2O, serta 10 kg CaO dan 25 kg MgO. Sementara itu Lahav (1995) menyatakan bahwa untuk menghasilkan 50 ton/ha/tahun buah pisang segar, diperlukan hara N sebanyak 388 kg/ha, P 52 kg/ha, K 1.438 kg/ha, Ca 227 kg/ha, Mg 125 kg/ha, S 73 kg/ha, Cl 525 kg/ha, Na 10,6 kg/ha, dan hara mikro 26,94 kg/ha.

Pemilihan lahan untuk mencapai produktivitas optimal akan dapat dilakukan dengan baik, apabila dilakukan melalui tahap evaluasi lahan dengan kriteria yang mencerminkan persyaratan tumbuh untuk berproduksinya suatu tanaman secara optimal. Di dalam proses evaluasi lahan dikenal konsep klasifikasi kesesuaian lahan. Berbagai kriteria klasifikasi kesesuaian lahan telah banyak dipergunakan di Indonesia, antara lain: Klasifikasi kemampuan wilayah (Soepraptohardjo 1970), Klasifikasi kesesuaian lahan secara parametrik (Driessen 1971), Klasifikasi kesesuaian lahan untuk Proyek Penelitian Pertanian Pertanian Menunjang Transmigrasi (Pusat Penelitian Tanah 1983), Klasifikasi kesesuaian lahan untuk survei tanah tinjau (CSR/FAO 1983), Land Evaluation Computer System (Wood dan Dent 1983) dan Automated Land Evaluation System (Rossiter dan Wambeke 1994). Namun metode yang ada masih beragam dan belum baku, sehingga bila diterapkan pada lahan yang sama seringkali memberikan hasil yang berbeda. Hal ini terutama disebabkan oleh perbedaan kriteria dan cara pengambilan keputusan dalam klasifikasi kesesuaian lahannya (Hardjowigeno et al. 1999).

(27)

tanaman secara empiris, tetapi tidak didasarkan pada data produksi yang cukup dan aktual di lapangan. Karakteristik lahan yang digunakan dan pengharkatannya belum dikaji di lapangan dan dihubungkan dengan produksi tanaman pada tingkat pengelolaan tertentu, sehingga seringkali terjadi hasil penilaian kesesuaian lahan tidak sesuai dengan potensi lahan dan produksi yang diharapkan (Sutaatmadja 2005).

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka untuk perbaikan kriteria kesesuaian lahan yang telah ada diperlukan penelitian tentang kriteria kesesuaian lahan yang didasarkan pada tingkat produksi untuk beberapa tipe penggunaan lahan tanaman pisang Cavendish yang dikelola secara intensif di Way Kambas Lampung Timur.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan:

(1) Mempelajari hubungan beberapa tipe penggunaan lahan tanaman pisang Cavendish, subgroup tanah, dan kemiringan lahan dengan karakteristik lahan dan produksi tanaman pisang.

(2) Mempelajari karakteristik lahan yang berpengaruh terhadap tinggi-rendahnya produksi pisang Cavendishyang dikelola secara intensif.

(3) Mengajukan kriteria klasifikasi kesesuaian lahan untuk tipe penggunaan lahan tanaman pisang Cavendish yang dikelola secara intensif, hasil pengujian berdasarkan tingkat produksi di Way Kambas Lampung Timur. (4) Mengajukan rekomendasi perbaikan teknik pengelolaan lahan tanaman

pisang Cavendish yang dikelola secara intensif di Way Kambas Lampung Timur.

(28)

6

Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini diharapkan:

(1) Diperoleh kriteria klasifikasi kesesuaian lahan untuk tanaman pisang Cavendish guna pengembangan areal tanamnya.

(2) Diperoleh informasi mengenai sifat morfologi, fisik, dan kimia tanah, serta klasifikasi jenis tanah dan karakteristik lahan lainnya guna pengambilan keputusan untuk pengelolaan selanjutnya.

(3) Diketahuinya hubungan tipe penggunaan lahan tanaman pisang Cavendish, subgroup tanah, dan kemiringan lahan dengan karakteristik lahan dan produksi tanaman pisang Cavendish.

(4) Diperoleh informasi mengenai potensi dan hambatan, serta alternatif perbaikan teknik pengelolaan lahan yang sesuai dan menguntungkan guna keberlanjutan penggunaan lahannya secara lestari.

Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini ialah:

(1) Terdapat karakteristik lahan yang berpengaruh nyata terhadap tinggi-rendahnya produksi pisang Cavendish.

(2) Terdapat hubungan yang erat antara tipe penggunaan lahan tanaman pisang Cavendish, subgroup tanah, dan kemiringan lahan terhadap karakteristik lahan dan produksi tanaman pisang.

