• Tidak ada hasil yang ditemukan

Saya melihat singa

Dalam dokumen 2. Ilmu Bayan (Halaman 79-132)

Tafsiran maknanya adalah:

  

, makna yang memadukan yaitu:



, artinya keberanian, adalah hal yang baru bagi singa yang tidak masuk dalam pengertian singa.

Dan dengan melihat -

nya ada dua macam, yaitu:

1. (

   

), bersifat umum yaitu:

                            

       

       

“Isti'arah yang mudah dan rendah yang dapat diucapkan oleh lisan. Jadi tidak memerlukan kepada penelitian, dan segi yang me- mandukannyapun terlihat nyata.”

seperti:

(

        

) = Saya melihat singa sedang

melempar.

2. (

   

), bersifat khusus, yaitu:

                            

          

“Isti'arah yang tampak aneh, yang segi mak- nanya yang memadukan terasa samar, tidak dapat diketahui kecuali oleh orang-orang pan- dai yang memiliki pemikiran sehat dan sem- purna.”

seperti ucapan Katsir yang meyanjung Abdul Aziz bin Marwan:

“Yang bertutup selendang (orang yang banyak pemberiannya dan kebaikannya),

jika tersenyum sambil tertawa,

maka tertutuplah hamba-hamba harta, dikarenakan oleh tertawanya.”

Lafaz (

     

) diartikan dengan orang yang banyak pemberian dan kebaikann-ya. Lafaz (

 

) artinya selendang, baju luar atau matel, dipinjam untuk arti (

    

), mak-sudnya kebaikan. Sebab kebaikan itu dapat menjaga dan menutupi pribadi orang yang memilikinya seperti baju luar itu menutupi da sesuatu dimana baju luar itu diletakkan pa-danya. Selanjutnya lafaz yang dibentuk dari masdar (

   

) dipadukan, dan itulah yang menjadi qarinah untuk tidak menghendaki makna pakaian. Sebab kedermawanan adlah dari sifat-sifat harta, bukan dari sifat-sifat paka-ian.

Isti'arah macam ini tidak dapat men-capai buahnya kecuali orang-orang yang mempunyai dan karekater selamat dan ke-waspadaan yang sesungguhnya.

Dan isti'arah dengan melihat dua ujung dan jamik- nya terbagi lagi menjadi 6 (enam) macam. Sebab dua ujung isti'arah itu adakalanya kelihatan (hissi ) keduanya, atau keduanya aqli, atau musta'ar minhunya hissi dan musta'arlahu- nya aqli, atau sebaliknya. Jamik pada macam

yang pertama dari empat bentuk kadang-kadang hissi, dan kadang-kadang aqli, sedangkan yang lainnya berbeda. Pada tiga macam yang akhir hanya berupa aqli.

1. Contoh isti'arah yang dua ujungnya hissi dan jamik- nya demikian juga adalah firman Allah

SWT.:

      

“Kemudian Samiri mengeluarkan untuk mereka (dari lobang) patung emas laksana anak lembu yang bertubuh dan bersuara.” (Thaha: 88)

Musta'ar minhu, yaitu anak lembu, dan musta'arlahu, yaitu patung yang dicetak dari perhiasan bangasa Qibthi setelah dicetak dengan apinya Samiri, meletakkan debu yang diambil dari bekas kuda malaikat Jibril dan ja- mik- nya yaitu bentuk. Karena bentuk patung itu seperti anak lembu, semuanya itu adalah dapat ditemukan dengan pancaindra. Sebagian Ulama membahas bahwasanya membuatbadal lafaz (arab) dari lafaz (arab) adalah menghalangi untuk membuat(isti'arah.

2. Contoh isti'arah ketika dua ujungnya hissi dan jamik- nya aqli adalah seperti firman Allah

SWT.”

