• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Data Penelitian

3. Satuan Pengawasan Intern

Satuan Pengawasan Intern yang disingkat SPI adalah aparat pengawasan internal yang berperan tidak saja membantu manajemen dalam melakukan fungsi pengawasan tetapi juga merupakan mitra strategis bagi manajemen dalam rangka peningkatan pengendalian internal, manajemen resiko dan penerapan Good Coorporate Governance. Penerapan Praktek Good Corporate Governance diatur oleh Keputusan Menteri Negara BUMN Nomor Kep-117/MMBU/2002 tentang Penerapan Praktek Good Corporate Governance pada BUMN. Keputusan Menteri tersebut mewajibkan direksi BUMN untuk menetapkan suatu sistem pengendalian internal yang efektif untuk mengamankan investasi dan asset BUMN. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 12 Tahun 1998 tentang Perusahaan Perseroan, Bagian SPI bertugas membantu Direktur Utama dalam melaksanakan audit keuangan dan

operasional serta menilai pengendalian, pengelolaan dan pelaksanaannya dan memberikan saran-saran perbaikan.

a. Visi

Visi dari Satuan Pengawasan Intern adalah terwujudnya profesionalisme Satuan Pengawasan Intern berdasarkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik dalam mendukung peningkatan kinerja PTPN III.

b. Misi

1. Menjadi mitra strategis manajemen dalam memberikan nilai tambah pada proses perusahaan.

2. Membantu manajemen mendapatkan penilaian yang objektif dan berkualitas terhadap pelaksanaan kegiatan perusahaan.

3. Mendorong manajemen meningkatkan penerapan tata kelola perusahaan yang baik.

a. Fungsi dan Tanggung Jawab Internal Auditor

Satuan Pengawasan Intern (SPI) sebagai internal auditor dan Staff Direktur Utama mempunyai fungsi sebagai berikut:

(1) Memastikan bahwa sistem pengendalian internal perusahaan telah memadai dan berjalan sesuai ketentuan.

(2) Merupakan mitra dalam penyempurnaan kegiatan pengelolaan perusahaan, memberi nilai tambah melalui rekomendasi atas hasil audit yang dilakukannya.

(3) Merupakan konsultan peningkatan penerapan manajemen resiko dan prinsip Good Coorporate Governance. Prinsip Good Coorporate Governance merupakan suatu prinsip dasar pengelolaan perusahaan secara transparan, akuntabel dan adil sesuai dengan aturan dan etika yang berlaku umum Tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan Good Coorporate Governance ini adalah tercapainya sasaran yang telah ditetapkan, aktiva perusahaan dijaga dengan baik, perusahaan menjalankan praktik-praktik yang sehat dan kegiatan-kegiatan perusahaan dilakukan secara transparan.

Bagian internal auditor mempunyai akses terhadap seluruh dokumen, pencatatan, personel, dan fisik kekayaan perusahaan di seluruh bagian dan unit-unit lainnya untuk mendapatkan data dan informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas auditnya. Sedangkan dalam melaksanakan tugasnya, bagian internal auditor bertanggung jawab memberikan analisa, penilaian, rekomendasi dan informasi mengenai aktivitas yang diaudit sesuai dengan yang diisyaratkan oleh kode etik dan standar profesi internal audit. Tanggung jawab internal auditor termasuk:

(1) Menyusun Rencana Kerja Audit Tahunan (RKAT).

(2) Menyusun pedoman, mekanisme kerja SPI dan prosedur audit yang berbasis resiko.

(3) Melaksanakan RKAT termasuk penugasan khusus/investigasi dari Direktur Utama.