(3) Karakteristik lahan yang berpengaruh terhadap produksi dan menjadi pembeda kelas dalam kriteria kesesuaian lahan akan berbeda pada setiap tipe penggunaan lahan yang diterapkan di lokasi penelitian.

(29)

TINJAUAN PUSTAKA

Persyaratan Tumbuh Tanaman Pisang

Salah satu jenis buah-buahan yang dikonsumsi secara segar dan dalam jumlah yang cukup besar saat ini adalah pisang, sehingga buah ini menjadi komoditas hortikultura penting dalam perdagangan internasional (Dirjen Tanaman Pangan dan Hortikultura 2002). Kultivar tanaman pisang yang banyak diusahakan di berbagai negara adalah Cavendish, karena nilai komersial yang tinggi (Trubus 2002). Tanaman pisang Cavendish termasuk dalam famili

Musaceae, genus Musa, genome AAA, section/subgroup Eumusa, kultivar Musa

cavendishi (Daniells 1995; Nakasone dan Paull 1999).

Tanaman pisang banyak ditemui di daerah tropik. Beberapa ilmuwan mengemukakan bahwa tanaman pisang tumbuh subur di dataran rendah yang berudara lembab, banyak tumbuh di daerah antara 30oLU dan 30oLS (Purseglove 1978), serta tumbuh optimal pada iklim panas dan tropik basah (Espino et al. 1999). Selain itu, tanaman pisang juga banyak ditemui di daerah subtropik meskipun pertumbuhannya lebih lambat.

Tanaman pisang memerlukan cukup air terutama pada awal penanaman dan pada saat pembentukan buah. Purseglove (1978) menyatakan bahwa tanaman pisang memerlukan air minimal 25 mm per minggu dengan curah hujan rata-rata tahunan antara 2.000-2.500 mm. Menurut Robinson (1995) kebutuhan air konsumtif untuk tanaman pisang adalah 3-6,3 mm per hari tergantung suhu udara, kelembaban, radiasi matahari, dan angin. Suplai air yang kurang dapat menyebabkan buah mengalami sunburn (Nakasone dan Paull 1999). Oleh karena hal tersebut pengairan sangat penting terutama pada musim kemarau.

Suhu udara yang baik untuk tanaman pisang berkisar antara 18 sampai 35oC dan yang optimum antara 25-27oC (Sys et al. 1993; Departemen Pertanian 1997). Pertumbuhan menurun pada suhu udara kurang dari 22oC; perubahan ketinggian tempat yang kecil menyebabkan pengaruh nyata terhadap periode

shooting. Di daerah tropik tanaman pisang membutuhkan waktu 8-12 bulan

(30)

8

Angin kencang berpengaruh buruk terhadap tanaman pisang, karena akarnya dangkal dan tidak mempunyai akar tunjang. Kedalaman akar maksimum tanaman pisang adalah 0,90 m. Kecepatan angin lebih dari 20 km/jam menyebabkan kerusakan pada pisang, sedangkan kecepatan angin 80 km/jam dapat merobohkan tanaman pisang secara total. Menurut Sys et al. (1993), sumber kehilangan produksi yang utama adalah bahaya angin, khususnya pada saat akar terserang nematoda Radopholus similis. Kehilangan total terjadi pada kecepatan angin melebihi 100 km/jam.

Cahaya matahari penuh dibutuhkan tanaman pisang, namun demikian kelebihan penyinaran akan menyebabkan tanaman mengalami sunburn. Tanaman yang berada di bawah naungan ringan daur pertumbuhannya akan sedikit lebih lambat serta tandan yang dihasilkan lebih kecil (Espino et al. 1999). Bertambahnya panjang hari (10-14 jam), akan menambah munculnya daun baru yang akan meningkatkan proses fotosintesis, yang akan mendukung produktivitasnya (Nakasone dan Paull 1999).

Tanaman pisang membutuhkan tanah dengan drainase dan aerasi yang baik, dengan kisaran pH antara 5,8-6,5 meskipun pada pH 4,5-7,5 tanaman masih dapat tumbuh dengan baik (Espino et al. 1999). Menurut Purseglove (1978), pada pH tanah yang lebih rendah pertumbuhan agak terhambat karena serangan penyakit akan meningkat, terutama pada tanaman Gros Michel (pisang ambon). Selain itu, menurut Sys et al. (1993), penurunan produksi dapat terjadi karena salinitas melebihi 500 ppm dengan daya hantar listrik (DHL) mencapai lebih dari 1,0 dS/m. Penurunan produksi dapat mencapai 50% apabila ESP mencapai 15%.