        

“Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah malam; Kami tanggalkan siang dari malam itu.” (Yasin: 37)

Musta'ar minhu, yaitu lafaz yang diben-tuk darimasdar

 

, artinya mengelupas kulit dari semisal kambing dan sejenisnya, dan mus- ta'ar lahu,

    

artinya membuka cahaya dari waktu malam, yaitu membuang bayangannya, adalah hissi keduan-ya. Sedangkan jamik- nya adalah hal yang di-angan-angan dari akibat suatu perkara atas perkara lain karena tercapai secara mengiringi, seperti akibat tampaknya daging karena dikelupas dan akibat tampaknya gelap karena dihilangkannya cahaya untuk waktu malam. Akibat tersebut adlahaqli, artinya angan-angan saja.

Adapun cara mengurainya atau meng-ijra' isti'arah tersebut adalah sebagai berikut:

      

  

         

        

       

 

3. Contoh ketika dua ujung isti'arah hissi dan ja- mik- nya sebagian hissi dan sebagian aqli adalah seperti ucapan anda:

    

= Saya melihat bulan purnama

sedang bercakap-cakap.

Dalam contoh diatas menghendaki seseorang yang seperti bulan purnama dalam baiknya penampilan dan keluhuran martabat.

Baiknya penampilan adalah hissi, sedangkan keluhuran martabat adalahaqli.

4. Contoh isti'arah ketika dua ujungnya aqli dan jamik -nya tiada lain kecuali aqli, seperti macam

yang masih tersisa, adalah firman Allah SWT.:

     

“Siapakah yang membangkitkan kami dari kubur kami?” (Yasin: 52)

Musta'ar minhu- nya adalah lafaz yang dibentuk dari masdar

  

, artinya tidur, se-dangkan musta'ar lahu- nya adalah



, artinya mati. Jamik antara kedua ujung isti'arah adalah tidak tampaknya perbuatan seluruhnya adalah aqli.

Cara meng-ijra'- nya adalah sebagai berikut:

         

       



Sebagian Ulama menjelaskan: Tidak tampaknya perbuatan dalam kematian adlah lebih kuat. Sedangkan syarat daripada jamik (makna yang memadukan) hendaknya lebih kuat didalammusta'ara minhu. Oleh karena itu lafaz yang dibentuk dari masdar



yang lebih tampak dalam kaitannya dengan tidur, dijadikan jamik qarinah isti'arah bahwasanya kalimat tersebut dalam contoh adalah kalimat yang diucapkan olehorang-orang yang telah mati, bersama firman Allah SWT.:

“Inilah yang dijanjikan (Tuhan) Yang Maha Pemurah dan bernarlah Rasul-rasul- (Nya).” (Yasin: 52)

5. Contoh isti'arah ketika musta'ar minhu hissi dan musta'ar lahu aqli, adalah firman Allah SWT.”

       

“Maka sampaikanlah olehmu secara terang- terangan segala apa yang diperintahkan (kepa- damu.” (Al-Hijr: 94)

Musta'ar minhu- nya adalah

  

 

, artinya pecahnya kaca. Ini merupakan

hal yang hissi, artinya kelihatan indra. Se-dangkan musta'ara lahu- nya adalah

     

, artinya ber-tabligh secara terang-terangan. Ja-miknya

  

), artinya tampaknya perkara secara jelas dan tidak akan terhapus, seperti halnya pecahnya kaca tidaklah dapat menyatu atau melekat kembali.

Cara meng-ijra'- nya adalah sebagai berikut:

      

 

         

               



6. Contoh isti'arah ketika musta'ar minhu- nya berupaaqli dan musta'ar lahu- nya berupahissi, adalah firman Allah SWT.”

      

“Sesungguhnya Kami, tatkala air telah naik (sampai kegunung) Kami bawa (nenek mo-

yang) kamu kedalam bahtera.” (Al-Haaqqah:11)

Musta'ar lahu- nya, yaitu banyaknya air yang naik, adalah hissi, sedangkan musta'ar minhu- nya, yaitu kesombongan

    

. Jamik- nya adalah segi keluhuran yang sangat, keduanya adalah aqli.