(4) Menjaga integritas dan obyektivitas serta bertindak secara professional seperti dalam Standar Profesi Audit Internal (SPAI) termasuk menjamin

tidak terdapat benturan kepentingan anggota SPI dengan auditan dan kegiatan yang diaudit.

b. Standar Profesi

Standar Profesi Internal Auditor adalah Standar Mutu Pelaksanaan Audit dan Laporan Hasil Audit serta kesepakatan mengenai bagaimana laporan audit disajikan agar bermanfaat bagi manajemen dan pemakainya. Anggota SPI harus mematuhi Standar Profesi Auditor Internal untuk menjaga kinerja dan hasil audit dalam melaksanakan tugasnya. Standar Profesi yang melandasi pelaksanaan tugas bagian SPI adalah Standar Profesi Audit Internal yang diterbitkan oleh Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal Tahun 2004.

c. Kode Etik

Kode Etik merupakan panduan tentang arah perilaku yang harus dituju dan dianut oleh auditor bagian SPI PT Perkebunan Nusantara III agar dapat memenuhi harapan-harapan stakeholder. Kode Etik Auditor SPI adalah :

(1) Jujur, obyektif dan sungguh-sungguh dalam melaksanakan tugas dan memenuhi tanggung jawabnya.

(2) Loyal terhadap perusahaan, namun tidak boleh secara sadar terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang menyimpang dan melanggar hukum.

(3) Tidak boleh terlibat dalam tindakan atau kegiatan yang dapat mendiskreditkan profesi auditor internal atau perusahaan.

(4) Menahan diri dari kegiatan yang dapat menimbulkan konflik kepentingan dengan perusahaan atau kegiatan yang dapat menimbulkan prasangka yang

meragukan kemampuannya untuk dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawab secara objektif.

(5) Tidak menerima imbalan dalam bentuk apapun dari auditan, karyawan, atau mitra bisnis perusahaan yang patut diduga dapat mempengaruhi pertimbangan profesionalnya.

(6) Melaksanakan seluruh penugasan dengan menggunakan kompetensi professional yang dimilikinya.

(7) Mematuhi sepenuhnya Standar Profesi Audit Internal, kebijakan dan peraturan perusahaan.

(8) Tidak memanfaatkan informasi yang diperoleh untuk mendapatkan keuntungan pribadi, melanggar hukum atau menimbulkan kerugian terhadap perusahaan.

(9) Mengungkapkan semua fakta-fakta yang jika tidak diungkap dapat : (a) Mendistorsi laporan atas kegiatan yang direview, atau

(b) Menutupi adanya praktek-praktek yang melanggar hukum.

(10) Senantiasa meningkatkan keahlian serta efektifitas dan kualitas pelaksanaan tugasnya dan wajib mengikuti pendidikan professional berkelanjutan.

d. Kedudukan Internal Auditor dalam Perusahaan

Sesuai Surat Keputusan Direksi Nomor: 3.00/SKPTS/R/03/2005 tanggal 15 Desember 2005 tentang revisi struktur organisasi PTPN III bahwa kedudukan internal auditor berada dan bertanggung jawab langsung di bawah Direktur Utama. Sesuai dengan kedudukannya, auditor independen terhadap

bagian dan unit-unit lainnya. Independensi bagian internal auditor dijamin oleh:

(a) Adanya tanggung jawab langsung kepada Direktur Utama

(b) Adanya kewenangan yang jelas bahwa internal auditor mempunyai akses terhadap seluruh bagian dan unit-unit lainnya, catatan dan dokumentasi, sumber daya perusahaan termasuk sumber daya manusia dalam rangka mendapatkan informasi untuk kepentingan pelaksanaan tugas internal auditor.

(c) Tidak terlibat dalam aktivitas sehari-hari atau bertanggung jawab langsung atau memiliki kewenangan operasional terhadap kegiatan unit kerja yang diaudit oleh internal auditor.

(d) Tidak diberinya tanggung jawab penuh dalam pengembangan suatu sistem baru, kecuali memberi pendapatnya atas metode dan standar pengendalian dari sistem baru tersebut.