Tanaman pisang merupakan tanaman yang memerlukan banyak hara untuk pertumbuhan dan produksi buahnya. Kehilangan hara (kg/ha per siklus pertumbuhan) untuk produksi tinggi (25 ton/ha) yaitu: 17-28 N, 6-7 P2O5, dan 56-78 K2O. Kalium merupakan unsur penting dalam tanaman pisang. Pupuk yang dibutuhkan untuk memproduksi 30 ton/ha per siklus pertumbuhan adalah N 50-90 kg/ha, P2O5 60-100 kg/ha, dan K2O 150-250 kg/ha. Dengan perbandingan CaO/MgO/ K2O sebesar 10/5/0,5. Defisiensi K dapat terjadi jika nisbah MgO/ K2O lebih dari 25 (Sys et al. 1993).

(31)

sebagai contoh kultivar Cavendish memerlukan 189 N kg/ha, 29 P kg/ha, 778 K kg/ha, dan 101 Ca kg/ha. Selanjutnya dikatakan iklim berpengaruh terhadap pemupukan, di daerah subtropik pupuk diperlukan dalam jumlah yang lebih besar, karena sangat dipengaruhi oleh suhu udara. Keterlambatan pemberian pupuk akan mengurangi produksi sebesar 40-50%.

Prinsip Dasar Evaluasi Lahan

Evaluasi lahan adalah suatu proses penilaian atau pendugaan potensi lahan jika digunakan untuk tujuan tertentu (FAO 1976). Evaluasi lahan adalah proses membandingkan dan menginterpretasi serangkaian data tanah, vegetasi, dan iklim dengan syarat penggunaan tertentu (Vink 1975). Evaluasi lahan berfungsi sebagai jembatan penghubung antara komponen fisik lahan dan teknologi dengan sasaran sosial dan ekonomi dalam suatu bentuk penggunaan lahan yang dapat dicapai.

Menurut FAO (1976), ada 6 prinsip dasar yang harus dipenuhi dalam evaluasi lahan yaitu: (1) evaluasi lahan harus didasarkan atas penggunaan lahan untuk suatu tujuan tertentu, karena penggunaan lahan yang berbeda akan memerlukan syarat yang berbeda, (2) diperlukan perbandingan antara biaya dan keuntungan dalam penggunaan lahan yang direncanakan, (3) evaluasi lahan dilaksanakan dengan pendekatan multidisiplin, (4 ) evaluasi lahan harus relevan terhadap sifat-sifat fisik, sosial, dan ekonomi suatu areal, (5) evaluasi lahan harus menunjukkan penggunaan lahan berkelanjutan dan laju degradasi sumberdaya lahan harus ditekan hingga batas tetap lestari, sehingga mencerminkan penggunaan untuk waktu yang tidak terbatas, dan (6) evaluasi meliputi lebih dari satu macam penggunaan lahan.

Evaluasi lahan dapat dilakukan untuk tujuan penggunaan lahan secara umum (major kinds of land use) atau penggunaan lahan secara terperinci (land

utilization type). Karena perbedaan tujuan akan menyebabkan perbedaan set

(32)

10

pendukung lainnya. Oleh karena itu konsep evaluasi lahan juga merupakan studi kelayakan dari tipe penggunaan lahan secara ekonomis.

Hasil evaluasi lahan dapat dinyatakan secara kualitatif, kuantitatif fisik dan ekonomi. Evaluasi kualitatif merupakan kesesuaian lahan yang dinyatakan dengan kecenderungan kualitatif sangat sesuai, sesuai, atau sesuai marginal. Evaluasi kuantitatif secara fisik menyediakan estimasi kuantitatif produksi atau keuntungan lainnya seperti produksi dan pertumbuhan tanaman. Evaluasi ekonomi mempertimbangkan kelayakan biaya dan manfaat (Dent dan Young 1981).

Berdasarkan prinsip-prinsip di atas, maka evaluasi lahan dapat dilakukan dengan tiga macam klasifikasi kesesuaian lahan, yaitu fisik, produksi, dan ekonomi. Penilaian klasifikasi kesesuaian secara fisik dilakukan dengan cara mencocokkan antara karakteristik lahan dengan persyaratan tumbuh tanaman tertentu. Penilaian ini umumnya baru menginformasikan pembatas fisik lahan dari suatu tipe penggunaan lahan tertentu. Penilaian kesesuaian lahan secara produksi dilakukan dengan membandingkan produksi tanaman di lapangan dengan produktivitas potensialnya dan dipilih produksi tipe penggunaan lahan yang tertinggi. Penilaian klasifikasi secara ekonomi dengan mempertimbangkan kelayakan ekonomi akan memberikan pilihan yang lebih aktual dan realistis untuk menerapkan pilihan penggunaan lahannya.

Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Pisang

Berdasarkan tujuan evaluasi lahan, klasifikasi lahan dapat berupa klasifikasi kemampuan lahan atau klasifikasi kesesuaian lahan. Klasifikasi kesesuaian lahan bersifat spesifik untuk suatu tanaman atau penggunaan tertentu, seperti klasifikasi kesesuaian lahan untuk tanaman pisang Cavendish yang dilaksanakan dalam penelitian ini. Klasifikasi kemampuan lahan adalah penilaian lahan secara sistematik dan pengelompokannya ke dalam beberapa kategori berdasarkan sifat-sifat yang merupakan potensi dan penghambat dalam penggunaannya secara lestari (FAO 1976; Arsyad 1989).

(33)

tersebut karena setiap tipe penggunaan lahan memerlukan persyaratan penggunaan lahan yang berbeda untuk dapat tumbuh dan berproduksi secara optimal. Pemilihan kualitas atau karakteristik lahan yang dibutuhkan sangat ditentukan oleh tujuan evaluasi, relevansi, ketersediaan dan kualitas data yang tersedia.

Dengan adanya berbagai kriteria klasifikasi kesesuaian lahan yang digunakan tanpa mempertimbangkan tingkat dan skala peta, dapat mengakibatkan terjadinya kerancuan dalam interpretasi dan evaluasi lahannya. Suatu kriteria kesesuaian lahan yang dikembangkan untuk evaluasi lahan pada tingkat tinjau, sering juga digunakan untuk menilai kesesuaian lahan pada skala besar (semi detil dan detil). Hal ini mengakibatkan informasi dan data yang begitu lengkap tidak nampak peranannya dalam hasil evaluasi lahan.

Kriteria klasifikasi kesesuaian lahan untuk tanaman pisang telah dikemukakan oleh CSR/FAO (1983), Sys et al. (1993), LREP II (1994), dan Djaenudin et al. (2003), sebagaimana tersaji pada Lampiran 1, 2, 3, dan 4. Kriteria-kriteria ini umumnya disusun berdasarkan kompilasi data dan hasil penelitian pada daerah dengan cakupan yang luas, yang sangat mungkin memiliki perbedaan data sistem pengelolaannya. Kriteria-kriteria tersebut belum diuji berdasarkan tingkat produksinya di lapangan.

Sys et al. (1993) menyusun kriteria klasifikasi kesesuaian lahan untuk

tanaman pisang menjadi lima kelas dengan menggunakan kerangka FAO (1976). Kelas kesesuaian lahan tersebut yaitu sangat sesuai (S1), cukup sesuai (S2), sesuai terbatas (S3), tidak sesuai saat ini (N1) dan tidak sesuai (N2). Penilaian dilakukan dengan cara: metode pembatas sederhana; metode pembatas dengan memperhatikan jumlah dan intensitas pembatas; dan metode parametrik. Parameter yang digunakan pada kriteria ini adalah karakteristik iklim dan tanah yang meliputi: topografi, kelembaban, sifat fisik tanah, kesuburan tanah, salinitas dan alkalinitas tanah, sebagaimana tersaji pada Tabel 1.

(34)

12

Lebih jauh lagi kriteria ini telah memasukkan ketersediaan hara dalam parameternya (Tabel 1).

Djaenudin et al. (2003) telah menetapkan dan menyusun kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman pisang berdasarkan kualitas/karakteristik lahan yang dianggap relevan dengan kondisi wilayah di Indonesia untuk skala semi detil (skala peta 1: 50.000). Kriteria kesesuaian lahan tersebut terbagi menjadi empat kelas kesesuaian lahan, serta terdiri dari 11 macam kualitas lahan dan 24 karakteristik lahan (Tabel 1). Kriteria tersebut memasukkan ketinggian tempat sebagai penentu kelas kesesuaian lahannya, tetapi belum memasukkan parameter ketersediaan hara.

Kesesuaian Lahan Aktual dan Potensial

FAO (1976) menyebutkan, klasifikasi kesesuaian lahan dapat dibedakan atas klasifikasi kesesuaian aktual atau kesesuaian lahan saat ini (current

suitability) dan klasifikasi kesesuaian lahan potensial (potential suitability).