Cara meng-ijra'- nya adalah sebagai berikut:

                   

         

      

              

                     

         

Isti'arah Ma’niyah (

 

) terbagi lagi jadi: a. Ashliyah (

   

) b.Taba'iyah (

    

) c. Murasysyahah (

    

) d.Mujarradah (

   

) e. Muthalaqah (

    

)

Dan demikian juga isti'arah tashrihiyah terbagi seperti tersebut itu.

Isti'arah makniyah ashliyah ialah isti'arah yang musta'ar- nya berupa isim ghairu musytaq, seperti lafaz (

  

), artinya binatang buas, se-bagaimana terdahulu.

Isti'arah makniyah taba'iyah ialah isti'arah yang musta'ar- nya berupa isim musytaq.Jadi tidak berada dalamfi'il dan tidak dalam huruf.

Contoh isti'arah dalam isim musytaq seper-ti:

             

“ Mengagumkan aku kerasnya pukulan seorang pemukul yang seperti mengalirkan darah orang zalim.”

Cara meng-ijra'- nya adalah sebagai berikut:

       

              

                     

                

Jadi Isti'arah Takhyiiliyah menurut mayori-tas Ulama adalah keadaan menetapkan makna yang tetap dipakai dalam hakikatnya. Macam ini termasuk majaz aqli. Dinamakn isti'arah karena penetapan tersebut dipinjamkan darimusyabbah bih kepada musyabbah. Dinamakan takhyiiliyah karena penetapannya untuk musyabbah dikhayal-kan menyatu dengan musyabbah bih. Jadi ucapan kita:

             

= Kuku-kuku kematian telah

melekat pada si Fulan.

Lafaz

   

dalam susunan kalimat diatas adalah dipakai dalam arti hakikinya. Segi majaz- nya adlah karena ditetapkannya untuk kematian. Maksudnya, penetapan tersebut, yaitu menetap-kan kuku untuk kematian, adalah menetapmenetap-kan sesuatu untuk makna yang tidak semestiany. Jadi menurut mayoritas Ulama ( jumhur ) bahwa isti'arah takhyiiliyah tida terpisah dari isti'arah makniyah. Sebab, merupakanqarinah- nya.

Isti'arah makniyah murasysyahah ialah isti'arah yang disertai dengan sesuatu yang sesuai dengan musyabbah bih saja.

Seperti:

    

= Realitanya telah menunjukkan

demikian.

Cara meng-ijra' -nya adalah sebagai berikut:

                   

                     

                     

Isti'arah makniyah mujarradah ialah isti'arah yang disertai dengan sesuatu yang sesuai dengan musyabbah saja.

Seperti:

         

= Keadaan yang jelas te-

lah menunjukkan demikian.

Lafaz yang berarti “jelas” adadalah “tajrid”, artinya memurnikan, sebab hanya sesuai dengan musyabbah saja, yaitu manusia.

Isti'arah makniyah muthlaqah ialah isti'arah yang tidak disertai dengan sesuatu yang sesuai dengan musyabbah dan musyabbah bih, atau dis-ertai dengan sesuatu yang sesuai dengan keduan-ya sekaligus.

Seperti:

a.

      

= Keadaan telah menunjukkan

demikian.

b.

    

= Keadaan yang

Contoh yang pertama, cara meng-ijra'- nya adalah sebagai berikut:

                      

                        

             

contoh yang kedua cara meng-ijra' -nya da-lah sebagai berikut:

                      

             

                      

         

Isti'arah Ma’niyah juga terbagi lagi menjadi: 1.Isti'arah ' 'Inadiyah

   

, seperti:

           

= Kematian yang seper-

ti binatang buas telah melkatkan kuku-kukunya pada si Fulan.

Dinamakan 'Inadiyah tersebut karena dua ujungnya tidak dapat dikumpulkan dalam sesuatu makna yang tunggal yang merupakan kematian dan biantang buas.

2.Isti'arah Wifaaqiyah

    

, seperti:

    

= Keadaan telah menunjuk-

kan demikian.

Disebut wifaaqiyah karena dua ujungnya dapat berkumpul dalam sesuatu yang tunggal, seperti keadaan dengan manusia.