Struktur Organisasi bagian SPI atau internal auditor setelah direvisi terdiri dari:

1. Kepala Bagian 2. Pengawas Wilayah 3. Ketua Tim

4. Staff Pengawas

Struktur Organisasi dan Uraian Tugas internal auditor PT. Perkebunan Nusantara III terlampir. Jumlah personel karyawan Pimpinan di Bagian SPI PT. Perkebunan Nusantara III berjumlah 23 orang. Susunan Personel SPI adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1 Jumlah Personel SPI

No Uraian Jumlah Personel (Orang)

1 2 3 4 5 6 Kepala Bagian Pengawas Wilayah Ketua Tim

Staff Pengawas Bidang Tanaman

Staff Pengawas Bidang Teknik/Pengolahan

Staff Pengawas Bidang Keuangan/Umum

1 2 5 5 5 5 Jumlah 23

Sumber: Bagian SPI, PTPN III

Kegiatan Audit bagian SPI selama tahun 2009 menghasilkan 110 Laporan Hasil Audit (LHA) dan realisasi Audit Rutin + Audit Khusus sebanyak 130 LHA diatas Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT) sebanyak 20 LHA dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 4.2

Jumlah Laporan Hasil Audit

TIM PKPT Tahun 2009 RKAT Realisasi +/- A B C D E 22 22 22 22 22 26 27 25 26 26 4 5 3 4 4 Jumlah 110 130 20

Sumber: Bagian SPI, PTPN III

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa bagian SPI mengalami peningkatan kinerja dari yang diprogramkan. Hal ini ditandai dengan meningkatnya hasil pemeriksaan yang dilakukan. Peningkatan ini dilakukan oleh setiap Tim bagian SPI dan khususnya yang dilakukan oleh Tim B.

Untuk mendapatkan tenaga pemeriksa yang berkemampuan, mempunyai integritas, wawasan dan keahlian (kompetensi), pengembangan sumber daya

kesempatan mengikuti kursus audit yang dilakukan di Yayasan Pendidikan Internal Audit (YPIA). Pendidikan yang diberikan pada YPIA tersebut adalah pendidikan dasar I dan II, pendidikan lanjutan I dan II, dan pendidikan manajerial. Dan sampai sekarang ini Bagian internal auditor yang telah mendapat gelar QIA ada sebanyak 15 orang. Selain itu, pendidikan penunjang yang diberikan untuk mengembangkan Sumber Daya Manusia di bagian auditor internal ini adalah dengan mengikutsertakan dalam seminar dan lokakarya baik yang diselenggarakan oleh Lembaga Pemerintah maupun Non Pemerintah, mengikuti workshop dan memberikan pelatihan yang dilaksanakan oleh SPI, Hal ini merupakan suatu tanda adanya dukungan dari manajemen dengan memperhatikan pendidikan tiap auditor internal.

e. Program Pemeriksaan Auditor Internal

Tidak terdapat batasan ruang lingkup tugas bagian internal auditor. Internal auditor yang melaksanakan tugas audit internal berhak menerima informasi atau penjelasan apa saja yang mereka anggap perlu guna memenuhi tanggung jawab. Tugas internal auditor antara lain:

(1) Evaluasi sistem dan prosedur yang ditetapkan manajemen guna memastikan kecukupan sistem pengendalian dan kepatuhan terhadap kebijakan, rencana, prosedur, hukum dan peraturan perundang-undangan yang mempunyai dampak signifikan pada kegiatan operasi perusahaan. (2) Evaluasi cara pengamanan asset dan melakukan verifikasi atas keberadaan

(3) Evaluasi operasi atau program untuk memastikan apakah hasilnya sesuai dengan maksud dan tujuan yang ditetapkan dan apakah operasi atau program dilaksanakan sesuai dengan yang direncanakan.

(4) Evaluasi kehandalan dan integritas informasi keuangan dan informasi operasi dan cara yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur dan mengklasifikasi serta melaporkan informasi tersebut.