Klasifikasi kesesuaian lahan aktual adalah kelas kesesuaian lahan yang dihasilkan berdasarkan data yang ada, belum mempertimbangkan asumsi-asumsi atau usaha perbaikan dan tingkat pengelolaan yang dapat dilakukan untuk mengatasi faktor-faktor pembatas. Faktor pembatas dapat bersifat permanen atau sementara. Faktor pembatas yang bersifat permanen tidak ekonomis jika dilakukan perbaikan seperti tekstur tanah, kedalaman efektif tanah, dan komponen-komponen iklim. Faktor pembatas yang bersifat sementara memungkinkan dan ekonomis diperbaiki dengan memberikan masukan seperti kesuburan tanah dan pembuatan teras untuk lahan yang berlereng.

(35)

Tabel 1 Kualitas/karakteristik lahan untuk klasifikasi kesesuaian lahan tanaman

Ketersediaan Air Kebasahan Ketersediaan Air Ketersediaan Air

- Bulan kering - Kebanjiran - Bulan kering - Curah hujan tahunan - Curah hujan tahunan - Drainase - Curah hujan tahunan - Lamanya masa kering

- LGP (length of growing

period) - Kelembaban

Ketersediaan oksigen - Drainase tanah

Kondisi Perakaran Fisik Tanah Media Perakaran Media Perakaran

- Kelas drainase tanah - Tekstur/ Struktur - Drainase tanah - Tekstur tanah - Tekstur tanah - Fragmen Kasar - Tekstur tanah - Bahan Kasar - Kedalaman efektif - Kedalaman Tanah - Kedalaman efektif - Kedalaman tanah

- CaCO3 (%) - Kematangan gambut - Gambut:

Toksisitas Salinitas dan Alkalinitas Kegaraman Toksisitas

- Salinitas - Konduktivitas (EC) - Salinitas - Salinitas - ESP Toksisitas Sodisitas

- Kejenuhan alumunium - Alkalinitas/ ESP - Kedalaman Sulfidik Bahaya Sulfidik

- Kedalaman Sulfidik

Topografi Topografi Tingkat Bahaya Erosi Bahaya erosi

- Kemiringan lahan - Kemiringan lereng - Lereng - Batu dipermukaan Bahaya Banjir - Bahaya Erosi

- Singkapan batuan Bahaya Banjir

Kemudahan Pengolahan - Genangan

Karakteristik Iklim Potensi Mekanisasi Penyiapan Lahan

- Curah hujan tahunan - Kemiringan lahan - Batu di permukaan - Lama bulan kering - Batu di permukaan - Singkapan batuan - Rata-rata suhu udara

tahunan - Singkapan batuan

Suhu udara - Rata-rata suhu udara minimum bulan terdingin Suhu udara Suhu udara

- Rata-rata tahunan - Suhu udara minimum

absolut bulan terdingin - Rata-rata tahunan - Ketinggian tempat dpl

(36)

14

diperbaiki. Karakteritik lahan yang dapat diperbaiki sangat bervariasi dalam hal masukan, tergantung pada tingkat pengelolaan yang akan diterapkan. Kelas kesesuaian lahan mempunyai faktor pembatas dapat diperbaiki, setelah diberikan perbaikan akan meningkat kelas kesesuaian lahannya, sesuai dengan tingkat asumsi perbaikan yang digunakan. Sebaliknya kelas kesesuaian lahan dengan faktor pembatas permanen tidak berubah kelas kesesuaian lahannya.

Analisis Kelayakan Finansial

Budidaya tanaman pisang Cavendish secara intensif merupakan suatu proyek pertanian. Proyek pertanian adalah kegiatan usaha yang kompleks karena menggunakan sumberdaya untuk memperoleh keuntungan atau manfaat (Gittinger 1996). Terbatasnya sumberdaya yang ada mengakibatkan timbulnya seleksi terhadap proyek-proyek yang layak untuk dilaksanakan. Analisis proyek adalah suatu cara untuk mengetahui tingkat keuntungan yang dapat dicapai melalui investasi pada proyek, menghindari pemborosan sumberdaya, dan mengadakan penilaian terhadap peluang investasi yang ada sehingga dapat dipilih alternatif proyek yang paling menguntungkan (Kadariah et al. 1999).

Menurut Gittinger (1996) analisis proyek menyediakan informasi mengenai adanya investasi yang potensial dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan tujuan-tujuan nasional sehingga penggunaan sumberdaya dapat menciptakan pendapatan. Analisis finansial merupakan salah satu pendekatan yang digunakan untuk melakukan analisis proyek. Analisis finansial adalah suatu analisis yang membandingkan antara biaya-biaya dengan manfaat

(benefit) untuk menentukan apakah suatu proyek akan menguntungkan selama

umur proyek (Gittinger 1996).