Isti'arah dengan melihat dikemukakannya hal yang sesuai dengan musta'ar minhu, atau dengan melihat dikemukakannya hal yang sesuai dengan musta'ar lahu, atau tidak disertainya isti'arah dengan sesuatu yang sesuai dengan salah satunya, terbagi menjadi tiga, yaitu:

1. Muthlaqah (

    

), yaitu:

                               

“Isti'arah yang tidak disertai dengan sesuatu yang sesuai dengannya sama sekali, atau dise- butkan sesuatu yang sesuai dengan musta'ar minhu dan musta'ar lahu sekaligus.”

contoh:

a. (

         

)

“Mereka melanggar janji Allah.” (Al-Baqarah: 27)

b. Zuhair mengucapkan”

           

                

“Di dekat singa (lelaki pemberani), yang lengkap dengan senjata,

Ada seorang pelempar bergumpal rambutnya,

Yang kuku-kukunya tidak dipotong.” Penyair meminjam lafaz (

 

), un-tuk arti orang yang berani (pemberani)

(

  

). Ia menyebutkan sesuatu yang

sesuai dengan musta'ar lahu pada uca-pannya: (

     

).

Itulah yang disebut “Tajrid”. Dia ju-ga menyebutkan sesuatu yang sesuai denju-gan musta'ar minhu dalam ucapannya.

-(

       

), itulah yang disebut

“Tajrid”. Dia juga menyebutkan sesuatu yang sesuai dengan Musta’ar Minhu dalam ucapannya: (

              

) dan ini dise-but “Tarsyih”. Berkumpul tajrid dan tarsyih akan ditemukan suatu kondisi saling berla-wanan dan saling menggugurkan. Jadi seolah-olah isti'arah tidak disertai sesuatu dan isti'arah itu menjadi muthlaqah.

2. Murasysyahah (

    

), yiatu:

                          

“Isti'arah yang disertai dengan sesuatu yang sesuai dengan sesuatu yang sesuai dengan mus- ta'ar minhu (musyabbah bih).”

Contoh :

                            

“Mereka itulah orang-orang yang menukarkan kesesatan dengan petunjuk, maka tidaklah beruntung perniagaan mereka”. (al-Baqarah; 16)

Lafaz yang dibentuk dari masdar (



) jamkan utnuk makna

 

, artinya menukarkan atau memilih. Kemudian dijelas-kan juga sesuatu yang sesuai dengan Musta’ar Minhu, yaitu lafaz yang dibentuk dariMasdar

  

dan

   

.

                     

“Barang siapa menukarkan agamanya dengan keduniaannya, maka tidaklah beruntukng per- niagaannya.”

Dinamakan isti’arah murasysyahah karena dikuatkan dengan menyebutkan sesuatu yang sesuai denganmusta’ar minhu.

3. Mujarrodah (

   

), yiatu:

                      

“Isti'arah yang disertai dengan sesuatu yang sesuai dengan sesuatu yang sesuai dengan mus- ta'ar lahu (musyabbah).”

(

                

) = Saya melihat laut

(seorang dermawan) di atas kuda, yang sedang memberi.

Lafaz (

   

) adalah sebagai tajrid, ka-rena sesuai dengan musta'ar lahu, yaitu (

   

   

), artinya seorang dermawan.

Dalam contoh yang lain:

(

                

) = Tukarkanlah

kepribadian yang kotor dengan kebaikan! Dinamakan isti'arah mujarradah karena dipepaskan dari gian nilai kesempurnaan. Sebab, ketika demikian itu berakibat jauhkan perngakuan menyatu yang menjadi

landasan dasaristi'arah.

Menganggap tarsyih dan tajrid adalah setelah sempurnanya isti'arah dengan qarinah- nya, baik qarinah yang diucapkan (

  

) atau qarinah keadaan (

    

). Jadi qarinah mushar-

raahah tidak dianggap sebagai tajrid, dan demikian juga qarinah makniyah tidak diang-gap sebagai tarsyih, tetapi qarinah yang lebih dari itu.