(5) Melakukan pengkajian dan pengelolaan management risk melalui identifikasi, analisis, penilaian dan pengelolaan resiko usaha yang relevan. (6) Memberikan rekomendasi yang sesuai untuk meningkatkan proses

governance (tata kelola) mencakup evaluasi rancangan dan implementasi. (7) Memantau pelaksanaan tindak lanjut hasil audit, termasuk hasil audit yang

dilakukan oleh auditor eksternal.

Internal auditor dapat memberikan masukan dalam mempersiapkan laporan keuangan, penyusunan sistem dan prosedur, pengembangan teknologi informasi dan kegiatan lainnya namun tidak merubah atau mengurangi tanggung jawab manajemen.

Ruang lingkup internal auditor dalam melaksanakan pengawasan secara optimal sehingga perusahaan mengarah pada “zero fraud”, mencakup:

i. Audit atas keuangan dan ketaatan pada peraturan perundang-undangan. Audit ini mencakup audit transaksi, perkiraan, kegiatan fungsi dan pertanggungjawaban keuangan untuk menentukan apakah:

(a) Unit kerja telah melaksanakan pencatatan dengan tepat atas sumber daya, kewajiban dan operasi perusahaan.

(b) Laporan manajemen memuat data yang teliti, lengkap, dapat dipercaya dan bermanfaat serta disajikan secara layak.

(c) Unit kerja telah mentaati peraturan perundang-undangan, kebijakan dan arahan Direksi serta instruksi kerja.

ii. Penilaian tentang daya guna dan kehematan dalam penggunaan sarana yang tersedia. Penilaian ini bertujuan untuk menentukan apakah unit kerja yang diaudit telah mengelola dan menggunakan sumber daya seperti uang, peralatan, barang, personalia, dan sebagainya yang tersedia secara berdaya guna dan hemat.

iii. Penilaian tentang hasil guna atau manfaat yang direncanakan dari suatu kegiatan atau program. Penilaian ini meliputi apakah hasil atau manfaat yang dicapai sampai saat audit dari program atau kegiatan yang ditetapkan telah dilaksanakan secara berhasil dan berdaya guna, dengan mempertimbangkan:

(a) Kewajaran kriteria yang digunakan.

(b) Ketepatan metode pelaksanaan yang digunakan. (c) Ketelitian dan kehandalan pelaksanaan prosedur. (d) Hasil yang dicapai.

(e) Hambatan yang menyebabkan belum tercapainya suatu kegiatan atau program.

iv. Pencegahan atau pendeteksian kecurangan.

Internal auditor berkualifikasi untuk membantu manajemen dalam mengidentifikasi resiko kecurangan/penipuan, dan dapat membantu

manajemen dalam merancang pengendalian yang tepat guna meminimalkan resiko.

f. Laporan Internal Auditor

Kegiatan terakhir dari tugas pemeriksaan adalah penyusunan Laporan Hasil Audit (LHA) oleh Ketua Tim. Sebelum LHA disusun, maka kelengkapan yang harus digunakan untuk melakukan audit adalah:

(1) PKPT

PKPT adalah sebuah program kerja pengawasan tahunan. PKPT disusun untuk menjadi program kerja internal auditor selama setahun sebelum melakukan audit. PKPT disusun oleh Pengawas Wilayah bersama dengan Kepala Bagian sebelum mendapat persetujuan dari Direktur Utama yang selanjutnya disampaikan kepada Meneg BUMN dengan tembusan Dewan Komisaris/Komite Audit. Jadi dapat dikatakan bahwa PKPT adalah Surat Keputusan Direksi tentang kebijakan dalam pelaksanaan pemeriksaan intern selama satu tahun. Biasanya yang dicantumkan dalam lembaran PKPT adalah: tujuan pemeriksaan, sasaran pemeriksaan, program kerja tahunan, prioritas pemeriksaan, seperti produksi, hal-hal yang menjadi perhatian, seperti hambatan/kesulitan, tindak lanjut hasil pemeriksa, pengembangan kemampuan tenaga pemeriksa, jenjang golongan karyawan bagian internal auditor selama tahun tersebut, ikhtisar kebutuhan hari audit, struktur organisasi bagian SPI, Lampiran-lampiran yang terdiri dari PKPT jadwal audit, PKPT program audit dan rekapitulasi hari kerja audit. (2) Jadwal Kerja Audit (JKA)