Dalam analisis finansial yang diperhatikan adalah hasil untuk modal saham yang ditanam dalam proyek, yaitu hasil yang harus diterima oleh para petani, pengusaha, perusahaan swasta, suatu badan pemerintah, atau siapa saja yang berkepentingan dalam pembangunan proyek. Hasil finansial sering juga disebut private return (Kadariah et al. 1999). Kriteria analisis finansial terdiri dari dua bagian yaitu undiscounted criterion dan discounted criterion.

(37)

diperoleh dikemudian hari dengan nilainya sekarang. Kriteria ini memasukkan pengaruh waktu terhadap nilai uang. Tingkat suku bunga yang digunakan untuk mendiskonto manfaat dan biaya-biaya haruslah mencerminkan opportunity cost of capital, yaitu tingkat pengembalian (rate of return) investasi alternatif proyek lainnya (Kadariah et al. 1999).

Ukuran kemanfaatan proyek budidaya tanaman pisang Cavendish yang dikelola secara intensif pada penelitian ini adalah net present value (NPV), net benefit cost ratio (net BCR), dan internal rate of return (IRR). NPV merupakan nilai sekarang dari selisih antara penerimaan dan biaya pada tingkat diskonto tertentu. Suatu proyek dikatakan layak bila NPV lebih besar dari nol dan semakin besar NPV semakin layak proyek tersebut untuk dilaksanakan. Sebaliknya apabila NPV kurang dari nol, proyek tersebut tidak layak diusahakan karena kegiatan usaha tersebut tidak menguntungkan (Indriani 1993; Rangkuti 2000).

Net BCR merupakan angka perbandingan antara jumlah present value yang bernilai positif dengan jumlah present value yang bernilai negatif. Kriteria net BCR digunakan untuk mengetahui sejauh mana manfaat yang diterima dapat menutupi seluruh biaya yang dikeluarkan dan mempunyai modal lagi bagi kelanjutannya. Proyek dinyatakan layak apabila net BCR lebih besar dari satu. Apabila net BCR lebih kecil dari satu maka proyek tersebut tidak layak diusahakan.

(38)

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan dari bulan Januari 2007 sampai dengan September 2008. Objek penelitian merupakan hamparan lahan yang ditanami pisang Cavendishsecara intensif milik PT. Nusantara Tropical Fruit seluas 3.700 hektar yang terletak di DAS Way Kambas, Kabupaten Lampung Timur.

Secara administratif lokasi penelitian terletak di Kecamatan Sukadana dan Kecamatan Labuhan Ratu, Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung. Daerah penelitian ini terletak pada koordinat 105o30’-105o45’ Bujur Timur dan 05o00’-05o15’ Lintang Selatan, berjarak kurang lebih 146 km dari Kota Bandar Lampung, dan memiliki ketinggian tempat 20-60 m dpl. Peta lokasi penelitian disajikan pada Gambar 1.

Lahan perkebunan PT. Nusantara Tropical Fruit sebelah Utara dan Timur berbatasan dengan Taman Nasional Way Kambas; sebelah Selatan berbatasan dengan Labuhan Ratu dan Sukadana Timur; dan sebelah Barat berbatasan dengan Sukadana Induk. Lahan perkebunan dibagi dalam beberapa divisi dan setiap divisi terdiri dari beberapa wilayah, yang dipecah lagi menjadi beberapa blok. Luas setiap wilayah ± 75 hektar yang diawasi oleh 1 kepala unit. Blok dibuat dengan lebar 100 m dengan panjang sesuai dengan kondisi di lapangan (± 2-5 hektar).

Analisis sifat fisik dan kimia tanah dilakukan di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor dan di Laboratorium Balai Penelitian Tanah Bogor, Badan Litbang Pertanian, Departemen Pertanian.

Metode Penelitian

(39)
(40)

18

kesesuaian lahan dan penyusunan kriteria meliputi: klasifikasi kesesuaian lahan berdasarkan kriteria yang ada, klasifikasi kesesuaian lahan berdasarkan tingkat produksi, dan penyusunan kriteria kesesuaian lahan yang baru; dan (3) kegiatan analisis kelayakan finansial. Bagan alir kegiatan penelitian disajikan pada Gambar 2.

Pembentukan Satuan Lahan Pengamatan

Guna memudahkan dalam mencapai tujuan dan menjawab hipotesis yang diajukan, disusun satuan lahan pengamatan (SLP). SLP dibentuk melalui pembentukan satuan lahan homogen. Satuan lahan homogen merupakan areal sempit yang mempunyai karakteristik yang relatif homogen. Satuan lahan homogen dibentuk berdasarkan pada keseragaman komponen karakteristik lahan yang bersifat permanen yaitu jenis tanah, kemiringan lereng, posisi lereng, dan kedalaman muka air tanah. Selain itu diperhatikan pula aspek sebaran tingkat produksi dan kontinuitasnya, sistem irigasi yang diterapkan, teknik budidaya yang diterapkan, waktu tanam, serta sejarah penggunaan lahannya.