Perlu dimengerti bahwasanya tarsyih lebih sempurna daripada lainnya. Sebab telah meliputi hakikat kesempurnaan dengan melupakan tsybih dan mendakwakan bah-wasanya musta'ar lahu sebagai keadaan da-ripada musta'ar minhu. Jadi seolah-olah tak ada keserupaan, dan seakan-akan isti'arah tidak terwujud.

Namun begitu, Ithlaq (

 

) lebih sempurna daipada tajrid. Jadi tajrid adalah yang paling lemah. Karena dengan tajrid itu pangakuan makna menyatunya dua ujung isti'arah menjadi lemah.

Apabila tarsyih dan tajrid berkumpul, maka keadaan isti'arah berada di tingkat muth- laqah. Karena dengan ebrkumpulnya secara kontradiksi, mengakibatkan keduanya gugur, seperti yang telah dikemukakan penjelasannya. Sebagaimana pembagian tersebut telah berlaku dalam isti'arah tashrihiyah, maka pembagian itupun berlaku dalamisti'arah makniyah.

                                 

                                    

  

“Majaz mursal murakkab adalah kalimat yang dipa- kai pada selain makna yang ditetapkan, karena ada persesuaian yang bukan penyerupaan serta ada per- tanda yang menghalangi untuk menghendaki makna asalnya.”

Pada mulanya majaz mursal murakkab adalah dalam susunan kalimat khabariyah yang dipakai un-tuk arti kalimat insya' dan sebaliknya. Dan selanjut-nya digunakan untuk tujuan yang cukup baselanjut-nyak. Di-antaranya adalah:

1. Merasa sedih dan menampakkan penyesalan

(

           

).

Seperti dalam ucapan penyair:

                            

“Telah hilang masa kecil, dan hari-hari telah berpaling,

mudah-mudahan untuk masa kecil, dan untuk masa depan selalu sejahtera.” Syair tersebut walaupun berupa kalimat berita (

   

) menurut asal mulanya, tetapi dalam kondisi ini dipakai untuk menumbuhkan rasa penyesalan dan kesedihan terhadap masa muda yang telah lewat. Qarinah yang menunjukkannya adalah separuh bait yang kedua.

Dan seperti ucapan Ja'far bin 'Ulbah Al-Haritsi:

                                   

“Wahai Tuhanku, sesungguhnya aku tidak dapat bersikap sabar,

maka ampunilah aku,

2. Menampakkan rasa senang (

      

) contoh:

                                 

“Mudah-mudahan namaku ditulis diantara orang- orang yang sukses.”

3. Memanjatkan doa (

 

). Contoh:

(

       

) = Semoga Allah meluluskan

segala tujuan kita.

(

          

) = Tanah airku, semoga ia

memperoleh kekekalan.

Kedua adalah kalimat insya', seperti ben-tuk amar, nahi dan stifham yang keluar dari mak-na aslinya dan dilakukan dalam beberapa makamak-na yang lain, seperti dalam sabda Nabi saw.

(

                           

)

“Barang siapa berdusta terhadap diriku secara sengaja, maka merasa puaslah tempat duduknya dari api neraka.”

Maksud hadis diatas adalah (

        

). Persesuaian atau 'alaqah dalam contoh tersebut adalah menjadi sebab ia memberi khabar dengan apa yang dikandung oleh perkataannya itu. Jadi tampak lahirnya bentuk amar, namun makna yang dimaksudkan adalah khabar (berita).

11 Majaz murakkab adalah susunan kalimat yang digunakan

da-lam hal yang diserupakand engan makna aslinya secara tasybih tamtsil.

                                         

                        

          

“Majaz murakkab dengan isti'arah tamtsiliyah adalah bentuk susunan kalimat yang digunakan pada selain makna yang ditetapkan, karena ada persesuaian keserupaan serta adanya pertanda yang menghalangi untuk menghendaki makna aslinya.”