Jadwal Kerja Audit (JKA) adalah suatu jadwal bagi bagian SPI untuk melakukan audit. JKA disiapkan oleh Ketua Tim dan diperiksa oleh Pengawas Wilayah sebelum disetujui oleh Kepala Bagian. Biasanya JKA berbentuk memo intern yang diserahkan oleh Pengawas Wilayah kepada Kepala Bagian untuk disetujui. JKA juga berbentuk email yang dikirimkan kepada auditee atau daerah yang akan diaudit.

(3) Program Kerja Audit (PKA)

Sebelum internal audit melakukan audit, maka terlebih dahulu internal auditor harus mempersiapkan terlebih dahulu Program Kerja Audit (PKA). PKA adalah tindakan atau langkah-langkah yang terperinci dan sistematis dari prosedur pemeriksaan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan pemeriksaan. PKA dipersiapkan oleh Ketua Tim dan akan disetujui oleh Pengawas Wilayah. Pengawas Wilayah akan memeriksa kembali PKA tersebut dan selanjutnya akan disampaikan kepada Kepala Bagian.

(4) Kertas Kerja Audit (KKA)

Kertas Kerja Audit (KKA) merupakan alat kerja/formulir yang dipakai oleh petugas atau staff pemeriksa di dalam melakukan pemeriksaan. KKA merupakan pendukung atas prosedur dalam pemeriksaan. KKA sangat penting karena memiliki manfaat, yaitu:

(a) Dasar penyusunan LHA

(b) Sebagai alat bagi atasan untuk mereview dan mengawasi pekerjaan para pelaksana pemeriksaan.

(c) Sebagai alat pembuktian dari LHA

KKA dipersiapkan sesuai dengan Program Kerja audit (PKA) oleh Staff Auditor.

(5).Resume Hasil Audit (RHA)

Resume Hasil Audit (RHA) merupakan sebuah ringkasan hasil audit yang belum merupakan sebuah laporan. Hasil temuan audit disimpulkan oleh Staff Auditor ke dalam draft Resume Hasil Audit dan yang kemudian akan disusun oleh Ketua Tim dan akan diperiksa oleh Pengawas Wilayah. RHA tersebut akan diberikan kepada auditee sebagai bahan masukan dan evaluasi di masa yang akan datang.

Contoh draft dari Resume Hasil Audit (RHA) adalah :

No Kondisi Kriteria Akibat Penyebab Saran

(6).Laporan Hasil Audit (LHA)

Laporan Hasil Audit (LHA) adalah suatu laporan auditor atas kegiatan yang telah diauditnya. RHA yang merupakan sebuah kesimpulan hasil audit akan diperbaharui dan dibuat menjadi sebuah laporan. Biasanya LHA yang disusun berisi kepada siapa LHA akan ditujukan, yaitu kepada Direktur Utama, siapa tim yang mengaudit beserta nama-nama angggotanya, dimana tempat melakukan audit, bidang-bidang apa saja yang diaudit. Contoh: Bidang Tanaman, yang diperiksa adalah produksi kelapa sawit, pemupukan tanaman menghasilkan (TM) kelapa sawit, dan mutu penyiangan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM). Sama seperti RHA, LHA juga mengelompokkan hasil audit tersebut dalam berbentuk kondisi, kriteria, akibat, penyebab dan saran. Setelah LHA disusun, maka

Pengawas Wilayah memeriksa LHA tersebut sebelum disetujui Kepala Bagian dan akan disampaikan kepada Direktur Utama.

Dokumen terkait