Komponen pembentuk SLP merupakan karakteristik lahan yang bersifat permanen, dapat dijelaskan sebagai berikut:

(1) Jenis tanah; ditetapkan dua jenis tanah yang dominan di lokasi penelitian, yaitu tanah subgroup Xanthic Eutrustox (T1) dan Plinthic Eutrustox (T2). Sebagai data awal jenis tanah diperoleh dari peta LREP II lembar Tanjungkarang, skala 1:250.000 (Dai et al. 1989) yang kemudian dilakukan verifikasi di lapangan dengan pengamatan profil tanah.

(2) Kemiringan lereng; ditetapkan dua kelas lereng, yaitu 0-2% (L1) dan 2-4% (L2). Data mengenai lereng diperoleh dari peta topografi skala 1:10.000 dan dilakukan verifikasi di lapangan dengan menggunakan abney level.

Oleh karena evaluasi lahan dilakukan pada setiap tipe penggunaan lahan yang diterapkan maka dalam pembentukan SLP diperhatikan pula aspek-aspek sebagai berikut:

(41)

Gambar 2 Bagan alir kegiatan penelitian 1. Kriteria Klasifikasi Kesesuaian Lahan 2. Karakteristik Lahan Penentu Produksi 3. Hubungan LUT, Subgroup Tanah, Lereng,

Karakteristik Lahan & Komponen Produksi Verifikasi

Input & Output Produksi

HASIL PENELITIAN:

1. Kelayakan Pengembangan Pisang Cavendish 2. Alternatif Perbaikan Teknik Pengelolaan

Lahan

(42)

20

Tingkat produksi pembentuk SLP ditentukan berdasarkan data produksi pada setiap blok lahan tahun 2002-2006 (sebelum dilakukan penelitian), dengan memperhatikan kontinuitas/kestabilan tingkat produksinya. Data kelas produksi kemudian diplot ke peta areal kebun.

(2) Sistem irigasi yang diterapkan; ditetapkan dua macam sistem irigasi yang diterapkan di lahan perkebunan tersebut, yaitu irigasi drip dan irigasi

sprinkler. Informasi awal mengenai sistem irigasi ini diperoleh dari data

kondisi tiap blok lahan yang kemudian diplot ke peta areal kebun dan dilakukan verifikasi di lapangan.

(3) Teknik budidaya yang diterapkan; yaitu lahan yang ditanam pisang Cavendish klon DM2 atau Cj20 menggunakan bibit hasil kultur jaringan untuk sekali tanam tanpa memelihara anakan, yang dikelola secara intensif dengan melakukan pemupukan, pengapuran, pemberian bahan organik, dan pengendalian organisme pengganggu tanaman.

(4) Keseragaman waktu tanam; informasi waktu tanam diperoleh dari data sekunder yang tercatat oleh perusahaan, kemudian dicek di lapangan. Keseragaman waktu tanam diperlukan, karena karakteristik iklim pada masa pertumbuhan tanaman akan mempengaruhi tingkat produksi.

(5) Keseragaman sejarah penggunaan lahan; informasi penggunaan lahan sebelumnya diperoleh dari data sekunder yang tercatat oleh perusahaan. Berdasarkan pengalaman yang ada, penggunaan lahan sebelumnya akan mempengaruhi tingkat produksi.

(43)

Tabel 2 Kombinasi faktor-faktor pembentuk SLP di lokasi penelitian

Irigasi Subgroup Tanah Lereng

Tingkat

(44)

22

Identifikasi Tipe Penggunaan Lahan

Identifikasi tipe penggunaan lahan (LUT = land utilization type) bertujuan untuk mengetahui persyaratan penggunaan lahan yang diperlukan untuk LUT tanaman pisang Cavendish yang dikelola secara intensif. Identifikasi LUT mengacu pada 11 attribut LUT menurut FAO (1976) dan deskripsi LUT pada LREP II (1996). Data yang dikumpulkan antara lain: (1) jenis penggunaan; (2) jumlah, waktu, dan karakteristik produksi; (3) jenis dan tingkat input; (4) orientasi pasar; (5) intensitas modal; (6) intensitas tenaga kerja; (7) kebutuhan pengetahuan formal; (8) sumber energi; (9) tingkat income; (10) luas dan bentuk penguasaan lahan; dan (11) kebutuhan infrastruktur.