Susunan tersebut sekiranya masing-masing dari musyabbah dan musyabbah bih merupakan keadaan yang diambil dari makna yang berbilang. Misalnya ketika anda menyerupakan salah satu dari dua macam gambaran yang diambil dari dua hal atau beberapa hal, diserupakan dengan gambaran yang lain, kemudian anda memasukkan musyabbah dalam gambaran musyabbah bih untuk tujuan lebih me-nyempurnakan dalam tasybih. Dan bentuk macam ini disebut dengan isti'arah tamtsiliyah.12

contoh:

1. (

         

) = Dimusim panas anda me-

nyia-nyiakan susu.

12

Dinamakan isti'arah tamtsiliyah padahal mengisyaratkan pada keagungan posisinya. Seolah-olah tak ada tamtsil selainnya. Sebab isti'arah tersebut didasarkan atas tasybih tamtsil dan wajah syabah didalamnya merupakan bentuk yang diambil dari makna yang berbilang. Oleh karena itu, tasybih tamtsil

merupakan tasybih yang paling halus, dan isti'arah yang didasarkan padanya merupakan macam isti'arah yang paling sempurana. Oleh karena itu keduanya menjadi sasaran Ulama Balaghah.

Susunan diatas sebagai pepatah yang di-tujukan kepada orang yang tidak menghiraukan sesuatuhal dimasa yang dimungkinkan ia dapat mencapainya. Kemudian ia mencarinya dimasa yang mana tak mungkin mendapatkannya kemba-li.

2. (

                  

) = Aku melihatmu mengedepankan satu kaki dan mengundurkan ka- ki yang lain.

Pepatah ini ditujukan kepada orang yang ragu-ragu dalam suatu hal. Kadang-kadang ia ju dan kadang-kadang ia mundur.

3. (

           

) = Apakah kurma buruk dan bu-

ruk tukarannya?

Pepatah diatas ditujukan kepada orang yang teraniaya dari dua segi. Asalnya ialah, seorang lelaki membeli kurma dari orang lain, setelah di-periksa ternyata kurma tersebut adalah kurma yang jelek dan takarannya kurang, maka pembeli menyesalkan dengan ucapan tersebut.

Dan seperti tersebut itulah seluruh peribahasa yang berlaku, baik berupa prosa maupun puisi.

Termasuk contoh bagian pertama, yaitu peribahasa yang berbentuk prosa, ialah ucpan orang Arab kepada orang yang berupaya mencari jawaban tentang perkara yang samar, sedangkan

dia mengaikan perkara yang terang:

4. (

              

) = Karena suatu perkara yang besar, si Qashir memotong hidungnya.

5. (

                 

) = Wanita merdeka itu lapar, tetapi tidak makan dengan susunya.

6. Ucapan orang Arab kepada orang yang ingin mengerjakan suatu pekerjaan secara sendirian pa-dahal ia tak mampu:

7. (

          

) = Tangan tidak akan bertepuk

sendirian.

8. Dan seperti ucapan mereka kepada seorang juang yang telah kembali ketanah airnya:

(

                       

) = Pedang

telah kembali ke sarungnya, dan harimau telah bertempat di hutang pelindungnya.

10. Juga seperti ucpan kepada orang datang dengan ucapan yang dapat memisahkan antara yang haq dan yang batil: (

                 

) = Jahizah telah memotong ucapan setiap pengkhut- bah.13

12. Termasuk contoh peribahasa bagian kedua, yaitu berupa puisi, adalah ucapan penyair:



                            

“Jika Nabi Musa telah datang, dan telah melemparkan tongkatnya,

maka sihir dan tukang sihir,

13

Asal peribahasa yang pertama, yakni (a) ialah, seorang wanita bersuami dengan lelaki tua yang kaya, kemudian ia minta cerai darinya dimusim panas karena sang suami memang sudah tid-ak kuat. Sang suami tua tadi menceraikannya. Dan si wanita lagi dengan seorang pemuda miskin. Namun kemudian ia minta susu kepada mantan suaminya dimusim penghujan. Lalu mantan suaminya mengucapkan pepatah tersebut.

sungguhbatal lagi hilang.” 13. (

                          

)

“Jika Hadzami berkata, maka percayalah kepadanya,

karena perkataan yang benar

adalah apa yang dikatakan Hadzami kemukakan.”

14. (

                                    

) “kapankah suatu bangunan dapat mencapai kesempurnaannya,

jika anda membangunnya

sedang orang lain menghancurkannya.” Apabila isti'arah tamtsiliyah telah dikenal dan sering dipakai maka menjadi bidal atau peribahasa yang secara mutlak tidak boleh dirubah, sehingga dengan peribahasa itu boleh dikatakan kepada seorang, kepada orang pria, dan kepada cang-cabangnya dengan satu bentuk tanpa perubahan dan tanpa penggantian dari peribahasa semulanya. Wa-laupun tidak sesuai dengan orang yang dipermisal-kan.14

14 Isti’arah Tamtsiliyahterbagi menjadi dua macam yaitu :

a. Tahqiqiyah(

      

)

b. Takhyiliyah(

      

)

Isti'arah tamtsiliyah tahqiqiyah ialah isti'arah yang di-ambil dari sejumlah perkara yang tampak secara nyata. Se-bagaimana contoh-contoh terdahulu.

Isti'arah tamstsiliyah takhyiliyahialah isti'arahyang

ambil dari sejumlah perkara yang dikhayalkan dan di-perkirakan yang tidak dapat dikuktikan dengan kenyataan,

dan juga dalam hati. Contoh isti'arah bagian kedua, yaitu

isti'arah tamtsiliyah takhyiliyah (arab), adalah seperti firman

Allah SWT.:

a.

                            

“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.”

(Al-Ahzab: 72)

ayat tersebut mengandung perkiraan. Sebab tid-ak dicapai atau tidtid-ak terjadi adanya bentuk mengemuka-kan amanat, tidak ada penolamengemuka-kan dan tidak ada kek-hawatiran dari langit, bumi, dan gunung-gunung secara nyata. Tetapi hanya sekadar gambran dan permisalan. Yaitu diperkirakan adaany penyerupaan keadaan bebera-pa beban agama (taklif ) dalam hal beratnya memikul dan sulitnya menepati, diserupakan dengan keadaan bahwa beban-beban agama itu dikemukakan kepada langit, bumi, dan gunung dengan kebesaran wujudnya, dank-ekuatannya yang sangat kokoh, kemudian mereka itu menolak dan khawatir memikulnya. Itu semu dengan adanya persesuaian dalam hal tidak dapat meikul secar nyata bagi masing-masing. Kemudian susunan yang menunjukkan musyabbah bih dipinjamkan kepada

musyabbahsecaraisti'arah tamtsiliyah.

b.

                              

“Lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: glah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa, “keduanya menjawab: “Kami datang

dengan suka hati.”(Fushshlilat: 11)

Bahwasanya perintah kepada langit dan bumi un-tuk datang dan ketundukan dari keduanya, maksudnya adalah bahwasanya Allah itu berkehendak-Nya. Jadi tujuannya adalah menggambarkan pengaruh kekuasaan Allah pada langit dan bumi, dan juga bahwa keduanya menerima pengaruh dari kekuasaan-Nya. Kecuali itu juga

oleh karena itu, isti'arah tamtsiliyah ini meru-pakan acuan ahli ilmu Balaghah. Mereka tidak menggunakan selainnya, kecuali ketikda tidak dapat mencapainya. Jadi isti'arah tamtsiliyahini merupakan macam majaz murakkab atau mufrad yang bernilai lebih sempurna (baligh ). Sebab, didasarkan kepada tasybih tamtsil yang telah diketahui bahwa wajah syabah- nya merupakan keadaan yang di ambil dari beberapa makna yang berbilang. Karena itu isti'arah tamtsiliyah dan tasybih tamtsil yang menjadi da-sarnya, merupakan tujuan Ulama Balaghah yang mana mereka menuju ketinggiannya dan berbeda-beda dalam mencapai kebenarannya, sehingga keduanya banyak disebutkan dalam Al-Qur'an, dan

Dalam dokumen 2. Ilmu Bayan (Halaman 79-132)

Dokumen terkait