Selain itu dikumpulkan juga data mengenai varietas/klon dan bibit yang digunakan, pola tanam, cara pengolahan tanah, waktu dan cara tanam, teknik pemeliharaan tanaman meliputi: sistem irigasi, teknik pemupukan (jenis, dosis, konsentrasi, waktu, dan cara), pengendalian organisme pengganggu tanaman, tindakan konservasi tanah dan air, serta input dan output produksi lainnya. Data dikumpulkan dari data sekunder dan hasil wawancara dengan staf karyawan perusahaan, kemudian dilakukan verifikasi di lapangan. LUT tanaman pisang Cavendish yang dikelola secara intensif, terutama dibedakan berdasarkan klon tanaman dan sistem irigasi yang digunakan.

Karakterisasi Lahan

Karakterisasi lahan bertujuan untuk mengumpulkan data karakteristik tanah dan iklim yang berhubungan dengan kualitas lahan yang digunakan dalam klasifikasi kesesuaian lahan, yaitu suhu udara, ketersediaan air, ketersediaan oksigen, ketersediaan hara, daya retensi hara, kondisi media perakaran, bahaya keracunan, potensi mekanisasi, bahaya erosi, dan bahaya banjir (CSR/FAO 1983; Sys et al. 1993; LREP II 1994; dan Djaenudin et al. 2003). Adapun data karakteristik lahan yang dikumpulkan antara lain disajikan pada Tabel 3.

(45)

pada beberapa titik dalam SLP. Bila tidak ada perbedaan ciri tanah yang berarti dari hasil pemboran dilakukan pembuatan profil. Profil tanah dibuat dengan ukuran panjang 1,5 m lebar 1,0 m dan dalam 1,5 m atau sampai pada kontak litik/paralitik bila kedalaman solum <1,5 m. Deskripsi profil tanah mengacu pada Guideline for Soil Profile Description (FAO 1978), Field Guide to Soil Profile Descriptions and Mapping (Foss et al. 1980) dan Soil Survey Manual (Soil Survey Staff 1993).

Tabel 3 Karakteristik lahan yang dikumpulkan berdasarkan beberapa kriteria

Karakteristik Lahan

- Rata-rata suhu udara tahunan (o

C) X X X X

- Rata-rata suhu udara minimum bln terdingin (o

C) X

- Suhu udara minimum absolut bln terdingin (o

(46)

24

Untuk keperluan klasifikasi kesesuaian lahan, klasifikasi tanah, serta pendugaan erodibilitas tanah dan bahaya erosi dilakukan pengamatan sifat-sifat morfologi tanah meliputi: drainase, kedalaman efektif tanah, keadaan batuan di dalam penampang, serta sifat-sifat tiap-tiap horison yaitu tebal dan batas horison, warna, tekstur, struktur, konsistensi, pori-pori, dan keadaan perakaran. Contoh tanah terganggu dari profil diambil sebanyak 1 kg pada setiap lapisan untuk keperluan analisis sifat kimia dan tekstur tanah. Contoh tanah ring diambil pada kedalaman 0-25 cm dan 25-50 cm sebagai contoh tanah tak terganggu untuk dianalisis sifat fisiknya. Pada setiap SLP diambil contoh tanah terganggu secara komposit dan contoh tanah tak terganggu yang mewakili pada kedalaman 0-25 cm dan 25-50 cm. Selanjutnya tanah dianalisis sifat fisik dan kimianya dengan metode seperti tertera pada Tabel 4.

Jenis tanah diklasifikasikan berdasarkan Taksonomi Tanah (Soil Survey Staff 1999). Untuk mengetahui bahaya erosi dilakukan pengamatan tingkat bahaya erosi di lapangan. Selain itu dilakukan penghitungan laju erosi tanah dengan persamaan Universal Soil Loss Equation (USLE) menurut konsep Wischmeier dan Smith (1978), dan erosi yang masih dapat ditoleransi dihitung menggunakan konsep Hammer (1981).

Data iklim dikumpulkan dari data sekunder dan data hasil pengamatan stasiun cuaca di lokasi penelitian. Data iklim yang dikumpulkan meliputi: data curah hujan bulanan, jumlah hari hujan, lama bulan basah dan bulan kering, suhu udara, kelembaban udara, kecepatan angin, dan lama penyinaran matahari. Data iklim tersebut digunakan untuk keperluan klasifikasi iklim, menduga erosivitas hujan, lama periode pertumbuhan (LGP), serta menghitung kecukupan air dari penggunaan irigasi drip atau sprinkler.

Gambar

Tabel 1   Kualitas/karakteristik lahan untuk klasifikasi kesesuaian lahan tanaman pisang
Gambar 1  Peta lokasi penelitian
Gambar 2  Bagan alir kegiatan penelitian
Tabel 2    Kombinasi faktor-faktor pembentuk SLP di lokasi penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait